(Allium ascalonicum) SEBAGAI SOLUSI DIABETES MELLITUS
Nurliati 1, Amelia Rumi 2*
1 Akademi Farmasi Tadulako Farma, Palu, Indonesia 2 Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia Jl. Dewi Sartika No VII Palu Email: Nurliatianakfarmasi@gmail.com
ABSTRAK
Berdasarkan penelitian kulit bawang merah (Allium ascalonicum) mengandung
flavonoid jenis kuarsetin yang diduga sebagai salah satu senyawa yang dapat menurunkan kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat kulit bawang dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus) dan untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak kulit bawang merah (Allium ascalonicum) memiliki efek menurunkan kadar gula darah jika dibandingkan dengan glibenklamid. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium yang menggunakan hewan coba tikus putih jantan dengan bahan uji ekstrak kulit bawang merah. Ekstrak kulit bawang merah yang diuji pada tikus putih jantan diabetes yang diinduksi dengan sukrosa 50%. Konsentrasi ekstrak kulit bawang merah yang digunakan ialah 20%, 30% dan 40% yang diberikan secara oral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kulit bawang merah pada semua konsentrasi dapat menurunkan kadar glukosa darah. Konsentrasi yang paling efektif menurunkan gula darah pada tikus putih jantan yaitu konsentrasi 20% dengan rata-rata 51,33 mg/dL. Kulit bawang merah pada konsentrasi 20%, 30% dan 40% dapat menurunkan gula darah. Konsentrasi yang paling efektif menurunkan gula darah pada tikus putih jantan yaitu pada konsentrasi 20%.
Kata kunci: Bawang merah (Allium ascalonicum), Tikus Putih Jantan
(Rattus norvegicus), Diabetes Mellitus. ABSTRACT
Based on onion peel research (Allium ascalonicum) containing quarcetin type of
flavonoid suspected as one of the compounds that can lower blood sugar levels. The aim of this research and to know the benefits of onion peel in lowering blood glucose level in white male rats of wistar strain (Rattus novergicus) and to know the concentration of onion peel (Allium ascalonicum) extract that has an effect of lowering blood sugar level when compared with glibenclamide. The research method used is experimental laboratory by using white male rats with onion peel extract as the material test. The onion peel extract tested in diabetic white male rats was induced by 50% sucrose. The concentrations of onion skin extract used were 20%, 30% and 40% given orally. The results showed that giving onion skin extract at all concentrations can lower blood glucose levels. The most effective concentration of lowering blood sugar in male white rats is a concentration of 20% with an average of 51.33 mg / dL. Shallot skin the concentrations of 20%, 30% and 40% can lower blood sugar. The most effective concentration of lowering blood sugar in male white rats is at concentrations of 20%.
Keywords: Peel Onion (Allium ascalonicum), Male Rat White (Rattus norvegicus), Diabetes Mellitus.
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 1|Page
PENDAHULUAN Diabetes Mellitus disebut Tingginya tingkat senyawa juga the Silent killer merupakan fenol pada lapisan kulit bawang penyakit yang akan memicu krisis menunjukkan bumbu dapur ini kesehatan terbesar pada abad memiliki kandungan flavonoid ke-21 Indonesia merupakan tinggi. Flavonoid alami banyak Negara dengan jumlah penderita memainkan peran penting dalam diabetes mellitus ke 4 terbanyak pencegahan diabetes dan di dunia setelah Cina, India dan komplikasinya (Jack, 2012). Amerika Serikat (IDF, 2010). Sejumlah studi telah dilakukan World Health Organization untuk menunjukkan efek (WHO) 