Você está na página 1de 13

PERCOBAAN 3

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK DASAR

ANALISIS KATION GOLONGAN I

OLEH :

KELOMPOK 2 OFF G

1. Ahmad Zein Nur M . 170332614588

2. Diana Ayu Octaviya 170332614507

3. Hani Rama Danti 170332614577

4. Syarifah Ramadhani 180332616606

5. Yulia Martasari 180332616597

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
PERCOBAAN 3

ANALISIS KATION GOLONGAN I

1. TUJUAN PERCOBAAN

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memisahkan kation-kation


golongan I dan mengidentifikasi keberadaan kation-kation tersebut.

2. DASAR TEORI

Analisis kation secara kualitatif secara sistematis telah berkembang cukup lama.
Penggolongan kation telah dilakukan oleh Karl Remegius Fresenius pada tahun 1897, yang
dikenal dengan metoda H2S. Beberapa modifikasi telah dilakukan untuk memudahkan pemisahan
dan pengidentifikasian kation-kation dalam suatu sampel. Penggolongan dan pemisahan kation
didasarkan pada kemampuan kation membentuk suatu endapan (yang memenuhi nilai Ksp).
Tahapan di dalam penggolongan dan pemisahan kation adalah uji pendahuluan, pemisahahan
golongan, pemisahan kation dalam satu golongan, dan uji identifikasi.

Tahap pertama yang dilakukan adalah uji pendahuluan yang meliputi pemeriksaan fisik
(organoleptis) dan uji kelarutan. Apabila sampel dalam bentuk padatan, maka akan memudahkan
pemisahan dengan dilakukan pelarutan sampel terlebih dahulu. Tahap kedua adalah pemisahan
kation ke dalam golongan, dengan penambahan pereaksi pengendap yang selektif. Untuk
memisahkan kation golongan I dengan kation golongan lain ditambahkan HCl yang akan
dihasilkan endapan.

Kation golongan I akan membentuk garam klorida yang tak larut. Akan tetapi, timbal
klorida sedikit larut dalam air, karena itu timbal tidak dapat mengendap dengan sempurna bila
ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan. Ion timbal yang tersisa dapat diendapkan
secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama dengan kation golongan
kedua. Pemisahan golongan I didasarkan bahwa garam klorida dari kation golongan I tidak larut
dalam suasana asam (pH 0,5 – 1). Kation-kation dalam golongan I terdiri atas Ag+, Hg+, dan
Pb2+. Garam klorida dari kation gologan I yaitu Hg2Cl2, AgCl, dan PbCl2.

Tahap selanjutnya yaitu pemisahan masing-masing kation pada satu golongan dengan
cara PbCl2 dipisahkan dari Hg2Cl2 dan AgCl, berdasarkan perbedaan kelarutan antara PbCl2,
dengan Hg2Cl2 dan AgCl. Endapan PbCl2 larut dalam air panas, sedangkan Hg2Cl2 dan AgCl
tidak larut dalam air panas kemudian Hg2Cl2 dan AgCl dipisahkan berdasarkan perbedaan
kelarutan antara kompleks Hg(NH2)Cl dan [Ag(NH3)2] yang terbentuk setelah penambahan
amonia terhadap Hg2Cl2 dan AgCl setelah PbCl2 terpisah. Kompleks Hg(NH2)Cl terbentuk
endapan hitam yang bercampur dengan Hg+ sedangkan [Ag(NH3)2] tidak membentuk endapan.
Tahap akhir dari analisis kation adalah identifikasi dari kation yang dipisahkan.
Identifikasi dilakukn untuk memastikan bahwa kation yang dimaksud memang terkandung dalam
sampel. Uji identifikasi terhadap kation dilakukan dengan menambahkan suatu reagen yang
spesifik.

