Você está na página 1de 30

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting bagi wanita terutama bagi wanita
yang telah bekeluarga dan mengharapakan kehadiran seorang anak. Namun pada saat hamil
wanita akan mengalami perubahan yang signifikan baik dari segi fisik seperti perut yang
membuncit dan payudara membesar ataupun dari segi psikologisnya seperti lebih sensitif,
ingin perhatian yang lebih dari orang–orang disekitarnya. 1
Selama kehamilan akan terjadi beberapa adaptasi pada tubuh seorang wanita, seperti
adaptasi anatomi, fisiologis dan biokimiawi. Banyak perubahan dimulai setelah fertilisasi dan
berlanjut selama kehamilan dan kebanyakan terjadi akibat respons terhadap stimulus
fisiologis yang diberikan oleh janin dan plasenta. Ini dapat dibuktikan pada wanita hamil
akan kembali ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan dan laktasi. 1
Banyak dari adaptasi fisiologis dapat dikatakan abnormal pada wanita yang tidak hamil.
Seperti contoh, perubahan kardiovaskular selama kehamilan normalnya melibatkan
peningkatan jumlah darah dan cardiac ouput, yang menjadi mirip dengan tirotoksikosis.
Dapat dikatakan bahwa adaptasi fisiologis wanita hamil dapat dimisinterpretasikan sebagai
kondisi patologis tetapi juga dapat tertutup atau memperburuk penyakit sebelumnya. 1
Selama kehamilan, setiap organ mengalami perubahan anatomi dan fungsional yang
dapat merubah kriteria untuk mendiagnosis dan pengobatan penyakit. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai adaptasi fisiologis yang terjadi pada kehamilan menjadi sasaran utama
obstetrik dan tanpa memiliki pengetahuan mengenai ini, menjadi suatu hal yang tidak
mungkin untuk memahami proses dari suatu penyakit yang membahayakan pada wanita
selama kehamilan.1

1
BAB II
PERUBAHAN ANATOMI PADA WANITA HAMIL

A. Kehamilan
Kehamilan yang terjadi pada wanita merupakan suatu peristiwa yang terjadi akibat
adanya beberapa proses, diantaranya:2
1. Pembuahan / fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih/
spermatozoa pria.
2. Pembelahan sel (zigot).
3. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal :
implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri).
4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot - embrio - janin menjadi bakal individu baru.
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon : estrogen, progesteron, human chorionic
gonadotropin (HCG), human chorionic somatomammotropin (HCS), prolaktin dan
sebagainya. Human chorionic gonadotropin (HCG) adalah hormon aktif khusus yang
berperan selama awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.2
Terjadi perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi dan
organ-organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan
hormonal tersebut.2
Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi
segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini
merupakan respons terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua
perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan
menyusui selesai.3

B. Perubahan anatomis pada kehamilan


Dibawah ini akan dijelaskan mengenai berbagai macam perubahan anatomis yang terjadi
pada wanita hamil:
I. Sistem Reproduksi
Uterus
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng, ke arah
depan belakang. Ukurannya seperti telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya
2
terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25
cm tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis
adalah anteversiofleksio (serviks kearah depan dan membentuk sudut dengan vagina,
sedangkan korpus uteri ke depan membentuk sudut dengan serviks uteri).3

Gambar 1. Anatomi uterus normal


Uterus terdiri atas fundus uteri, korpus uteri, dan serviks uteri. Fundus uteri adalah
bagian uterus proksimal; disitu kedua tuba fallopi masuk ke uterus. Didalam klinik
penting untuk diketahui sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya
kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan fundus uteri. Korpus uteri adalah
bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut
kavum uteri.3
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan
luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali
seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan
tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama
hamil uterus akan berubah bentuk menjadi suatu organ yang menampung janin,
plasenta dan cairan amnion rata-rata pada akhir volume totalnya mencapai 5 L bahkan
dapat mencapai 20 L atau lebih dengan berat rata-rata 1100 g. 3
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara
produksi miosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi
akumulasi jaringan ikat dan elastik terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama
3
tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada bulan-bulan
pertama akan menebal seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menipis.
Pada akhir kehamilan ketebalannya hanya berkisar 1,5 cm bahkan kurang. 3

Gambar 2. Pembesaran uterus sesuai dengan usia kehamilan.


Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon estrogen
dan sedikit oleh progesteron. Hal ini dapat dilihat dengan perubahan uterus pada awal
kehamilan mirip dengan kehamilan ektopik. Akan tetapi setelah kehamilan 12 minggu
lebih penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada
awal kehamilan, tuba fallopi, ovarium, dan ligamentum rotundum berada sedikit di
bawah apeks fundus, sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit diatas
pertengahan uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus,
dimana bagian uterus yang mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah
besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya sehingga akan menyebabkan uterus
3
tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda Piscaseck. Secara tidak langsung
proses fisiologi pembesaran uterus ini terjadi karena uterus tumbuh membesar primer,
maupun sekunder akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Estrogen menyebabkan
hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas uterus.
Pada minggu pertama kehamilan uterus masih sepeti bentuk aslinya seperti buah
avokad. Seiring dengan perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan
membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang

4
uterus akan bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan membentuk
oval. Ismus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri
yang mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan
tanda Hegar. 3
Taksiran perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus adalah sebagai berikut :2
1. Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam
2. Kehamilan 8 minggu : telur bebek
3. Kehamilan 12 minggu : 1-2 jari di atas simfisis pubis
4. Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis pubis dan pusat
5. Kehamilan 20 minggu : 3 jari dibawah pusat
6. Kehamilan 24 minggu : setinggi pusat
7. Kehamilan 28 minggu : 3 jari diatas pusat
8. Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat dan proc. xyphoideus
9. Kehamilan 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari dibawah xyphoid

Gambar 3. Taksiran pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus


Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan
seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdomen, mendorong usus
ke samping dan ke atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Pada saat
pertumbuhan uterus akan berotasi ke arah kanan, deksorotasi ini disebabkan oleh
adanya rektosigmoid didaerah kiri pelvis. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang
menjadi segmen bawah uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan
berkontraksi sehingga segmen bawah uterus akan melebar dan menipis. Batas antara
5
segmen atas yang tebal dan segmen bawah yang tipis disebut dengan lingkaran
retraksi fisiologis. 3
Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan mengalami kontraksi yang tidak
teratur dan umumnya tidak disertai nyeri. Pada trimester kedua kontraksi ini dapat
dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Fenomena ini pertama kali diperkenalkan
oleh Braxton Hicks pada tahun 1872 sehingga disebut dengan kontraksi Braxton
Hicks. Kontraksi ini muncul tiba-tiba dan sporadik, intensitasnya bervariasi antara 5-
25 mmHg. Sampai bulan terakhir kehamilan biasanya kontraksi ini sangat jarang dan
meningkat pada satu atau dua minggu sebelum persalinan. Hal ini erat kaitannya
dengan meningkatnya jumlah reseptor oksitosin dan gap junction diantara sel-sel
miometrium. Pada saat ini kontraksi akan terjadi setiap 10 sampai 20 menit, dan pada
akhir kehamilan kontraksi ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan dianggap
sebagai persalinan palsu. 3

Serviks
Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk seperti
saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar
serviks, berbetuk sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu
saluran serviks sebelah dalam ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut
ostium uteri eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya dalam
penilaian jalannya persalinan, dan abortus. 3
Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas endometrium di korpus uteri
dan endoserviks di serviks uteri, otot-otot polos dan lapisan serosa yakni peritoneum
viserale. Endometrium terdiri dari atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan
dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Endometrium melapisi seluruh
kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa
reproduksi. Dalam masa haid, endometrium sebagian besar dilepaskan, untuk
kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi yang selanjutnya diikuti dengan masa
sekretorik. 3
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan kebiruan. Perubahan
ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh
serviks, bersamaan dengan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-

