Você está na página 1de 8

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TUTOR

SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI


BELAJAR BAHASA INDONESIA

Ni Made Merta Asih


Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Petang

ABSTRAK. Tujuan melakukan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk


meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII A SMP Negeri 4
Petang pada semester I Penelitian ini dilakukan terhadap 26 subjek penelitian. Cara
yang dilakukan adalah menambah gaya pembelajaran lama yang konvensional menjadi
cara pembelajaran baru yang bersifat penemuan menggunakan model Pembelajaran
Kooperatif dengan Tutor Sebaya sebagai Upaya Untuk Meningkatkatkan Prestasi
Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII A Semester I SMP Negeri 4 Petang Tahun
Pelajaran 2015/2016. Penelitian dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing
siklusnya dilakukan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi.Untuk mengumpulkan data hasil penelitian digunakan tes prestasi belajar dan
untuk menganalisis datanya digunakan analisis deskriptif. Dilihat dari hasil evaluasi
yang telah dilakukan terjadi peningkatan dari data awal dengan rata-rata 64,19,
ketuntasan belajar 26,92%, pada siklus I rata-ratanya 67,69 meningkat menjadi 46,15%.
Pada siklus II rata-ratanya 72,88 dengan ketuntasan belajar 84,62%. Dengan demikian
dapat disampaikan simpulan bahwa implementasi model Pembelajaran
Kooperatifdengan tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Kata kunci : model pembelajaran Kooperatif, tutor sebaya, prestasi belajar

A. PENDAHULUAN

Seharusnya guru-guru berupaya keras untuk menyelesaikan dan mengerjakan tugas-


tugas yang disuruh, namun akhirnya kegiatan tersebut belumlah maksimal. Untuk
memaksimalkan hal tersebut mereka harus diawasi, diikuti dengan dinilai, dievaluasi
dan diberi tindak lanjut. Proses pembelajaran di kelas akan sangat efektif apabila guru
melaksanakannya dengan memahami peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran yang
diajarnya. Selain pemahaman akan hal-hal tersebut keefektipan itu juga ditentukan oleh
kemampuan guru untuk merubah model pengajaran menjadi model pembelajaran sesuai
yang diharapkan oleh Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.

Peran mata pelajaran bahasa Indonesia adalah untuk pengembangan intelektual, sosial
dan emosional siswa serta berperan sebagai kunci penentu menuju keberhasilan dalam
mempelajari suatu bidang tertentu. Fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia adalah
sebagai suatu bidang kajian untuk mempersiapkan siswa mampu merefleksikan
pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain, mengungkapkan gagasan-gagasan
dan perasaan serta memahami beragam nuansa makna, sedang kegunaannya adalah
untuk membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, membuat
keputusan yang bertanggung jawab pada tingkat pribadi, sosial, menemukan serta
menggunakan kemampuan analitic dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Disamping

1
mengetahui peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran, sebagai seorang guru juga
diperlukan untuk mampu menerapkan beberapa metode ajar sehingga paradigma
pengajaran dapat dirubah menjadi paradigma pembelajaran sebagai tuntutan peraturan
yang disampaikan pemerintah (Permen No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses,
Permen No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Guru).

Penggunaan model-model pembelajaran juga merupakan hal yang sangat penting dalam
upaya memajukan suatu bidang tertentu.Model sangat berkaitan dengan teori.Model
merupakan suatu analog konseptual yang digunakan untuk menyarankan bagaimana
meneruskan penelitian empiris sebaiknya tentang suatu masalah.Jadi model merupakan
suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang dan
sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang
lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang (1).