3. ALAT DAN BAHAN

Alat:

 Gelas kimia
 Gelas ukur
 Pengaduk gelas
 Pemanas spirtus
 Kaki tiga dan kassa
 Corong gelas
 Kertas saring
 Cawan penguapan
 Keras saring

Bahan:

 Sampel (campuran kation golongan I)


 HCl 2 M
 Aquades
 Amonia 6 M
 Asam nitrat 6 M
 NaOH
 KI
 Kromat

4. LANGKAH KERJA
4.1 Identifikasi Kation dalam Sampel
1. Diambil sampel sebanyak 10 mL, tempatkan dalam gelas kimia.
2. Diuapkan hingga volume larutan tersisa setengah dari volume awal.
3. Ditambahkan aquades hingga volume menjadi 10 mL.
4. Ditambahkan tetes demi tetes HCl 2 M, sambil diaduk. Teruskan penambahan sampai
seluruh kation golongan I telah mengendap.
5. Disaring endapan kemudian dipisahkan filtratnya.
6. Diuji filtrat dengan menambahkan HCl 2 M, apabila masih terbentuk endapan
lanjutkan penambahan reagen hingga tidak terbentuk endapan lagi.
7. Disatukan endapan yang diperoleh dengan endapan sebelumnya.
8. Dicuci endapan dengan 4 mL HCl 2 M dingin (sebanyak 2 kali), kemudian cuci
kembali dengan 4 mL air dingin sebanyak 2 kali.
9. Dipindahkan endapan (dari kertas saring) dalam gelas kimia 50 mL, tambahkan 20 mL
aquades.
10. Dididihkan selama 1 menit, kemudian saring larutan dalam keadaan panas. Filtrat
kemungkinan mengandung ion Pb2+, sedangkan endapan berupa AgCl dan Hg2Cl2.
11. Dipisahkan filtrat dan endapan yang terbentuk. Filtrat selanjutnya dapat dilakukan uji
identifikasi untuk Pb2+.
12. Endapan yang mengandung ion Ag+ dan Hg22+, dicuci dengan air panas 5 mL sebanyak
3 kali (buang filtrat hasil pencucian).
13. Endapan diatas kertas saring disiram 10 mL amonia 6 M, terbentuknya endapan abu-
abu atau hitam pada kertas saring menunjukkan adanya Hg22+.
14. Filtrat sisa pencucian endapan dengan amonia, kemudian ditambahkan asam nitrat 6 M
sampai suasana larutan menjadi asam. Terbentuknya endapan putih menunjukkan
adanya Ag+.

4.2 Identifikasi Kation


4.2.1 Perak (I) (Ag+)
a. Diambil kurang lebih 1 mL perak nitrat (AgNO3).
b. Dimasukkan dalam tabung reaksi.
c. Ditambahkan asam klorida akan terbentuk endapan perak klorida. Endapan ini dapat
larut dalam ammonium hidroksida (NH4OH).
d. Ditambahkan hidroksida (LOH), maka akan terbentuk endapan coklat dari perak
oksida (Ag2O). Endapan dapat larut dalam asam nitrat (HNO3) dan ammonium
hidroksida (NH4OH).
e. Ditambahkan ammonia, maka pada tetes pertama terbentuk endapan putih dari AgOH
dan cepat menjadi coklat disebabkan terjadi Ag2O. Endapan ini dapat larut dalam
ammonia berlebih.
f. Ditambahkan kalium kromat (K2CrO4) akan terbentuk endapan coklat merah dari perak
kromat (Ag2CrO4). Endapan ini larut dalam ammonia dan asam nitrat
g. Ditambahkan kalium iodida (KI), maka terbentuk endapan kuning perak iodida (AgI).
Endapan ini tidak larut dalam ammonia , tetapi larut dalam larutan natrium tiosulfat.

4.2.2 Merkuro (I) (Hg22+)


a. Diambil 1 mL larutan merkuro nitrat (Hg2(NO3)).
b. Larutan dimasukkan ke dalam beberapa tabung reaksi.
c. Ditambahkan asam klorida, maka terbentuk endapan putih dari merkuro klorida
(kalomel). Jika endapan ini ditambah ammonium hidroksida (NH4OH) maka
endapan putih ini akan berubah menjadi hitam [Hg(NH2)2] dan Hg.
d. Ditambahkan kalium kromat (K2CrO4) pada pemanasan maka terbentuk endapan
merah dari merkuro kromat (Hg2CrO4).
e. Ditambahkan kalium iodida (KI), maka akan terbentuk endapan hijau kekuningan
merkuro iodida (Hg2I2). Endapan ini sebagian dapat larut dalam KI berlebih
dengan terbentuknya kalium merkuri iodida.