6
kelenjar serviks. Berbeda kontras dengan korpus, serviks hanya memiliki 10-15 %
otot polos. Jaringan ikat ekstraseluler serviks terutama kolagen tipe 1 dan 3 dan
sedikit tipe 4 pada membran basalis. Diantara molekul-molekul kolagen itu,
berkatalasi gikosaminolglikan dan proteoglikan terutama dermatan sulfat, asam
hialuronat dan heparin sulfat. Juga ditemukan fibronektin dan elastin diantara serabut
kolagen. Rasio tertinggi elastin terhadap kolagen terdapat di ostium interna, baik
elastin maupun otot polos semakin menurun jumlahnya mulai dari ostium interna ke
ostium eksterna. 3
Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang mengalami
perubahan luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang
bertanggung jawab menjaga janin didalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama
persalinan. Serviks didominasi jaringan ikat fibrosa. Komposisinya berupa jaringan
matriks ekstraseluler terutama mengandung kolagen elastin dan proteoglikan dan
bagian sel yang mengandung otot dan fibroblas, epitel, serta pembuluh darah. Rasio
relatif jaringan ikat terhadap otot tidak sama sepanjang serviks yang semakin ke distal
rasio ini semakin besar. 3

Gambar 4. Perubahan serviks pada masa kehamilan.


Pada perempuan tidak hamil berkas kolagen pada serviks terbungkus rapat dan
tidak beraturan. Selama kehamilan, kolagen secara aktif disintesis dan secara terus
menerus diremodel oleh kolagenase yang disekresi oleh sel-sel serviks dan neutrofil.

7
Kolagen didegradasi oleh kolagenase intraseluler yang menyingkirkan struktur
prokolagen yang tidak sempurna untuk mencegah pembentukan kolagen yang lemah
dan kolagen ekstraseluler yang secara lambat akan melemahkan matriks kolagen agar
persalinan dapat berlangsung. 3
Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang kuat
terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan.
Dengan sel-sel otot polos dan jaringan elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah
paralel terhadap sesamanya sehingga serviks menjadi lunak dibanding kondisi tidak
hamil, tetapi tetap mampu mempertahankan kehamilan. 3
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari
konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif
dilusi dalam keadaan menyebar dan teremodel menjadi serat. Dispersi meningkat oleh
peningkatan rasio dekorin terhadap kolagen. 3
Karena serabut terdispersi, konsentrasi air meningkat seperti juga halnya asam
hialuronat dan glikosaminoglikan. Asam hialuronat disekresikan oleh fibroblast dan
memiliki afinitas yang tinggi terhadap molekul air. Penurunan konsentrasi kolagen
lebih lanjut ini secara klinis terbukti dengan melunaknya serviks. Beberapa perubahan
ini berhubungan dengan dispersi kolagen yang terjadi lebih awal pada kehamilan dan
mengakibatkan keadaan patologis seperti serviks inkompeten. 3
Proses remodelling sangat komples dan melibatkan proses kaskade biokimia,
interaksi antara komponen seluler dan matriks ekstraseluler, serta infiltrasi stroma
serviks oleh sel-sel inflamasi seperti neutrofil dan makrofag. Proses remodelling ini
berfungsi agar uterus dapat mempertahankan kehamilan sampai aterm dan kemudian
proses destruksi serviks yang membuatnya berdilatasi memfasilitasi persalinan. 3
Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang
berikutnya akan berulang. Waktu yang tidak tepat bagi perubahan kompleks ini akan
mengakibatkan persalinan preterm, penundaan persalinan menjadi postterm dan
bahkan gangguan persalinan spontan. 3
Pada masa kehamilan serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi
estrogen dan perlunakan akibat progesteron, warna menjadi livide / kebiruan, dan
terjadi peningkatan sekresi lendir serviks memberikan gejala keputihan.

