Você está na página 1de 12

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN FRACTURE FEMUR

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien yang mengalami gangguan musculoskeletal, menurut
LeMone.et.all. 2018:
1. Identitas Klien
2. Pengkajian riwayat kesehatan
a. Pengkajian riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kejadian traumatis /cidera.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat pernah mengalami cidera sebelumnya
c. Riwayat pengobatan yang pernah dilakukan
Adakah medikasi yang sedang dijalani (antikoagulan atau suplemen
kalsium )
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi : nyeri saat bergerak, nadi, edema, warna kulit
dan suhu, deformitas, rentang gerak, sentuhan.
b. Pengkajian Neuromuskuler 5 P
1) Pain (Nyeri)
Kaji adanya nyeri di ektermitas yang cedera dengan meminta
pasien membuat tingkatan pada skala 0 hingga 10 sebagai nyeri
yang sangat hebat.
2) Pulse (Nadi)
Pengkajian nadi distal dimulai dengan ekstermitas yang tidak
terkena. Di bandingkan kualitas nadi di ekstermitas yang terkena
dengan ekstermitas yang tidak terkena.
3) Palor (Kepucatan)
Observasi kepucatan dan warna kulit di ekstermitas yang cedera.
Pucat dan dingin dapat mengindikasikan penurunan arteri,
sedangkan hangat dan warna kebiruan dapat mengindikasikan
genangan darah vena. Kaji capillary refill, bandingkan
ekstermitas yang terkena dan yang tidak terkena.
4) Paresis (Paralisis)
Kaji kemampuan untuk memindahkan bagian tubuh distal ke
tempat fraktur. Ketidakmampuan untuk berpindah
mengidikasikan paralisis. Kehilangan kekuatan otot (kelemahan)
ketika bergerak adalah paresis. Temuan keterbatasan rentang
gerak dapat mengarah ke pengenalan dini masalah seperti
kerusakan saraf dan paralisis.
5) Parestesia
Tanyakan pasien ada atau tidak adanya perubahan dalam hal
sensasi, seperti terbakar, baal, perasaan berduri, atau menyengat.
Kaji sensasi distal terhadap cidera, termasuk kemampuan untuk
membedakan sentuhan tajam dan tumpulserta membedakan dua
titik.
c. Pola kesehatan fungsional
1) Persepsi kesehatan
Apakah pernah mengalami cidera yang sama, pengobatan dan
tindakan apa yang pernah diterima, terapi yang dijalani
2) Nutrisi-metabolik
Diet yang sedang dijalani, ataupun konsumsi vitamin atau
suplemen kalsium tambahan
3) Eliminasi
Apakah masalah musculoskeletal menghambat untuk ke kamar
mandi.
4) Aktifitas-Latihan
Aktifitas yang biasa dilakukan, adakah hambatan dalam ADL.
5) Istirahat tidur
Apakah memiliki masalah system musculoskeletal, mengganggu
kemampuan untuk istirahat tidur.
6) Kognitif-Persepsi
Apa yang membuat nyeri merea atau memburuk.
7) Persepsi Diri-Konsep Diri
Apa yang dirasakan dengan kondisi yang dirasakan saat ini.
8) Hubungan Peran
Apakah kondisi ini mempengaruhi hubungan dengan orang lain.
9) Seksualitas-Reproduksi
Apakah kondisi ini mempengaruhi/ mengganggu aktivitas
seksual.
10) Toleransi Koping Stress
Apakah kondisi seperti ini memicu stress, dan apa yang
dilakukan.
11) Nilai-Keyakinan
Adakah sesuatu yang mengganggu dengan keyakinan, kebutuhan,
atau praktik spiritual.

B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang kemungkinan muncul menurut Wahid 2013:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens fisik, gerakan fragmen tulang
2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifir berhubungan dengan fraktur
3. Hambatan mobilita fisik berhubungan dengan kehilangan integritas
struktur tulang.
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis
fraktur.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko trauma jaringan.
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber
informasi.
C. Rencana Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme oto,gerakan fragmen
tulang,edema, cidera jaringan lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien
mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukan:
- Tindakan santai.
- Mampu berpartisipasi dalam beraktifitas
- Tidur, istirahat dengan tepat
- Menunjukan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktivitas
terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individu.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Pertahankan imobilisasi bagian 1. Gerakan atau malformasi akan
yang sakit dengan tirah baring, memicu rasa nyeri
gips, bebat dan atau traksi.
2. Tinggikan ekstermitas yang 2. Peningkatan aliran balik vena,
terkena mengurangi edema/nyeri
3. Lakukan dan awasi latihan gerak 3. Mempertahankan kekuatan otot dan
pasif/aktif. meningkatkan sirkulasi vaskuler.
4. Lakukan tindakan untuk 4. Meningkatan sirkulasi umum,
meningkatkan kenyamanan menurunkan area tekanan local dan
(massage punggung, atau kelelahan.
perubahan posisi)
5. Ajarkan penggunaan tehnik 5. Meningkatkan control terhadap
managemen nyeri latihan nafas nyeri yang mungkin berlangsung
dalam. lama.
6. Lakukan kompres dingin pada 6. Menurunkan edema dan mengurangi
area yang bengkang selama fase rasa nyeri
akut (24-48 jam pertama) sesuai
keperluan.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
7. Kolaborasi pemberian analgetik 7. Menurunkan nyeri melalui
sesuai indikasi mekanisme penghambatan rangsang
nyeri baik secara sentral mauun
perifir.
8. Evaluasi keluhan nyeri (skala, 8. Menilai perkembangan maslah klien
petunjuk verbal, dan nonverbal, .
perubahan tanda tanda vital)

