Você está na página 1de 5

ASAL DESA KARANGPANDAN

ASAL-USUL DESA KARANGPANDAN

Pada Zaman dahulu ada seorang nenek yang sedang mencari daun pandan, dan ada seorang
kakek yang mencari udang – udang kecil di laut. Nenek itu bertanya pada sang kakek “Dapat
banyak mbah ?”, dan kakek itu menjawab “Hasilnya cukup untuk makan”.

Dahulu desa karang pandan banyak sekali tumbuhan pandan, hampir setiap lahan ada
tumbuhan pandannya. Dan tumbuhan pandan itu tumbuh atau hidup diatas karang – karang.

Banyak orang dari luar desa karang pandan berdatangan ke desa karang pandan untuk mencari
daun pandan untuk dibuat tikar. Dan pada suatu hari ada seorang lelaki lewat didesa karang
pandan dan berkata “Kelak jika ada rejekinya zaman namakan desa ini desa karang pandan”
setelah itu laki – laki itu pergi entah kemana. Dan sejak itulah desa ini dinamakan desa karang
pandan.
Desa Kemuning

Dalam kesempatan ini kita akan mengunjungi sebuah dukuh di wilayah Malang Selatan provinsi
Jawa Timur, yang memiliki keistimewaan dan keutamaan di masa lampau, Artebianz. Terutama
sejak zaman Kerajaan Tumapel (Singhasari) yang jarang diketahui khalayak umum dan
tentunya menarik untuk dibahas.

Adalah Dukuh Kemuning, sebuah dukuh yang unik serta memiliki nilai sejarah dan budaya yang
tinggi. Tentu menarik membahas bagaimana peranan dukuh ini di masa lampau yang akan kita
bahas berikut ini.

Dukuh Kemuning secara administrasi terletak di Desa Kranggan, Kecamatan Ngajum,


Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dahulu wilayah ini masuk wilayah Desa Sengguruh,
Kecamatan Kepanjen (dukuh ini berjarak sekitar 18 km dari Kota Kepanjen).

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda menurut Staatbald Gubernur Jenderal tanggal 01
Maret 1874 Nomor 72 yang berlaku mulai 01 april 1874, menyatakan bahwa Karesidenan
Pasuruan memiliki 03 bagian wilayah (Afdeling), yaitu Afdeling Pasuruan, Afdeling Bangil, dan
Afdeling Malang. Desa Kranggan (termasuk Dukuh Kemuning di dalamnya) masuk Distrik
(Kawedanan) Kepanjen Afdeling Malang.

Untuk menuju ke dukuh ini pengunjung dapat melewati area Malang bagian selatan yaitu:

Alun-alun Kota Malang → Kepuh → Kebon Agung → Genengan → Pakisaji → Pertigaan Jalan
Baru (Terus arah Kepanjen belok kiri arah Karangkates). Pilih belok kanan arah Karangkates
→ Ngasem → Kranggan → Kemuning.

Sementara itu, untuk menuju punden desa tempat Situs Kemuning, Artebianz bisa bertanya
warga desa karena semua warga mengetahuinya.Di Dukuh Kemuning terdapat peninggalan
kepurbakalaan yang sangat penting berupa prasasti yang semakin aus (disebut Prasasti
Kranggan), reruntuhan candi berbata merah, juga sebuah yoni dan lingganya yang sudah hilang
beberapa tahun yang lalu, serta adanya arca Lembu Nandini yang tersembunyi di bawah akar
pohon beringin (Suwardono, 2013:169-170).

Pada bulan Oktober tahun 1916, saat seorang ahli sejarah dan budayawan dari Negeri Belanda
bernama Frederik David Kan Bosch (F.D.K Bosch) berjalan-jalan di daerah Dukuh Kemuning, ia
menemukan Situs Kemuning—yang terdiri dari prasasti, fragmen batu merah, lingga dan yoni,
serta arca Lembu Nandini).