Dari semua uraian di atas dapat diketahui hal-hal yang perlu dalam upaya meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar siswa seperti penguasaan metode-metode ajar; penguasaan
model-model pembelajaran; penguasaan teori-teori belajar; penguasaan teknik-teknik
tertentu; penguasaan peran, fungsi serta kegunaan mata pelajaran. Apabila betul-betul
guru menguasai dan mengerti tentang hal-hal tersebut dapat diyakini bahwa prestasi
belajar peserta didik pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak akan rendah. Namun
kenyataannya prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII A di semester I tahun
pelajaran 2015/2016 baru mencapai nilai rata-rata 64,19. Melihat kesenjangan antara
harapan-harapan yang telah disampaikan dengan kenyataan lapangan sangat jauh
berbeda, dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan utamanya pada mata pelajaran
bahasa Indonesia, sangat perlu kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah
satunya adalah perbaikan pembelajaran dengan implementasi model pembelajaran
Kooperatif dengan tutor sebaya. Oleh karenanya penelitian ini sangat penting untuk
dilaksanakan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang menjadi permasalahan dalam


penelitian ini adalah: Apakah implementasi model pembelajaran Kooperatif dengan
tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas VII A
SMP Negeri 4 Petang? Penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar
peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia yang terjadi setelah diterapkannya
langkah-langkah impelementasi model pembelajaran kooperatif dengan tutor sebaya
dalam proses pembelajaran. Manfaat secara teoritis yang dapat dinikmati dari hasil
penelitian ini diharapkan sebagai acuan dalam memperkaya teori untuk peningkatan
kompetensi guru. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat : a)
Bagi siswa, lebih bebas mengekspresikan kemampuan komunikasi dalam kelompok
belajarnya, sehingga kemampuan bahasa Indonesia menjadi lebih baik; b) Guru
menemukan pendekatan pembelajaran inovatif yang sesuai untuk lebih meningkatkan
hasil belajar siswa; c) Sekolah mendapatkan dampak positif dari terselenggaranya
penelitian ini, karena kualitas siswa, guru dan pembelajaran semakin meningkat.

Model pembelajaran kooperatif mendorong harga-diri individu dan menganjurkan siswa


untuk mengambil kendali dari belajarnya sendiri.Tuntutan ini melengkapi suatu
ringkasan dan strategi belajar kooperatif dan menunjukkan bagaimana guru-guru dapat
mengintegrasikan strategi-strategi tersebut dalam rencana pembelajaran mereka. Tujuan

2
utama dari belajar kooperatif adalah: (1) untuk membantu perkembangan kerjasama
akademik di antara siswa, (2) untuk menganjurkan hubungan kelompok yang positif, (3)
untuk mengembangkan harga-diri siswa, dan (4) untuk meningkatkan pencapaian
akademik (2).

Lima elemen dasar dalam belajar kooperatif, yaitu: 1) Saling ketergantungan yang
positif; 2) Memajukan interaksi tatap muka, 3) Pertanggungjawaban individu; 4)
Keterampilan sosial; 5) Proses kelompok (3)

Tutor Sebaya akan menghidupkan suasana yang kompetitif, sehingga setiap kelompok
akan terus terpacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain
aktivitas anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan kelompok dalam mempelajari materi ajar yang disajikan. Ketua
kelompok dipilih secara demokratis oleh seluruh siswa. Misalnya, jika di suatu kelas
terdapat 46 siswa, berarti ada 9 kelompok dengan catatan ada satu kelompok yang
terdiri atas 6 siswa. Sebelum diskusi kelompok terbentuk, siswa perlu mengajukan calon
tutor. Seorang tutor hendaknya memiliki kriteria: (1) memiliki kemampuan akademis di
atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu menjalin kerja sama dengan sesama siswa;
(3) memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi akademis yang baik; (4) memiliki
sikap toleransi dan tenggang rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi tinggi untuk
menjadikan kelompok diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap rendah hati,
pemberani, dan bertanggung jawab; dan (7) suka membantu sesamanya yang
mengalami kesulitan (4).

Prestasi belajar sebagai hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.Kalau
perubahan tingkah laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka
perubahan tingkah laku itulah salah satu indikator yang dijadikan pedoman untuk
mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya di sekolah. Dengan
kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa
sebagai akibat perbuatan belajar atau setelah menerima pengalaman belajar, yang dapat
dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor (5).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, antara lain dari sudut si pebelajar, proses belajar dan dapat pula dari sudut
situasi belajar. Dari sudut si pembelajar (siswa), prestasi belajar seseorang dipengaruhi
antara lain oleh kondisi kesehatan jasmani siswa, kecerdasan, bakat, minat, motivasi,
penyesuaian diri dan kemampuan berinteraksi siswa. Sedangkan yang bersumber dari
proses belajar, maka kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat
menentukan prestasi belajar siswa. Guru yang menguasai materi pelajaran dengan baik,
menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat, mampu mengelola kelas
dengan baik dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkembangkan motivasi belajar
siswa untuk belajar, akan memberi pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar
siswa. Sedangkan situasi belajar siswa, meliputi situasi lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat sekitar (6)

