Você está na página 1de 15

2.

2 ANALISA GAS DARAH


2.2.1 Pengertian
Analisa gas darah adalah salah tindakan pemeriksaan laboratorium yang ditujukan ketika
dibutuhkan informasi yang berhubungan dengan keseimbangan asam basa pasien (Wilson, 1999).
Hal ini berhubungan untuk mengetahui keseimbangan asam basa tubuh yang dikontrol
melalui tiga mekanisme, yaitu sistem buffer, sistem respiratori, dan sistem renal (Wilson, 1999).
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”,
yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri.

2.2.2 Tujuan
Analisa gas darah memiliki tujuan sebagai berikut (McCann, 2004):
1. Mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
2. Mengevaluasi ventilasi melalui pengukuran pH, tekanan parsial oksigen arteri (PaO2), dan
tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2).
3. Mengetahui jumlah oksigen yang diedarkan oleh paru-paru melalui darah yang
ditunjukkan melalui PaO2.
4. Mengetahui kapasitas paru-paru dalam mengeliminasikan karbon dioksida yang
ditunjukkan oleh PaCO2.
5. Menganalisa isi oksigen dan pemenuhannya, serta untuk mengetahui jumlah bikarbonat.

Nilai hasil astrup yang normal dan interpretasi

Range Interpretasi

pH 7,35-7,45 pH/ H mrnunjukkan jika pasien academic (pH< 7,35; H >45 atau
alkalemic (pH>7,45: H <35)

H 35-45
nmol/l See above
(nM)
PO2 9,3- 13,3 O2 yang rendah menunjukkan pasien tidak bernapas secara tepat
kPa (hipoksemia), PO2 < 60 mmHg€ suplemen oksigen harus
(80-100) diberikan, PO2 <26 mmHg€ pasien berisiko akan kematian danharus
mmHg diberikan oksigen dengan segera
PCO2 4,7-6.0 CO2 & P CO2 menunjukkan masalah pernapasan. Unmtuk
kPa kecepatan metabolic yang konstan PCO2 ditentukan oleh ventilasi
(35-45) secara menyeluruh. PCO2 yang tinggi/asidosis respiratorik
mmHg menunjukkan underventilation, PCO2 yang rendah/alkalosis
respiratorik menunjukkan hiper/overventilasi
Tingkat PCO2 dapat menjadi ABN saat system respirasi bekerja untuk
mengkompensasi masalah metabolik untuk menormalkan pH darah.
PCO2 yang meningkat diinginkan pada beberapa perubahan yang
berhubungan dengan kegagalan pernapasan yang dikenal sebagai
hipercapnia permissive
HCO3 22-26 Ion HCO3 menunjukkan apakah ada masalah metabolic
mmol/l /ketoasidosis, HCO# yang rendah menunjukkan metabolic asidosis,
HCO# yang tinggi menunjukkan metabolic alkalosis, tingakat HCO3
dapat menjadi ABN saat ginjal bekerja untuk mengkompensasi masalah
pernpasan dengan tujuan menormalkan pH darah
Base -3 to +3 BE€ digunakan untuk mengkaji komponen metabolic dari
Excess mmol/l perubahan asam dan basa dan menunjukkan apakah pasien
mempunyai asidosis metabolik/alkalosis metabolik
BE€menunjukkan junlah asam yang dibutuhkan untuk
mengembalikan pH darah individu ke interval pH (7,35-7,45)
dengan jumlah CO2 pada nilai standar
BE > +3€ menunjukkan pasien mempunyai darah yang memerlukan
peningkatan jumlah asam secara ABN untuk mengembalikan pH ke netral
(menunjukkan Alkalosis) atau mengindikasikan pasien dengan asidosis
metabolic/ primer atau sekunder terhdap alkalosis respiratorik
BE< -3 biasanya menunjukkan pasien dengan asidosis, misal
kebutuhan asam yang berlebihan dipindahkan dari darah untuk
mengembalikan pH kembali ke normal (pasien dengan metabolic
asidosis/ primer atau sekunder terhadap alkalosis respiratoris)