8
Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan
sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.3
Relaksin, suatu hormon protein yang mempunyai struktur mirip dengan insulin dan
insulin like growth factor I & II, disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta
dan hati. Aksi biologi utamanya adalah dalam proses remodelling jaringan ikat pada
saluran reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan
proses persalinan. Perannya belum diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui
mempunyai efek pada perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi miometrium
yang akan berimplikasi pada kehamilan preterm. 3
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta, terutama
fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium
tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak
terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.4

Vagina dan Perineum


Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit
dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna
keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwick.2 Perubahan ini meliputi penipisan
mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.3
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan untuk
mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan
mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini
mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina. Papilla mukosa juga
mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti paku sepatu. 3
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi akan berwarna
keputihan meningkat, menebal dan pH antara 3,5-6 yang merupakan hasil dari
peningkatan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai
aksi dari lactobacillus acidophilus. 3

9
Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam
dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini
dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu
seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari
striae sebelumnya. 3
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan
berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang
akan muncul dalam ukuran bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan
chloasma atau melasma garvidarum. Selain itu pada areola dan daerah genital juga
akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya
akan hilang atau sangat jauh berkurang setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa
menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi yang sama. 3

Gambar 6. Striae gravidarum dan melasma gravidarum


Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal
yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan kadar serum
melanocyte stimulating hormone pada akhir bulan kedua masih diragukan sebagai

10
penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai peran dalam
melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya. 3

Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih
lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena
dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan
tegak. 3
Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum
dapat keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai
bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena
hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. 3

Gambar 7. Perubahan payudara pada kehamilan.

Setelah persalinan kadar progesteron dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh
inhibisi progesteron terhadap α- laktalbumin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan
merangsang sintesis laktosa dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu. 3
Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomery,
yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika
payudara makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul. Ukuran
payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan banyaknya air susu yang
akan dihasilkan. 3

11
BAB III
PERUBAHAN FISIOLOGI PADA WANITA HAMIL

A. PERUBAHAN METABOLISME CAIRAN TUBUH


I. Perubahan Total Cairan Tubuh
Peningkatan total cairan tubuh mencapai 6,5 L sampai 8,5 L pada akhir kehamilan
menunjukkan bahwa perubahan metabolisme cairan tubuh merupakan salah satu
adaptasi yang sangat signifikan.5
Hal yang menyebabkan peningkatan total cairan tubuh pada wanita hamil berupa
adanya tambahan kandungan air pada fetus, plasenta dan cairan amnion mencapai
jumlah 3,5 L, dan tambahan cairan tubuh yang lain berupa peningkatan dari jumlah
volume darah sekitar 1500- 1600 mL, yang berupa 1200-1300 mL merupakan plasma
darah dan sel darah merah sekitar 300- 400 mL dan perubahan cairan tubuh yang lain
adalah pada cairan ekstravaskuler, cairan intrasel pada uterus dan payudara dan
peningkatan dari jaringan adiposa. Kehamilan merupakan suatu keadaan kelebihan
volume/ volume overload yang bersifat kronik yang disebabkan oleh karena retensi
natrium dan air yang merupakan akibat sekunder dari perubahan osmoregulasi dan
sistem renin-angiotensin (RAAS). 5
Akibat dari peningkatan cairan tubuh sehingga berkontribusi pada peningkatan
berat badan selama kehamilan, hemodilusi, anemia fisiologis akibat kehamilan dan
peningkatan output jantung/ cardiac output “CO” selama hamil. Kegagalan dalam
12
mencapai ekspansi volume plasma yang cukup dihubungkan dengan peningkatan
resiko terjadi pre-eklampsia dan pertumbuhan janin yang terhambat. 5
1. Osmoregulasi
Ekspansi volume plasma dimulai sesaat setelah terjadinya konsepsi, sebagian
hal tersebut disebabkan oleh karena perubahan pada osmoregulasi maternal
melalui sekresi arginine vasopressin peptide/ AVP dari hipofisis posterior.
Perubahan awal pada regulasi AVP disebabkan oleh karena signal yang berasal
dari plasenta antara lain Nitric Oxide (NO) dan hormone relaksin.5
Pada wanita hamil kadar hormon AVP secara relatif tidak berubah walaupun
produksi dari hormon AVP yang tinggi, hal ini dikarenakan peningkatan klirens
yang mencapai 3 sampai 4 kali lipat. Peningkatan klirens disebabkan oleh karena
plasenta yang secara cepat akan melakukan inaktivasi hormone AVP. 5
2. Metabolisme Natrium
Pada wanita hamil umumnya akan terjadi retensi natrium, dan umumnya
akumulasi natrium selama kehamilan dapat mencapai 900 mEq. Pada wanita
hamil 60 persen dari total natrium yang teretensi berada didalam unit fetoplasenta
(termasuk cairan amnion) dan umumnya akan hilang ketika melakukan
persalinan. 5
Peningkatan kadar natrium pada kehamilan terutama disebabkan oleh karena
peningkatan absorbsi natrium pada tubulus ginjal, dimana absorbsi dari natrium
tersebut sangat bergantung pada hormon renin-angiotensin-aldosteron sistem/
RAAS dan atrial natriuretik peptida/ ANP. 5
Kadar natrium akan kembali dalam kadar normal seperti kadar pada
prekonsepsi sekitar 2 bulan setelah melahirkan. 5
3. Sistem Renin-Angiotensinogen-Aldosteron/ RAAS
Pada wanita hamil akan terjadi peningkatan dari seluruh komponen RAAS
sistem. Pada kehamilan dini akan terjadi penurunan tonus vaskuler (hal ini
disebabkan oleh karena adanya hormon yang disekresi selama kehamilan dan
peningkatan produksi NO) sehingga menyebabkan penurunan tekanan arteri rata-
rata/ mean arterial pressure (MAP). Akibat penurunan MAP yang terjadi akan
terjadi peningkatan volume intravaskuler akibat retensi natrium sebagai
kompensasi. 5

