Você está na página 1de 12

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.

2, 2013

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN PERATURAN PAJAK WAJIB


PAJAK, KUALITAS PELAYANAN PETUGAS PAJAK, DAN PERSEPSI
ATAS SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK UMKM DI WILAYAH SIDOARJO

Josephine Nidya Prajogo dan Retnaningtyas Widuri


Program Akuntansi Pajak Program Studi Akuntansi Universitas Kristen Petra
E mail : josephinenidya@gmailcom

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pemahaman peraturan
pajak wajib pajak, kualitas pelayanan petugas pajak, dan persepsi atas sanksi perpajakan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) baik secara parsial maupun
simultan. Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha UMKM yang mempunyai usaha di
wilayah Sidoarjo. Teknik pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling dengan jumlah
sampel sebanyak 40 responden. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu kuesioner. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dengan model analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel tingkat pemahaman peraturan pajak wajib pajak, kualitas pelayanan
petugas pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
Kata Kunci: tingkat pemahaman peraturan pajak wajib pajak, kualitas pelayanan petugas pajak, persepsi atas
sanksi perpajakan, kepatuhan wajib pajak UMKM.

ABSTRACT
The purpose of this study was to know whether the level of the tax payer’s understanding
on tax regulation, the service quality of the tax officers, and the perception of taxation penalties
impact on UMKM tax payer’s compliance either partially or simultaneously. The population in this
research was UMKM entrepreneurs who have business in Sidoarjo region. The sampling technique
was by purposive sampling of 40 respondents. This research used primary data in the form of
questionnaires. This research used quantitative methods with multiple regression analysis models.
The results of this research indicated that the level of the tax payer’s understanding on tax
regulation, the service quality of the tax officers, and the perception of taxation penalties have
positive and significant influenced on UMKM tax payer’s compliance.
Keyword: the level of the tax payer’s understanding on tax regulation, service quality of the tax officers, perception
of taxation penalties, UMKM tax payer’s compliance.
.

1
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

2
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

PENDAHULUAN sudah melebihi 52,74%. Memang angka kepatuhan

Pajak merupakan pengetahuan yang harus wajib pajak ini masih tergolong rendah.

dimiliki oleh setiap wajib pajak. Penguasaan Berdasarkan hitung-hitungan Ditjen Pajak, rasio

terhadap peraturan perpajakan bagi wajib pajak penyampaian SPT Tahunan PPh pada tahun lalu,

akan meningkatkan kepatuhan kewajiban hanya sebesar 52,74% atau hanya sekitar 9,33 juta

perpajakan agar terhindar dari sanksi-sanksi yang WP dari 17,69 juta WP terdaftar. Jika dirinci lagi,

berlaku dalam ketentuan umum perpajakan. kepatuhan penyampaian SPT WP Badan hanya

Sebagaimana dimaklumi, suatu kebijakan berupa 32,72% dari 1,5 juta WP badan yang terdaftar.

pengenaan sanksi dapat dipergunakan untuk 2 Sementara untuk WP perorangan, tingkat

(dua) maksud, yang pertama adalah untuk kepatuhannya 54,72% dari 16,10 juta WP

mendidik dan yang kedua adalah menghukum. perorangan yang terdaftar. Jika tingkat kepatuhan

Dengan mendidik dimaksudkan agar mereka yang pajak rendah, maka secara otomatis akan

dikenakan sanksi akan menjadi lebih baik dan lebih berdampak rendah terhadap penerimaan pajak,

mengetahui hak dan kewajibannya sehingga tidak sehingga menurunkan tingkat penerimaan APBN.

lagi melakukan hal yang sama. Maksud yang kedua (http://www.stpi-pajak.com, 2 April 2012).

adalah pengenaan sanksi menghukum, sehingga Pemahaman tentang pajak diberikan kepada

pihak yang terhukum akan menjadi jera. pelajar dan masyarakat, agar sejak dini pelajar dan

