Você está na página 1de 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian titrasi pengendapan
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi
titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya
ialah reaksi pengendapan yangcepat mencapai kesetimbangan pada setiap
penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan
indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang
dapat digunakan titrasi. (Khopar, 1990)
2.2 Pengertian Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti
perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar
zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan
endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang
telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga
seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan
pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992)
2.3 Cara mohr
Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO3 dilakukan dengan K2CrO4.
Pada titrasi ini akan terbentuk endapan baru yag berwarna. Pada titik akhir
titrasi, ion Ag+ yang berlebh diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna
merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit basa, tetapi tidak boleh
terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2. Jika larutan terlalu
asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO4- berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan
pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator
berwarna harus lebih larut dibanding endapan utama yang terbentuk selama
titrasi. Indikator tersebut biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2,
dengan titik akhir-akhir terbentuknya endapan garam Ba yang berwarna
merah. (Khopar, 1990)
2.4 Cara Volhard
Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah
contoh metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan.
Selama titrasi, AgSCN terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN
terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4SCN yang berlebih bereaksi
dengan Fe(III) membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah
asam karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang
ditambahkan ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag+ tersebut
kemudian dititrasi balik dengan menggunakan Fe(III) sebagai indikator.
(Khopar, 1990)
2.5 Cara Fajans
Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah
zat yang dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya
warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara
lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat
membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan
dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk
mudahnya ditulis HFI) :
HFI Û H+ + FI-
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda.
Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik
akhir dalam dalam titrasi ini diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni
(i) endapan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan (iii) larutan yang
semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)
2.6 Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi Pengendapan
A. pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida
dan bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan
larutan perak nitrat, sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk
berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung
dengan ion perak kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat larut.
Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit
sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994)
B. Pembentukan suatu senyawa berwarna yang dapat larut
Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan
adanya asam nitrat bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat
standar. Indikatornya adalah larutan besi (III) ammonium sulfat.
Penambahan larutan tiosianat menghasilkan mula-mula endapan perak
klorida. Kelebihan tiosianat yang paling sedikitpun akan menghasilkan
pewarnaan coklat kemerahan, disebabkan oleh terbentuknya suatu ion
kompleks.
Ag+ + SCN- Û AgSCN
Fe3+ + SCN- Û [FeSCN]2+
Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan
iodide dalam larutan asam. Larutan perak nitrat standar berlebih
ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik dengan larutan tiosianat
standar. (Bassett, 1994)
Ag+ + Cl- Û AgCl
Ag+ + SCN- Û AgSCN
C. Penggunaan indikator adsorpsi
Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada
titik ekuivalen, indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses
adsorpsi terjadi suatu perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu
zat dengan warna berbeda, maka dinamakan indikator atau adsorpsi.
Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat asam, seperti warna deret
flouserein misalnya flouserein an eosin yang digunakan sebagai garam
natriumnya.
Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak
klorida dititrasi dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap
mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion flouresein akan membentuk suatu
kompleks dari perak yang merah jambu. (Bassett, 1994).

Você também pode gostar