Bosch berusaha membaca prasasti Kranggan di situs Kemuning tersebut, namun sayang sekali
prasasti batu itu sudah usang sehingga sulit untuk dibaca dan isinya tidak dapat diketahui
dengan jelas (Poesponegoro & Notosutanto, 2010:436). Akan tetapi, untunglah tahunnya dapat
dibaca yaitu 1178 Saka (1256 M), hal ini ditulis F.D.K Bosch di OV (Oudheidkundige Verslag van
de Oudheidekundige Dienst in Nederlandsch Indie).
Jika dicermati lebih lanjut tahun tersebut bertepatan dengan pemerintahan Raja
Wisnuwardhana dari Kerajaan Singasari. Namun, prasasti dikeluarkan oleh Raja Muda
(Yuwaraja/Kumararaja) Kertanegara, anaknya. Selain itu, seperti yang kita ketahui
sebelumnya, bahwa di situs ini terdapat temuan lingga dan yoni serta sisa-sisa dari bangunan
suci. Mengingat terdapat sebuah lingga dan yoni, diduga bangunan suci yang berhubungan
dengan tempat tersebut adalah bangunan suci agama Hindu.
ASAL USUL DESA MOJODIPO

ASAL USUL DESA MOJODIPO

DESA MOJODIPO TERLETAK DI KELURAHAN TUGU KECAMATAN JUMANTONO


KABUPATEN KARANGANYAR

Pada zaman dahulu ada sebuah ibu yang sedang hamil. Setelah bebrapa bulan kemudian
seorang ibu ibu tersebut mekahirkan seorang anak laki laki yang beri ia nama ‘ DIPO’ . seiring
brjalan nya waktu anak tersebut bertamabah usia . pada suatu hari anak trsebut di beri sebuah
bibit pohon kecil tanama trsebut adalah pohon ‘MOJO’ . dan anak itu menanam pohon trsebut .
waktu terus berjalan dan anak itu sangat bertanggung jawab terhadap pohon yang di tanam
tersebut . setiap hari si dipo selalu menyirami tanaman nya itu. Dia selalu bermain di baewah
tersebut sampai sering nya dia bermain di pohon itu si dipo membuat rumah pohon di atas
pohon itu. Dan ank itu bertambah dewasa. Pohon tersebut betambah semakin besar. Mungkin
si dipo amat sangatb saying tehadap pohon tersebut. Setelah anak tersebut sudah bertambah
tua ketika itu si dipo sedang di bawah pohon mojo tersebut . saat si dipo sedang duduk
menempel di pohon seketika dia tiba tiba meninggal . meninggal nya si dipo sangat aneh. Di
karenakan dia tidak pernah mempuyai penyakit sama sekali . dan orang orang sekitar para
warga sekitar memberi nama desa ini ‘ MOJODIPO’. Sejak itulah terlahir nya nama desa ini yang
di namakan desa mojodipo..
Ngunut, Jumantono, Karanganyar
Ngunut adalah desa di kecamatan Jumantono, Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini
merupakan tulang punggung dari kecamatan jumantono. Kantor-kantor pemerintahan masih
masuk dalam area desa ini.Tepatnya di dusun Ngadirejo, seperti:kantor BRI, Puskesmas,
Koramil, Polsek,Kantor Pertanian dan juga SMP Negeri 1 Jumantono yang merupakan salah satu
SMP favorit di kecamatan Jumantono. Bahkan mungkin se kabupaten Karanganyar.Desa ini di
Kepalai seorang Insinyur Pertanian yang gemar dengan wayang sehingga desa ini sangat maju
dan banyak inovasi yang di kembangkan baik dibidang pertanian dan seni budaya. Di desa in
terdapat peternakan ayam (petelor)terbesar di Kab.Karanganyar yang areanya cukup luas dulu
kebun pabrik jamu air mancur dan juga berdiri sebuah masjid agung yang merupakan masjid
terbesar di kecamatan Jumantono. Dekat dengan masjid ini terdapat sebuah situs peninggalan
sejarah yang sekarang sudah menjadi legenda masyarakat sekitar. Terdapat makam Jaka tarub,
seorang zaman dulu yang diyakini merupakan awal mula terjadi desa Ngunut. Saat sang
bidadari Nawang Wulan pergi kembali ke kayangan setelah menemukan kembali selendang
yang dulu sempat hilang waktu turun dari kayangan untuk mandi di telaga, bersama dengan
enam bidadari lain yang ternyata di ambil oleh Jaka Tarub, dan disimpan di bawah tumpukan
padi.

Di desa ini juga terdapat museum Tanah Kritis yang di dalamnya terdapat sumur minyak dengan
air yang berwarna hijau. Museum ini juga menjadi salah satu objek wisata masyarakat sekitar.

Transportasi di desa ini juga cukup mudah diakses karena di lalui sebuah jalan kecamatan yang
juga dilalui kendaraan menuju ibukota negara, walaupun kendaraan yang menuju ibukota ini
baru satu macam jenisnya, dan hanya lewat sehari sekali untuk menjemput orang yang akan
pergi ke ibu kota

Você também pode gostar