(Choiriyatuz, 2010). masyarakat sudah mengetahui pentingnya pajak

Kepatuhan pajak merupakan persoalan yang terhadap negara. Pengetahuan tentang pentingnya

sudah biasa sejak dulu ada di perpajakan. Di dalam perpajakan ini, tidak hanya bagi pelajar maupun

negeri, rasio kepatuhan wajib pajak dalam masyarakat tapi juga bagi para pengusaha UMKM

melaksanakan pemenuhan kewajiban (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang dimana

perpajakannya dari tahun ke tahun masih sejak 1 Juli 2013 Direktorat Jenderal Pajak sudah

menunjukkan prosentase yang tidak mengalami menarik pembayaran pajak 1% dari omzet kepada

peningkatan secara berarti. Dari berbagai data pengusaha yang memiliki omzet di bawah Rp 4,8

indikator kepatuhan pajak tersebut, terlihat bahwa miliar setahun. Namun kebijakan tersebut belum

terdapat permasalahan kepatuhan pajak di berjalan dengan baik, karena masih banyak

Indonesia yang masih menunjukkan tingkat pengusaha UMKM yang tidak tahu akan peraturan

kepatuhan yang rendah. Menurut Direktur PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Usaha

Penyuluhan Pelayanan dan Humas Direktorat Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tersebut. Di

Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Dedi samping itu juga, belum ada aturan peralihan dari

Rudaedi, berdasarkan data yang diterima Ditjen Pajak Penghasilan (PPh) biasa menjadi pajak

Pajak, realisasi kepatuhan penyerahan SPT sudah UMKM.

melebihi realisasi tahun 2011 lalu yakni sebesar Menurut Dirjen Pajak Fuad Rachmany,

52,74% dari seluruh wajib pajak terdaftar. Ditjen pihaknya akan aktif dan memberlakukan sistem

Pajak berharap wajib pajak yang menyampaikan jemput bola dalam memungut pajak UMKM

SPT bisa mencapai 62,5% dari seluruh WP tersebut, meskipun Indonesia menganut self

terdaftar pada 2012. Hingga April 2012, sudah assessment atau wajib pajak membayar sesuai

sekitar 22 juta WP terdaftar dan data yang diterima dengan kesadarannya sendiri. Alasannya, sulit bagi

3
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

instansi pajak melaksanakan kebijakan PP Pemahaman dapat diartikan sebagai proses,


No.46/2013 apabila tidak langsung terjun ke pusat- perbuatan, cara memahami atau memahamkan.
pusat pertokoan atau perdagangan Wajib pajak yang tidak memahami peraturan
(http://www.suaramerdeka.com, 29 Juli 2013). perpajakan secara jelas cenderung akan menjadi
Di sinilah letak pentingnya sosialisasi dan wajib pajak yang tidak taat.
edukasi. Pemerintah dalam hal ini Direktorat 2. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat
Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya Soemitro SH (2010)
berkewajiban melakukan pembinaan atau Tingkat pemahaman pajak dilihat dari
penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan. Dalam perspektif hukum merupakan suatu perikatan yang
melaksanakan fungsinya tersebut, Direktorat timbul karena adanya undang-undang yang
Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara
memberikan pelayanan. Self assessment system untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu
dapat berjalan dengan baik, jika pemerintah dalam kepada negara, negara mempunyai kekuatan untuk
hal ini Direktorat Jenderal Pajak menjalankan memaksa dan uang pajak tersebut harus
ketiga fungsinya yaitu pelayanan, penyuluhan dan dipergunakan untuk penyelenggaraan
penegakan hukum secara optimal. pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini
Peranan usaha skala kecil dan menengah memperlihatkan bahwa pajak yang dipungut harus
dalam perekonomian akhir-akhir ini mulai banyak berdasarkan undang-undang sehingga menjamin
diperhitungkan dalam proses merencanakan suatu adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai
kebijakan di bidang perpajakan. Hal tersebut adalah pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai
salah satu bagian dari usaha meningkatkan peranan pembayar pajak.
pengusaha dalam proses pengambilan keputusan Jadi, kesimpulannya tingkat pemahaman
dan kebijakan dalam lingkungan otoritas pajak. adalah suatu proses peningkatan pengetahuan
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, secara intensif yang dilakukan seseorang individu
ketiga variabel independen, tingkat pemahaman dan sejauh mana ia dapat mengerti dengan benar
peraturan pajak wajib pajak, kualitas pelayanan akan suatu permasalahan yang ingin diketahui.
petugas pajak, dan persepsi atas sanksi perpajakan, Bagi pemerintah, tingkat pemahaman wajib pajak
akan dikaji lebih lanjut untuk mengetahui variabel mengenai perpajakan merupakan faktor potensial
mana yang memiliki pengaruh signifikan terhadap untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Jika
kepatuhan wajib pajak UMKM di Wilayah seseorang memiliki tingkat pemahaman yang baik
Sidoarjo. maka akan dapat melaksanakan sesuatu dengan
baik pula. Dalam menjalankan kewajiban
Pengaruh Tingkat Pemahaman perpajakannya, wajib pajak haruslah menguasai
Peraturan Pajak Wajib Pajak Terhadap peraturan serta kewajiban yang dijalankannya agar
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM terhindar dari sanksi–sanksi yang berlaku. Dengan
demikian pemahaman tentang perpajakan berupa

