Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2.2.2 Tujuan
Analisa gas darah memiliki tujuan sebagai berikut (McCann, 2004):
1. Mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
2. Mengevaluasi ventilasi melalui pengukuran pH, tekanan parsial oksigen arteri (PaO2), dan
tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2).
3. Mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan oleh paru-paru melalui darah yang
ditunjukkan melalui PaO2.
4. Mengetahui kapasitas paru-paru dalam mengeliminasikan karbon dioksida yang
ditunjukkan oleh PaCO2.
5. Menganalisa isi oksigen dan pemenuhannya, serta untuk mengetahui jumlah bikarbonat.
Range Interpretasi
pH 7,35-7,45 pH/ H mrnunjukkan jika pasien academic (pH< 7,35; H >45 atau
alkalemic (pH>7,45: H <35)
H 35-45
nmol/l See above
(nM)
PO2 9,3- 13,3 O2 yang rendah menunjukkan pasien tidak bernapas secara tepat
kPa (hipoksemia), PO2 < 60 mmHg€ suplemen oksigen harus
(80-100) diberikan, PO2 <26 mmHg€ pasien berisiko akan kematian danharus
mmHg diberikan oksigen dengan segera
PCO2 4,7-6.0 CO2 & P CO2 menunjukkan masalah pernapasan. Unmtuk
kPa kecepatan metabolic yang konstan PCO2 ditentukan oleh ventilasi
(35-45) secara menyeluruh. PCO2 yang tinggi/asidosis respiratorik
mmHg menunjukkan underventilation, PCO2 yang rendah/alkalosis
respiratorik menunjukkan hiper/overventilasi
Tingkat PCO2 dapat menjadi ABN saat system respirasi bekerja untuk
mengkompensasi masalah metabolik untuk menormalkan pH darah.
PCO2 yang meningkat diinginkan pada beberapa perubahan yang
berhubungan dengan kegagalan pernapasan yang dikenal sebagai
hipercapnia permissive
HCO3 22-26 Ion HCO3 menunjukkan apakah ada masalah metabolic
mmol/l /ketoasidosis, HCO# yang rendah menunjukkan metabolic asidosis,
HCO# yang tinggi menunjukkan metabolic alkalosis, tingakat HCO3
dapat menjadi ABN saat ginjal bekerja untuk mengkompensasi masalah
pernpasan dengan tujuan menormalkan pH darah
Base -3 to +3 BE€ digunakan untuk mengkaji komponen metabolic dari
Excess mmol/l perubahan asam dan basa dan menunjukkan apakah pasien
mempunyai asidosis metabolik/alkalosis metabolik
BE€menunjukkan junlah asam yang dibutuhkan untuk
mengembalikan pH darah individu ke interval pH (7,35-7,45)
dengan jumlah CO2 pada nilai standar
BE > +3€ menunjukkan pasien mempunyai darah yang memerlukan
peningkatan jumlah asam secara ABN untuk mengembalikan pH ke netral
(menunjukkan Alkalosis) atau mengindikasikan pasien dengan asidosis
metabolic/ primer atau sekunder terhdap alkalosis respiratorik
BE< -3 biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis, misal
kebutuhan asam yang berlebihan dipindahkan dari darah untuk
mengembalikan pH kembali ke normal (pasien dengan metabolic
asidosis/ primer atau sekunder terhadap alkalosis respiratoris)
Setelah perawat mengambil sampel dan memberikan ke laboratorium, maka ketika hasil
telah keluar, perawat perlu memahami hasil tersebut dan menganalisanya. Berikut adalah
pemahaman yang harus dimiliki untuk menganalisa hasil analisa gas darah.
a. Analisa apakah pH asidotik (< 7,35) atau alkalotik (> 7,45).
b. Analisa apakah PCO2 asidotik (> 45) atau alkalotik (< 35).
c. Analisa apakah HCO3- asidotik (< 22) atau alkalotik (>26).
d. Bandingkan ketika jumlah tersebut dan cari dua kesamaan di acidity atau alkalinity untuk
mengetahui ketidakseimbangan asam dan basa.
