Você está na página 1de 6

Asiditas dan Alkalinitas

Asiditas adalah kemampuan air untuk menetralisir ion OH- . Seperti halnya larutan buffer,
asiditas merupakan pertahanan air terhadap pembasaan. Asiditas terjadi sebagai akibat hadirnya
asam lemah. Kontributor utama asiditas adalah CO2 dan H2S yang sangat volatil. Oleh karena
itu, pengukuran asiditas dilakukan sesegera mungkin dan bila memungkinkan dilakukan di
tempat pengambilan sampel.

Gas CO2 yang berasal dari atmosfer atau yang berasal dari aktivitas penguraian zat organik oleh
mikroorganisme akan menyebabkan asiditas dalam air, karena gas tersebut akan berdifusi dan
bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang bersifat asam (Sawyer et al., 2003).

Pada dasarnya, asiditas (keasaman) tidak sama dengan pH. Asiditas melibatkan dua komponen,
yaitu jumlah asam baik asam kuat maupun asam lemah (misalnya asam karbonat dan asam
asetat) dan konsentrasi ion hidrogen. Asiditas menggambarkan kapasitas kuantitatif air untuk
menetralkan basa hingga pH tertentu yang dikenal dengan sebutan base neutralizing capacity
(BNC), sedangkan pH hanya menggambarkan konsentrasi ion hidrogen. Selain itu pH juga
berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Pada pH < 5, alkalinitas dapat mencapai
nol. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar
karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat asam (pH rendah) bersifat korosif

Alkalinitas air merupakan pengukuran terhadap kemampuan air untuk menetralisir asam
(Sawyer et al., 2003; Purwakusuma, 2007). Alkalinitas pada perairan alami sebagian besar
disebabkan oleh hidroksida dalam air, ion karbonat dan bikarbonat (Sawyer et al., 2003). Ketiga
ion tersebut di dalam air akan bereaksi ion hidrogen sehingga menurunkan keasaman dan
menaikkan pH. Pada umumnya lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah nilai
alkalinitas di atas 20 ppm (Purwakusuma, 2007).
CO2 Agresif
Fosfat

Fosfor merupakan salah satu bahan kimia yang sangat penting bagi mahluk hidup. Fosfor tidak terdapat
secara bebas di alam. Fosfor ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan
merupakan unsur pokok dari protoplasma. Sumber fosfor alami dalam air berasal dari pelepasan
mineral-meneral dan bijibijian (Bausch, 1974). Fosfat terdapat dalam tiga bentuk yaitu H2PO4-, HPO42-,
dan PO43-. Fosfat umumnya diserap oleh tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer H2PO4- atau
ortofosfat sekunder HPO42- sedangkan PO43- lebih sulit diserap oleh tanaman. Bentuk yang paling
dominan dari ketiga fosfat tersebut dalam tanah bergantung pada pH tanah (Engelstad, 1997). Pada pH
lebih rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion ortofosfat primer, dan pada pH yang lebih tinggi ion
ortofosfat sekunder yang lebih banyak diserap oleh tanaman (Hanafiah, 2005).
Fosfor terdapat di alam dalam dua bentuk yaitu senyawa fosfat organik dan senyawa fosfat anorganik.
Senyawa fosfat organik terdapat pada tumbuhan dan hewan, sedangkan senyawa fosfat anorganik
terdapat pada air dan tanah dimana fosfat ini terlarut dia air tanah maupun air laut yang terkikis dan
mengendap di sedimen. Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat dan fosfat organik. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi
atau terikat di dalam sel organisme air. Di daerah pertanian ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang
masuk ke dalam sungai atau danau melalui drainase dan aliran air hujan. Ortofosfat merupakan bentuk
fosfat yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman, sedangkan polifosfat harus terlebih
dahulu mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat sebelum dimanfaatkan sebagai sumber fosfor.

Polifosfat dapat memasuki sungai melalui air buangan penduduk dan industri yang menggunakan bahan
detergen yang mengandung fosfat, seperti industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam
air buangan penduduk dan sisa makanan. Fosfat organis dapat pula terjadi dari ortofosfat yang terlarut
melalui proses biologis karena baik bakteri maupun tanaman menyerap fosfat bagi pertumbuhannya.
Semua polifosfat mengalami hidrolisis membentuk ortofosfat. Perubahan ini tergantung pada suhu.
Pada suhu yang mendekati titik didih, perubahan polifosfat menjadi ortofosfat berlangsung cepat.
Kecepatan ini meningkat dengan menurunnya nilai pH. Perubahan polifosfat meenjadi ortofosfat pada
air limbah yang mengandung bakteri berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan perubahan yang
terjadi pada air bersih (Effendi, 2003).

Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan.
Bila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01mg P/L), pertumbuhan ganggang akan terhalang, keadaan ini
dinamakan oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang
tidak terbatas lagi (kedaaan eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini
tentu sangat berbahaya bagi kelestrian ekosistem perairan. Kegunaan fosfat yang penting adalah dalam
pembuatan pupuk dan secara luas digunakan dalam bahan peledak, korek api, pestisida, odol dan
deterjen.

Você também pode gostar