2009, memprediksi data hipoglikemik dari flavonoid diabetes mellitus diseluruh dunia dengan menggunakan model akan meningkat menjadi 333 juta eksperimen yang berbeda, dalam 25 tahun mendatang. hasilnya tanaman yang Menurut Vanesa Benites mengandung flavonoid telah seorang peneliti departemen terbukti memberi efek dalam kimia pertanian universitas melawan penyakit diabetes Madrid, Spanyol. Mereka mellitus, baik melalui kemampuan mengidentifikasi zat bagian dari mengurangi penyerapan glukosa bawang .Menurut penelitian, kulit maupun dengan cara bawang merah yang mengering meningkatkan toleransi glukosa mengandung serat diet tinggi, (Brahmachari, 2011). kulit bawang juga mengandung Penelitian yang telah senyawa fenolik, seperti kuarsetin dilakukan oleh Nagwa M. Ammar dan flavonoid, serta metabolit lain dan Sahar Y. AI-Okbi tentang yang bersifat obat, dua lapisan perbandingan efek empat jenis bawang merah pada bagian juga flavonoid terhadap kadar glukosa mengandung serat dan flavonoid darah tikus wistar yang diinduksi (Benites, V, 2012). aloksan, menunjukkan hasil bahwa quersetin memberikan
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 2|Page
efek hipoglikemik paling dengan harapan limbah kulit signifikan dibandingkan ketiga bawang merah yang tidak jenis flavonoid yang lain, yaitu memiliki nilai ekonomis di morin, dan rutin. Akan tetapi, masyarakat ini dapat diminimalisir informasi mengenai kulit bawang dan akan menjadi salah satu merah ini masih terbatas limbah yang bermanfaat untuk sehingga penelitian ini dilakukan kesehatan METODE PENELITIAN Jenis Penelitian secara tertulis dan relevan Jenis penelitian dengan mengenai efek ekstrak kulit menggunakan metode bawang merah terhadap eksperimental skala laboratorium penurunan gula darah pada Tikus untuk mengetahui efek Putih Jantan Galur wistar. hipoglikemik terhadap penurunan Teknik pengumpulan data gula darah pada Tikus Putih Data yang diperoleh untuk Jantan Galur wistar. penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Waktu dan Tempat Penelitian berasal dari pustaka, Penelitian dilakukan pada pengambilan bahan, dan hasil bulan Februari 2017. Penelitian penelitian secara langsung dilakukan di Laboratorium Instrumen Penelitian Terpadu Akademi Farmasi Alat yang digunakan batang Tadulako Farma Palu, Jalan Dewi pengaduk, cawan porselin, gelas Sartika VII Nomor 77 erlenmeyer, gelas kimia, gelas Jenis dan sumber data ukur, glukometer (Easy Touch®), Jenis data yang diperoleh kandang tikus, lumpang dan berupa data primer dari hasil mortir, lap kasar, lap halus, penelitian laboratorium dan juga pengaduk, sonde oral, spoit data sekunder yang didapat dari injeksi, timbangan analitik, labu berbagai sumber. Data-data ukur 100 ml, rotavapor tersebut berupa dokumen, Bahan laporan dan bahan-bahan lain
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 3|Page
Bahan yang digunakan yaitu ascalonicum.), glibenklamid, air suling, alumunium foil, larutan handscoen, kapas, kertas saring, gula, alcohol 70%, etanol 96%, kertas timbang, Aquadest , dan kulit bawang merah (Allium Na CMC Proses Pengolahan simplisia pelarut etanol sebanyak 2 liter kulit bawang merah dan diaduk dan didiamkan Pengumpulan bahan baku selama 5 hari sambil sesekali limbah kulit bawang merah diaduk. Bejana disimpan tertutup Setelah bahan baku terkumpul, rapat dan terhindar dari sinar dilakukan sortasi basah untuk matahari. Maserat disaring, memisahkan kotoran yang kemudian filtrat yang terkumpul menempel pada kulit bawang diuapkan merah. Setelah itu, dilakukan Uji fitokimia pembilasan dengan air yang Analisis fitokimia merupakan