Você está na página 1de 19

LAPORAN STATUS PSIKIATRI

GANGGUAN PANIK

Pembimbing:
dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)
dr. Tribowo T Ginting, Sp.KJ (K)

Disusun oleh:
Siska Sulistiyowati
1620221168

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PEMBANGUNAN
NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
PERIODE 02 JULI-04 AGUSTUS 2018

1
STATUS PERNYATAAN

Tesis ini diajukan oleh :


Nama : Siska Sulistiyowati
NIM : 1620221168
Program Studi : S1 Fakultas Kedokteran
Tahun Akademik : Juli 2018

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


laporan status saya yang berjudul :

GANGGUAN PANIK

Apabila suatu saat terbukti saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima
sanksi yang telh ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Juli 2018

Siska Sulistiyowati

2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.B
Usia : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Strata 1
Status : Menikah
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa tanggal 3 Juli
2018 pukul 11.00 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta,
a. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta untuk
kontrol dan meminta obatnya yang sudah habis.
b. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan Jakarta
untuk kontrol dan meminta obatnya yang sudah habis. Pasien merasakan
cocok dengan obat dengan obat yang diberikan oleh dokter. Pasien sudah
meminum obat sejak 2014 dan merasa butuh minum obat karena dapat
mengurangi keluhannya.
Pada tahun 2014, pasien merasa cemas dan kurang nyaman
dimulai saat pekerjaannya yang dirolling atau pemindahan tempat ,
karena pemindahan tempat yang jauh dan tidak nyaman. Dan saat
pekerjaan ditempat pekerjaan yang baru belum selesai namun sudah
dipindahkan ke tempat lain lagi yang semakin membuat pasien cemas
dan tidak nyaman. Menurut pasien saat mengendarai mobil menuju
rumahnya, pasien pernah tiba-tiba merasa sesak dan berhenti di pinggir
jalan lalu meminta orang untuk menyetir serta mengantarkannya

3
kerumah. Setelah ke poliklinik jiwa keluhan pasien berkurang jika
minum obat. Saat ini pasien mengeluh masih cemas dan kurang nyaman
dengan sistem rolling atau pemidahan tempat di kantornya. Dan pasien
juga mengeluhkan sulit tidur. Keluhan gangguan cemasnya ini biasanya
muncul saat pasien sedang di kantor atau sedang menuju kantornya, saat
gangguan cemas nya muncul pasien merasa gemetar, deg-degan, mual
dan keringat dingin.
Pasien datang berpenampilan sopan, bersih dan rapih sesuai
dengan usia pasien, tidak mencolok tau berlebihan. Pasien mengenakan
seragam PNS dan menggunakan jaket warna coklat tua. Pasien memiliki
kulit sawo matang dan postur tubuh yang agak gemuk.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi otak (kognitif), pasien
ditanya mengenai pertanyaan matematika dasar, yaitu 100-7, pasien
mampu menjawab 93, kemudian 50-7 pasien mampu menjawab 43.
Pertanyaan tersebut dijawab dengan tepat oleh pasien, hal ini
menunjukkan fungsi kognitif pasien baik. Pasien kemudian ditanya
mengenai pengetahuan umum yaitu “siapakah presiden pertama
Indonesia” dan pasien menjawab “bapak Soekarno”, lalu pasien ditanya
lagi “siapa presiden wanita pertama di Indonesia”, pasien menjawab “ibu
Megawati”. Pasien dapat menjawab dengan cepat dan tepat, hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan umum pasien dinilai baik.
Menurut pengakuan pasien, pasien dilahirkan secara normal dan
tidak ada penyulit saat persalinan. Tumbuh kembang diakui cukup baik
sesuai umur. Pasien menempuh jenjang pendidikan SD, SMP, SMA dan
Strata 1. Selama mengeyam pendidikan pasien mengaku tidak pernah
tinggal kelas ataupun dikeuarkan dari sekolahnya. Pasien juga memiliki
banyak teman semasa sekolahnya dan dapat bersosialisasi dengan baik.
Hal ini menunjukkan pasien tidan mengalami gangguuan retardasi
mental dan gangguan kepribadian.
Pasien ditanya mengenai sekolah SD, SMP dan SMA nya dimana,
dan pasien menjawab di Purworejo. Ini menunjukkan daya ingat jangka
panjang pasien baik. Pasien ditanya lagi “saat kemarin libur lebaran