2.2.3 Kompetensi Dasar Lain yang Harus Dimiliki


Kompetensi dasar lain yang harus dimiliki oleh perawat dalam melakukan analisa gas darah
adalah sebagai berikut (Wilson, 1999):
1. Pemahaman mengenai keseimbangan cairan asam basa meliputi:
a. pH darah
pH normal di dalam darah dibutuhkan untuk banyak reaksi kimia di dalam tubuh. Rentang
normal pH darah arteri adalah 7,35-7,45. pH darah yang kurang dari 7,35 menunjukkan
asidosis atau acidemia. Sedangkan, pH darah lebih tinggi dari 7,45 menunjukkan alkalosis
atau alkalemia.
b. Tekanan parsial karbon dioksida (PCO2, Pa CO2)
Rentang normal dari tekanan parsial karbon dioksida (P CO2, Pa CO2) yaitu 35-45 mmHg
(torr).
c. Bikarbonat (HCO3-)
Kerja bikarbonat dengan carbonic acid untuk membantu meregulasi pH darah. Bikarbonat
diukur melalui dua cara, yaitu langsung melalui pengukuran level bikarbonat. Pengukuran
tidak langsung menggunakan penjumlahan total CO2 dan PaCO2. Rentang normal
bikarbonat yaitu 22-26 mEq/L (22-26 mmol/L).
d. Base excess/defisit
Base excess/defisit bertujuan dalam memberikan informasi mengenai jumlah total buffer
anion (bikarbonat, hemoglobin, dan protein plasma) dan perubahan keseimbangan asam-
basa pada respiratori atau metabolik (Wilson, 1999). Jumlah base excess/deficit dibawah -
3 mEq/L mengindikasikan base deficit, yang berhubungan dengan berkurangnya level
bikarbonat. Sedangkan, peningkatan jumlah yaitu diatas +3 mEq/L mengindikasikan base
excess.
2. Adanya kompetensi bahwa dalam pengambilan gas darah tidak harus disuruh untuk
pengambilan individual, melainkan perawat seharusnya menginstruksikan pasien untuk
melaporkan ada atau tidaknya perdarahan yang dapat terjadi setelah tindakan
3. Pemahaman mengenai analisa gas darah

Setelah perawat mengambil sampel dan memberikan ke laboratorium, maka ketika hasil
telah keluar, perawat perlu memahami hasil tersebut dan menganalisanya. Berikut adalah
pemahaman yang harus dimiliki untuk menganalisa hasil analisa gas darah.
a. Analisa apakah pH asidotik (< 7,35) atau alkalotik (> 7,45).
b. Analisa apakah PCO2 asidotik (> 45) atau alkalotik (< 35).
c. Analisa apakah HCO3- asidotik (< 22) atau alkalotik (>26).
d. Bandingkan ketika jumlah tersebut dan cari dua kesamaan di acidity atau alkalinity untuk
mengetahui ketidakseimbangan asam dan basa.
Tabel Ketidakseimbangan Asam dan Basa
pH PCO2 HCO3- Ketidakseimbangan
Komponen Respiratori Komponen Metabolik Asam dan Basa
Asidosis Asidosis Respiratori asidosis
Alkalosis Alkalosis Respiratori alkalosis
Asidosis Asidosis Metabolik asidosis
Alkalosis Alkalosis Metabolik alkalosis

2.2.4 Keseimbangan Asam Basa


Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairn tubuh
lainnya Satuan derajat keasaman adalah pH, pH 7,0 adalah netral, pH> 7,0 adalah basa/alkali
dan pH dibawah 7,0adalah asam. Suatu asam kuat memmiliki pH yang sangat rendah(hampir
1,0), sedangkan suatu basa kuat memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0). Darah
memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama
krena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap
beberapa organ.

Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam basa darah:


1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk
ammonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang
dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH/buffer dalam darah sebagai pelindung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga
pH yang paling penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu
komponen basa) berada dalam keseimbangan dengan CO2 (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan
lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Jika lebih banyak basa yang masuk
ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak CO2 dan lebih sedikit
bikarbonat.
3. Pembuangan CO2

CO2 adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus
menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa CO2 ke paru-paru dan di paru-
paru CO2 tsb dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernapasan di otak mengatur
jumlah CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman
pernapasan. Jika pernapasan meningkat, kadar CO2 darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernapasan menurun, kadar CO2 darah meningkat dan
darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman
pernapasan, maka pusat pernapasan dadn paru-paru mampu mengatur pH darah
menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tsb, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa,
yaitu asidosis dan alkalosis
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darh terlalu banyak mengandung asam
atau terlalu sedikit mengandung basa dan sering menyebabkan menurunnya pH darah
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau
terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan
suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan
petunjuk dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolic dan
respiratorik, tergantung kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolic dan
alkalosis metabolic disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam pembentukan
dan pembuangan asam dan basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik dan
alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau
kelainan pernapasan.
Asidosis akan meningkatkan konsentrasi K dalam darah, sehingga fungsi sel
dan enzim tubuh memburuk, kemudian mengakibatkan aritmia ventrikuler.Alkalosis
akan menurunkan konsentrasi K dalam darah, sehingga afinitas HB-O2 meningkat.
Akibatnya pelepasan O2 ke jaringan sulit sehingga terjadi hipoksemia Kenaikan
pCO2 akan mengakibatkan koma dan aritmia serta vasodilatasi pembuluh darah. Bila
hal ini terjadi di otak maka aliran darah ke otak akan meningkat dan mengakibatkan
kenaikan tekanan intra cranial. Penurunan pCO2 (<25 mmHg) akan mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jaringan turun. Bila hal ini
terjadi di otak maka akan terjadi hipoksemia otak

2.2.5 Gangguan Sistem Asam Basa


Ada 4 jenis gangguan utama yang selama ini telah kita kenal, yaitu asidosis metabolic,
alkalosis metabolic, asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik. Tentu saja dapat saja terjadi 1
atau 2 gangguan asam basa sekaligus pada seseorang penderita. Seperti diketahui, asidosis adalah
suatu keadaan di mana kadar ion H+ dalam darah lebih tinggi dari normal (pH rendah),
sedangkan alkalosis adalah suatu keadaan di mana kadar H+ di dalam darah lebih rendah dari
normal (pH tinggi).

a. Asidosis metabolic
Dapat terjadi karena:
* Penambahan asam:
1) Oksidasi lemak tak sempurna, misalnya pada asidosis diabetika atau kelaparan.
2) Oksidasi karbohidrat tak sempurna, misalnya pada asidosis laktat.
* Pengurangan bikarbonat:
1) Renal tubular acidosis.
2) Diare.
Dengan penambahan H+ , metabo penyangga bikarbonat-asam karbonat akan bekerja
dengan mengeluarkan HCO3 guna mengikat penambahan H+ itu sehingga perubahan pH
yang terjadi tidak begitu besar. Karena mekanisme ini, akan terjadi:
1. pH ↓
2. HCO3— ↓
3. B.E. < 2,5.

b. Alkalosis metabolic
Dapat terjadi karena:
* Pengurangan asam:
1) Muntah-muntah, HCl lambung dikeluarkan.
2) Penggunaan antasida berlebihan.
* Penambahan basa:
1) Infus bikarbonat berlebihan.
2) Efek aldosteron/steroid.
Dengan adanya pengeluaran ion H+, metabo penyangga akan bekerja dengan
mengeluarkan H+ guna mengurangi perubahan pH. Karena mekanisme ini akan terjadi:
1. pH ↑
2. HCO3 ↑
3. B.E. > 2,5.

c. Asidosis respiratorik
Terjadi karena adanya hipoventilasi, sehingga P CO2 akan meningkat. Hal ini dapat
terjadi pada:
* Kelainan paru, misalnya Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM).
* Kelainan susunan saraf pusat, misalnya depresi pernapasan.
* Kelainan dinding dada.
Karena P CO2 darah meningkat, di dalam gas darah akan ditemukan:
1. pH ↓
2. P CO2 ↑
3. HCO3 normal.

d. Alkalosis respiratorik
Terjadi karena adanya hiperventilasi sehingga P CO2 darah akan turun. Hal ini dapat
terjadi karena:
 Perangsangan S.S.P. : emosi, salisilat dan lain-lain.
 Stimulasi kemoreseptor perifer: hipoksemia.
 Stimulasi reseptor intratorakal: berbagai penyakit pam.
 Keadaan hipermetabolisme: sepsis, hipertiroid.
Karena P CO2 darah menurun, di dalam analisa gas darah akan ditemukan:
1. pH ↑
2. P CO2 ↓
3. HCO3 normal.