13
B. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
I. Perubahan pada Jantung
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan dari posisi diafragma dan perubahan dari
bentuk tulang rusuk yang merubah posisi jantung menjadi lebih keatas dan ke kiri,
kadang dapat disertai rotasi dari jantung terhadap sumbu panjangnya. Pada wanita
hamil gambaran dari bentuk jantung pada foto rontgen thorax menjadi tidak spesifik
terutama perubahan dari cardiac thoracic ratio/ CTR, sehingga perlu dilakukan untuk
dilakukan ekokardiografi jika terdapat kecurigaan kardiomegali secara klinis.6
Walaupun kardiomegali pada wanita hamil jarang ditemukan, namun terjadinya
hipertrofi fisiologis miokardium sering ditemukan akibat peningkatan volume darah
selama kehamilan dan peningkatan afterload pada kehamilan lanjut. Umumnya
perubahan struktur jantung pada wanita hamil mirip dengan perubahan struktur akibat
respons terhadap olahraga yaitu hipertrofi eksentrik, dimana akibat adanya hipertrofi
yang eksentrik akan membuat peningkatan kapasitas pompa jantung dalam memenuhi
peningkatan kebutuhan selama kehamilan. 5,6
1. Perubahan Curah Jantung/ Cardiac Output “CO”
Salah satu perubahan yang bermakna pada kehamilan adalah peningkatan curah
jantung/ CO, dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa peningkatan CO
mencapai 30-50% dari nilai sebelum hamil pada awal kehamilan. Pada
kehamilan ganda peningkatan CO mencapai 20% dari CO yang terjadi pada
kehamilan tunggal. 5,6
Walaupun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan puncak peningkatan CO
belum jelas, namun diperkirakan peningkatan CO mencapai puncak sekitar
kehamilan 25-30 minggu. 5,6

