Você está na página 1de 36

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK KHUSUS : DEWASA AWAL


DENGAN AIDS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Poksus

Dosen Mata Ajar : Ns. Diana Dayaningsih S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :

BADRIYATUL HASANAH (20101440116014)

JEFRI RIYAN M. (20101440116046)

PANJI KURNIAWAN (20101440116069)

SHANIA NADA M. (20101440116091)

SRI RAHMAH PUTRI NIRMALA (20101440116095)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kelompok
Penderita Penyakit AIDS (Dewasa Awal)” dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis telah mengalami berbagai hal baik


suka maupun duka. Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan
selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas terselesainya makalah ini,
maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak


kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan dapat diterapkan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang
berhubungan dengan judul makalah ini.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 3
B. TUJUAN ......................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DEWASA AWAL
1. Pengertian ................................................................................................................... 5
2. Ciri-Ciri Masa Dewasa Awal ..................................................................................... 6
3. Tugas-Tugas Perkembangan Pada Masa Dewasa Awal ............................................. 7
B. KONSEP KELOMPOK PENDERITA PENYAKIT AIDS
1. Definisi ....................................................................................................................... 7
2. Etiologi ....................................................................................................................... 8
3. Pathofisiologi .............................................................................................................. 9
4. Tanda Dan Gejala ....................................................................................................... 11
5. Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 12
6. Komplikasi.................................................................................................................. 13
7. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................................. 14
8. Penatalaksanaan .......................................................................................................... 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian .................................................................................................................. 20
2. Diagnosa ..................................................................................................................... 21
3. Perencananaan ............................................................................................................ 21

1
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan ................................................................................................................. 24
2. Saran ........................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.


Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981,
dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan
pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa
diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan
lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global,
antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005,
antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang
dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar
sejak tahun 1981.

Data nasional tahun 2016 tentag estimasi tumlah orang dengan


HIV/AIDS (ODHA) menujukkan bahwa pulau jawa dan papua berada
dalam warna merah. Artinya, jumlha ODHA di daerah tersebut berkisar 25-
200 ribu orang. Lebih spesifik, provinsi yang masuk warna merah dari
surve terpadu biologi dan prilaku tahun 2016 tersebut adalah jawa barat
(63.422 orang) , jawa tegah (66.731 orang), jawa timur (64.174 orang), bali
(29.464 orang) dan papua (52.572 orang).

Populasi Kunci adalah populasi yang beresiko terkena HIV/AIDS


seperti pekerja seks komersial, pengguna NAPZA suntik (penasun) , LSL
(Lelaki yang berhubngna seksual dengan lelaki lain), dan waria. Sementara
itu tingkat infeksi HIV yang tinggi di papua kemungkinan disebabkan oleh
kehidupan seks beresiko. Selain itu , faktor informasi seputar pengetahuan

3
penyakit terebut juga masih minim. Bahkan, menurut surve, ternyata
pengetahuan terkait HIV/AIDS di Indonesia masih dibawah 20%. Hingga
Juni 2018,di perkurakan terdapat lebih dari 600 ribu ODHA di Indonesia
dengan total penderita HIV sebanyak 301.959 orang dan AIDS 108.829
orang dengan dominasi berusia dewasa produktif yaitu 25-49 tahun.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan kelompok khusus ː
dewasa awal dengan AIDS
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu menentukan pengkajian asuhan keperawatan
kelompok khusus ː dewasa awal dengan AIDS
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa asuhan keperawatan
kelompok khusus ː dewasa awal dengan AIDS
c. Mahasiswa mampu menentukan intervensi asuhan keperawatan
kelompok khusus ː dewasa awal dengan AIDS

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DEWASA AWAL


1. PENGERTIAN
Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti
tumbuh menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang
yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima
kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa
lainnya (Elizabeth Hurlock, Developmental Psychology, 1991). Dewasa
awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Hurlock (1986)
mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-
kira usia 40 tahun. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal
ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.
Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik
secara fisik, transisi secara intelektual serta transisi peran sosial.
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari
perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa
beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa
ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Dewasa awal
merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan
secara intim dengan lawan jenisya. Hurlock (1986) mengemukakan
beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya
dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri
dengan cara hidup baru dan memamfaatkan kebebasan yang
diperolehnya.