2.2.6 Mekanisme Kompensasi


Kompensasi tubuh terhadap perubahan pH akan dilakukan melalui metabo pernapasan
dan ginjal, tergantung dari bentuk gangguan asam basa yang terjadi Bentuk –bentuk kompensasi
adalah sebagai berikut:
1) Asidosis metabolic, akan menimbulkan perangsangan untuk stimulasi pernapasan.
Akibatnya P CO2 darah akan menurun, dan ini tentu berakibat kenaikan pH (lihat
persamaan Henderson). Jadi, penurunan pH pada asidosis metabolic akan dikompensasi
oleh suatu reaksi alkalosis respiratorik (pH ↑, P CO2 ↓).
2) Alkalosis metabolic, akan menimbulkan depresi pernapasan sehingga P CO2 darah akan
meningkat, yang ini tentunya akan mengakibatkan penurunan pH. Jadi kenaikan pH pada
alkalosis metabolic akan dikompensasi oleh suatu reaksi asidosis respiratorik.
3) Asidosis respiratorik, akan menimbulkan peningkatan reabsorbsi HCO3 di ginjal,
akibatnya kadar HCO3— di darah akan meningkat dan pH juga akan naik. Jadi, asidosis
respiratorik akan dikompensasi oleh suatu alkalosis metabolic (pH ↑ , HCO3- ↓ ).
4) Alkalosis respiratorik, akan menurunkan reabsorbsi HCO3— di ginjal. Akibatnya kadar
HCO3— darah akan menurun dan dengan sendirinya nilai pH akan turun pula. Artinya,
alkalosis respiratorik di tubuh akan dikompensasi oleh suatu asidosis metabolic.

2.2.7 Faktor-faktor yang mempertahankan nilai Ph


a. Sistem penyangga
Sistem penyangga kimia (buffer system) adalah suatu bahan kimia yang dapat
menetralkan asam atau basa yang dihasilkan, atau masuk ke dalam tubuh. Artinya, metabo ini
dapat mengurangi perubahan pH pada suatu larutan yang padanya di tambahkan asam ataupun
basa. Ini dapat terjadi karena pada metabo penyangga ini terdapat metabo asam dan metabo
basa. Bila di dalam tubuh terdapat penambahan asam, sehingga pH akan turun, asam ini akan
ditangkap oleh unsure basa dari metabo penyangga, sehingga perubahan pH akan dapat
dinetralkan. Demikian juga sebaliknya, bila di dalam tubuh terdapat penambahan basa, di
mana pH seharusnya akan naik, basa itu akan diikat oleh metabo asam dari system penyangga
sehingga kenaikan nilai pH dapat dikurangi Tentu harus disadari, metabo penyangga ini juga
punya keterbatasan kerja. Tidak semua asam atau basa yang masuk dapat diikatnya dengan
baik. Bila penambahan asam/basa itu cukup banyak, tentu akan terjadi juga perubahan nilai
pH. Hanya saja nilai perubahan itu dapat dikurangi. Ada 4 sistem penyangga kimia yang
penting di dalam tubuh, yaitu:
I. Sistem bikarbonat-asam karbonat, yang merupakan metabo terbanyak dan terpenting.
II. Sistem penyangga hemoglobin.
III. Sistem penyangga fosfat.
IV. Sistem penyangga protein.

b. Sistem pernapasan
Melalui metabo pernafasan ini, CO2 darah dapat dikeluarkan. Seperti telah dibahas
terdahulu, perubahan kadar CO2 akan mempengaruhi kadar H2CO3 , yang pada akhirnya akan
mempengaruhi perubahan nilai pH. Pada keadaan asidosis metabolic misalnya, akan terjadi
hiperventilasi pam yang mengakibatkan pengeluaran CO2 , sehingga nilai pH yang rendah
dapat diperbaiki

c. Ginjal
Di ginjal dapat terjadi sekresi dan reabsorbsi ion HCO3-. Kalau kita kembali ke
persamaan Henderson, jelas kerja ginjal ini akan berperan besar dalam penentuan nilai pH.
Artinya, ginjal berperan untuk mempertahankan keseimbangan komponen metabolic, yaitu ion
HCO3, agar proses metabolisme dapat berjalan dengan baik.