1. Menurut Kamus Besar Bahasa informasi perpajakan dan peraturan perpajakan

Indonesia (2005) akan meningkatkan kepatuhan seseorang dalam


memenuhi kewajiban perpajakannya.

4
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo menyatakan kepuasan atau kebutuhan secara tidak
(2006) tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi langsung.
Pemilik Usaha Kecil Menengah dalam Pelaporan Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan
Kewajiban Perpajakan. Hasil penelitiannya adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
menunjukkan bahwa pemahaman pengusaha UKM ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,
terhadap peraturan perpajakan mempunyai yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
pengaruh positif dan berpengaruh kuat terhadap mengakibatkan kepemilikan apapun.
kesadaran wajib pajak dalam pelaporan kewajiban Dari definisi-definisi tentang kualitas
perpajakannya. pelayanan tersebut dapat diambil kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adiputra bahwa kualitas pelayanan adalah ukuran citra yang
(2014) tentang Pengaruh Tingkat Pemahaman diakui masyarakat mengenai pelayanan yang
Peraturan Pajak Wajib Pajak dan Kualitas diberikan, apakah masyarakat puas atau tidak puas
Pelayanan Fiskus terhadap Tingkat Kepatuhan dengan layanan yang diberikan. Oleh karena itu,
Wajib Pajak PPh Pasal 25 Badan menunjukkan pemerintah harus memastikan bahwa kualitas
bahwa tingkat pemahaman peraturan pajak pelayanan yang diberikan sudah baik. Seperti
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan memberi pelatihan kepada petugas pajak mengenai
wajib pajak. Karena semakin tinggi tingkat perpajakan dan pelayanan yang berkualitas.
pemahaman peraturan pajak wajib pajak maka Pelayanan yang berkualitas harus dapat
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi memberikan keamanan, kenyamanan, kelancaran,
kewajiban perpajakannya juga akan semakin tinggi. dan kepastian hukum. Kualitas pelayanan dapat
Oleh karena itu, tingkat pemahaman pemahaman diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan
peraturan pajak wajib pajak diduga berpengaruh yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan
terhadap kewajiban perpajakan, sehingga hipotesis dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat
H0 : Tingkat pemahaman peraturan pajak wajib pajak. Di samping itu, juga kemudahan dalam
pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap melakukan hubungan komunikasi yang baik,
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. memahami kebutuhan wajib pajak, tersedianya
H11 : Tingkat pemahaman peraturan pajak wajib fasilitas fisik termasuk sarana komunikasi yang
pajak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan memadai, dan pegawai yang cakap dalam tugasnya.
Wajib Pajak UMKM. Selanjutnya peningkatan penerimaan pajak negara
dapat dijadikan elemen penting penilaian bahwa
Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas kinerja organisasi dengan segenap pelayanan yang
berkualitas dan kinerja pegawainya sudah
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
menunjukkan hasil yang baik.
Pajak UMKM
Prinsip Kualitas Pelayanan (Skelcher, 1992)
mengungkapkan tujuh prinsip dalam pelayanan
Menurut Kotler (Marketing Management,
kepada masyarakat, yaitu:
2009), pengertian kualitas merupakan keseluruhan
1) Standard (standar), yaitu adanya kejelasan
sifat-sifat dan karakter-karakter suatu produk atau
secara eksplisit mengenai tingkat pelayanan di
jasa, berdasarkan kemampuannya untuk
5
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