4
pasien liburan kemana”, pasien menjawab “tidak kemana-mana dan
hanya dirumah”. Ini menunjukkan daya ingat jangka menengah pasien
baik. Pasien ditanya ke rumah sakit naik apa, pasien menjawab naik
mobil dan menyetir sendiri. Pasien menjelaskan bahwa dirinya ke kantor
terlebih dahulu untuk absen lalu langsung ke rumah sakit Persahabatan.
Ini menunjukkan daya ingat jangka pendek pasien baik.
Pasien ditantang untuk mengulang menyebutkan tiga bagian tubuh
(dahi, hidung, mata) yang sebelumnya telah disebutkan pemeriksa.
Kemudian pemeriksa mengalihkan pembicaraan, setelahnya barulah
pasien diminta untuk menyebutkan ketiga benda tersebut. Pasien dapat
menyebutkan kembali ketiga benda tersebut. Ini menunjukkan memori
segera pasien baik atau tidak ada gangguan. Untuk mrnilsi abstrak pasien
ditanya mengenai peribahasa “sekali mendayung 2-3 pulau terlampaui”,
dan pasien menjawab “sekali usaha, banyak tujuan tercapai”. Pasien
mampu menjawab dengan tepat dan menunjukkan daya abstrak pasien
baik. Pasien diberi soal cerita untuk menguji fungsi daya nilai, yaitu jika
ada seorang anak ingin menyebrang jalan dan pasien juga ingin
menyebrang jalan, apa yang akan dlakukan pasien. Pasien menjawab
bahwa akan membantu anak tersebut untuk menyebrang jalan. Ini
menunjukkan fungsi daya nilai pasien baik.
Pasien diberi pertanyaan mengenai orientasi, pasien mengetahui
bahwa dirinya saat ini ada di Rumah Sakit, sedang melakukan konsultasi
, dan pada pagi hari. Hal ini menunjukkan orientasi waktu, tempat orang
atau situasi pasien baik dan tidak terdapt gangguan.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan seperti
yang telah disebutkan diatas, pasien dapat menjawab cepat dan tepat.
Hal ini menunjukkan bahwa pada pasien ini fungsi kognitif, pengetahuan
umum, daya ingat jangka pendek, daya ingat jangka menengah, daya
ingat jangka panjang, memori segera, orientasi, uji abstraksi dan uji daya
nilai pasien baik dan tidak terdapat gangguan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pasien ini tidak terdapat adanya gangguan fungsi
otak ataupun adanya gangguan mental organik.