3
B. METODOLOGI PENELITIAN

Sekolah yang dipergunakan sebagai lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah SMP
Negeri 4 Petang khususnya siswa Kelass VII A Semster I, pada tahun pelajaran
2015/2016. Dalam melakukan sebuah penelitian tentu diperlukan sebauah
rancangan.Dalam Penelitian ini rancangan yang digunakan adalah rancangan yang
dikemukakan oleh Mc. Kernan. Adapun rancangan tersebut adalah sebagai berikut:

TINDAKAN DAUR I
Tindakan perlu perbaikan DAUR 2

dst
Penerapan Definisi Penerapan Redefine
masalah problem

Evaluasi Need Evaluate Need


tindakan assessement action assessement

Implementasi Hipotesis ide Impl. Revise New


tindakan plan hypothesis

Develop action plan T 1 Revise action plan T 2

Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Mc. Kernan, 1991 (dalam Sukidin,


Basrowi, Suranto, 2002: 54)

Prosedur penelitian tindakan kelas adalah mengikuti alur yang dikehendaki oleh peneliti
sendiri.Alur yang dilakukan tanpa melihat pendapat ahli menyatakan bahwa seolah-olah
peneliti sendiri sudah ahli, padahal peneliti baru mencoba menyelesaikan sebuah
Penelitian Tindakan Kelas untuk pertamakali. Jadi, agar tidak sok ahli maka peneliti
mengikuti alur gambar yang telah dipilih berdasar pendapat ahli sebagai prosedur
pelaksanaannya di lapangan. Untuk itu dimulai dengan mulai dari ide umum.Ide itu
dicek dan bila perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, ditinjau lagi, dibuat perecanaan
menyeluruh, dilakukan tindakan, dimonitor, dicari kebenarannya, dicek yang belum,
baik untuk tindakan selanjutnya. Selanjutnya, sesudah itu dibuat lagi perencanaan untuk
tindakan ke-2 berdasar ide umum atau masalah umum, dilakukan perbaikan/perubahan,
dicek ulang atau ditinjau lagi ide-ide yang sudah didapat, dibuat perencanaan ulang
secara menyeluruh, lalu dilakukan tindakan, kemudian dimonitor dan dievaluasi untuk
menentukan tindakan selanjutnya.

Penelitian ini mengambil subjek penelitian yaitu siswa kelas VII A SMP Negeri 4
Petang semester I tahun pelajaran 2015/2016. Adapun objeknya adalah peningkatan
prestasi belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII A, SMP Negeri 4 Petang setelah
implementasi model pembelajaran kooperatif dengan tutor sebaya. Penelitian tindakan
kelas yang dilakukan ini sudah terjadwal sedemikian rupa yaitu dari bulan Juli 2015
sampai dengan Nopember 2015. Untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan

4
dalam kegiatan sesuai yang diinginkan, perlu dilakukan kegiatan observasi. Observasi
atau teknik pengumpulan data yang digunakan Analisis deskriptif adalah cara yang
dilakukan dalam menganalisis data yang diperoleh terhadap pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas ini.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada perencanaan Siklus I ini ada banyak hal yang telah dilaksanakan yaitu: 1)
Menyesuaikan rencana dengan jadwal yang telah disusun agar dalam pelaksanaannya
tidak terkendala dengan hari-hari yang bisa mengganggu pelaksanaan penelitian; 2)
Menyusun rencana pelakasnaan pembelajaran (RPP); 3) Berkonsultasi dengan teman-
teman gurumembicarakan alat-alat peraga, bahan-bahan yang bisa membantu
peningkatan prestasi belajar peserta didik; 3) Merencanakan model pembelajaran yang
paling tepat dengan menyiapkan bahan-bahan yang menarik; 4) Menyusun format
penilaian; 5) Membuat bahan-bahan pendukung pembelajaran lainnya; 6) Merancang
skenario pembelajaran.