mengalir. Kulit bawang merah analisis kualitatif yang dilakukan yang bersih, kemudian ditiriskan untuk mengetahui komponen agar tidak bercampur air. Setelah bioaktif yang terkandung dalam penirisan, dilakukan Pengeringan tiap pelarut dari ekstrak kulit kulit bawang merah dilakukan bawang merah (Allium dengan cara diangin-anginkan. ascalonicum). Analisis fitokimia Kemudian dilakukan sortasi yang dilakukan meliputi uji kering untuk memisahkan bagian flavonoid. Metode analisis yang yang tidak dinginkan. digunakan berdasarkan pada Proses Pembuatan ekstrak Harbone (1987). kulit bawang merah Uji flaovonoid dilakukan Proses ekstraksi kulit bawang dengan menambahkan sejumlah merah menggunakan metode sampel dengan serbuk dengan pelarut etanol 96 %. Kulit magnesium 0,1 g dan 1 ml HCL bawang merah dimasukkan ke kemudian campuran dikocok. dalam bejana maserasi sebanyak Reaksi positif yang ditunjukkan 100 g kemudian ditambahkan dengan terbentuknya warna
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 4|Page
merah, atau jingga Pembuatan Suspensi (Harbone,1987) Glibenklamid Glibenklamid Pembuatan Ekstrak 20 %b/v, 30 digerus halus, kemudian % b/v dan 40 % b/v ditaburkan kedalam larutan Na. Pembuatan ekstrak 30%b/v, 30 CMC dan digerus halus dan %b/v dan 40%b/v dari ekstrak homogen. kental yang diperoleh yaitu 27 g. Pembuatan Larutan Gula 50 % Kemudian, 20% dari ekstrak (b/v) kental yaitu 5,4 gram diambil dan Sukrosa yang digunakan dilarutkan dalam 100 ml akuades, adalah gula 50 % . 50 g sukrosa sehingga diperoleh ekstrak dilarutkan kedalam 100 ml dengan konsentrasi 20%. akuades. Kemudian 30% dari ekstrak Perlakuan kental ialah 8,1 gram diambil dan 1. Penyiapan Hewan Uji dilarutkan dalam akuades 100 ml Hewan uji yang digunakan sehingga diperoleh konsentrasi adalah tikus putih jantan yang 30%. Kemudian 40% dari ekstrak sehat dan di adaptasikan kental yaitu 10,8 gram diambil selama 7 hari. Tikus putih dan dilarutkan dalam akuades jantan yang digunakan 100 ml sehingga diperoleh sebanyak 15 ekor yaitu dibagi konsentrasi 40%. menjadi 5 kelompok dan Suspensi Na.CMC dibuat masing-masing kelompok dengan melarutkan Na.CMC 1 g terdiri dari 3 ekor tikus putih ke dalam akuades hangat 10 jantan. ml, aduk sampai mengembang, kemudian digerus sampai 2. Induksi Diabetes homogen. Setelah itu Induksi diabetes dilakukan ditambahkan dengan akuades pada tikus putih jantan yang sampai volume total larutan CMC diinduksi glukosa dengan 100 ml konsentrasi 50 %.
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 5|Page
3. Pengukuran kadar glukosa sebelumnya telah dipuasakan darah selama 8 jam pada hari ke – 7. Pengukuran kadar glukosa Langkah III: darah menggunakan alat Setelah dilakukan awal kadar glucometer. Pengambilan glukosa darah, tikus putih sampel darah untuk jantan galur wistar diinduksi pengukuran kadar glukosa gula secara per oral darah dilakukan dengan Langkah IV : melukai vena ekor mencit, Setelah diinduksi glukosa, kemudian darah yang keluar tikus diukur kadar glukosa dari ekor tikus diteteskan pada darahnya setelah 30 menit stripe yang sudah terpasang pemberian sukrosa dimana pada glucometer. Dalam waktu menunjukkan kadar glukosa lima detik, glucometer akan darah hiperglikemia yaitu 126 menunjukkan kadar glukosa mg/dl sebagai pre test. yang terkandung dalam Langkah V : sampel darah. Setelah tikus mencapai kadar 4. perlakukan hewan uji glukosa darah hiperglikemia, Langkah I: 15 ekor tikus dibagi ke dalam 5 Penelitian menggunakan kelompok secara random. sampel sebanyak 15 ekor tikus Langkah VI: putih jantan galur wistar dibagi Setelah dilakukan menjadi 5 kelompok pemeriksaan kadar glukosa diadaptasikan selama 1 darah (pre test), 5 kelompok minggu di laboratorium dan tikus putih jantan galur wistar diberi pakan standar. diberi perlakuan sebagai Langkah II : berikut :Kelompok I : air suling Dilakukan pemeriksaan awal (kontrol negatif) (P.O); kadar glukosa darah tikus putih Kelompok II:ekstrak kulit jantan galur wistar yang bawang merah 20% b/v (I.P); Kelompok III: ekstrak kulit