14
Gambar 8. Perubahan cardiac output pada kehamilan.

Dari peningkatan CO yang terjadi pada hamil, Umumnya peningkatan CO


dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dari uterus, plasenta dan payudara. Pada
trimester pertama kehamilan, perfusi dari CO masih sama seperti keadaan wanita
yang tidak hamil dimana uterus menerima 2-3% dari CO, payudara menerima 1%
dari CO dan presentasi CO yang memenuhi perfusi ginjal mencapai 20%, kulit
10%, otak 10% dan pembuluh darah koroner 5%. Sedangkan pada wanita hamil
yang cukup bulan uterus akan memperoleh 17% dari total CO dan payudara
mendapatkan 2% dari total CO. 5,6
Curah jantung pada wanita hamil juga sangat dipengaruhi oleh posisi tubuh
pada wanita hamil, misalnya pada posisi terlentang dan berdiri akan terjadi
penurunan curah jantung akibat penurunan volume darah yang balik ke jantung.
Penurunan curah jantung pada wanita hamil yang terlentang terutama disebabkan
oleh karena pembesaran dari uterus yang menekan vena kava inferior sehingga
menurunkan aliran balik vena ke jantung yang akan mengakibatkan penurunan
curah jantung dan preload yang dapat menyebabkan hipotensi arterial. 3,5,6
Pada kehamilan dibawah 24 minggu umumnya gejala akibat penekanan vena
kava inferior masih belum jelas, namun pada kehamilan lanjut akan terjadi
obstruksi yang total pada vena kava inferior sehingga mengakibatkan aliran darah
balik ke jantung melalui sirkulasi kolateral di vena para-vertebralis. 5,6

15
Penurunan dari CO akibat perubahan posisi pada sebagian wanita tidak akan
menimbulkan gejala oleh karena adanya kompensasi pada peningkatan resistensi
vaskuler yang sistemik. Pada 5-10% wanita hamil akan timbul keluhan akibat
penurunan dari CO ketika berbaring yaitu gejala supine hipotensi seperti pusing,
mual dan sinkope, umumnya hal tersebut timbul akibat tidak adekuatnya sirkulasi
kolateral paravertebra. Pada keadaan anestesi spinal maupun epidural pada
wanita hamil akan kehilangan efek dalam memelihara resistensi vaskuler
sistemik. 3,5,6
2. Perubahan Tekanan Arteri dan Resistensi Vaskuler Sistemik
Pada ibu hamil walaupun terjadi peningkatan CO yang cukup signifikan,
namun umumnya tekanan darah selama kehamilan tetap menurun hal ini
disebabkan oleh karena penurunan resistensi perifer sistemik yang disebabkan
oleh karena adanya hormon progesteron yang dihasilkan selama kehamilan akan
menyebabkan relaksasi otot polos pada pembuluh darah serta peningkatan dari
nitirit oksida/ NO pada wanita hamil yang akan menurunkan resistensi perifer
secara langsung dan NO juga akan menghambat dari aktivitas respons vaskular
terhadap angiotensin II dan norepinefrin. 5,6

Gambar 9. Berbagai jenis perubahan kardiovaskular pada kehamilan.


Dari mekanisme yang terjadi pada ibu hamil yang normal akan refrakter
terhadap efek vasokonstriksi dari angiotensin II yang disebabkan oleh karena
peningkatan sistem RAAS selama kehamilan.
16
3. Perubahan Tekanan pada Vena
Perubahan tekanan vena pada ibu hamil pada ekstremitas atas umumnya tidak
akan mengalami perubahan yang berarti, namun tekanan pada ekstremitas bawah
terutama vena femoralis meningkat hingga 15 cm H2O pada kehamilan yang
sudah cukup bulan hal ini dikarenakan obstruksi dari vena kava inferior akibat
pembesaran uterus, sehingga memicu terjadinya edema, vena varikosa,
hemmoroid dan peningkatan resiko trombosis vena dalam. 5,6
4. Perubahan Normal pada Wanita Hamil yang Mirip Penyakit Jantung
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan fisiologis akibat adaptasi terhadap
kehamilan yang mirip dengan penyakit jantung sehingga kadang menimbulkan
kesulitan diagnosis. 5,6
Keluhan sesak nafas merupakan keluhan yang sering dikeluhkan pada
penyakit jantung dan pada saat hamil, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk membedakan kedua penyebab tersebut. Onset dari kehamilan
yang dihubungkan dengan sesak nafas umumnya dikeluhkan sebelum kehamilan
20 minggu dan 75% mengeluhkan sesak nafas pada kehamilan trimester ketiga.
Gejala sesak pada kehamilan umumnya tidak akan timbul saat istirahat dan
memberat ketika melakukan aktivitas dan pada umumnya ringan.
Pemeriksaan fisik pada wanita hamil juga menyerupai kasus pada penyakit
jantung, yang tidak boleh disalah artikan sebagai penyakit jantung, mulai dari
edema tungkai, takikardia, distensi vena jugularis dan pergeseran apeks jantung
kearah lateral. 5,6
Kadar dari enzim jantung sendiri yang umunya digunakan dalam memeriksa
kecurigaan infark miokardium yaitu Troponin dan Creatinine Kinase-Miokardial
Band/ CK-MB. Pada ibu hamil akibat kontrakjsi uterus dapat mengakibatkan
peningkatan kadar CK-MB didalam darah, namun tidak dengan kadar troponin. 5,6