2. Risiko disfungsi neurovaskuler perifir berhubungan dengan penurunan


aliran darah (edema).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien
menunjukan fungsi neurovaskuler dengan kriteria :
- Akral hangat
- Tidak ada pucat dan cyanosis
- Tidak ada tanda paraestesi maupun nyeri
- Dapat bergerak dengan aktif

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Pantau kualitas nadi perifir, aliran 1. Adanya penurunan/lemah nadi
kapiler, warna kulit dan ,warna kulit, dan kehangatan kulit
kehangatan kulit distal cedera, menunjukan ada tanda kemungkinan
bandingkan dengan sisi yang kompartemen
normal
2. Dorong klien untuk secara rutin 2. Meningkatkan sirkulasi darah dan
melakukan latihan menggerakkan mencegah kekakuan sendi
jari/sendi distal cidera.
3. Jelaskan tanda–tanda adanya
3. Pengetahuan klien tentang adanya
disfungsi neuromuskuler
tanda-tanda disfungsi
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
neuromuskuler, meningkatkan
kewaspadaan, dan akan segera
melaporkan.

4. Hindarkan restriksi sirkulasi 4. Tekanan/bebat yang terlalu ketat


akibat tekanan bebat/spalk yang dapat menyebabkan statis vena.
terlalu ketat
5. Pertahankan letak tinggi 5. Mningkatkan drainase vena dan
ekstermitas yang cedera kcuali menurunkan edem kecuali adanya
ada kontraindikasi adanya hambatan aliran arteri yang
sindrom kopartemen. menurunkan perfusi.
6. Berikan terapi antikoagulan bila 6. Menurunkan kemungkinan adanya
diperlukan sesuai indikasi. thrombus vena

3. Hambatan mobilita fisik berhubungan dengan kerusakan rangka


neuromuskuler, struktur tulang.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4x24 jam klien dapat
meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi
yang mungkin dapt mempertahankan posisi fungsional meningkatkan
kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh
menunjukkan tehnik yang memampukan melakukan aktivitas.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji kemampuan mobilisasi klien 1. Menilai kemampuan dan
dan program imobilisasi menentukan tindakan yang sesuai
dengan kemampuan klien
2. Bantu latihan rentang gerak pasif 2. Latihan gerakpasif/aktif dapat
aktif pada ektermitas yang sakit meningkatan sirkulasi darah
maupun yang sehat sesuai musculoskeletal, mempertahankan
keadaan klien. tonus otot, mempertahankan gerak
sendi, mencegah kontraktur/atrofi
dan mencegah reabsorbsi kalsium
karena imobilisasi.
3. Mempertahankan posisi fungsional
ekstermitas.
3. Berikan papan penyangga kaki
,gulungan trokanter/tangan ssuai
4. Meningkatkan kemandirian klien
indikasi.
dalam perawatan diri dalam
4. Bantu dan dorong klien dalam
keterbatasannya.
perawatan diri
(kebersihan/eliminasi) sesuai 5. Mencegah penekanan yang terus
keadaan dan kemampuan klien. menerus yang dapat menimbulkan
5. Ubah posisi klien secara periodic, terjadinya dekubitus, pneumonia.
sesuai keadaan klien.
6. Hidrasi yang cukup mencegah
6. Dorong/pertahankan asupan
komplikasi urinaria dan konstipasi
cairan 2000-3000cc/hari.
7. Berikan diet TKTP (tinggi
7. Kecukupan kalori protein membantu
kalori,tinggi protein).
proses penyembuhan dan
mempertahankan fungsi fisiologis
tubuh.
8. Penyusunan program aktifitas fisik
8. Kolaborasi pelaksanaan
secara individual dibutuhkan klien
fisioterapi sesuai indikasi
dalam membantu mempertahankan
mobilitasya.
4. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis
fraktur.
Tujuan :
Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan:
- Perilaku tehnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan
penyembuhan sesuai indikasi.
- Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Observasi keadaan kulit, 1. Menilai perkembangan/kondisi
penekanan, balutan, dan luka. kulit, sehingga penentuan tindakan
dapat sesuai dengan kondisi
2. Pertahankan tempat tidur yang 2. Kain yang lembab dan terlipat,
aman dan nyaman. (kering, akan menimbulkan iritasi ataupun
bersih, alat tenun kencang, penekanan.
bantalan bawah tumit,siku.