2.2.8 Indikasi
Indikasi tindakan analisa gas darah adalah sebagai berikut (McCann, 2004):
1. Tindakan analisa gas darah ditujukan pada pasien dengan sebagai berikut:
a. Obstruktif kronik pulmonari,
b. Edema pulmonari,
c. Sindrom distres respiratori akut,
d. Infark myocardial,
e. Pneumonia.
2. Tindakan ini juga diberikan pada pasien yang sedang mengalami syok dan setelah menjalani
pembedahan bypass arteri koronaria.
3. Pasien yang mengalami resusitasi dari penyumbatan atau penghambatan kardiak.
4. Pasien yang mengalami perubahan dalam status pernapasan dan terapi pernapasan, serta
anesthesia.

2.2.9 Kontra Indikasi


Kontra indikasi pada tindakan analisa gas darah, yaitu (Potter & Perry, 2006):
1. Pada pasien yang daerah arterialnya mengalami:
a. Amputasi,
b. Contractures,
c. Infeksi,
d. Dibalut dan cast,
e. Mastektomi, serta
f. Arteriovenous shunts.

2.2.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan ini, yaitu (McCann, 2004):
1. Adanya risiko jarum mengenai periosteum tulang yang kemudian menyebabkan pasien
mengalami kesakitan. Hal ini akibat dari terlalu menekan dalam memberikan injeksi.
2. Adanya risiko jarum melewati dinding arteri yang berlainan.
3. Adanya kemungkinan arterial spasme sehingga darah tidak mau mengalir masuk ke syringe.

Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan :

1. Gelembung udara

Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka
ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
2. Antikoagulan

Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.

3. Metabolisme

Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa
dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan
dalam kamar pendingin beberapa jam.

4. Suhu

Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan P
CO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan P CO2.

2.2.11 Alat dan Bahan yang Digunakan


Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan analisa gas darah meliputi (McCann, 2004):
2. 3 ml sampai 5 ml gelas syringe,
3. 1 ml ampul heparin aqueous,
4. 20 G 11/4” jarum,
5. 22 G 1” jarum,
6. Sarung tangan,
7. Alkohol atau povidone-iondine pad,
8. Gauze pads,
9. Topi karet untuk syringe hub atau penutup karet untuk jarum,
10. Label,
11. Ice-filled plastic bag,
12. Laporan permintaan laboratorium,
13. Perekat balutan, dan
14. Opsional: 1% licoaine solution, atau
15. Peralatan siap AGD.
2.2.12 Anatomi Daerah Target
Anatomi daerah yang menjadi target tindakan analisa gas darah adalah sebagai berikut:
1. Arteri radial
Arteri radial merupakan kelanjutan dari brakhial, tetapi lebih kecil dibandingkan dengan
ulnar. Arteri radial dimulai di percabangan brakhial, dibawah lekukan dari siku dan melewati sisi
radial dari bagian depan lengan ke pergelangan tangan. Lalu ke daerah belakang, sekitar sisi
lateral carpus, dibawah tendon abductor pollicis longus, extensors pollicis, dan brevis ke ruang
bagian atas diantara tulang metakarpal ibu jari dan jari telunjuk. Terakhir, arteri radial melewati
diantara dua kepala pertama interosseous dorsalis, ke dalam telapak tangan, dimana arteri
radial menyeberangi tulang metakarpal dan sisi ulnar tangan dengan deep volar branch dari arteri
ulnar ke deep volar arch. Hal inilah yang menyebabkan arteri radial terdiri dari tiga porsi, yaitu
forearm, belakang pergelangan tangan, dan tangan.

2. Arteri brakhial
Arteri brankhial dimulai dari batas bawah tendon pada teres major dan menurun kebawah
lengan, dan berakhir sekitar 1 cm dibawah lekukan siku dimana dibagi menjadi arteri radial dan
arteri ulnar. Pertama, arteri brakhial terletak dari medial ke humerus, tetapi ketika arteri brachial
menuju lengan secara perlahan menuju atau terletak di depan tulang dan lekukan siku yang
terletak diantara dua epicondyles

3. Arteri femoral
Arteri femoral merupakan arteri yang melewati cukup dekat dengan permukaan atas, dibagi
ke dalam cabang yang kecil untuk menyediakan darah ke otot dan jaringan superficial di daerah
paha. Arteri femoral juga menyuplai kulit dan dinding abdominal bawah. Cabang arteri femoral
yang penting meliputi:
1. arteri superficial circumflex iliac, arteri ke lymph nodes dan kulit;
2. arteri superficial epigastric ke dinding kulit abdominal;
3. arteri superficial dan arteri eksternal pudenal ke kulit abdomen bawah dan eksternal
genital;
4. arteri profunda, yang merupakan cabang paling besar pada arteri femoral dan
menyuplai sendi paha dan berbagai otot di paha;
5. arteri deep genicular ke bagian paling jauh pada otot paha dan menghubungkan
jaringan impuls sekitar sendi lutut
4. Arteri tibialis posterior dan arteri doralis pedis
5. Bagian arteri lain
 Pada bayi = arteri kulit kepala, arteri tali pusat.
 Pada orang dewasa = arteri dorsal pedis.
Bagian-bagian ini tidak boleh diambil oleh phlebotomis. Arteri femoralis atau brakialis
sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi
kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri
temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak.

2.2.12 Aspek Keamanan dan Keselamatan


Aspek keamanan dan keselamatan (safety) yang harus diperhatikan dalam melakukan
tindakan analisa gas darah, yaitu perawat harus memeriksa kebijakan terhadap tenaga kesehatan
yang diperbolehkan dalam melakukan ini (Potter & Perry, 2006). Beberapa kebijakan dari rumah
sakit menyebutkan bahwa tenaga kesehatan yaitu perawat yang diberikan izin dalam melakukan
analisa gas darah adalah perawat di bidang critical care (Potter & Perry, 2006).

2.2.13 Protocol atau Prosedur Tindakan


Prosedur pada tindakan analisa gas darah ini adalah sebagai berikut (McCann, 2004):
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan sebelum memasuki ruangan pasien.
2. Cuci tangan dengan menggunakan tujuh langkah benar.
3. Bila menggunakan peralatan AGD yang sudah siap, buka peralatan tersebut serta pindahkan
label contoh dan tas plastik (plastic bag).
4. Catat label nama pasien, nomor ruangan, temperatur suhu pasien, tanggal dan waktu
pengambilan, metode pemberian oksigen, dan nama perawat yang bertugas pada tindakan
tersebut.
5. Beritahu pasien alasan dalam melakukan tindakan tersebut dan jelaskan prosedur ke pasien
untuk membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kooperatif pasien dalam
melancarkan tindakan tersebut.
6. Cuci tangan dan setelah itu gunakan sarung tangan.
7. Lakukan pengkajian melalui metode tes Allen.
Cara allen’s test. Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan
langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan
tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan
dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif,
hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
8. Bersihkan daerah yang akan di injeksi dengan alkohol atau povidoneiodine pad.
9. Gunakan gerakan memutar (circular) dalam membersihkan area injeksi, dimulai dengan
bagian tengah lalu ke bagian luar.
10. Palpasi arterti dengan jari telunjuk dan tengah satu tangan ketika tangan satunya lagi
memegang syringe.
11. Pegang alat pengukur sudut jarum hingga menunjukkan 30-45 derajat. Ketika area injeksi
arteri brankhial, posisikan jarum 60 derajat.
12. Injeksi kulit dan dinding arterial dalam satu kali langkah.
13. Perhatikan untuk blood backflow di syringe.
14. Setelah mengambil contoh, tekan gauze pad pada area injeksi hingga pedarahan berhenti
yaitu sekitar 5 menit.
15. Periksa syringe dari gelembung udara. Jika muncul gelembung udara, pindahkan
gelembung tersebut dengan memegang syringe ke atas dan secara perlahan mengeluarkan
beberapa darah ke gauze pad.
16. Masukan jarum ke dalam penutup jarum atau pindahkan jarum dan tempatkan tutup jarum
pada jarum yang telah digunakan tersebut.
17. Letakkan label pada sampel yang diambil yang sudah diletakkan pada ice-filled plastic bag.
18. Ketika pedarahan berhenti, area yang di injeksi diberikan balutan kecil dan direkatkan.
19. Pantau tanda vital pasien, dan observasi tanda dari sirkulasi. Pantau atau perhatikan risiko
adanya pedarahan di area injeksi.