5
2. CIRI-CIRI MASA DEWASA AWAL
Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola
kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa
dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja, sehingga ciri-ciri masa
dewasa awal tidak jauh berbeda dengan masa remaja. Ciri-ciri masa
dewasa awal menurut Hurlock (1986):
1. Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif. Masa dewasa awal
adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk
rumah tangga. Pada masa ini khususnya wanita, sebelum usia 30
tahun, merupakan masa reproduksi, dimana seorang wanita siap
menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu. Pada masa ini, alat-
alat reproduksi manusia telah mencapai kematangannya dan sudah
siap untuk melakukan reproduksi.
2. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah. Setiap masa dalam
kehidupan manusia, pasti mengalami perubahan, sehingga seseorang
harus melakukan penyesuaian diri kembali terhadap diri maupun
lingkungannya. Demikian pula pada masa dewasa awal ini, seseorang
harus banyak melakukan kegiatan penyesuaian diri dengan kehidupan
perkawinan, peran sebagai orang tua dan sebagai warga negara yang
sudah dianggap dewasa secara hukum.
3. Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan
emosional. Ketegangan emosional seringkali ditampakkan dalam
ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau
kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada
tercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi
pada suatu saat tertentu atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang
dialami dalam penyelesaian persoalan.
4. Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan perubahan nilai.
Ketergantungan disini mungkin ketergantungan kepada orang tua,
lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa atau pada
pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai

6
pendidikan mereka. Sedangkan masa perubahan nilai masa dewasa
awalterjadi karena beberapa alasan seperti ingin diterima pada
kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi
orang dewasa.

3. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA MASA DEWASA


AWAL
Optimalisasi perkembangan orang dewasa awal mengacu pada tugas-
tugas perkembangan dewasa awal menurut R.J. Havighurs, 1953 (dalam
Hurlock, 1986), mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan
masa dewasa awal sebagai berikut :
1. Memilih teman (sebagai calon istri atau suami)
2. Belajar hidup bersama dengan suami/istri
3. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
4. Mengelola rumah tangga
5. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
6. Mulai bertanggung jawab sebagai warga Negara

B. KONSEP KELOMPOK PENDERITA PENYAKIT AIDS


1. DEFINISI
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS
menurut beberapa ahli antara lain:
a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T) berjumlah
200 atau kurang ) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.
(Doenges, 1999)
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

7
2. ETIOLOGI
HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III
(HTLV-III) atau virus limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus
manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam
ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah
masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap
aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus
memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu
pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx
meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan
duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan
transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari
para perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985,
menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik
dibandingkan dengan HIV-1. (Sylvia, 2005)
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1. Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%
2. Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%
3. Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
0,0051%
4. Transmisi dari ibu ke anak : Selama kehamilan, saat persalinan,
risiko penularan 50%, melalui air susu ibu(ASI)14%

8
3. PATOFISIOLOGI
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar
50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5
tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat
AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam
waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama.
Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel
darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke
dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan
pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang
baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya
dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein
yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah
sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah
putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor
CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T
penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada
sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T
sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas
dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T
penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi
dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T
penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang
yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah.
Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya
menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa
menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang
terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi

9
tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah
partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan
pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit
kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan
kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan
orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum
terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika
kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan
terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B
(limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan
produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan
untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi
ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik
pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+
oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan
tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang.
Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-
6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIV positif. Fase ini disebut
“periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti
berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa
titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten)
Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang
lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit
infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26
bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV
positif. (Heri : 2012)

10
4. TANDA DAN GEJALA
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui
pada penderita AIDS :
a. Panas lebih dari 1 bulan,
b. Batuk-batuk,
c. Sariawan dan nyeri menelan,
d. Badan menjadi kurus sekali,
e. Diare ,
f. Sesak napas,
g. Pembesaran kelenjar getah bening,
h. Kesadaran menurun,
i. Penurunan ketajaman penglihatan,
j. Bercak ungu kehitaman di kulit.
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati,
karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di
Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau
tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada
seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah
tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV.
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit.
Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang
lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan
disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati,
keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi
oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi
AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum
adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang

11
disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis,
cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa
seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala,
diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah
ditubuh.
b. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
c. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan
gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama
lebih dari 3 bulan.

5. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri
(sindrom retroviral akut, demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau
kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-
tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4. (Arif Mansjoer,
2000)
a. Infeksi retroviral akut
Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran
klinis menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali,
nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada
mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien
mengalami gangguan neorologi seperti meningitis asepik, sindrom
Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh
sendiri tanpa pengobatan.

12
b. Masa asimtomatik
Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi
limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap,
disebut juga masa jendela (window period).
c. Masa gejala dini
Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul
adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina,
sariawan, herped zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkolosis paru.
Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex (ARC)
d. Masa gejala lanjut
Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini
menyebabkan risiko tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau
keganasan

6. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 )
antara lain :
a. Pneumonia pneumocystis (PCP)
b. Tuberculosis (TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma Kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

13
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)
adalah
1. Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait
dengan AIDS.
2. Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan
kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut,
kulit, dan funduskopi.
4. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi
HIV, dan pemeriksaan Rontgen.
Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan
jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma,
serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear.
Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4. Bila
>500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya
200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi
pneumonia carinii. Pemberian profilaksi INH tidak tergantung pada
jumlah CD4.
Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal
pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.
Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop
fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan
rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian

14
infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien
dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang
jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
Didanosine, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD 4 dapat
larut.
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
2. Diet
Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah :
a. Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1. Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan
mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua
tahap dini penyakit infeksi HIV.

15
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi
tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body
Mass).
3. Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.
4. Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan
relaksasi.
b. Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah:
1. Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.
2. Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang
terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia,
perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan
menelan.
3. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
4. Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama
jaringan otot).
5. Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang
adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang
diberikan.

c. Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah:


1. Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi,
diperhatikan faktor stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu
tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap
kenaikan Suhu 1°C.
2. Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan
mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein
disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
3. Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total.
Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada
malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan rantai
sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan

16
(asam lemak omega 3) diberikan bersama minyak MCT
dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
4. Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka
Kecukupan Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin
A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan
Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa
suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat
menekan kekebalan tubuh.
5. Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.
6. Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien
dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus
hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang
sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick
fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid).
7. Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare
perlu diganti (natrium, kalium dan klorida).
8. Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien.
Hal ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan
perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi pasien.
Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka
dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde
sebagai makanan utama atau makanan selingan.
9. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
10. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara
mekanik, termik, maupun kimia.

17
d. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV,
yaitu kepada pasien dengan:
1. Infeksi HIV positif tanpa gejala.
2. Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare,
kesulitan menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah
bening).
3. Infeksi HIV dengan gangguan saraf.
4. Infeksi HIV dengan TBC.
5. Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome.
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara,
yaitu secara oral, enteral (sonde) dan parental (infus). Asupan
makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak
mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental
sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam
diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.
1. Diet AIDS I
Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut,
dengangejala panas tinggi, sariawan, kesulitan menelan, sesak
nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah
pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu,
diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien,
dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan,
makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk
kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde
dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral
komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat
besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak energy
dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule)

18
2. Diet AIDS II
Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah
tahap akut teratasi. Makanan diberikan dalam bentuk saring atau
cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan
membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat
gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan
atau sebagai makanan utama.
3. Diet AIDS III
Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II
atau kepada pasien dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk
makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering.
Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila
kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi
penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan
sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama.