3. Lakukan masase dengan lembut


3. Massage dapat meningkatkan
pada daerah penonjolan tulang
sirkulasi perifir dan meningkatkan
area distal bebat.
kelemasan kulit dan otot terhadap
tekanan yang relative konstan pada
imobilisasi.
4. Lakukan perawatan luka dengan 4. Perawatan luka dengan benar
prinsip steril dan moist. mendukung proses penyembuhan
luka sesuai prosesnya.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan faktor risiko trauma jaringan.
Tujuan :
Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulent
atau eritema dan edem.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Observasi tanda-tanda vital dan 1. Peningkatan suhu dan nadi
tanda tanda peradangan merupakan salah satu tanda
terjadinya infeksi.
2. Observasi kondisi luka 2. Warna, ukuran, dan jenis cairan
(warna,ukuran, kedalam cairan yang keluar menentukan
yang ada). perawatan luka yang akan
dilakukan

3. Lakukan perawatan luka dengan


3. Meminimalkan kontaminasi.
prinsip steril.
4. Ajarkan klien menjaga 4. Personal hiegen yang buruk
kebersihan sekitar luka. berpengaruh pada proses
penyembuhan luka.

5. Leukositosis biasanya terjadi pada


5. Analisa hasil pemeriksaan
proses infeksi, anemia dapat
laboratorium.
menghambat proses penyembuhan
luka.

6. Berikan terapi antibiotic sesuai


6. Antibiotic spectrum luas atau
peresepan.
spesifik dapat digunaan secara
profilaksis, mencegah atau
mengatasi infeksi.
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber
informasi.
Tujuan :
Setelah diberikan edukasi klien menunjukan pengetahuan meningkat
dengan kriteria:
- Klien mengerti dan memahami tentang sakitnya.
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji kesiapan klien mengikuti , 1. Situasi emosional, atau ketidak
menerima informasi kesehatan. siapan klien mempengaruhi
penerimaaan informasi yang akan
diberikan.
2. Diskusikan metode mobilitas dan 2. Partisipasi dan kemandirian klien
ambulasi program terapi fisik. dalam perencanaan dan
pelaksanaan program terapi, sangat
membantu dalam proses
pelaksanaan.
3. Ajarkan dan jelaskan tanda/gejala 3. Meningkatkan kewaspadaan klien
klinis yang memerlukan evaluasi untuk mengenali tanda/gejal dini
medic (nyeri berat, demam, yang memerlukan intervensi lebih
perubahan sesasi kulit distal lanjut.
cidera)
4. Persiapkan klien untuk mengikuti 4. Upaya pembedahan sangat
terapi pembedahan bila. mungkin diperlukan untuk
mengatasi masalah sesuai kondisi
klien.

D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama kegiatan pelaksanaan dapat bersifat
mendiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien.
E. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini
merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.
Dalam kasus ini evaluasi dilakukan mengacu respon klien dan sesuai dengan
tujuan dalam perencanaan keperawatan :
1. Nyeri berkurang atau hilang.
2. Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifir.
3. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
4. Infeksi tidak terjadi.
5. Meningkatkan pemahaman klien terhadap penyakit yang dialami.

D. LEGAL ETIK
1. Otonomi
Prinsip bahwa individu mempunyai hak menentukan diri sendiri,
memperoleh kebebasan dan kemandirian.
2. Non Maleficience
Prinsip menghindari tindakan yang membahayakan, atau meugikan orang
lain
3. Beneficience
Prinsip bahwa seseorang harus melakukan kebaikan
4. Justice
Prinsip bahwa individu berhak diperlakukan setara.
5. Fidelity
Prinsip bahwa individu wajib setia, terhadap komitmen dan tanggung
jawabnya.
6. Veracity
Kewajiban untuk menyampaikan sesuatu dengan benar dan tidak
berbohong.
DAFTAR PUSTAKA

Wahid. A. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

musculoskeletal. Jakarta. Sagung seto.

Le Mone. P,.Karen., Gerene.B. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Gangguan Muskuloskeletal. Diagnosis Keperawatan Nanda Pilihan

NIC & NOC. Jakarta. EGC

Você também pode gostar