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 6|Page
bawang merah 30%b/v (I.P); Pengolahan dan Analisis Kelompok IV: ekstrak kulit Data bawang merah 40%b/v (I.P); Data yang diperoleh dianalisis Kelompok V: glibenklamid dengan menggunakan (kontrol positif) (I.P) program statistika spss ver.16. Langkah VII : Beda nyata antar perlakuan Setelah diberi perlakuan diuji dengan one way ANOVA dilakukan pemeriksaan dengan nilai (P < 0,05). kembali kadar glukosa darah Sebelumnya dilakukan uji tikus putih jantan galur wistar normalitas dan homogenitas pada menit kemudian kadar terhadap data yang diperoleh. glukosa darah tikus diperiksa Apabila data normal dan pada menit ke 30 (post test) homogen dilanjutkan dengan menggunakan alat glukometer dengan uji ANOVA.Apabila Langkah VIII : ada perbedaan antar kelompok Semua data kadar glukosa perlakuan maka dilanjutkan sebelum dan setelah dengan uji Post Hoc LSD dan perlakuan yang diperoleh, Duncan. ditabulasi, dibuat rata-rata dan dianalisis. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Tabel 1 Hasil Uji Fitokimia Flavonoid Ekstrak Kulit Bawang Merah (Allium ascalonicum) Perlakuan sampel Hasil Keterangan No
Ekstrak kulit bawang merah + serbuk (a) ( etanol 96% +HCL)
magnesium 0,1 (a) 1. (+)
Sumber : Data Primer 2017
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 7|Page
Tabel 2 Hasil Penelitian Diabetes Mellitus Kulit Bawang Merah (Allium ascalonicum)
Perlakuan Jumlah Gula Induksi Gula Darah Penurunan
Tikus Darah sukrosa Perlakuan Kadar Gula Awal 50% (mg/dl) Darah (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) Kontrol Negatif I 65 120 121 -1 (Akuades) II 76 126 128 -2 III 71 124 124 0 Jumlah 212 370 373 -3 Rerata 70,66 123,33 124,33 -1 Kontrol Positif I 78 135 97 38 (Suspensi II 70 123 89 34 Glibenklamid) III 85 128 81 47 Jumlah 233 386 267 119 Rerata 77, 6 128,6 44,5 39,6 Ekstrak kulit I 77 129 71 58 bawang merah II 83 127 80 47 20 % III 87 130 81 49 Jumlah 247 386 232 154 Rerata 82,3 128,66 77,3 51,33 Ekstrak kulit I 79 122 85 37 bawang merah II 81 124 90 34 30 % III 84 129 97 32 Jumlah 244 375 272 103 Rerata 81,33 125 90,66 34,3 Ekstrak kulit I 75 124 100 24 bawang merah II 82 130 93 37 40% III 91 135 95 40 Jumlah 248 389 288 101 Rerata 82,6 129,6 96 33,6 Sumber : Data Primer 2017
Tabel 3 Hasil Nilai Rata-rata Gula Darah Perlakuan
Kelompok perlakuan Gula darah perlakuan Kontrol Negatif (Akuades) 124,33c Kontrol Positif (Suspensi Glibenklamid) 89,00b Ekstrak Kulit Bawang Merah 20% 77,33a Ekstrak Kulit Bawang Merah 30% 90,67b Ekstrak Kulit Bawang Merah 40% 96,00b Sumber : Data Primer 2017
Ket: Abjad yang berbeda menyatakan adanya
perbedaan yang signifikan (p<0,05)
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 8|Page
