Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KEPERAWATAN
PADA TN. IPGP DENGAN DIAGNONA MEDIS SOPT
(SINDROM OBSTRUKSI PASCA TUBERKULOSIS)
DI RUANG NAKULA RSUD SANJIWANI GIANYAR
OLEH :
2. Etiologi
Sindrom obstruksi pasca tuberculosis ini disebabkan oleh:
a. Infeksi yang dipengaruhi oleh reaksi imun perorangan
b. Akibat timbulnya dekstruksi jaringan paru karena proses penyakit paru
3. Gejala Klinis
a. Demam (subfebris, kadang-kadang seperti demam influensa).
b. Batuk (kering/produktif, kadang-kadang hemoptoe(pecahnya
pembuluh darah))
c. Sesak nafas (jika infiltrasi sudah setengah bagian paru)
d. Nyeri dada (jika infiltrasi sudah sampai ke pleura, kadang ada kadang
tidak)
e. Malasie
4. Patogenesis
Patogenesis timbulnya SOPT sangat kompleks, dinyatakan pada penelitian
menurun, perubahan postur tubuh, berat badan menurun, dan gerak lapang
tuberculosis maka sistem imun host akan bekerja melawan infeksi tersebut.
T lain untuk bereplikasi, matang, dan memberi respons lebih baik terhadap
2010).
Sasaran oksidasi adalah protein jaringan ikat, sel epitel, sel endotel, dan
anti protease. Sel neutrofil melepas beberapa protease, yaitu:1) Elastase, yang
paling kuat memecah elastin dan protein jaringan ikat lain sehingga sanggup
kuat tetapi hanya bisa memecah kolagen tipe I, bila sendiri tidak dapat
selain merusak fibrin juga mengaktifkan proenzim elastase dan bekerja sama
diaktifkan untuk jangka lama, akibatnya beban proteolisis dan beban oksidasi
sangat meningkat untuk waktu lama sehingga destruksi matriks alveoli cukup
luas menuju kerusakan paru menahun (kronik) dan gangguan faal paru yang
5. Pathway
Invasi Mycobacterium Tubercolosis
Nyeri dada
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
Nyeri Akut
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Test laboratorium
b. Test radiologi
c. Test rontgent
d. Test tuberculin
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas Setelah diberikan asuhan keperawatan NIC : Airway Management Airway Management
…×24 jam, diharapkan gangguan 1. Posisikan pasien untuk 1. Melancarkan pernapasan klien
pertukaran gas teratasi, dengan kriteria memaksimalkan ventilasi udara 2. Merilekskan dada untuk
hasil: 2. Lakukan terapi fisik dada, sesuai memperlancar pernapasan klien
NOC : Respiratory status: Airway kebutuhan 3. Mengeluarkan secret yang
patency 3. Keluarkan secret dengan menghambat jalan pernapasan
Klien mampu mengeluarkan secret melakukan batuk efektif atau 4. Mengetahui factor penyebab batuk dan
RR klien normal 16-20 x/menit dengan melakukan suctioning gangguan pernapasan
Irama pernapasan teratur 4. Catat dan monitor pelan, dalamnya 5. Memperlancar saluran pernapasan
Kedalaman inspirasi normal pernapasan dan batuk 6. Memenuhi kebutuhan oksigen dalam
Oksigenasi pasien adekuat 5. Berikan treatment aerosol, sesuai tubuh
Respiratory Status : Gas Exchange kebutuhan 7. Menyeimbangkan cairan dalam tubuh
AGD dalam batas normal skala 5 (no 6. Berikan terapi oksigen, sesuai 8. Mengetahui status respirasi klien
deviation from normal range). keebutuhan lancar ataukah ada gangguan
Tanda-tanda sianosis mencapai skala 7. Regulasi intake cairan untuk Respiratory Monitoring
5 (none) mencapai keseimbangan cairan 1. Untuk mendeteksi adanya gangguan
Klien tidak mengalami somnolen 8. Monitor status respiratory dan pernapasan
mencapai skala 5 (none). oksigenasi 2. Untuk mendeteksi adanya gangguan
Tissue Perfusion : Peripheral Respiratory Monitoring pernapasan
Capitary refill pada jari-jari dalam 1. Monitor frekuensi, ritme, 3. Memperlancar saluran pernapasan
rentang normal mencapai skala 5 (no kedalaman pernapasan. 4. Mengetahui karakteristik batuk untuk
deviation from normal range) 2. Monitor adanya suara dapat memberikan intervensi yang
abnormal/noisy pada pernapasan tepat
seperti snoring atau crowing. Vital Signs Monitoring
3. Kaji keperluan suctioning dengan 1. Mendeteksi adanya gangguan respirasi
melakukan auskultasi untuk dan kardiovaskuler
mendeteksi adanya crackles dan 2. Mengecek adanya gangguan
rhonchi di sepanjang jalan napas. pernapasan
4. Catat onset, karakteristik dan 3. Mendeteksi adanya keabnormalan
durasi batuk. suara paru
Vital Signs Monitoring 4. Mendeteksi adanya gangguan system
1. Monitor tekanan darah, nadi, tubuh
temperature, dan status respirasi, 5. Monitor adanya gangguan respirasi
sesuai kebutuhan. dan kardiovaskular.
2. Monitor respiration rate dan ritme Managemen Asam-Basa
(kedalaman dan simetris) 1. Untuk membuat klien agar bernafas
3. Monitor suara paru dengan baik tanpa adanya gangguan.
4. Monitor adanya abnormal status 2. Untuk mengetahui tekanan gas darah
respirasi (cheyne stokes, apnea, (O2 dan CO2) sehingga kondisi pasien
kussmaul) tetap dapat dipantau.
5. Monitor warna kulit, temperature 3. Agar klien tidak mengalami alkalosis
dan kelembapan. akibat kekurangan asam yang
6. Monitor adanya sianosis pada berlebihan dari tubuh.
central dan perifer 4. Posisi yang tepat menyebabkan
Managemen Asam-Basa berkurangnya tekanan diafragma ke
1. Pertahankan kepatenan jalan napas. atas sehingga ekspresi paru maksimal
2. Pantau gas darah arteri (AGD), sehingga klien dapat bernafas dengan
serum dan tingkat elektrolit urine. leluasa.
3. Monitor hilangnya asam (misalnya 5. Agar perawat cepat mengetahui jika
muntah, output nasogastrik, diare terjadinya gagal nafas sehingga tidak
dan diuresis). membuat kondisi klien menjadi
4. Berikan posisi untuk memfasilitasi semakin buruk.
ventilasi yang memadai (misalnya 6. Sebagai indikator adanya
membuka jalan napas dan gangguannafas dan indikator dalam
mengangkat kepala tempat tidur) tindakanselanjutnya.
5. Pantau gejala gagal pernafasan 7. Untuk mempelancar pernafasan klien
(misalnya PaO2 rendah, dan memenuhi kebutuhan oksigen
PaCO2tinggi dan kelelahan otot klien.
pernafasan).
6. Pantau pola pernapasan.
7. Berikan terapi oksigen, jika perlu
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu
sendiri. Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan
menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,
perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk., 2011)