Tabel Ketidakseimbangan Asam dan Basa
pH PCO2 HCO3- Ketidakseimbangan
Komponen Respiratori Komponen Metabolik Asam dan Basa
Asidosis Asidosis Respiratori asidosis
Alkalosis Alkalosis Respiratori alkalosis
Asidosis Asidosis Metabolik asidosis
Alkalosis Alkalosis Metabolik alkalosis
CO2 adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa CO2 ke paru-paru dan di paru-
paru CO2 tsb dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernapasan di otak mengatur
jumlah CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernapasan. Jika pernapasan meningkat, kadar CO2 darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernapasan menurun, kadar CO2 darah meningkat dan
darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman
pernapasan, maka pusat pernapasan dadn paru-paru mampu mengatur pH darah
menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tsb, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa,
yaitu asidosis dan alkalosis
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darh terlalu banyak mengandung asam
atau terlalu sedikit mengandung basa dan sering menyebabkan menurunnya pH darah
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau
terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan
suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan
petunjuk dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolic dan
respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolic dan
alkalosis metabolic disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan
dan pembuangan asam dan basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik dan
alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau
kelainan pernapasan.
Asidosis akan meningkatkan konsentrasi K dalam darah, sehingga fungsi sel
dan enzim tubuh memburuk, kemudian mengakibatkan aritmia ventrikuler.Alkalosis
akan menurunkan konsentrasi K dalam darah, sehingga afinitas HB-O2 meningkat.
Akibatnya pelepasan O2 ke jaringan sulit sehingga terjadi hipoksemia Kenaikan
pCO2 akan mengakibatkan koma dan aritmia serta vasodilatasi pembuluh darah. Bila
hal ini terjadi di otak maka aliran darah ke otak akan meningkat dan mengakibatkan
kenaikan tekanan intra cranial. Penurunan pCO2 (<25 mmHg) akan mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jaringan turun. Bila hal ini
terjadi di otak maka akan terjadi hipoksemia otak
a. Asidosis metabolic
Dapat terjadi karena:
* Penambahan asam:
1) Oksidasi lemak tak sempurna, misalnya pada asidosis diabetika atau kelaparan.
2) Oksidasi karbohidrat tak sempurna, misalnya pada asidosis laktat.
* Pengurangan bikarbonat:
1) Renal tubular acidosis.
2) Diare.
Dengan penambahan H+ , metabo penyangga bikarbonat-asam karbonat akan bekerja
dengan mengeluarkan HCO3 guna mengikat penambahan H+ itu sehingga perubahan pH
yang terjadi tidak begitu besar. Karena mekanisme ini, akan terjadi:
1. pH ↓
2. HCO3— ↓
3. B.E. < 2,5.
b. Alkalosis metabolic
Dapat terjadi karena:
* Pengurangan asam:
1) Muntah-muntah, HCl lambung dikeluarkan.
2) Penggunaan antasida berlebihan.
* Penambahan basa:
1) Infus bikarbonat berlebihan.
2) Efek aldosteron/steroid.
Dengan adanya pengeluaran ion H+, metabo penyangga akan bekerja dengan
mengeluarkan H+ guna mengurangi perubahan pH. Karena mekanisme ini akan terjadi:
1. pH ↑
2. HCO3 ↑
3. B.E. > 2,5.
c. Asidosis respiratorik
Terjadi karena adanya hipoventilasi, sehingga P CO2 akan meningkat. Hal ini dapat
terjadi pada:
* Kelainan paru, misalnya Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM).
* Kelainan susunan saraf pusat, misalnya depresi pernapasan.
* Kelainan dinding dada.
Karena P CO2 darah meningkat, di dalam gas darah akan ditemukan:
1. pH ↓
2. P CO2 ↑
3. HCO3 normal.
d. Alkalosis respiratorik
Terjadi karena adanya hiperventilasi sehingga P CO2 darah akan turun. Hal ini dapat
terjadi karena:
Perangsangan S.S.P. : emosi, salisilat dan lain-lain.
Stimulasi kemoreseptor perifer: hipoksemia.
Stimulasi reseptor intratorakal: berbagai penyakit pam.
Keadaan hipermetabolisme: sepsis, hipertiroid.
Karena P CO2 darah menurun, di dalam analisa gas darah akan ditemukan:
1. pH ↑
2. P CO2 ↓
3. HCO3 normal.
b. Sistem pernapasan
Melalui metabo pernafasan ini, CO2 darah dapat dikeluarkan. Seperti telah dibahas
terdahulu, perubahan kadar CO2 akan mempengaruhi kadar H2CO3 , yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perubahan nilai pH. Pada keadaan asidosis metabolic misalnya, akan terjadi
hiperventilasi pam yang mengakibatkan pengeluaran CO2 , sehingga nilai pH yang rendah
dapat diperbaiki
c. Ginjal
Di ginjal dapat terjadi sekresi dan reabsorbsi ion HCO3-. Kalau kita kembali ke
persamaan Henderson, jelas kerja ginjal ini akan berperan besar dalam penentuan nilai pH.