Pembahasan Penelitian ini bertujuan merusak kandungan senyawa untuk mengetahui efektivitas Kulit flavonoid kulit bawang merah, Bawang Merah sebagai setelah kering kemudian disortasi Antidiabetes Mellitus Tipe 2 kering hal ini dilakukan untuk dengan menggunakan berbagai menghilangkan bagian yang tidak konsentrasi. Pada penelitian ini dinginkan, setelah itu dihaluskan. kulit bawang merah yang Penghalusan berguna untuk digunakan ialah kulit bawang meningkatkan luas permukaan merah yang berasal dari partikel yang kontak dengan Enrekang, Enrekang merupakan pelarut sehingga pelarut dapat salah satu wilayah di Sulawesi masuk ke dalam serbuk dan akan Selatan yang memiliki suhu yang mengeluarkan zat kimia yang baik untuk pertumbuhan tanaman akan bercampur dengan zat bawang merah, suhu akan penyari sehingga proses mempengaruhi kadar flavonoid penyarian dapat berlangsung yang terkandung dalam kulit lebih efektif (Andriyani dkk., bawang merah, dimana kulit 2010) bawang merah mengandung Kulit Bawang Merah yang flavonoid yang tidak tahan diperoleh diekstraksi dengan suhu panas. menggunakan metode ekstraksi Kulit bawang merah yang maserasi. Mekanisme pelarut diperoleh kemudian dibersihkan menarik senyawa yang ada di dari kotoran yang menempel dalam kulit bawang merah yaitu dengan cara dicuci dengan air cairan penyari akan masuk mengalir, kemudian ditiriskan kedalam sel melewati dinding sel. untuk menghilangkan sisa air, Isi sel akan larut karena danya kemudian dikeringkan dengan perbedaan perbedaan cara diangin- anginkan untuk konsentrasi antara larutan menghilangkan kadar air pada didalam sel dengan diluar sel. kulit bawang merah tanpa Larutan yang konsentrasinya
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 9|Page
tinggi akan terdesak keluar dan baik, memerlukan panas yang diganti oleh cairan penyari yang lebih sedikit untuk proses konsentrasinya rendah . alasan pemekatan. Penggunaan etanol peneliti menggunakan metode 96% sebagai pelarut ektraksi secara maserasi karena menghasilkan ekstrak dengan kulit bawang merah mengandung kadar flavonoid total lebih flavonoid. Dimana ekstraksi banyak dibanding pelarut etanol secara maserasi menghasilkan 70% dan air (Pine dkk., 2011). rendamen yang cukup tinggi, Etanol juga bersifat inert serta kemungkinan rusaknya sehingga tidak bereaksi dengan senyawa kimia yang terkandung komponen lain. Menurut Tiwari, dalam bahan dapat dihindari et al. 2011, etanol lebih efisien karena tidak disertai pemberian dalam degradasi dinding sel panas (Sundari, 2010) sehingga polifenol akan tersari penggunaan ekstraksi maserasi lebih banyak. Selain itu, flavonoid menghasilkan kadar flavonoid ditemukan lebih tinggi pada yang lebih besar dibandingkan penggunaan etanol pada proses metode sokletasi. Kadar total ekstraksi. Selain itu juag flavonoid sangat mempengaruhi penggunaan etanol 96% karena efektifitas kulit bawang merah etanol 96% yang hanya terhadap penurunan kadar gula mengandung 4% air maka darah. Metode ekstraksi maserasi dapat mengurangi kontaminasi menggunakan pelarut etanol pada ekstrak, selain itu pelarut 96%. Pelarut etanol 96% mampu etanol 96% juga merupakan melarutkan senyawa yang pelarut yang biasa digunakan bersifat polar juga yang untuk obat- obatan sehingga diantaranya adalah flavonoid sangat aman penggunaanya (Koirewa dkk., 2012). Etanol untuk penelitian ini. Berdasarkan sebagai pelarut memiliki teori dimana pelarut ideal yang kelebihan diantaranya adalah sering digunakan adalah tidak beracun, netral, absorbsinya alkohol atau campurannya
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 10 | P a g e