C. PERUBAHAN PADA SISTEM RESPIRASI


I. Sistem Respirasi Bagian Atas
Selama kehamilan mukosa pada derah nasofaring cenderung hiperemis, edema dan
mengalami hipersekresi mukus yang disebabkan oleh karena rangsangan estrogen.

17
Oleh sebab perubahan itu, wanita hamil sering mengeluh adanya gejala influenza
kronik. 3,5,6
II. Perubahan Mekanik
Perubahan konfigurasi dari cavum thorax terjadi pada awal kehamilan, lebih awal
dari perubahan yang terjadi yang disebabkan oleh penekanan mekanis oleh
pembesaran uterus. Sudut subcostal meningkat dari 68 menjadi 103 derajat, diameter
transversal dari cavum thorax melebar 2 cm, dan diameter anteriorposterior melebar
dari 5 cm menjadi 7 cm. Dengan berjalannya kehamilan, level dari diafragma
meningkat 4 cm. Fungsi otot pernafasan tidak terpengaruh kehamilan dan tekanan
maksimal inspiratori dan expiratori tidak mengalami perubahan.

Gambar 10. Perubahan pada fisiologi sistem respirasi pada kehamilan


Posisi dari diafragma yang terdorong ke atas akan menurunkan volume dari paru
pada saat istirahat, sehingga menurunkan total lung capacity dan functional residual
capacity (FRC). FRC dapat terbagi menjadi expiratory reserve volume dan residual
volume, dan keduanya menurun. 5,6
III. Pertukaran Gas
Meningkatnya kadar progesteron memberikan keadaan hiperventilasi kronik,
direfleksikan dengan meningkatnya volume tidal dari 30 % menjadi 50 % pada hamil
8 minggu. Dengan meningkatnya tidal volume menyebabkan meningkatnya ventilasi
semenit, walaupun laju pernapasan stabil. (ventilasi semenit= tidal volume x laju
pernapasan). Peningkatan pada ventilasi semenit di kombinasikan dengan
menurunnya FRC, memberikan peningkatan ventilasi alveolar dari 50 % menjadi 70
%.5,6
18
Hiperventilasi kronik terjadi disebabkan oleh peningkatan PaO 2 dan penurunan
PaCO2 dari level normal. PaCO2 ibu yang rendah dapat mengakibatkan chronic
respiratory alkalosis. Kompensasi dari ginjal akan meningkatkan ekskresi bikarbonate
untuk memantain pH antara 7,4-7,5 dan menurunkan kadar bikarbonat dalam darah.
Pada awal kehamilan PaO2 meningkat (106 menjadi 108 mmHg), PaCO2 menurun,
tetapi pada trimester ketiga terjadi penurunan PaO2 oleh karena pembesaran uterus.
Peningkatan ventilasi semenit disebabkan oleh kebutuhan oksigen janin, plasenta dan
organ ibu. selama latihan, persalinan dan kontraksi akan meningkatkan ventilasi per
menit dan kebutuhan oksigen. Oleh karena peningkatan konsumsi oksigen dan
penurunan kapasitas residual yang menurun terjadilah penurunan dari cadangan
oksigen ibu. 5,6