dalamnya termasuk pegawai dalam melayani H12 : Kualitas pelayanan petugas pajak mempunyai
masyarakat. pengaruh yang signifikan terhadap Kepatuhan
2) Openness (keterbukaan), yaitu Wajib Pajak UMKM.
menjelaskan bagaimana pelayanan masyarakat
dilaksanakan, berapa biayanya, dan apakah suatu
pelayanan sudah sesuai dengan standar yang
ditentukan.
3) Information (informasi), yaitu informasi
yang menyeluruh dan mudah dimengerti tentang
suatu pelayanan Pengaruh Persepsi Atas Sanksi
4) Choice (pilihan), yaitu memberikan Perpajakan Terhadap Kepatuhan
konsultasi dan pilihan kepada masyarakat
Wajib Pajak UMKM
sepanjang diperlukan.
5) Non-Discrimination (tidak ada
Pengertian persepsi menurut Kamus Besar
diskriminasi), yaitu pelayanan diberikan tanpa
Bahasa Indonesia (1995:759) didefinisikan sebagai
membedakan ras dan jenis kelamin.
tanggapan (penerimaan) langsung dari
6) Accessbility, pemberian pelayanan harus
sesuatu/proses seorang mengetahui beberapa hal
mampu menyenangkan pelanggan atau
melalui panca inderanya. Jadi dapat diartikan
memberikan kepuasan kepada pelanggan.
sebagai proses kognitif yang dialami oleh setiap
7) Redress, adanya sistem publikasi yang
orang dalam memahami setiap informasi sebagai
baik dan prosedur penyampaian komplain yang
lingkungannya melalui inderanya.
mudah
Terdapat undang-undang yang mengatur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
tentang ketentuan umum dan tata cara
Arabella Oentari Fuadi (2013) mengenai Pengaruh
perpajakan.Sanksi adalah suatu tindakan berupa
Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi
hukuman yang diberikan kepada orang yang
Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap
melanggar peraturan. Sanksi diperlukan agar
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Dari penelitian ini
peraturan atau Undang-undang tidak dilanggar.
dapat ditarik kesimpulan bahwa dari uji parsial (uji
Agar peraturan perpajakan dipatuhi, maka harus
T) diperoleh hasil kualitas pelayanan petugas pajak
ada sanksi perpajakan bagi para pelanggarnya.
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Menurut Resmi (2008:71), sanksi perpajakan
peningkatan kepatuhan Wajib Pajak UMKM. .
terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap
Oleh karena itu kualitas pelayanan petugas pajak
peraturan perundang-undangan perpajakan,
diduga berpengaruh terhadap kewajiban
sehingga apabila terjadi pelanggaran maka wajib
perpajakan, sehingga hipotesis penelitian ini
pajak dihukum dengan indikasi kebijakan
dirumuskan sebagai berikut.
perpajakan dan undang-undang perpajakan.
H0 : Kualitas pelayanan petugas pajak tidak
Dari sudut pandang yuridis, pajak memang
berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib
mengandung unsur pemaksaan. Artinya, jika
Pajak UMKM.
kewajiban perpajakan tidak dilaksanakan, maka
ada konsekuensi hukum yang bisa terjadi.

6
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan H0 : Persepsi atas sanksi perpajakan tidak
sanksi-sanksi perpajakan. berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib
Pada hakikatnya, pengenaan sanksi Pajak UMKM.
perpajakan diberlakukan untuk menciptakan H13 : Persepsi atas sanksi perpajakan berpengaruh
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
kewajiban perpajakannya. Itulah sebabnya, penting UMKM.
bagi Wajib pajak memahami sanksi-sanksi
perpajakan sehingga mengetahui konsekuensi METODE PENELITIAN
hukum dari apa yang dilakukan ataupun tidak Desain penelitian ini adalah survey, yaitu
dilakukan. suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
Dalam Undang-undang perpajakan dikenal pengaruh tingkat pemahaman pajak, kualitas
dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan pelayanan petugas pajak, dan persepsi atas sanksi
sanksi pidana. Ancaman terhadap pelanggaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
suatu norma perpajakan ada yang diancam dengan UMKM di wilayah Sidoarjo.
sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan Varibel yang digunakan dalam penelitian ini
sanksi pidana saja dan ada pula yang diancam adalah tiga variabel independen yaitu tingkat
dengan sanksi administrasi dan pidana. pemahaman peraturan pajak wajib pajak, kualitas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh pelayanan petugas pajak, persepsi atas sanksi
Siti Musyarofah dan Adi Purnomo (2008) perpajakan dan satu variabel dependen yaitu
mengenai Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, kepatuhan wajib pajak.
Persepsi Wajib Pajak Tentang Sanksi, dan Hasrat Jenis dan sumber data yang digunakan adalah
Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib data primer melalui interview dan kuisioner yang
Pajak. Hasil penelitian Siti Musyarofah dan Adi berasal langsung dari objek penelitian. Populasi
Purnomo (2008) menunjukkan bahwa Persepsi dari penelitian ini adalah para pengusaha UMKM
tentang sanksi (X2) berpengaruh positif terhadap yang mempunyai usaha mikro kecil dan menengah
kepatuhan wajib pajak (Y), yang artinya bahwa yang terletak di wilayah Sidoarjo. Jumlah sampel
semakin wajib pajak mengerti atau sadar terhadap yang digunakan dalam penelitian adalah 40
sanksi (tindakan-tindakan, hukuman, dan pengusaha UMKM yang telah mempunyai Nomor
sebagainya) yang diterimanya apabila wajib pajak Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang masih aktif
tidak memenuhi kewajiban perpajakannya serta menjalankan usahanya di Jalan Gajah Mada,
melanggar norma perpajakan (Undang-Undang Sidoarjo. Dasar pemilihan sampel ini menggunakan
Perpajakan) maka kecenderungan untuk metode Purposive sampling. Purposive sampling
meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan adalah teknik penilaian sampel dengan
kewajibannya semakin tinggi pula. Oleh karena itu pertimbangan tertentu.
persepsi atas sanksi perpajakan diduga berpengaruh Instrumen penelitian dalam penelitian ini
terhadap kewajiban perpajakan, sehingga hipotesis menggunakan skala likert 4 poin. Instrumen yang
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. digunakan untuk mengukur semua variabel
berjumlah 33 item pertanyaan. Sebelum dianalisis
data diuji validitas dan reliabilitasnya. Menurut