dengan air yang merupakan merah yang berarti positif adanya pelarut pengekstraksi yang flavonoid. Magnesium dan asam mempunyai extractive power klorida pada uji Wilstater bereaksi yang terbaik untuk hampir membentuk gelembung yang semua senyawa yang merupakan gas H2, sedangkan mempunyai berat molekul yang logam Mg dan HCL pekat pada rendah seperti flavonoid. uji ini berfungsi untuk mereduksi Ekstraksi maserasi dilakukan inti Benzopiron yang terdapat selama 5 hari hal ini sesuai pada struktur flavonoid sehingga dengan ketentuan di Farmakope terbentuk perubahan warna Indonesia, setelah dilakukan menjadi merah atau jingga.. perendaman selama 5 hari Hewan percobaan yang kemudian disaring untuk digunakan pada penelitian ini memisahkan ekstrak cair dengan ialah Tikus putih jantan Galur ampas kulit bawang merah. wistar. Penggunaan hewan Ekstrak cair yang diperoleh percobaan ini dilakukan dengan kemudian diuapkan beberapa pertimbangan menggunakan Rotari Evaporator diantaranya Tikus putih untuk menguapkan etanol merupakan hewan percobaan sehingga diperoleh ekstrak kental relatif resisten terhadap infeksi yang tidak mengandung etanol. dan sangat cerdas. Tikus putih Hasil ekstraksi didapatkan lebih tidak bersifat fotofobik jika rendamen sebanyak 27 gram dibandingkan dengan mencit dan (13,5 %) dari berat kering). kecenderungaan untuk Komponen dalam ekstrak kulit berkumpul dengan sesamanya bawang merah dianalisis tidak begitu besar. Dilihat dari sisi golongan senyawanya dengan uji lain, aktifitas dari tikus putih tidak warna untuk mengetahui dipengaruh oleh adanya manusia kandungan flavonoid. Pada uji di sekitarnya. Terdapat dua fitokimia menggunakan uji perbedaan sifat dari. Tikus hewan Wilstater menunjukkan warna percobaan lainnya dimana tikus
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 11 | P a g e
putih tidak dapat muntah Karena menyesuaikan diri dengan struktur anatomi yang tidak lazim lingkungannya selama penelitian ditempat esofagus bermuara ke dan tikus dipuasakan selama 8 dalam lubang dan tikus putih jam tidak diberi makan hanya tidak mempunyai kandung minum agar tidak mempengaruhi empedu (Setiawan, 2010) Jenis absorbsi obat dalam tubuh. kelamin tikus yang digunakan Setelah dipuasakan, semua adalah tikus jantan. Tikus jantan tikus diperiksa kadar gula dipilih untuk menghindari adanya darah (t0) dan diperoleh kesalahan hasil karena pada data kadar gula darah puasa tikus putih betina mempunyai tikus berada pada keadaan siklus menstruasi, dimana siklus normal dengan rata – rata 70 - ini dapat menaikkan temperatur 82,6 mg/dL. Menurut Wulandari tubuh tikus serta dilihat dari (2010), kadar gula darah puasa penelitian sebelumnya yang normal pada tikus dalam menggunakan tikus putih jantan, rentang antara 50 - 109 mg/dL. didapatkan bahwa tikus putih pada penelitian digunakan jantan dapat memberikan hasil kontrol positif sebagai penelitian yang lebih stabil. pembanding untuk melihat Selain itu, kecepatan pengaruh antidiabetika oral yang metabolisme obat pada tikus telah terbukti khasiatnya untuk putih lebih cepat dan kondisi menurunkan kadar glukosa biologis tubuh yang lebih stabil darah. kontrol positif sebagai dibandingkan dengan tikus jenis pembanding yang digunakan betina (Syarifah, 2010). Tikus ialah obat glibenklamid karena putih jantan berusia 2- 3 bulan onset (mula kerja) glibenklamid adalah mencit dewasa muda mulai meningkat 15-60 menit. yang mempunyai keadaan Selain itu, obat glibenklamid fisiologik yang optimum. Tikus memiliki kerja yang sangat efektif yang digunakan diadaptasikan pada saat pemberian dosis selama 7 hari agar dapat tunggal. Glibenklamid tidak larut
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 12 | P a g e