5
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mengonsumsi
narkoba ataupun minuman beralkohol. Pasien mengaku tidak merokok.
Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak memiliki gangguan mental dan
perilaku akibat zat psikoaktif atau alkohol.
Pasien mengaku tidak pernah mendengar suara bisikan yang tidak
ada sumberna, tidak pernah melihat bayangan hitam, tidak pernah
mencium bau-bauan yang tidk ada sumbernya, tidak pernah merasa
disentuh tanpa ada sumbernya dan tidak pernah merasa mengecap rasa
apapun tanpa ada sumbernya. Pasien tidak merasakan bahwa orang
disekitarnya membicarakan tentang dirinya, pasien tidak merasa bahwa
ada orang yang ingin menjahatinya, pasien tidak merasa jika orang lain
dapat membaca pikirannya, pasien tidak pernah merasa pikirannya
dikendalikan orang lain dan tiba-tiba kosong. Pasien percaya dengan
rekan-rekan kantornya untuk meyelesaikan dan membantu tugasnya.
Pasien tidak pernah merasa asing dengan lingkungannya, seperti ruangan
nampak lebih besar atau kecil. Ini menunjukkan bahwa pasien tidak
terdapat derealisasi. Pasien tidak pernah merasa asing dengan dirinya. Ini
menunjukkan tidak terdapat depersonalisasi pada pasien. Dapat
disimpullka bahwa pada pasien ini tida terdapat psikosis.
Pasien tidak pernah merasakan perasaa yang sangat sedih sampai
menyebabka kehilangan minat untuk melakukan aktivitas sehari-hari
ataupun perasaan senang yang berlebihan selama 2 minggu terakhir. Hal
ini menunjukkan bahwa pasien tidak memiliki gangguan mood.
Saat ditanya bagaimana perasaannya akhir-akhir ini, pasien
menjawab masih sering cemas dan kurang nyaman saat dikantor
terutama rolling pada tempat kerjanya. Saat kambuh pasien merasa
gemetar, deg-degan, mual dan keringat dingin. Pasien mengatakan
dirinya dahulu terkadang panik namun saat ini sudah berkurang namun
rasa cemas pasien masih seing timbul, dan pasien mengatakan bahwa
pasien membutuhkan obat untuk mengatasi keluhannya. Saat ditanya 3
keinginan pasien saat ini, pasien menjawab ingin sehat, bahagia dan
pekerjannya tidak dirolling lagi.

6
Pasien menceritakan bahwa pasien memiliki penyait darah tinggi
sejak 3 tahun yang lalu. Pasien selalu rutin meminum obat darah
tingginya agar tekanan darahnya terkontrol dengan baik. Pasien sudah
menikah dan memiliki 5 orang anak. Anak pertama pasien telah menikah
dan tinggal tidak serumah dengan pasien. Hubungan pasien dengan
keluarganya baik. Pendapatan pasien berasal dari pekerjaannya sebagai
PNS. Untuk biaya pengobatan pasien menggunakan jaminan kesehatan
BPJS.
c. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Sebelumnya pasien tidak pernah memiliki keluhan sepert ini.
2. Riwayat Gngguan Medik
Pasien memiliki riwayat gangguan medic lain, yaitu hipertensi.
3. Riwayat Penggunaan NAPZA dan Alkohol
Pasien tidak pernah mengkonsumsi narkobat, obat psikotropik dan
alkohol.
d. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal
Pasien dilahirkan secara normal, tidak ada penyulit saat proses
persalinan.
2. Riwayat Masa Anak-Anak
Tumbuh kembang pasien baik, tidak terdapat masalah dalam
pertumbuhan maupun perkembangan pasien.
3. Riwayat Masa Remaja
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik, mudah menyesuaikan diri
dengan teman-teman di sekolah dan lingkungannya serta dapat
mengikuti pelajaran dengan baik.
4. Riwayat Pendidikan
Pendidikan teakhir pasien adalah strata 1 (S1). Selama mengenyam
bangku pendidikan, pasien tidak pernah tinggal kelas maupun
dikeluarkan dari sekolah.
5. Riwayat Pekerjaan

7
Pasien bekerja di sebuah instansi pemerintahan sudah kurang lenih
30 tahun.
6. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dan memiliki lima orang anak perempuan.
7. Hubungan Dengan Keluarga
Hubungan pasien dengan kelurga baik. Pasien tinggal bersama istri
dan keempat anaknya.
8. Aktivitas Sosial
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik dan mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan sekitar.
9. Riwayat Penyakit Serupa dalam Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada eluaga yang memiliki keluhan serupa
ataupun adanya gangguan kejiwaan seperti pasien.
10. Situasi Sosial Sekarang
Pasien sudah menikah dan tinggal dirumah milik sendiri bersama
istri dan keempat anak perempuannya. Pasien bekerja sebagai
pegawai negeri sipil (PNS). Istri pasien sebagai ibu rumah tangga.
Anak pertama pasien sudah menikah dan tinggal dirumah suaminya.
Hubungan pasien dengan keluarga baik. Hubungan pasien dengan
tetangga dan orang-orang dilingkungannya juga baik. Hubungan
pasien dengan rekan kerjanya juga baik, pasien hanya tidak nyaman
dengan sistem rolling atau perpindahan tempat tugasnya. Pendapatan
pasien didapatkan dari bekerja sebagai PNS untuk memenuhi
kebutuhan hidup pasien dan keluarga, dan pasien merasa cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk biaya pengobatan,
pasien menggunakan jaminan kesehatan BPJS. Kesan ekonomi
dinilai cukup.
11. Persepsi Pasien Tentang Dirinya dan Kehidupannya
Keinginan pasien saat ini, yaitu :
 Ingin sehat
 Ingin bahagia

8
 Pekerjaannya tidak di rolling lagi sehingga pasien merasa
nyaman

III. STATUS MENTAL


a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Laki-laki 52 tahun. Berpenampilan sopan, bersih dan rapih, sesuai
dengan usinya, tidak terlihat mencolok atau berlebihan. Pasien
mengenakan baju seragam PNS dengan jaket berwarna coklat tua.
Pasien memiliki kulit berwarna sawo matang dan postur tubuh agak
gemuk.
i. Kesadaran : composmentis
ii. Kontak psikis : kontak psikis baik, kmunikasi baik dan
kooperatif
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
i. Cara berpakaian :
baik, cukup rapih, sopan & tidak merokok
ii. Cara berjalan :
dapat berjalan sendiri dengan baik tanpa bantuan
iii. Aktivitas psikomotor :
kooperatif, tenang, kontak mata baik, dapat menjawab
pertanyaan dengan baik dan tidak terdapat gerkan-gerakan
involunteer.
3. Pembicaraan
i. Kuantitas :
Baik, pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
dokter dan mengungkapkan isi hati dan keluhan yang
dirasakannya.
ii. Kualitas :
Baik, bicara dinilai spontan, artikulasi jelas, volume cukup
cenderung pelan, isi pembicaraan dapat dimengerti.
4. Sikap terhadap Pemeriksa

9
Pasien kooperatif dan mau menjawab pertanyaan yang diajukan
dengan baik.
b. Keadaan Afektif
1. Mood : Biasa
2. Afek : Luas
3. Kserasian : mood dan afek serasi
4. Empati : pemeriksa dapat merasakan apa yang dirasakan pasien
c. Fungsi Intelektual dan Kognitif
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Pendidikan terakhir pasien strata 1 (S1), pengetahuan umum serta
kemampuan berhitung pasien diniai baik.
2. Daya konsentrasi
Daya konsentrasi pasien baik. Pasien secara kooperatif dapat
mengikuti proses Tanya jawab dari awal hingga akhir. Pasien dapat
menjawab pertanyaan mengenai hitungan matematik dasar,
pengetahuan umum terkait presiden Indonesia. Pasien dapat
mengulang menyebutkan 3 nama bagian tubuh (dahi, mata, hidung)
yang sebelumnya telah disebutkan pemeriksa.
3. Orientasi
i. Waktu
Baik, pasien dapat mengetahui waktu pemeriksaan, yaitu pagi
hari.
ii. Tempat
Baik, pasien dapat mengetahui tempat pemeriksaan yaitu,
sedang berada di RSUP Persahabatan.
iii. Orang
Baik, pasien dapat mengetahui sedang berbicara dengan
siapa, yaitu dengan dokter.
iv. Situasi
Baik, pasien dapat mengetahui sedang melakukan apa, yaitu
menyadari baha dirinya sedang berkonsultasi dengan dokter.

10
4. Daya ingat
i. Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien dapat mengingt tentang masa kecilnya dan hal
terkait dengan jenjang pendidikannya.
ii. Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingt datang kerumah sakit sendiri
dengan menggunakan mobil.
iii. Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengulang menyebutkan 3 bagian tubuh
(dahi, mata , hidung) yang sebelumnya tellah dissebutkan
oleh pemeriksa.
5. Pikiran abstraksi
Baik, pasien dapat mengerti dan menyebutkan arti peribahasa “sekali
mendayung 2-3 pulau terlampaui”, pasien menjawabnya dengan
benar yaitu :sekai usaha, banyak tujuan tercapai”.
6. Kemampuan menolong diri sendiri
Baik, pasien mampu mengurus dirinya sendiri, tanpa bantuan orang
lain.
d. Gangguan Persepsi
1. Haluinasi
i. Halusinasi audiotorik : tidak ada
ii. Halusinasi visual : tidak ada
iii. Halusinasi olfaktorik : tidak ada
iv. Halusinasi taktil : tidak ada
v. Halusinasi gustatorik : tidak ada
2. Depersonalisasi dan Derealisasi
i. Depersonalisasi : tidak ada
ii. Derealisasi : tidak ada
e. Proses Pikir
1. Arus pikir
i. Produktivitas
Baik, pasien dapat menjawab spontan

11
ii. Kontuinitas
Baik, pasien dapat menjawab semua pertanyaan
2. Isi pikiran
i. Preokupasi : tidak ada
ii. Gangguan pikiran :
 Delusion of grandiosity : tidak ada
 Delusion of reference : tidak ada
 Delusion of control : tidak ada
 Thought of withdrawal : tidak ada
 Thought of broadcasting : tidak ada
f. Pengendalian impuls
Baik, pasien tampak tenang dn kooperatif saat proses Tanya jawab yang
dilakukan dan tidak terdapat gerakan involunter.
g. Daya Nilai
1. Norma sosial
Baik, pasien dapat bersosialisasi dengan baik dan mudah
menyesuaikan diri dengan ingkungan sekitar.
2. Uji daya nilai
Baik, ketika diberikan pertanyaan untuk menguji daya nilai pasien
yaitu , “apa yang anda lakukan jika melihat anak kecil ingin
menyebrang jalan”. Pasien menjawab “akan menolong anak kecil
tersebut untuk menyebrang jalan”. Hal ini menunjukkan bahwa uji
daya nlai pasien baik.
3. Penilaian realita
Pada pasien ini tidak terdapat gangguan dalam menilai realita.
h. Persepsi Pemeriksaan terdadap Diri dan Kehidupan Pasien
Pasien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan kejiwaan, berupa
gangguan kecemasan yang berlebihan dengan serangan. Pasien
menyadari bahwa dirinya membutuhkan obat untuk memperbaiki kodisi
kesehatannya sehingga pasien rutin datang untuk kontrol.

12
i. Tilikan
Tilikan derajat 6, yaitu pasien menyadari penuh tentang situasi yang
tejadi pada dirinya, serta penyebab timbulnya keluhan tersebut, disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan dengan cara berobat ke dokter dan
mengikuti saran/anjuran dokter.
j. Taraf dapat Dipercaya
Pemeriksa memperoleh kesan secara menyeluruh , bahwa jawaban
pasien dapat dipercaya karena konsistensi jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan oleh dokter pemeriksa dari awal hingga akhir
proses tanya jawab.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status generalis
1. Keaadaan umum : baik, tampak sakit ringan
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda vital
i. TD : 140/80 mmHg
ii. Nadi : 74 x/menit
iii. RR : 22 x/menit
4. Sistem kardiovaskular : hipertensi
5. Sistem musculoskeletal : tidak ada kelainan
6. Sistem gastrointestinal : tidak ada kelainan
7. Sistem urogenital : tidak ada kelainan
8. Gangguan khusus : tidak ada kelainan
b. Status neurologis
1. Saraf kranial : tidak ada kelainan
2. Saraf motoric : tidak ada kelainan
3. Sensibilitas : tidak ada kelainan
4. Saraf vegetative : tidak ada kelainan
5. Fungsi luhur : tidak ada kelainan
6. Gangguan khusus : tidak ada kelainan

13
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
a. Pasien laki-laki 52 tahun, datang mengeluhkan ketika gangguan
paniknya muncul, pasien merasa gemetar, deg-degan, mual dan keringat
dingin.
b. Keluhan dirasakan sejak tahun 2014, diawali dengan system rolling pada
tempat kerjanya yang membuat pasien tidak nyaman
c. Pasien tidak memilii masalah pada kesadaran, fungsi kognitif,
pengetahuan umum, daya ingat dan orientasinya.
d. Pasien tidak mengkonsumsi alcohol atau obat terlarang lainnya
e. Pasien tidak mengalami gangguan dalam menilai realita
f. Pasien tidak pernah merasakan sangat sedih maupun perasaan senang
berlebihan
g. Pasien dilahirkan secara normal dan tidak ada gangguan tumbuh
kembang, dan sampai saat ini pasien dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya
h. Pasien menempuh pendidikan hingga tamat strata 1 (S1), tidk pernah
tinggal kelas maupun dikeluarkan dari sekolah atau universitasnya.
i. Pasien memiliki riwayat hipertensi
j. Pasien sudah menikah dan memiliki 5 orang anak. Anak pertama pasien
telah menikah dan tinggal tidak serumah dengan pasien. Hubungan
pasien dengan keluarganya baik. Pendapatan pasien berasal dari
pekerjaannya sebagai PNS. Untuk biaya pengobatan pasien
menggunakan jaminan kesehatan BPJS.
k. Pasien ini memiliki gejala minimal berupa cemas yang memuncak saat
sedang di kantor terutama mengenai rolling tempat pekerjaan. Pasien
masih dapat menjalani aktivitasnya dengan baik.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK


Berdasarkan hasi anamnesis dan pemeriksaan yang teah dilakukan pada
pasien ini, terdapat gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan
bermakna sehingga menimbulkan pendeitaan (distress0 dan yang berkaitan

14
dengan terganggunya fungsi (disfungsi). Berdasarkan hasil tersebut, maka
pasien dikatakan menderita Gangguan Jiwa.
1. Diagnosis aksis I
 Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaa fisik yang telah dilakukan
tidak terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini
dapat diniai dari tingkat kesadaran, fungsi kogntif, daya ingat dan
daya onsentrasi serta orientasi pasien yang masih baik, sehingga
pasien ini bukan penderita Gangguan Mental Organik (F.0).
 Dari anamnesis tidak didapatkan riwayat merokok, tidak memiliki
riwayat minum minuman beralkohol, ataupun menggunakan NAPZA
lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini bukan penderita
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau
Alkohol (F.10).
 Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan daam menilai
realita berupa waham dan halusinsi , maka pasien ini bukan
penderita Gangguan Psikotik (F.20).
 Pada pasien ini tidak ditemukan afek depresi, kehilangan minat,
mudah lelah, ide bunuh diri. Maka pasien ini bukan penderita
Gangguan Depresi. Pada pasien ini tida ditemukan elevasi afek atau
euphoria, aktivitas mental dan psikomotor berlebihan, maka pasien ii
bukan penderita Gangguan Manik. Karena tidak ada gangguan
manik dan depresi maka pasien ini bukan penderita Gangguan
Mood (F.30).
 Pada pasien ini ditemukan adanya kecemasan yang memuncak
disertai ketegangan motoric berupa gemetar, dan overaktivitas
otonom berupa keringat dingin, mual dan deg-degan. Yang terjadi
terbatas pada situasi tertentu yaitu saat sedang dikantor atau
perjalanan menuju kantor. Diluar serangan itu pasien tidak memiliki
keluhan apapun dan kembali normal (free symptom). Maka pasien
ini dinyatakan menderita Gangguan Panik (F.41.0).