4.2.3 Timbal Pb2+


a. Diambil 1 mL larutan timbal nitrat (Pb(NO3)2).
b. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
c. Ditambahkan asam klorida atau garam klorida, maka akan terbentuk endapan putih
dari timbal klorida. Endapan sukar larut dalam air dingin tetapi larut dalam air
panas.
d. Ditambahkan kalium kromat akan terbentuk endapan kuning timbal kromat.
Endapan tidak larut dalam asam asetat, tapi larut dalam asam nitrat encer.
e. Ditambahkan kalium iodida, maka akan terbentuk endapan kuning timbal iodida
(PbI2).

5. DATA PENGAMATAN
5.1 Identifikasi Kation dalam Sampel
Warna
Identifikasi Penambahan Endapan Kation
Endapan

Filtrat Timbal (Pb2+) K2CrO4 Ada Kuning Pb2+

Endapan Perak (I) (Ag+) HNO3 6 M Ada Putih Ag+

Endapan Merkuro (I) (Hg22+) NH4OH 6 M Ada Hitam Hg22+

5.2 Identifikasi Kation


Percobaan ke-
Penambahan Endapan Warna Endapan Kation
Identifikasi Kation
HCl Ada Putih Ag+
LOH Ada Coklat Ag+
1. Perak (I) (Ag+) NH3 Ada Putih Ag+
K2CrO4 Ada Coklat Kemerahan Ag+
KI Ada Kuning Kehijauan Ag+
HCl Ada Putih Hg22+
2. Merkuro (I)
2+
K2CrO4 Ada Merah Hg22+
(Hg2 )
KI Ada Hijau Kekuningan Hg22+
HCl Ada Putih Pb2+
3. Timbal (Pb2+) K2CrO4 Ada Kuning Pb2+
KI Ada Kuning Pb2+

6. PEMBAHASAN/ ANALISIS DATA


6.1 Uji identifikasi kation golongan I dalam sampel

Pemisahan kation golongan I dalam sampel dapat dilakukan dengan menguapkan


setengah volumenya melalui pemanasan yang berfungsi untuk menghilangkan adanya senyawa
organik dalam sampel kemudian ditambahkan air hingga volume semula yang berfungsi untuk
melarutkan kation dalam sampel sehingga dapat memisahkan kation-kation berdasarkan nilai
kelarutannya dalam air (Ksp). Setelah itu, ditambahkan HCl yang berfungsi untuk mengendapkan
kation golongan I dalam sampel, sedangkan garam klorida lainnya yang dihasilkan akan larut
Hasil reaksi tersebut yaitu endapan putih yang merupakan senyawa AgCl, PbCl2, dan Hg2Cl2.
Endapan yang dihasilkan setelah penambahan HCl kemudian disaring dan dicuci
endapannya dengan HCl dan air. Fungsi pencucian dengan HCl yaitu untuk mengendapkan
kation yang terdapat dalam larutan pada proses penyaringan. Menurut Day & Underwood (2002),
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan yaitu efek ion sekutu yang dapat
mengurangi kelarutan yang berasal dari unsur pengendapan bukan ion yang dicari. Selain itu,
proses pencucian dengan air berfungsi untuk menghilangkan adanya logam-logam yang terdapat
dalam larutan (Svehla 1985).
Proses pemisahan selanjutnya yaitu endapan yang dihasilkan dipindahkan ke dalam gelas
kimia kemudian ditambahkan air dan dipanaskan. Larutan yang dihasilkan disaring dalam
keadaan panas untuk memisahkan filtrat yang mengandung ion Pb2+ dengan endapannya yang
mengandung AgCl dan Hg2Cl2. Nilai hasil kali kelarutan (Ksp) dari PbCl2 lebih besar
dibandingkan dengan AgCl (1,6 x 10-10) dan Hg2Cl2 (3,5 x 10-18) yaitu 2,4 x 10-4 (Chang 2005).
Semakin besar nilai Ksp maka kelarutannya akan semakin besar. Oleh karena itu, filtrat yang
dihasilkan merupakan ion Pb2+ sedangkan endapannya diduga mengandung ion Ag+ dan Hg22+.
Faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu senyawa salah satunya yaitu temperatur dengan
semakin tinggi suhu yang digunakan maka dapat meningkatkan kelarutan suatu senyawa
(Underwood 2002) sehingga pada proses penyaringan dilakukan dalam keadaan panas agar ion
Pb2+ tetap larut.
Filtrat yang dihasilkan kemudian di uji untuk memastikan adanya ion Pb2+. Pereaksi yang
digunakan yaitu kalium kromat yang ditambahkan ke dalam filtrat sehingga akan menghasilkan
endapan kuning dari timbal kromat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut
Pb2+ (aq) + CrO42- (aq) → PbCrO4 (s) ↓ (Svehla 1985)