19
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Survey Mawas Diri

1) Menentukan sasaran (jumlah, lokasi) = sebagian besar kelompok dewasa


awal mengalami masalah AIDS di sekitar daerah lokalisasi.
2) Informasi di dapatkan dari kader kesehatan di wilayah setempat serta
warga sekitar dan puskesmas.
3) Instrumen dibuat menggunakan pendekatan PRECED PROCEED.

b. Data Pengkajian
1) Pengkajian Sosial
Pengkajian sosial bisa didapatkan dari data angket dan data
wawancara. Diperoleh data sebagian besar dewasa awal yang terkena
HIV/AIDS berpendidikan terakhir SD.
2) Pengkajian Epidemiologi
Pengkajian epidemiologi di dapatkan dari data wawancara. Didapatkan
data kematian penderita HIV/AIDS dewasa awal setiap tahunnya
semakin bertambah.
3) Pengkajian Perilaku dan Lingkungan
Pengkajian lingkungan didapatkan dari data angket, wawancara dan
observasi. Didapatkan data bahwa sebagian besar penderita HIV/AIDS
bekerja sebagai PSK di lokalisasi dan sering berganti pasangan.
4) Pengkajian Edukasi dan Organisasi
Pengkajian edukasi dan observasi didapatkan dari data angket dan
wawancara. Didapatkan data sebagian besar penderita HIV/AIDS
dewasa awal tidak mengetahui bahaya yang ditimbulkan akibat dari
berganti-ganti pasangan

20
5) Pengkajian Administrasi dan Kebijakan
Pengkajian administrasi dan observasi didapatkan dari data wawancara
dan observasi. Didapatkan data pemerintah daerah tidak pernah
melakukan penyuluhan tentang bahaya dari HIV/AIDS kepada
masyarakat setempat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Defisiensi Kesehatan komunitas b.d faktor pergaulan
b. Perilaku Kesehatan cenderung beresiko b.d AIDS, kurang pemahaman

3. RENCANA KEPERAWATAN

Domain Kelas Kode Diagnosa Tujuan Perencanaan


1 Manajemen 00215 Defisiensi Tujuan jangka Pengembangan
Kesehatan Kesehatan panjang ː Program (8700)
Komunitas Setelah dilakukan a. Memberikan
tindakan keperawatan penyuluhan
selama 1 tahun di tentang bahaya
harapkan status HIV/AIDS
kesehatan komunitas b. Sosialisasi
meningkat dengan KH ː program
1. Data penularan pemerintah
HIV/AIDS menurun c. Berikan pelatihan
2. Penderita kepada kader-
HIV/AIDS kader puskesmas
berkurang
3. Pelayanan kesehatan
bertambah
4. Penggalangan dana
Anti AIDS

21
Manajemen Sumber
Tujuan Jangka Daya Keuangan
Menengah ː (8550)
Setelah dilakukan a. Buat analisis
tindakan keperawatan keuangan program
selama 5 minggu di dari masyarakat
harapkan status b. b.Identifikasi
kesehatan komunitas sumber keuangan
meningkat dengan KH ː untuk penderta
1. Gangguan AIDS AIDS
menurun menjadi
5% Pengembangan
2. Puskesmas aktif Kesehatan
3. Skrining Komunitas (8500)
pengambilan semple a. Identifikasi dan
darah terlaksana bina pemimpin
komunitas yang
Tujuan Jangka potensial untuk
Pendek ː mewujudkan
Setelah dilakukan pelaksanaan yaitu
tindakan keperawatan berupa Kader
selama 2 mnggu di b. Bangun komitmen
harapkan status dengan komunitas
kesehatan komunitas untuk mewujudkan
meningkat dengan KH ː wilayah bebas
1. Masyarakat AIDS
mengetahui tanda
dan gejala
HIV/AIDS
2. Masyarakat
mengetahui cara

22
penularan Skrining Kesehatan
HIV/AIDS (6520)
a. Lakukan
pengambilan
sample darah
b. Sampaikan hasil
pemeriksaan dan
saran lanjutan.
1 Managemen 00188 Perilaku Tujuan Jangka Bantuan pencegahan
Kesehatan Kesehatan Panjang ː AIDS (4490)
Cenderung Setelah dilakukan a. catat status dan
Beresiko tindakan keperawatan riwayat AIDS
selama 1 tahun di b. Informasikan
harapkan status gejala yang
kesehatan komunitas mungkin terjadi
meningkat dengan KH ː c. Tentukan
1. Tidak ada kesiapan
perkumpulan AIDS penderita untuk
2. Tidak ada toko yang berhenti
menjual alat melakukan
kontrasepsi hubungan seks
3. Anggota keluarga bebas
mendukung penuh
untuk penurunan Pendidikan
angka AIDS Kesehatan (5510)
a. Tentukan
Tujuan Jangka pengetahuan
Menengah ː kesehatan dan
Setelah dilakukan gaya hidup AIDS
tindakan keperawatan saat ini
selama 5 minggu di b. Identifikasi