2.2.14 Hal-hal yang Harus Diperhatikan Perawat


Hal-hal yang harus diperhatikan bagi perawat dalam melakukan tindakan, antara lain:
1. Faktor yang menyebabkan kontra indikasi dalam penggunaan tindakan analisa gas darah
ini, meliputi amputasi, kontraktur, tempat atau area infeksi, balutan, mastektomi, atau
arteriovenous shunts (Potter & Perry, 2006).
2. Lakukan tes Allen sebelum memulai mengambil contoh darah dari arteri.
3. Area injeksi yang sebelumnya atau kondisi yang sesudahnya mungkin dapat
mengeliminasikan menjadi area potensial. Arteri seharusnya dapat dijangkau
4. Perawat harus memberikan pengajaran kepada klien bahwa segera melaporkan kepada
perawat bila terjadi lumpuh atau mati rasa, dan terbakar di daerah tangan tepatnya di area
injeksi, arteri radial.

2.2.15 Hal-hal yang Harus Dicatat/Dokumentasi


Hal-hal yang harus dicatat setelah tindakan analisa gas darah meliputi:
1. Catat hasil tes Allen.
2. Catat waktu pengambilan contoh.
3. Catat suhu tubuh pasien.
4. Catat area yang akan di injeksi untuk mengambil contoh darah arteri.
5. Catat waktu total yang dibutuhkan untuk menghentikan pedarahan setelah melakukan
tindakan.
6. Catat tipe dan jumlah terapi oksigen yang pasien terima.
Interpretasi
1. Hipoksia
• Ringan PaO2 50 – 80 mmHg
• Sedang PaO2 30 – 50 mmHg
• Berat PaO2 20 – 30 mmHg

2. Hiperkapnia
• Ringan PaCO2 45 – 60 mmHg
• Sedang PaCO2 60 – 70 mmHg
• Berat PaCO2 70 – 80 mmHg

. Harga normal :
-pH darah arteri 7,35 – 7,45
-PaO2 80 – 100 mmHg
-PaCO2 35 – 45 mmHg
-HCO3- 22 – 26 mEq/l
-Base Excess (B.E) -2,5 – (+2,5) mEq/l
-O2 Saturasi 90 – 100 %
DAFTAR PUSTAKA

 McCann, J. A. S. (2004).Nursing Procedures.4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &


Wilkins.
 Wilson.D.D.(1997).Understanding Laboratory and Diagnostik Tests. Philadelphia:
Lippincolt.
 Potter,P.A. & Perry, A.G.(1997).fundamental of nursing:Concept,Process and Practice.4th
Ed. St. Louise, MI: Elsevier Mosby,Inc
Woc analisa gas darah

ASIDOSIS METABOLIC ALKALOSIS METABOLIC ASIDOSIS RESPIRATORIK ALKALOSIS RESPIRATORIK

Penambahan asam: pengurangan asam: adanya hipoventilasi: adanya hiperventilasi:

Asidosis diabetika muntah2 HCl dikeluarkan PPOM perangsangan SSP

Asidosis laktat antasida berlebihan kelainan SSP : depresi pernapasan hipoksemia

Pengurangan bikarbonat: penambahan basa: kelainan dinding dada keadaan Hipermetabolisme

Renal tubular acidosis infuse bikarbonat berlebihan anesthesia umum

Diare efek aldosteron

Perangsangan stimulasi depresi pernapasan peningkatan reabsorbsi HCO3 menurunkan reabsorbsi HCO3

Pernapasan di ginjal di ginjal

Kesimbangan Asam Basa tubuh

Analisa gas darah

Hipoksia Hiperkapnia

Kerusakan pertukaran gas Pola pernaasan tak efektif Bersihan jalan napas tak efektif Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Você também pode gostar