7
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

Sekaran (1992), suatu variabel dikatakan reliabel,


jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60. Tabel 1. Koefisien Model Regresi
Sedangkan validitas dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan korelasi pearson product Model B Std. Beta t Sig.
moment. Error
Metode statistik yang digunakan untuk 1. Constant 3,456 1,473 2,347 ,025

X1 ,762 ,204 ,249 3,745 ,001


menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian
X2 ,210 ,066 ,311 3,169 ,003
ini adalah teknik analisis regresi berganda dengan
X3 ,921 ,159 ,487 5,789 ,000
bantuan program SPSS 19. Model persamaan
regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 3 diatas, maka model
regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut
Y= a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Y = 3,456 + 0,762X1 + 0,210X2 + 0,921X3 + e.


Keterangan:
Y : Kepatuhan Pajak UMKM
a : Konstanta Nilai koefisien regresi tingkat pemahaman
β : Koefisien Regresi pajak (X1) sebesar 0,762 (bernilai positif)
X1 : Tingkat Pemahaman Peraturan Pajak menunjukkan adanya arah pengaruh positif tingkat
Wajib Pajak pemahaman pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
X2 : Kualitas Pelayanan Petugas Pajak UMKM di wilayah Sidoarjo.
X3 : Persepsi atas Sanksi Perpajakan Nilai koefisien regresi kualitas pelayanan
e : Error petugas pajak (X2) sebesar 0,210 (bernilai positif)
menunjukkan adanya arah pengaruh positif kualitas
pelayanan petugas pajak terhadap kepatuhan wajib
HASIL PENELITIAN DAN
pajak UMKM di wilayah Sidoarjo.
PEMBAHASAN
Nilai koefisien regresi persepsi atas sanksi
Pada penelitian ini, data dikumpulkan melalui
perpajakan (X3) sebesar 0,921 (bernilai positif)
kuesioner yang disebar kepada 40 wajib pajak
menunjukkan adanya arah pengaruh positif
UMKM yang memiliki usaha sendiri di wilayah
persepsi atas sanksi perpajakan terhadap kepatuhan
Sidoarjo.
wajib pajak UMKM di wilayah Sidoarjo.
Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi
klasik sebagai syarat sebelum masuk ke dalam Tabel 2. Koefisien Determinasi
tahap analisis regresi berganda. Uji asumsi klasik
yang telah dilakukan meliputi uji multikolinearitas, a
R .967
uji heterokedastisitas, dan uji normalitas. Uji
R Square .934
asumsi klasik untuk uji autokorelasi tidak
Adjusted R Square .929
dilakukan pada penelitian ini karena data yang
(Constant) 1,13822
diperoleh merupakan data cross section di mana
menurut peneliti tidak perlu dilakukan uji
Dari Tabel 2 menunjukkan nilai R2 = 0,934
autokorelasi.
8
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

yang artinya kemampuan ketiga variabel a. Dependent Variable : Kepatuhan_Pajak

independen dalam menjelaskan kepatuhan wajib


pajak UMKM di wilayah Sidoarjo adalah sebesar
93,4% dan sisanya sebesar 6,6% dijelaskan oleh Uji t antara tingkat pemahaman peraturan
variabel lain. pajak wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak
UMKM menghasilkan signifikansi hitung (0,001)