15
2. Diagnosis aksis II
Pada masa kanak-kanak hingga dewasa pasien tumbuh dengan baik,
dapat berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Pada pasien tidak
ditemukan adanya perilaku tidak feksibel maupun maladaptive, sehingga
pasien tidak menderita gangguan kepribadian. Pendidikan terakir
pasien adalah strata 1 (S1), fungsi kognitif masih baik, pengetahuan
umum pasien baik, maka pasien tidak terdapat gangguan retardasi
mental. Karena tidak terdapat gangguan kepribadian dan tidak terdapat
gangguan retradasi mental, maka diagnosis aksis II adalah tidak ada
diagnosis.
3. Diagnosis aksis III
Pada anamnesis, pasien menyebutkan memiliki riwayat penyaakit
hipertensi.
4. Diagnosis aksis IV
Pasien sudah menikah dan tinggal dirumah milik sendiri bersama istri
dan keempat anak perempuannya. Pasien bekerja sebagai pegawai negeri
sipil (PNS). Istri pasien sebagai ibu rumah tangga. Anak pertama pasien
sudah menikah dan tinggal dirumah suaminya. Hubungan pasien dengan
keluarga baik. Hubungan pasien dengan tetangga dan orang-orang
dilingkungannya juga baik. Hubungan pasien dengan rekan kerjanya
juga baik, pasien hanya tidak nyaman dengan sistem rolling atau
perpindahan tempat tugasnya. Pendapatan pasien didapatkan dari bekerja
sebagai PNS untuk memenuhi kebutuhan hidup pasien dan keluarga, dan
pasien merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk biaya
pengobatan, pasien menggunakan jaminan kesehatan BPJS. Kesan
ekonomi dinilai cukup. Pasien sering merasa keluhannya muncul
kembali ketika mengingat system rolling di tempat kerja pasien yang
jauh dan tidak nyaman serta pekerjaan yang belum seleasai namun sudh
dipindah tugaskan lagi. Maka diagnosis pada aksis IV adalah system
rolling pada pekerjaan pasien yang tidak nyaman.

16
5. Diagnosis aksis V
Pasien ini memiliki gejala minimal beruppa cemas yang memuncak saat
sedang di kantor terutama saat mengingat system roliing ditempat
kerjanya. Dapat berfungsi dengan baik yang berarti pasien masih dapat
menjalani aktivitasnya dengan baik tidak mengalami gangguan. Maka
pada aksis V didapatkan GAF scale 90-81.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL


a. Aksis I : Gangguan Panik (F.41.0)
b. Aksis II : Tidak ada dignosis
c. Aksis III : Hipertensi
d. Aksis IV : Sistem rolling pada pekerjaan pasien yang tidak nyaman
e. Aksis V : GAF scale 90-81

VIII. DAFTAR PROBLEM


a. Organobiologik : hipertensi
b. Psikologi : gangguan cemas yang memuncak

IX. PROGNOSIS
a. Prognosis ke arah baik
 Pasien tidak memiliki genetik terhadap gangguan kejiwaan.
 Pasien rutin control ke poliklinik Psikiatri
 Pasien minum obat yang diberikan oleh dokter secara teratur
b. Prognosis ke arah buruk
 Gejala muncul saat pasien ingat sistem roling ditempat kerjanya
 Gejala mudah kambuh saat pasien tidak minum obat

17
X. TERAPI
a. Psikofarmaka
 Alprazolam ¾ mg – 0 – 1 mg
 Fluoxetine 1 x 20mg
b. Psikoterapi
 Edukasi mengenai kondisi kesehatan jiwanya, minum obat rutin
dan kontrol rutin
 Memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa
 Selalu berpikiran positif dan selalu bersyukur atas prestasi yang
dapat diraihnya.
 Terapi relaksasi yaitu dengan meregangkan otot-otot, lalu berpikir
ditempat nyaman menurut pasien

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira, Sylvvia D, dkk 2015, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FK UI,
Jakarta.
2. Maslim, Rusdi, 2013, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Cetakan
Kedua, PT. Nuh Jaya, Jakarta
3. Maslim, Rusdi, 2007, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Edisi Ketiga,
PT. Nuh Jaya, Jakarta.

19

Você também pode gostar