dalam air sehingga diberikan ekstrak kulit bawang merah 20 % dalam bentuk suspensi dengan dosis 200 mg/200gbb, menggunakan agen pensuspensi kelompok IV diberi ekstrak kulit Na. CMC 0,5 % . Alasan bawang merah 30% dengan penggunaan Na.CMC karena dosis 300 mg/200gbb dan Tikus tidak memiliki enzim kelompok V diberi ekstrak kulit Selulase, maka Na. CMC tidak bawang merah 40%.dengan akan berpengaruh pada kadar dosis 400 mg/200g bb. glukosa darah (Akhtar, M. S., Berdasarkan tabel hasil dkk., 1981) dosis glibenklamid pengamatan dapat diketahui yang digunakan ialah 0,09 mg/ setelah di induksi sukrosa kadar 200 g BB tikus . Dosis tersebut gula darah tikus mengalami digunakan berdasarkan dosis kenaikan rata – rata untuk KP1 efektif oral pada manusia yaitu 5 123,33 mg/dL , KP2 128,6 mg/dL, mg/ hari yang kemudian KP3 128,66 mg/dL, untuk KP4 dikonversi ke dosis tikus. Kontrol 125 mg/dL, untuk KP5 129,6 positif yang digunakan ialah mg/dL hal ini dikarenakan telah aquades karena bersifat netral terjadi penyerapan glukosa dan tidak memiliki khasiat atau oleh tubuh tikus dikarenakan fungsi dalam penurunan gula pengaruh fisiologis tubuh tikus darah. Pada penelitian ini itu sendiri, sehingga telah digunakan sukrosa untuk tercapai kondisi menaikkan kadar glukosa darah. hiperglikemia, untuk KP 2, 3, dan Dalam penelitian ini terdiri 5 sesuai dengan teori dimana dari lima kelompok perlakuan. tikus mengalami hiperglikemia Kelompok I sebagai kontrol apabila kadar gula darah negatif dengan menggunakan >127 mg/dL (Gulfraz et al, akuades, kelompok II sebagai 2007) sedangkan untuk KP 1 dan kontrol positif dengan 4 belum mencapai hiperglikemia, menggunakan suspensi hal ini dikarenakan pemberian glibenklamid, kelompok III diberi sukrosa pada kelompok tersebut
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 13 | P a g e
tidak sesuai/ volume pemberian signifikansi 0,708. Karena nilai yang kurang . Adapun rata – rata sig>0,05 maka dapat disimpulkan penurunan glukosa darah pada bahwa ada perbedaan varian KP1 yaitu (-1 mg/dL), KP2 (39,6 antar kelompok sampel yang mg/dL), KP3 (51,33 mg/dL), KP4 diteliti. Karena data yang (34,3 mg/dL) KP5 (33,6 mg/dL) diperoleh normal dan homogen Data yang diperoleh dari hasil maka dilanjutkan dengan uji penelitian diolah dengan ANOVA. Pada uji ANOVA menggunakan metode analisis diperoleh hasil yang signifikan one way ANOVA untuk yaitu 0,000 (p<0,05) dengan nilai mengetahui adanya perbedaan F sebesar 29,639 dilanjutkan antar perlakuan. Sebelumnya dengan uji Post Hoc LSD dan dilakukan uji normalitas dan Duncan. Berdasarkan uji Post homogenitas terhadap data yang Hoc diperoleh hasil penurunan diperoleh.Apabila data yang kadar gula glukosa yaitu diperoleh normal dan homogen kelompok II dan I diperoleh hasil maka dapat dilakukan uji lanjut 0,000, kelompok II dan III ANOVA.Apabila ada perbedaan diperoleh hasil 0,028, kelompok II antar kelompok perlakuan maka dan IV diperoleh hasil 0,722, dilanjutkan dengan uji Post Hoc kelompok II dan V diperoleh hasil dan Duncan. 0,156 ini menunjukkan data yang Berdasarkan uji normalitas, diperoleh signifikan (p<0,05). data yang diperoleh berdistribusi Sedangkan pada uji Duncan secara normal dengan nilai dapat dilihat yang paling efektif (p>0,05) yaitu kelompok I 0,843, menurunkan kadar gula darah kelompok II 1,000, kelompok III yaitu pada konsentrasi 20% 0,174, kelompok IV 0,817 dan dengan nilai rata-rata 77,33 kelompok V 0,537. Sedangkan mg/dL bawang merah pada pada uji homogenitas dengan konsentrasi 20% memiliki efek menggunakan uji Levene dengan yang signifikan dibandingkan nilai F sebesar 0,543 dengan pada konsentrasi 30% yaitu
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 14 | P a g e