Tabel 3. Uji Simultan lebih kecil dari pada nilai α (0,05). Selain itu, nilai
b t hitung (3,745) lebih besar dari pada nilai t tabel
ANOVA

Model Sum of df Mean F Sig. (2,030). Tanda positif pada nilai t hitung (lihat
Squares Square tabel 4.11) menunjukkan hubungan positif antara
664,960 3 221,653 171,088 .000 a variabel independen dengan variabel dependen. Ini
1. Regression
Residual 46,640 36 1,296 berarti, peningkatan pemahaman peraturan pajak
Total 711,600 39 wajib pajak akan meningkatkan kepatuhan wajib
pajak UMKM di wilayah Sidoarjo. Berdasarkan
a. Predictor: (Constant), hasil tersebut, hipotesis penelitian (H11) diterima
Persepsi_Atas_Sanksi, dan mendapat kesimpulan bahwa tingkat
Tingkat_Pemahaman, Kualitas_Pelayanan pemahaman peraturan pajak wajib pajak
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
b. Dependent variable: Kepatuhan_Pajak
pajak UMKM.
Uji t antara kualitas pelayanan petugas
Tabel 3 menunjukkan hasil uji F, nilai pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM
signifikansi hitung (0,000) lebih kecil dari pada menghasilkan nilai signifikansi hitung (0,003) lebih
nilai α (0,05). Selain itu, nilai F hitung (171,088) kecil dari pada nilai α (0,05). Selain itu, nilai t
lebih besar dari pada nilai F tabel (2,87). Dengan hitung (3,169) lebih besar dari pada nilai t tabel
demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat (2,030). Nilai t hitung yang positif menunjukkan
pemahaman pajak (X1), kualitas pelayanan hubungan positif antara variabel independen
petugas pajak (X2), dan persepsi atas sanksi dengan variabel dependen. Ini berarti, peningkatan
perpajakan (X3) secara simultan berpengaruh kualitas pelayanan petugas pajak menyebabkan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak peningkatan kepatuhan wajib pajak UMKM di
UMKM (Y) di wilayah Sidoarjo. wilayah Sidoarjo, begitupun sebaliknya.
Berdasarkan hasil tersebut, maka H0 ditolak dan
Tabel 4. Uji Parsial
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian (H12) yang
menyatakan bahwa kualitas pelayanan petugas
Model B Std. Beta t Sig. pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
Error wajib pajak UMKM, diterima.
1. Constant 3,456 1,473 2,347 ,025
Uji t antara persepsi atas sanksi perpajakan
X1 ,762 ,204 ,249 3,745 ,001
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM di wilayah
X2 ,210 ,066 ,311 3,169 ,003
Sidoarjo menghasilkan nilai signifikansi hitung
X3 ,921 ,159 ,487 5,789 ,000
(0,000) lebih kecil dari pada nilai α (0,05). Selain