Pada pelaksanaan siklus I yaitu : 1) Masuk kelas dengan membawa semua persiapan-
persiapan ajar; 2) Mengatur anak-anak sedemikian rupa untuk memudahkan proses
belajar mengajar; 3) Mengelola kelas dengan mengajar materi sesuai jadwal yang sudah
ada, membimbing mereka dengan memperhatikan indikator yang harus dicapai secara
kelompok maupun secara individual; 4) Pada saat mengajar, penulis mengisi blanko
observasi yang telah dibuat untuk memberi penilaian bagi mereka yang aktif; 5)
Mengajar dengan cara yang sangat giat.

Hasil yang diperoleh pada Siklus I yang dilakukan adalah: nilai rata-rata mencapai
67,69 dimana baru 7 orang (26,92%) yang memperoleh nilai di atas KKM, ada 5 orang
(19,23%) nilainya sama dengan KKM dan masih ada 14 orang (53,85%) yang
memperoleh nilai di bawah KKM. Selanjutnya penelitian tindakan kelas dilanjutkan ke
siklus II.

Kelemahan-kelemahan pada siklus I, menjadi dasar pembuatan kerencanaan ini


sehingga perencanaan siklus II ini dibuat lebih matang lagi. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) disusun lebih baik, merencanakan pembelajaran yang tepat sesuai
model pembelajaran kooperatif dengan tutor sebaya, memberi contoh-contoh yang baik
dengan memberi yang lebih mudah terlebih dahulu baru. Pelaksanaan siklus II ini sama
dengan pelaksanaan pada siklus I cuma dan hal-hal lanjutan yang perlu dilakukan agar
mereka mengerti dengan cara belajar yang baik.

Pada Siklus II yang dilakukan diperoleh ilai rata-rata mencapai 72,88 dimana baru 11
orang (42,31%) yang memperoleh nilai di atas KKM, ada 11 orang (42,31%) nilainya
sama dengan KKM dan masih ada 4 orang (15,38%) yang memperoleh nilai di bawah
KKM.

Rekapitulasi peningkatan prestasi belajar dari kegiatan awal, siklus I dan siklus II dalam
bentuk tabel dan grafik sebagai berikut :

5
Tabel 1. Rekapitulasi prestasi belajar pada kegiatan awal, siklus I dan siklus II
Kurang dari Sama dengan Lebih dari
Uraian
KKM (70) KKM (70) KKM (70)
Kegiatan Awal 19 1 6
Siklus I 14 5 7
Siklus II 11 11 4

Gambar 1. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar pada Kegiatan Awal, Siklus I dan
Siklus II

20 19
18
16 14
14
12 11 11
10
8 7
6
6 5
4
4
2 1
0
Kegiatan Siklus I Siklus II
Awal
Kurang dari KKM (70) 19 14 11
Sama dengan KKM (70) 1 5 11
Lebih dari KKM (70) 6 7 4

Pada awalnya pembelajaran dilakukan tanpa inovasi, peneliti sebagai guru hanya
mengajar dan mengajar menggunakan cara pembelajaran yang memang sudah sehari-
hari dilakukan. Namun cara pembelajaran tersebut tidak mampu membuat peningkatan
prestasi belajar. Kelemahannya ada di dua pihak yaitu di pihak guru dan di pihak siswa.
Di pihak guru adalah kurangnya kebiasaan guru memotivasi siswa giat belajar, guru
selalu membiarkan saja kebiasaan siswa entah mau belajar atau tidak dengan cara
pembelajaran seperti itu ada 29,92% siswa yang sudah tuntas artinya sudah memperoleh
nilai sama dengan KKM dan juga nilai diatas KKM sedangkan kebanyakan siswa yang
lain yang jumlanya 73,08% masih memperoleh nilai dibawah KKM. Jumlah yang
banyak tersebut belum sesuai dengan tuntutan indikator keberhasilan penelitian yang
diharapkan.

Setelah hasil awal diketahui sedemikian rupa maka pada siklus I ini peneliti melakukan
inovasi dengan mengganti model pembelajaran menjadi model pembelajaran baru yaitu
model pembelajaran kooperatif dengan tutor sebaya. Dengan cara tersebut,
pembelajaran dapat berjalan lebih lancar dan siswa sudah mulai lebih giat dan lebih
aktif dalam proses pembelajaran. Kekurangan sebelumnya sidah diantisipasi dengan
menumbuhkan keberanian pada siswa untuk berpendapat, berargumentasi, menanyakan
hal-hal yang belum mereka pahami dan bekerja lebih giat tanpa menunggu perintah
guru. Validasi yang dilakukan adalah dengan membaca teori-teori yang ada lalu

6
mengkonsultasikan dengan guru-guru teman sejawat. Dengan kegiatan tersebut
akhirnya nilai rata-rata siswa dapat ditingkatkan menjadi 67,69 dengan ketuntasan
belajar 46,15%. Hasil tersebut sudah ada peningkatan namun peningkatan yang terjadi
belum mampu memenuhi tuntutan indikator keberhasilan penelitian yang
mencanangkan agar nilai rata-rata siswa mencapai batas KKM mata pelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah ini. Dari semua data yang diperoleh pada Siklus I ini harapan
pencapaian peningkatan prestasi belajar belum memenuhi harapan sesuai ketercapaian
indikator keberhasilan penelitian sehingga penelitian ini masih perlu untuk dilanjutkan
ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, pada silkus II ini dilakukan
pembelajaran yang lebih maksimal. Kekurangan di pihak guru yang belum mampu
melakukan arahan-arahan, motivasi-motivasi pada siklus II ini diupayakan lebih
maksimal. Siswa dibiasakan giat belajar, media yang digunakan lebih efektif.
Konsultasi dengan teman sejawat sebelum memulai pembelajaran dilakukan dengan
giat. Mengulang lagi membaca kebenaran dari teori model yang digunakan sebagai
upaya triangulasi. Hasil akhir yang diperoleh ternyata rata-rata kelas yang diperoleh
sudah meningkat mencapai 72,88 dengan prosentase ketuntasan belajar mencapai
84,62%. Dari semua data yang diperoleh, ternyata indikator keberhasilan penelitian
yang menuntut 80% lebih siswa sudah mampu mencapai ketuntasan belajar sudah
tercapai. Oleh karenanya penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan semua hasil penelitian yang telah disampaikan maka simpulannyaadalah


model pembelajaran kooperatif dengan tutor sebaya yang telah dilaksanakan mampu
menjawab rumusan masalah penelitian ini serta mampu membuktikan bahwa tujuan
penelitian ini sudah dapat dicapai. Sebagai bukti atas pencapaian hal tersebut adalah: 1)
Dari data awal ada 19 siswa mendapat nilai di bawah KKM dan pada siklus I menurun
menjadi 14 siswa dan siklus II hanya 4 siswa mendapat nilai di bawah KKM; 2) Nilai
rata-rata awal 64,19 naik menjadi 67,69 pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi
72,88; 3) Dari data awal siswa yang tuntas hanya 7 orang sedangkan pada siklus I
menjadi lebih banyak yaitu 12 siswa dan pada siklus II menjadi cukup banyak yaitu 22
siswa.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1) Model pembelajaran kooperatif dengan
tutor sebaya semestinya menjadi pilihan bagi guru-guru karena model ini telah terbukti
dapat meningkatkan kerjasama, berkreasi, bertindak aktif, bertukar informasi,
mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi dan lain-lain; 2)
Penelitian ini sudah dapat menemukan efek utama bahwa Model pembelajaran
kooperatif dengan tutor sebaya mampu meningkatkan prestasi belajar. Walaupun
demikian sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna
dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain agar meneliti bagian-bagian yang belum
sempat diteliti; 3) Selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi
peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna memverifikasi data hasil
penelitian.

7
DAFTAR PUSTAKA

Buku teks

(1) Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

(2) Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative Learning. New York:
McGraw-Hill, Inc.

(3) Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Cooperation in the Classroom.
Edina,Minnesota: A publication Interaction Book Company.

(4) Azizah, Rizka. 2010. Skripsi. Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

(5) Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.

(6) Mohamad Surya. (1999). Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.

Você também pode gostar