Berdasarkan hasil percobaan, filtrat yang dihasilkan membentuk endapan kuning setelah
penambahan kalium kromat sehingga di dalam sampel terdapat ion Pb2+. Pemisahan selanjutnya
yaitu memisahkan ion Ag+ dan Hg22+ yang diduga terdapat dalam endapan dengan cara endapan
dicuci dengan air panas sebanyak 3 kali. Fungsi pencucian dengan air panas tersebut untuk
melarutkan ion Ag+ dalam endapan yang kelarutannya meningkat dengan adanya suhu tinggi. Hal
tersebut karena nilai hasil kali kelarutan (Ksp) dari AgCl lebih besar yaitu 1,6 x 10-10
dibandingkan dengan Hg2Cl2 sebesar 3,5 x 10-18 sehingga ion Ag+ dalam endapan akan larut.
Ion Hg22+ yang diduga tetap berada dalam endapan kemudian ditambahkan dengan
amonia yang dapat membentuk endapan abu-abu. Reaksi yang terjadi sebagai berikut
Hg2Cl2 (s) ↓ + 2NH3 (aq) → Hg(NH2)Cl (s) ↓ + Hg (s) ↓ + NH4+ + Cl- (Svehla 1985)

Berdasarkan hasil percobaan, endapan tersebut ketika ditambahkan amonia menghasilkan


endapan abu-abu sehingga di dalam sampel positif mengandung ion Hg22+. Kation selanjutnya
yang diidentifikasi yaitu ion Ag+ yang diduga berada di dalam filtrat hasil pencucian endapan.
Hal tersebut dilakukan dengan cara, filtrat ditambahkan dengan amonia dan asam nitrat sampai
suasan asam sehingga akan terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya ion Ag+. Fungsi
penambahan amonia yaitu untuk membentuk ion kompleks diaminaargentat dalam larutan.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut

AgCl (s) + 2NH3 (aq) → [Ag(NH3)2](aq) + Cl- (Svehla 1985)

Penambahan asam nitrat dalam larutan berfungsi untuk mengendapkan ion Ag+ dalam kompleks
yang telah terbentuk. Reaksi yang terjadi sebagai berikut

[Ag(NH3)2] (aq) + Cl- + 2H+ ⇄ AgCl (s) ↓ + 2NH4+ (Svehla 1985)

Berdasarkan hasil percobaan, dihasilkan endapan putih pada filtrat setelah penambahan amonia
dan asam nitrat. Oleh karena itu, di dalam sampel positif mengandung ion Ag+.

6.2 Uji identifikasi golongan I


6.2.1 Perak (I) (Ag+)

Proses identifikasi ion Ag+ dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama yaitu dengan
menambahkan HCl dalam larutan AgNO3 yang dapat membentuk endapan ion Ag+ berwarna
putih. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
AgNO3 (aq) + HCl (aq) → AgCl (s) ↓ + HNO3 (aq) (Svehla 1985)
Endapan yang dihasilkan kemudian ditambahkan dengan amonium hidroksida yang dapat
melarutkan endapan sehingga akan terbentuk kompleks diaminaargentat. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut
AgCl (s) ↓ + NH4OH (aq) → Ag(NH3)2 (aq) + C𝑙 −+ H2 (g) (Svehla 1985)
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh endapan putih ketika ditambahkan dengan asam klorida
dan endapan dapat larut setelah penambahan amonium hidroksida sehingga dalam larutan positif
adanya ion Ag+.
Identifikasi kedua yaitu dengan menambahkan larutan LOH ke dalam larutan AgNO3
sehingga akan terbentuk endapan coklat. Reaksi yang terjadi sebagai berikut
2AgNO3 (aq) + 2LOH (aq) → Ag2O (s) ↓ + 2HNO3 (aq) (Svehla 1985)
Endapan yang terbentuk kemudian akan larut setalah penambahan asam nitrat. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut
Ag2O (s) ↓ + 2H+ (aq) → 2Ag+ (aq) + H2O (l) (Svehla 1985)
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh endapan coklat setelah penambahan LOH yang kemudian
akan larut setelah penambahan asam nitrat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa di dalam larutan
positif adanya ion Ag+.
Identifikasi ketiga yaitu dengan menambahkan amonia kedalam larutan AgNO3 sehingga
akan terbentuk endapan putih. Reaksi yang terjadi sebagai berikut
2Ag+ (aq) + 2NH3(aq) + H2O (l) → Ag2O (s) ↓+ 2NH4+ (aq) (Svehla 1985)
Endapan tersebut kemudian akan larut setelah penambahan amonia berlebih membentuk
kompleks diaminaargentat. Faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan salah satunya yaitu efek
ion sekutu. Adanya ion sekutu yang ditambahkan secara berlebihan maka kelarutan dari sebuah
endapan akan meningkat (Day & Underwood 1985). Oleh karena itu, endapan tersebut dapat larut
dengan penambahan amonia berlebih. Reaksi yang terjadi sebagai berikut
Ag2O (s) ↓ + 4NH3 (aq) + H2O (l) → 2[Ag(NH3)2]+ (aq) + 2OH- (aq) (Svehla 1985)
Berdasarkan hasil percobaan, dalam larutan terbentuk endapan putih setelah penambahan amonia
dan larut ketika ditambahkan amonia berlebih sehingga positif adanya ion Ag+.
Identifikasi keempat yaitu dengan menambahkan larutan kalium kromat ke dalam larutan
AgNO3 sehingga akan terbentuk endapan coklat kemerahan (a) kemudian endapan yang
terbentuk akan larut dalam asam nitrat (b). Reaksi yang terjadi sebagai berikut
2Ag+ (aq) + CrO42- (aq) → Ag2CrO4 (s) ↓ (Svehla 1985) (a)
2Ag2CrO4 (s) ↓ + 2H+ (aq) ⇄ 4Ag+ (aq) + Cr2O72- (aq) + H2O (l) (b)
(Svehla 1985)
Berdasarkan hasil percobaan, di dalam larutan tersebut ketika ditambahkan akan terbentuk
larutan berwarna kuning dengan adanya endapan berwarna coklat kemerahan kemudian endapan
tersebut larut dalam asam nitrat sehingga positif adanya ion Ag+.
Identifikasi keenam yaitu dengan penambahan larutan kalium iodida (KI) ke dalam larutan
AgNO3 sehingga akan terbentuk endapan kuning kehijauan perak iodida (AgI). Reaksi yang
terjadi sebagai berikut
Ag+ (aq) + I- (aq) → AgI (s) ↓ (Svehla 1985)
Berdasarkan hasil percobaan, di dalam larutan tersebut menghasilkan endapan kuning kehijauan
setelah penambahan kalium iodida sehingga positif adanya ion Ag+.
6.2.2 Merkuro (I) (Hg22+)
Proses identifikasi ion Hg22+ dapat dilakukan dengan beberapa cara. Uji identifikasi pertama
yaitu dengan penambahan HCl ke dalam larutan Hg2NO3. Penambahan asam klorida tersebut
dapat mengendapkan ion Hg22+ membentuk endapan berwarna putih. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut
Hg22+ (aq) + 2Cl- (aq) → Hg2Cl2(s) ↓ (Svehla 1985)

Endapan yang terbentuk kemudian ditambahkan dengan amonium hidroksida (NH4OH) maka
endapan tersebut akan berubah menjadi hitam [Hg(NH2)2]2+. Berdasarkan hasil percobaan, dalam
larutan yang digunakan terbentuk endapan putih ketika ditambahkan HCl dan berubah warna
menjadi hitam setelah ditambahkan amonium hidroksida sehingga positif adanya ion Hg22+.

Identifikasi kedua yaitu dengan penambahan kalium kromat ke dalam larutan Hg2NO3
kemudian dipanaskan sehingga terbentuk endapan merah dari merkuro kromat. Fungsi
pemanasan tersebut yaitu untuk membentuk endapan merkurium (I) kromat yang berwarna
merah, sedangkan jika reaksi tersebut dilakukan dalam keadaan dingin maka endapan terbentuk
endapan amorf coklat dengan komposisi yang tidak tentu (Svehla 1985). Reaksi yang terjadi
sebagai berikut

Hg22+ (aq) + CrO42- (aq) → Hg2CrO4 (s) ↓ (Svehla 1985)

Berdasarkan hasil percobaan, dalam larutan yang digunakan setelah penambahan kalium kromat
terbentuk endapan berwarna merah sehingga positif adanya ion Hg22+.

Identifikasi ketiga yaitu dengan penambahan kalium iodida ke dalam larutan Hg2NO3
sehingga akan terbentuk endapan berwarna hijau. Reaksi yang terjadi sebagai berikut

Hg22+ (aq) + 2I- (aq) → Hg2I2 (s) ↓ (Svehla 1985)

Endapan tersebut kemudian akan larut sebagian ketika penambahan kalium iodida berlebih
sehingga akan terbentuk ion tetraiodomerkurat (II). Hal tersebut terjadi karena adanya efek ion
sekutu yang dapat meningkatkan kelarutan suatu endapan yang terbentuk (Day & Underwood
2002). Reaksi yang terjadi sebagai berikut

Hg2I2 (s) ↓ + 2I- → [HgI4]2- (aq) + Hg (s) ↓ (Svehla 1985)

Berdasarkan hasil percobaan, dalam larutan yang digunakan terbentuk endapan berwarna hijau
kekuningan setelah penambahan kalium iodida yang menunjukkan adanya ion Hg22+.

6.2.3 Timbal Pb2+

Identifikasi kation golongan I seperti Pb2+ dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang
pertama yaitu dengan menggunakan asam klorida. Penambahan asam klorida dalam larutan
Pb(NO3)2 dapat mengendapkan ion Pb2+ yaitu endapan putih. Reaksi yang terjadi sebagai berikut
Pb(NO3)2 (aq) +2HCl (aq) → PbCl2 (s) ↓ + 2HNO3 (aq) (Svehla 1985)

Endapan yang terbentuk sukar larut dalam air dingin namun larut dalam air panas. Hal tersebut
karena suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu senyawa. Semakin
tinggi suhu yang digunakan maka kelarutannya akan semakin tinggi (Day & Underwood 2002).
Berdasarkan hasil percobaan, dalam larutan yang digunakan akan terbentuk endapan putih setelah
penambahan HCl dan larut dalam air panas sehingga positif adanya ion Pb2+.

Identifikasi kedua yaitu dengan penambahan kalium kromat dalam larutan Pb(NO3)2
sehingga akan terbentuk endapan kuning (a) kemudian akan larut setelah penambahan asam nitrat
(b). Reaksi yang terjadi sebagai berikut

Pb(NO3)2 (aq) + K2CrO4 (aq) → PbCrO4 (s) ↓+ 2KNO3 (aq) (a)

2PbCrO4↓ + 2H+ ⇄ 2Pb2+ + Cr2O72- + 2H2O (b)

(Svehla 1985)

Berdasarkan hasil percobaan, dalam larutan yang digunakan terbentuk endapan kuning setelah
penambahan kalium kromat dan larut dalam asam nitrat sehingga positif adanya ion Pb2+.

Identifikasi ketiga yaitu dengan penambahan kalium iodida ke dalam larutan Pb(NO3)2
sehingga akan terbentuk endapan kuning. Reaksi yang terjadi sebagai berikut

Pb(NO3)2 (aq) + 2KI (aq) → PbI2 (s) ↓+ 2KNO3 (aq) (Svehla 1985)

Berdasarkan hasil percobaan, dalam larutan yang digunakan terbentuk endapan kuning setelah
penambahan kalium iodida sehingga positif adanya ion Pb2+.

7. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan, dalam larutan sampel yang digunakan mengandung kation-
kation golongan I yaitu ion Ag+ dengan terbentuknya endapan putih setelah penambahan asam
nitrat dalam filtrat hasil pencucian dengan amonia, ion Hg22+ dengan terbentuknya endapan abu-
abu setelah penambahan amonia, dan ion Pb2+ dengan terbentuknya endapan kuning setelah
penambahan kalium kromat.

8. RUJUKAN

Day & Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah, Iis Sopyan. Jakarta(ID):
Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative Analysis.
Chang Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Jakarta(ID):
Erlangga.
Svehla. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semikro. Penerjemah Setiono, Hadyana,
Jakarta: Kalman Media Pusaka. Terjemahan dari: Texbook of Macro and Semimicro
Qualitative Iorganic Analysis.
LAMPIRAN

Você também pode gostar