23
harapkan status sumber daya
kesehatan komunitas (tenaga,ruang,per
meningkat dengan KH ː alatan,dll) untuk
1. Kurangnya pelaksanaan
keinginan melakuan pendidikan
hubungn seks bebas kesehatan
2. Adanya penyuluhan c. Tekankan
dari Puskesmas manfaat positif
setiap 1 bulan sekali pencegahan
3. Puskesmas aktif AIDS dan efek
memberikan melakukan seks
penyuluhan bebas
d. Letakkan iklan
menarik tentang
Tujuan Jangka pengendalian
Pendek ː AIDS di tempat
Setelah dilakukan strategis.
tindakan keperawatan
selama 2 minggu di
harapkan status
kesehatan komunitas
meningkat dengan KH ː
1. Masyarakat
mengetahui tanda
dan gejala
HIV/AIDS
2. Masyarakat
mengetahui cara
penularan
HIV/AIDS

24
BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN
1. AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul
karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV.
2. Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
3. Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah (
transfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang
mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.

2. SARAN

Berdasarkan simpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran,


diantaranya adalah :
1. Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian AIDS.
2. Agar pembaca dapat menerapkan asuhan keperawatan AIDS pada klien
AIDS.

25
DAFTAR PUSTAKA

Djoerban Z, Djuzi. 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Edisi V. Jakarta : Penerbit Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta :
EGC

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis


Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series

26
LAMPIRAN

1. TABEL KISI-KISI PENGKAJIAN BERDASARKAN MODEL PRECEDE


PROCEED

NO DATA SUB ITEM SUB-SUB PERTANYAAN METODE SUMBER


ITEM
1. Sosial Demografi Identitas Nama Angket Klien
responden Usia Angket Klien
Jenis kelamin Angket Klien
Alamat Angket Klien
Populasi Jumlah penderita Wawancara Kader
HIV/AIDS
Sosial Penghasilan Jumlah penghasilan Angket Klien
ekonomi setiap bulan
Pekerjaan Status Jenis pekerjaan Angket Klien
pekerjaan
Tingkat Formal Pendidikan terakhir Angket Klien
pendidikan
Diskriminasi Isolasi sosial pada Wawancara Kader
penderita HIV/AIDS
2. Epidemi Mortalitas Angka Jumlah angka Wawancara Puskesmas
ologi kematian kematian setiap
tahunnya
Mordibitas Angka Jumlah angka Wawancara Puskesmas
kejadian kejadian penderita
HIV/AIDS

27
Kecacatan Distribusi Jumlah pertambahan Wawancara Puskesmas
penderita HIV/AIDS

3. Perilaku Gaya hidup Pola Pola makan dalam Angket Klien


dan konsumsi sehari
lingkung
an Kandungan gizi Angket Klien

Pola Aktivitas yang Angket Klien


aktivitas dilakukan sehari
Pola beresiko Alat kontrasepsi Angket Klien
yang digunakan

Sering melakukan Angket Klien


hubungan seksual
Tindakan Rencana Angket Klien
pencegahan menggunakan alat
kontrasepsi
Koping Tingkat stres setelah Angket Klien
mengetahui terkena
penyakit HIV/AIDS
4. Edukasi Predisposing Pengetahuan Mengetahui tanda Angket Klien
dan dan bahaya penyakit
organisas HIV/AIDS
i
Mengetahui cara Angket Klien
penularan
HIV/AIDS

Mengetahui cara Angket Klien


pencegahan

28
HIV/AIDS

Health belief Persepsi Penyebab HIV Angket Klien


model adalah ciuman

Penyebab HIV Angket Klien


adalah bersentuhan
dengan penderita

Penyebab HIV Angket Klien


adalah menggunakan
alat makan, baju, dan
barang-barang lain
secara bergantian
dengan penderita
Reinforcing Dukungan Dukungan informasi Angket Klien
keluarga