Artinya, ginjal berperan untuk mempertahankan keseimbangan komponen metabolic, yaitu ion
HCO3, agar proses metabolisme dapat berjalan dengan baik.
2.2.8 Indikasi
Indikasi tindakan analisa gas darah adalah sebagai berikut (McCann, 2004):
1. Tindakan analisa gas darah ditujukan pada pasien dengan sebagai berikut:
a. Obstruktif kronik pulmonari,
b. Edema pulmonari,
c. Sindrom distres respiratori akut,
d. Infark myocardial,
e. Pneumonia.
2. Tindakan ini juga diberikan pada pasien yang sedang mengalami syok dan setelah menjalani
pembedahan bypass arteri koronaria.
3. Pasien yang mengalami resusitasi dari penyumbatan atau penghambatan kardiak.
4. Pasien yang mengalami perubahan dalam status pernapasan dan terapi pernapasan, serta
anesthesia.
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan ini, yaitu (McCann, 2004):
1. Adanya risiko jarum mengenai periosteum tulang yang kemudian menyebabkan pasien
mengalami kesakitan. Hal ini akibat dari terlalu menekan dalam memberikan injeksi.
2. Adanya risiko jarum melewati dinding arteri yang berlainan.
3. Adanya kemungkinan arterial spasme sehingga darah tidak mau mengalir masuk ke syringe.
1. Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka
ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
3. Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa
dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan
dalam kamar pendingin beberapa jam.
4. Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan P
CO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan P CO2.
2. Arteri brakhial
Arteri brankhial dimulai dari batas bawah tendon pada teres major dan menurun kebawah
lengan, dan berakhir sekitar 1 cm dibawah lekukan siku dimana dibagi menjadi arteri radial dan
arteri ulnar. Pertama, arteri brakhial terletak dari medial ke humerus, tetapi ketika arteri brachial
menuju lengan secara perlahan menuju atau terletak di depan tulang dan lekukan siku yang
terletak diantara dua epicondyles
3. Arteri femoral
Arteri femoral merupakan arteri yang melewati cukup dekat dengan permukaan atas, dibagi
ke dalam cabang yang kecil untuk menyediakan darah ke otot dan jaringan superficial di daerah
paha. Arteri femoral juga menyuplai kulit dan dinding abdominal bawah. Cabang arteri femoral
yang penting meliputi:
1. arteri superficial circumflex iliac, arteri ke lymph nodes dan kulit;
2. arteri superficial epigastric ke dinding kulit abdominal;
3. arteri superficial dan arteri eksternal pudenal ke kulit abdomen bawah dan eksternal
genital;
4. arteri profunda, yang merupakan cabang paling besar pada arteri femoral dan
menyuplai sendi paha dan berbagai otot di paha;
5. arteri deep genicular ke bagian paling jauh pada otot paha dan menghubungkan
jaringan impuls sekitar sendi lutut
4. Arteri tibialis posterior dan arteri doralis pedis
5. Bagian arteri lain
Pada bayi = arteri kulit kepala, arteri tali pusat.
Pada orang dewasa = arteri dorsal pedis.
Bagian-bagian ini tidak boleh diambil oleh phlebotomis. Arteri femoralis atau brakialis
sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi
kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri
temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak.
2. Hiperkapnia
• Ringan PaCO2 45 – 60 mmHg
• Sedang PaCO2 60 – 70 mmHg
• Berat PaCO2 70 – 80 mmHg
. Harga normal :
-pH darah arteri 7,35 – 7,45
-PaO2 80 – 100 mmHg
-PaCO2 35 – 45 mmHg
-HCO3- 22 – 26 mEq/l
-Base Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
-O2 Saturasi 90 – 100 %
DAFTAR PUSTAKA
Perangsangan stimulasi depresi pernapasan peningkatan reabsorbsi HCO3 menurunkan reabsorbsi HCO3
Hipoksia Hiperkapnia
Kerusakan pertukaran gas Pola pernaasan tak efektif Bersihan jalan napas tak efektif Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh