Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pertama,
menetapkan kebijakan nasional. Kedua, menyempurnakan kerangka regulasi. Ketiga,
membangun inisiatif sektor swasta. Perumusan kebijakan nasional ditandai dengan
pembentukan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. Komite tersebut kemudian
berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance. Komite ini beranggotakan
kalangan profesional baik di sektor publik, swasta, maupun kalangan akademisi dan lembaga
swadaya masyarakat. KNKG telah menerbitkan beberapa pedoman yaitu pedoman GCG
tahun 2001, Pedoman Sektoral, Pedoman untuk Komite Audit, dan Pedoman untuk Komisaris
Independen pada 2004.
GCG tidak hanya diterapkan dalam sektor swasta, namun BUMN dengan aset lebih
dari satu trilliun rupiah juga harus mengimplementasikan GCG dalam perusahaannya. Selain
itu,pasar modal juga menerapkan GCG untuk perusahaan publik. Hali ini dimaksudkan untuk
meningkatkan perlindungan investor, terutama pemegang saham perusahaan terbuka.
3
keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk
menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders.
Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang
saham, dan sebagainya.
c. Definisi menurut Forum of Corporate Governance Indonesia (FCGI) tentang
Corporate Governance yaitu :
Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan-kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan.
d. Definisi Corporate Governance menurut The Indonesian Institute of Corporate
Governance (IICG), mendefinisikan :
Corporate Governance sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh
organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberi nilai tambah perusahaan secara
berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders lainnya berdasarkan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.
e. Definisi Corporate Governance menurut Kementerian BUMN berdasarkan pasal 1
ayat 1 Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus
2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada BUMN, disebutkan
bahwa tata kelola perusahaan yang baik yang selanjutnya disebut Good Corporate
Governance (GCG) adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan
mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturam perundang-undangan dan
etika berusaha.
f. Definisi Corporate Governance menurut Komite Nasional Kebijakan Governance
(KNKG), adalah :
Salah satu pilar dari system ekonomi pasar, Corporate Governance berkaitan erat
degan kepercayaam baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun
terhadap iklim usaha disuatu Negara. Penerapan Good Corporate Governance
mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif.
Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu Corporate Governance
adalah sistem yang menjadi dasar suatu proses, mekanisme dalam mengelola perusahaan
yang baik berdasarkan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha agar timbul
kepercayaan terhadap perusahaan dengan menciptakan iklim perusahaan yang sehat yang
dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan dalam jangka panjang serta
pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan (stakeholder).
2.4 Teori -Teori Yang Mendasari Corporate Governance
Perusahaan terdiri dari serangkaian kontrak (the nexus of contract) antara berbagai
pihak seperti konsumen, pekerja, manajer, pemasok, pemerintah, regulator, investor, pemilik,
analis, akuntan, auditor, dewan komisaris. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang
sangat kompleks dalam perusahaan.
Penerapan Corporate Governance membantu menyelaraskan dan menyatukan
berbagai pihak yang memiliki kepentingan berbeda terhadap perusahaan, agar bersama-sama
berkolaborasi untuk mencapai tujuan perusahaan. Berikut adalah teori yang mendasari Good
Corporate Governance:
1. Entity Theory
Teori entitas ini memandang saham (baik pemegang saham biasa dan istimewa)
sebagai pemilik (proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Teori entitas
4
mengasumsikan terjadinya pemisahan antara kepentingan pribadi pemilik ekuitas (pemegang
saham) dengan entitas bisnisnya (perusahaan). Kreditor dianggap sebagai pihak luar.
Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen.
Aset menjadi milik pribadi pemegang saham dan pemegang saham menanggung
segala risiko yang berkaitan dengan utang. Dengan sudut pandang ini, aset bersih menjadi
perhatian utama bagi pemegang saham. Sesuai dengan sifat tersebut, persamaan akuntansi
dari teori entitas akan berbentuk :
Aset - Kewajiban = Ekuitas
Entity theory melahirkan agency dan stewardship theory , dimana kedua teori ini
sangat berperan dan paling banyak dirujuk untuk pembentukan struktur corporate
governance.
2. Agency Theory
Teori keagenan (Agency theory) menekankan pentingya pemilik perusahaan
(pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional
yang lebih memahami menjalankan bisnis sehari-hari. Semakin besar perusahaan maka akan
terjadi pemisahaan Antara pemilik dan pengendali perusahaan. Pemegang saham bertindak
sebagai pemilik dan manajer merupakan pengendali perusahaan. Pemisahaan peran ini terjadi
karena pemegang saham tidak dapat lagi mengikuti kegiatan perusahaan setiap hari. Banyak
pemegang saham yang bertindak pasif artinya tidak ikut serta dalam kegiatan operasional
perusahaan, oleh karena itu manajer juga memiliki keinginan sendiri dan bertindak untuk
memenuhi keinginan pribadinya. Perbedaan kepentingan ini dikenal dengan nama konflik
keagenan.
Implikasi teori keagenan terhadap konsep corporate governance adanya pemberian
insentif dan melakukan monitoring (pengawasan). Mekanisme insentif mendorong para
manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham berupa insentif seperti gaji,
dan insentif berbasis kinerja, seperti pemberian saham perusahaan dan kebijakan kompensasi
lainnya.
Monitoring yang dilakukan oleh pihak independen memerlukan biaya pengawasan
(monitoring cost) berupa biaya audit, yang merupakan salah satu dari agency cost (Jensen dan
mecklinhg, 1976). Biaya pengawasan (monitoring cost) adalah biaya untuk mengawasi
perilaku agen apakah agen telah bertindak sesuai kepentingan principal dengan melaporkan
secara akurat semua aktivitas yang telah ditugaskan kepada manajer. Uraian tersebut
memberi makna bahwa auditor merupakan pihak yang dianggap dapat menjembatani
kepentingan pihak pemegang saham (principal) dengan pihak manajer (agent) dalam
mengelola keuangan perusahaan.
3. Stewardship Theory
Stewardship theory mengasumsikan bahwa manajer adalah pelayanan yang baik bagi
perusahaan. Teori ini dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni manusia
pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggungjawab, memiliki
integritas dan kejujuran terhadap pihak lain.
Tujuan dari pendekatan ekuitas residual adalah memberikan informasi yang lebih baik
kepada pemegang saham biasa untuk pengambilan keputusan investasi. Konsep entitas ini
memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian akuntansi. Pendekatan ini
sebenarnya tidak berbeda dengan su2dut pandang pemilik dalam teori entitas yang telah
dijelaskan diatas. Hanya dalam pendekatan ini, yang dimaksud pemilik adalah pemegang
saham biasa. Pemegang saham istimewa dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen yang
dibagikan untuk mereka dipandang sebagai biaya. Persamaan akuntansi untuk mencerminkan
5
konsep ini adalah sebagai berikut:
5. Fund Theory
Teori dana berkaitan dengan badan-badan pemerintah dan organisasi nirlaba, teori ini
memandang bahwa kegiatan, program, projek, atau unit kegiatan lainnya sebagai kesatuan
atau entitas yang berdiri sendiri. dana dapat diartikan sebagai kesatuan akuntansi (accounting
entity). Sumber keuangan untuk pelaksaan kegiatan yang dilaporkan sebagai dana yang
berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain. Untuk itu, diperlukan seperangkat sistem
akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansi dan laporan keuangan untuk pelaporan
kesatuan dana tersebut. Teori Dana dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut:
Ekonomi modern disatukan oleh kontrak yang tidak terhitung banyaknya , dan teori
kontrak yang diciptakan oleh Hart dan Holmstrom pemenang hadiah nobel di bidang
ekonomi tahun 2016, membuat kita memahami manfaat kontrak kehidupan nyata dan juga
6
mengerti apa potensi kerugian saat kontrak disusun.
Setiap pelaku ekonomi secara lahiriah memiliki sifat homo economicus (kerakusan
ekonomi) yang memiliki prinsip ekonomi yaitu, memperoleh keuntungan sebesar-besarnya
dengan biaya (pengorbanan) sekecil-kecilnya. Akan tetapi, hasrat para pelaku ini harus diatur
agar tidak untung sendiri dan merugikan yang lain. Kesepakatan tertuang dalam kontrak itu
diasumsikan memiliki ikatan hukum atau kewajiban moral untuk dipenuhi, karena dibalik
kesepakatan itu, ada manfaat yang akan diraih alias ada insentif untuk mendorong orang
bersepakat agar saling menguntungkan.
Menurut Hart dan Holmstrom dalam Simon (2016), seorang karyawan bisa memiliki
komitmen tinggi dengan adanya kepastian karier dan promosi jabatan. Jika hal ini tidak jelas,
maka akan ada kinerja yang buruk. Oleh karena itu, Hart dan Holmstrom menyatakan, sistem
kerja lewat kontrak kerja ini, juga harus diperhatikan bahwa uang bukan segalanya. Kontrak
yang harus diperhatikan adalah aspirasi karyawan amat menentukan sukses tidaknya sebuah
perusahaan. Implikasi teori ini bagi CG yakni adanya kebijakan remunerasi bagi eksekutif
(OJK, 2014).
Teori Biaya Transaksi adalah adanya perpaduan antara ilmu hukum, ekonomi, dan
organisasi yang disertai dengan faktor internal seperti kesalahan eksekusi atau semua bentuk
pengorbanan (mikro) dan faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol (makro) untuk
mengeksekusi strategi atau perencanaan sehingga mengakibatkan munculnya konsekuensi
tertentu. Teori ini berusaha memandang perusahaan bukan sebagai suatu unit ekonomik
impersonal dalam suatu dunia pasar sempurna dan keseimbangan, melainkan perusahaan
sebagai suatu organisasi yang terdiri dari orang-orang dengan pandangan dan tujuan yang
berbeda-beda.
Ada dua asumsi utama dalam teori biaya transaksi, yaitu rasionalitas individu bersifat
terbatas (bounded rationality), dan individu memiliki sifat oportunisme (Williamson, 1979).
Rasionalitas individu dikatakan terbatas oleh Herbert A. Simon karena pada dasarnya seorang
individu tidak akan pernah mampu memiliki informasi yang lengkap tentang kejadian masa
yang akan datang untuk memprediksi dengan sempurna kejadian masa depan. Akibat
keterbatasan rasionalitas ini, menyebabkan individu tidak akan pernah bisa melaksanakan
negosiasi dan kontrak secara sempurna terhadap kejadian-kejadian masa depan. Dengan
demikian seluruh kontrak yang dilakukan individu dalam kegiatannya sehari-hari selalu
bersifat tidak sempurna (incomplete contract). Agar kontrak dapat dilaksanakan dengan baik
maka diperlukan biaya dan pengawasan.