90,67 mg/dL dan 40% sebesar analisis menunjukkan bahwa 96, 00 mg/dL, dan glibenklamid peningkatan dosis ekstrak kulit sebesar 89 mg/dL. Berdasarkan bawang merah pada dosis 400 data tersebut sesuai dengan teori mg/200 BB tidak diikuti dengan dimana Peningkatan dosis obat peningkatan aktivitas seharusnya akan meningkatkan antidiabetes. Hal ini karena respon yang sebanding dengan telah jenuhnya reseptor yang dosis yang ditingkatkan, namun berikatan dan terjadinya dengan meningkatnya dosis interaksi dengan senyawa kimia peningkatan respon pada yang terkandung di dalam kulit akhirnya akan menurun, karena bawang merah. Jika reseptor sudah tercapai dosis yang telah jenuh, maka peningkatan sudah tidak dapat dosis tidak bisa mencapai efek meningkatkan respon lagi maksimum (Bourne dan Zastrow, 2001) Hasil KESIMPULAN Berdasarkan tujuan dan hasil dalam menurunkan kadar gula penelitian yang diperoleh maka darah. dapat disimpulkan bahwa: 2. Dari ketiga konsentrasi, 1. Pada semua konsentrasi yang paling efektif menurunkan 20%, 30% dan 40% ekstrak kulit kadar gula darah yaitu ekstrak bawang merah memiliki efek kulit bawang merah konsentrasi 20%. DAFTAR PUSTAKA
Ammar N,Okbi S. 1988. Effect of (Rattus norvegicus) Galur
Four Flavonoids on Blood sprague dawleyJantan. Glucose of Rats. Arch. (Skripsi).Jakarta Pharm. Available from: Bio Med Central Arjadi F, Susatyo P. 2010. Regenerasi Sel Pulau Anggarawati, I. 2006. Pengaruh Langerhans Pada Tikus Efek Diuretik Ekstrak Buah Putih (Rattus norvegicus) Ananas comocusL.Merr Diabetes Yang Diberi Terhadap Tikus Putih Rebusan Daging Mahkota
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 15 | P a g e
Dewa (Phaleria macrocarp). Jurusan Kimia Fakultas UGM MIPA. Universitas Negeri Malang Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta. Natawid jaya P dan Suparman. Departemen Kesehatan RI. 1983. Mengenal Beberapa Binatang Di Alam Sekitarnya. Association of Official Analytical Jakarta: Pustaka Dian. Chemist (AOAC) 925.45. 1999. Official Pitojo,Setijo.2003. Benih Bawang
with promising antidiabetic potentials: A critical Rahayu ,dkk .2015. Ekstraksi survey.Department of Dan Identifikasi Senyawa Chemistry, Visva-Bharati Flavonoid dari Limbah kulit University, Santiniketan-731 Bawang Merah Sebagai 235. West Bengal, India Antioksidan Alami.UIN Sunan Gunung Djati.Bandung. Harmita dan Radji,M, 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta Rahayu, Estu dan Berlian, Nur. Penerbit Buku 2004. Bawang Merah, Cet:X. Kedokteran.EGC Jakarta: Penebar Swadaya
Jack. 2012. Synthesis of Sandjaja, Atmarita, 2009, Kamus
Antidiabetic Flavonoids and Gizi: Pelengkap Kesehatan Their Derivative. Medical Keluarga, Jakarta: PT Research hal 180. Gramedia Pustaka Utama
Lanywati,E.2001. Diabetes Speicher. Smitd, J. 1996.
Mellitus Penyakit Kencing Pemilihan Uji Laboratorium Manis.Yogyakarta. Kanisus yang Efektif.EGC. Jakarta Maharani, Mayzestika. 2010. Sutedjo, A.Y, 2010.Strategi Pengaruh Pertumbuhan Penderita Diabetes Mellitus Ekonomi, Pendapatan Asli Berusia Panjang. Cetakan: 5. Daerah (PAD), dan Dana Yogyakarta: Kanisius. Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Tjay. 2007. Obat-Obat Penting Modal.Skripsi. Jurusan Edisi VI.: Jakarta.PT Elex Akuntansi.Fakultas Ekonomi, Media Komputindo Universitas Negeri Semarang
Maryati. 2013. Isolasi dan
Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Daun s Jamblang (Syzygium cumini).
Nurliati. 2017 Akademi Farmasi Tadulako Farma Palu 16 | P a g e
Screening Fitokimia, Aktifitas Antioksidan, Dan Antimikroba Pada Buah Jeruk Lemon (Citrus Limon) Dan Jeruk Nipis (Citrus Auratiifolia), Permata DKK, 2018
PERBANDINGAN PARAMETER SPESIFIK DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ALAMI PADA EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa Bilimbi L.) DAN EKSTRAK UMBI PORANG (Amarphopallus Ancophillus) DENGAN METODE DPPH