9
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

itu, nilai t hitung (5,789) lebih besar dari pada nilai berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
t tabel (2,030). Tanda positif pada nilai t (lihat tabel pajak UMKM di Wilayah Sidoarjo.
4.11) menunjukkan hubungan positif antara • Tingkat pemahaman peraturan pajak wajib
variabel independen dengan variabel dependen. Ini pajak, kualitas pelayanan petugas pajak dan
berarti, persepsi atas sanksi perpajakan persepsi atas sanksi perpajakan secara bersama-
menyebabkan peningkatan kepatuhan wajib pajak sama berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
UMKM di wilayah Sidoarjo, begitupun sebaliknya. wajib pajak UMKM di wilayah Sidoarjo.
Berdasarkan hasil tersebut, maka H0 ditolak dan
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian (H13) yang
Saran untuk Penelitian Selanjutnya
menyatakan bahwa ketegasan sanksi perpajakan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dan
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
kesimpulan yang telah dilakukan, maka terdapat
pajak UMKM, diterima.
beberapa saran seperti:
Pada tabel 4.11, dilihat dari nilai beta,
• Untuk Direktorat Jenderal Pajak (Pemerintah)
faktor persepsi atas sanksi perpajakan memiliki
lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanan petugas
nilai beta yang paling tinggi, yaitu diperoleh
pajak dalam memberikan pelayanan yang terbaik
sebesar 0,921. Hal ini berarti faktor persepsi atas
dan bertindak profesional dalam melayani wajib
sanksi perpajakan memiliki pengaruh yang tinggi
pajak. Karena dari hasil penelitian menunjukkan
dan dominan terhadap kepatuhan wajib pajak
bahwa kualitas pelayanan petugas pajak
UMKM di wilayah Sidoarjo. Faktor kualitas
mempunyai pengaruh yang rendah dibandingkan
pelayanan petugas pajak memiliki nilai beta yang
dengan variabel lain. Selain itu, Direktorat Jenderal
paling rendah dibandingkan dengan nilai beta dari
Pajak diharapkan lebih tegas lagi dalam
faktor-faktor lainnya, yaitu sebesar 0,210. Hal ini
melaksanakan penegakan sanksi pajak sesuai
berarti faktor kualitas pelayanan petugas pajak
dengan aturan perpajakan yang berlaku agar Wajib
memiliki pengaruh yang rendah terhadap
Pajak UMKM patuh dalam melaporkan kewajiban
kepatuhan wajib pajak UMKM di wilayah Sidoarjo
perpajakannya.
bila dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.
• Untuk Wajib Pajak, dalam variabel tingkat
pemahaman peraturan pajak wajib pajak memiliki
pengaruh yang cukup besar terhadap kepatuhan
KESIMPULAN DAN SARAN
wajib pajak, maka disarankan sebaiknya para wajib
Berdasarkan hasil dari analisa dan pengujian pada
pajak lebih memperluas pengetahuannya tentang
bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
peraturan perpajakan agar dapat lebih patuh dalam
bahwa:
memenuhi kewajiban perpajakannya di kemudian
• Tingkat pemahaman peraturan pajak wajib
hari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara wajib
pajak (X1) berpengaruh signifikan terhadap
pajak aktif mengikuti peraturan perpajakan yang
kepatuhan wajib pajak UMKM di Wilayah
terbaru.
Sidoarjo.
• Kualitas pelayanan petugas pajak (X2)
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib Keterbatasan Penelitian
pajak UMKM di Wilayah Sidoarjo. • Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) variabel

• Persepsi atas sanksi perpajakan (X3) independen, yaitu tingkat pemahaman peraturan
10
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

pajak wajib pajak, kualitas pelayanan petugas pajak Hardiningsih, Pancawati. 2011. Faktor-faktor yang
dan persepsi atas sanksi perpajakan. Oleh karena Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak.
itu diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan,
dilakukan penambahan variabel-variabel Volume 3, Nomor. 1: 126-142.
independen. Seperti yang telah dibahas pada bab
Hidayat, Nur. “Aspek Perpajakan UKM” Jurnal
sebelumnya, variabel-variabel yang digunakan
Perpajakan Indonesia. Jakarta:2006.
dalam penelitian ini dapat menjelaskan tingkat
kepatuhan pajak UMKM sebesar 93,4%, sedangkan Hutagaol, Jhon. “Meningkatkan Kepatuhan Wajib
6,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak Pajak Melalui Penerapan Strategi
digunakan dalam penelitian. Maka dari itu, Pelayanan dan Penegakan Hukum” Jurnal
diharapkan pada penelitian selanjutnya, variabel- Perpajakan Indonesia. Jakarta: 2006
variabel yang diteliti ditambah agar model regresi
dapat dijelaskan dengan lebih lengkap. Misalnya Indriantoro, Nur dan Supomo, Bambang,

variabel tentang biaya kepatuhan, kesadaran wajib “Metodologi Penelitian dan Bisnis untuk

pajak, dan lain-lain Akuntansi dan Manajemen”, BPFE.