Dukungan informasi Angket Klien


kader
Perilaku Penyuluhan tentang Angket Klien
Nakes HIV/AIDS
5. Administ Program Penyuluhan Wawancara Puskesmas
rasi dan kesehatan penggunaan alat
Kebijaka yang telah kontrasepsi
n ada
Pengecekan Wawancara Puskesmas
kesehatan

29
KUESIONER

PENGKAJIAN PENDERITA PENYAKIT AIDS

PADA PENDUDUK DEWASA AWAL

Kuesioner ini diberikan kepada penduduk yang memiliki anggota keluarga dewasa
awal.

1. Nama :
2. Usia :
3. Alamat :
4. Anggota keluarga :
Nama Umur Jenis Posisi dalam Pekerjaan pendidikan
kelamin keluarga

5. Apakah jenis pekerjaan Anda?


a. PNS d. Petani
b. Wiraswasta e. Tidak bekerja
c. Karyawan Pabrik f. Lainnya, sebutkan....
6. Berapa total penghasilan Nda setiap bulan?
a. Kurang dari Rp. 1.909.000
b. Lebih dari Rp. 1.909.000
c. Tidak memiliki penghasilan
7. Apakah pendidikan terakhir Anda?
a. Tidak sekolah d. SMA
b. SD e. Perguruan Tinggi
c. SMP f. Lainnya, sebutkan...

30
8. Apakah Anda menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan hubungan seksual?
a. Ya b. Tidak

9. Berapa kali Anda melakukan hubungan seksual dalam sehari?


a. 2 kali
b. 3 kali
c. Lebih dari 3 kali
10. Apakah Anda berencana menggunakan alat kontrasepsi saat melakukan
hubungan seksual?
a. Ya b. Tidak
11. Bagaimana cara Anda menyikapi jika Anda terkena HIV/AIDS?
a. Menangis d. Mengamuk
b. Pasrah e. Lainnya, sebutkan...
c. Cemas
12. Apakah Anda mengetahui tanda dan bahaya HIV/AIDS?
a. Ya b. Tidak
13. Apakah Anda mengetahui cara penularan HIV/AIDS?
a. Ya b. Tidak
14. Apakah Anda mengetahui cara pencegahan penularan HIV/AIDS?
a. Ya b. Tidak
15. Apakah menurut Anda berciuman dapat tertular HIV?
a. Ya b. Tidak
16. Apakah menurut Anda bersentuhan dengan penderita bisa tertular HIV/AIDS?
a. Ya b. Tidak
17. Apakah menurut Anda menggunakan alat makan, baju dan barang-barang lain
secara bergantian dengan penderita bisa tertular HIV/AIDS?
a. Ya b. Tidak
18. Apakah Anda mendapatkan dukungan informasi dari keluarga mengenai
HIV/AIDS?
a. Ya b. Tidak

31
19. Apakah pernah dilakukan penyuluhan tentang HIV/AIDS di daerah Anda?
a. Ya b. Tidak

32
PEDOMAN WAWANCARA

A. KADER KESEHATAN

Narasumber :
Jabatan :

1. Berapa jumlah warga yang terkena HIV/AIDS dalam 1 tahun terakhir?


2. Apakah ada perlakuan berbeda ketika seseorang terkena HIV/AIDS?

B. PUSKESMAS

Narasumber :
Jabatan :

3. Berapa angka kematian yang disebabkan karena penyakit HIV/AIDS?


4. Berapa angka kejadian yang disebabkan karena penyakit HIV/AIDS?
5. Berapa persen penambahan penderita HIV/AIDS dalam satu tahun
terakhir?
6. Bagaimana program penyuluhan tentang alat kontrasepsi yang dilakukan
oleh perawat?
7. Berapa jumlah tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan kesehatan
kepada dewasa awal?

33
PEDOMAN OBSERVASI

1. Apakah banyak tempat lokalisasi?


2. Apakah warga sekitar mendukung untuk dibukanya lokalisasi?
3. Apakah banyak warga yang mengunjungi tempat lokalisasi?

34

Você também pode gostar