• Menambahkan jumlah sampel. Agar data Yogyakarta: 2004

penelitian selanjutnya lebih relevan. Dengan


Jatmiko, Agus. Nugroho. 2006. “Pengaruh Sikap
semakin banyaknya sampel, maka hasil yang
Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi
didapat akan semakin reliabel.
Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran
Perpajakan terdadap Kepatuhan Wajib
DAFTAR PUSTAKA
Pajak”. Tesis. Semarang: Program Studi
Magister Akuntansi Program Pascasarjana
Anonime. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Edisi
Universitas Diponegoro.
ketiga, Balai Pustaka, Jakarta: 2005.
Kotler, Philip. “Manajemen Pemasaran di
Adiputra, Hermawan. “Pengaruh Tingkat
Indonesia : Analisis, Perencanaan,
Pemahaman Peraturan Pajak Wajib Pajak
Implementasi dan Pengendalian”. Salemba
dan Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap
Empat. Jakarta:2002.
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Pasal
25 Badan” Universitas Hasanuddin. Mardiasmo, “Perpajakan”, Andi Offset,
Makassar:2014 Yogyakarta: 2009

Fuadi, Arabella Oentari. 2013 “Pengaruh Kualitas Mulyodiwarno, Nuryadi. “Catatan Tentang
Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi Kebijakan Sanksi Perpajakan sejak
Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Undang-Undang KUP 1983 hingga
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM”, Undang-Undang KUP 2007”. Inside Tax.
Tax &Accounting Review Vol.1, No.1. Jakarta:2007

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Musyarofah dan Adi. 2008. “Pengaruh Kesadaran
dengan Program IBM SPSS 19. Badan Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak Tentang
Penerbit – Undip, Semarang:2011 Sanksi, dan Hasrat Membayar Pajak
11
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL. 3, NO.2, 2013

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Perpajakannya” UIN Syarif Hidayatullah.


Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Jakarta:2009
Publik (JAMBSP), Vol. 5 No. 1 – Oktober
Simanjuntak, Timbul. Hamonangan dan Mukhlis,
2008: 34– 50
Imam. 2012. Dimensi Ekonomi Perpajakan
Parasuraman, Zeithaml, A.V. dan Berry L.L. dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
(1985), ‘A Conceptual model of Service Raih Asa Sukses
Quality’, Journal of Retailing, Vol. 67: 420-
Siregar, Yuli. Anita. Saryadi, dan Listyorini, Sari.
450
2012. Pengaruh Pelayanan Fiskus dan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Pengetahuan Perpajakan terhadap
tentang Pajak Penghasilan atas Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Ilmu
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Administrasi Bisnis, Volume 1, Nomor. 1:
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki 1-9.
Peredaran Bruto Tertentu
Syahril, Farid. 2013. Pengaruh Tingkat
Prasetyo, Ferry Dwi. “Analisis Faktor-Faktor yang Pemahaman Wajib Pajak Kualitas
Mempengaruhi Pemilik Usaha Kecil Pelayanan Fiskus terhadap Tingkat
Menengah dalam Pelaporan Kewajiban Kepatuhan Wajib Pajak PPh Orang
Perpajakan Di Daerah Pribadi. Padang: Fakultas Ekonomi
Jogjakarta”Universitas Islam Indonesia Universitas Negeri Padang.
Yogyakarta, 2006
Undang-Undang No.20 tahun 2008 tanggal 4 Juli
Prasetyo, Januar Eko dkk, “Persepsi Wajib Pajak 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Badan Terhadap Pelaksanaan Self Menengah
Assessment System dalam Memenuhi
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Kewajiban Pajak” Jurna Perpajakan
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Indonesia. Jakarta:2006
Perpajakan. 2009. Jakarta: Kementerian
Rahayu, Siti Kurnia. “Perpajakan Indonesia”. Keuangan Republik Indonesia.
Edisi Pertama. Graha Ilmu.
Waluyo, 2010. Perpajakan Indonesia Buku 1 Edisi
Yogyakarta:2010
Revisi. Jakarta: Salemba Empat.
Resmi, Siti. “Perpajakan Teori dan Kasus”. Edisi
Zahidah, Choiriyatuz. “Pengaruh Tingkat
Ketiga. Salemba Empat, Jakarta:2008
Pemahaman, Kepatuhan dan Ketegasan
Sartika dan Rini. “Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Sanksi Perpajakan terhadap Kewajiban
Kinerja Pelayanan Pajak dan Ketegasan Perpajakan Pengusaha UKM di Wilayah
Sanksi Perpajakan Terhadap Motivasi Jakarta Selatan)” UIN Syarif Hidayatullah.
Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Jakarta:2010

12

Você também pode gostar