D. PERUBAHAN PADA SISTEM DARAH


I. Volume Plasma dan Jumlah Sel darah merah
Volume darah maternal akan mulai meningkat pada usia kehamilan 6 minggu dan
akan meningkat progresif hingga usia kehamilan 30-34 minggu dan akan mendatar
pada melahirkan. Rata-rata peningkatan volume darah sekitar 40-50 %. Peningkatan
volume darah terjadi oleh karena kombinasi ekspansi volume plasma dan sel darah
merah. Jumlah eritrosit mulai meningkat pada usia kehamilan 10 minggu, walaupun
peningkatannya lebih lambat dari volume plasma, jumlah eritrosit akan meningkat
progresif sampai melahirkan tanpa mengalami pendataran. 6
Tanpa suplementasi besi, jumlah sel darah merah meningkat sekitar 18 % pada
saat kehamilan. Suplementasi besi akan meningkatkan akumulasi jumlah RBC dari
400 menjadi 450 ml atau sekitar 30 %. Oleh karena volume plasma meningkat
meningkat daripada massa sel darah merah, hematocrit maternal akan turun. Ini
disebut dengan anemia fisiologis pada wanita hamil pada 30-34 minggu. Karena
jumlah RBC akan berlanjut meningkat setelah 30 minggu dimana volume plasma
akan mengalami pendataran, hematorcrit akan meningkat setelah 30 minggu
kehamilan. 5,6
Pada kehamilan, kadar eritropoetin meningkat dimulai dari usia kehamilan 16
minggu dan menjadi penyebab terjadinya hiperplasia erythroid pada sumsum tulang
dan peningkatan pada jumlah retikulosit. Peningkatan volume darah memberikan efek

19
protektif pada kemungkinan adanya perdarahan selama kehamilan atau saat
persalinan. Volume darah yang banyak membantu mengisi sistem vaskular dengan
vasodilatasi dan menurunkan resistensi vaskular pada uteroplasenta untuk mencegah
hipotensi. 6
II. Trombosit
Sekitar 8 % wanita hamil mengalami trombositopenia dalam kehamilan dengan
jumlah trombosit antara 70.000- 150.000/mm3. Trombositopenia pada wanita hamil
tidak berhubungan dengan peningkatan komplikasi pada kehamilan dan jumlah
trombosit akan kembali normal pada minggu pertama dan kedua postpartum. 3,5,6

III. Leukosit
Selama trimester pertama, jumlah WBC sekitar 8000/mm3, dengan nilai normal
antara 5110-9900 mm3. Selama trimester kedua dan ke tiga berkisar 8500/mm 3,
sekitar 5600-12200mm3. Pada persalinan jumlah WBC dapat meningkat menjadi
20.000-30.000 mm3 dan ini dikaitkan oleh adanya dilatasi serviks. Oleh karena
peningkatan leukosit pada persalinan sehingga jumlah leukosit tidak digunakan untuk
mendeteksi adanya infeksi. 3
IV. Sistem Koagulasi
Kehamilan meningkatkan resiko terjadinya penyakit tromboemboli. Peningkatan
resiko ini disebabkan meningkatnya stasis pada vena, kerusakan pembuluh darah dan
perubahan pada sistem koagulasi yang menyebabkan hiperkoagulabitas.
Meningkatnya stasis vena di ekstremitas bawah disebabkan kompresi pada vena cava
inferior dan vena pada pelvis oleh pembesaran uterus. 5,6
Hiperkoagulabitas terjadi oleh meningkatnya procoagulant, menurunnya inhibitor
koagulasi dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Perubahan ini terjadi secara fisiologis
untuk mencegah peripartum hemoragik. 5,6

E. PERUBAHAN PADA SISTEM URINARIUS


I. Perubahan Anatomi Ginjal
Ginjal akan mengalami pembesaran selama kehamilan, umumnya panjang ginjal
selama kehamilan akan membesar ± 1 cm. Perubahan ukuran dan berat ginjal

20
disebabkan karena peningkatan vaskularisasi, volume interstitial dan pertambahan
ruang rugi urine. 6
Pertambahan ruang rugi urine disebabkan oleh karena dilatasi pada pelvis renalis,
kaliks ginjal dan ureter. Dilatasi pada sistem pelvis renalis, ureter dan kaliks ginjal
umumnya mulai timbul pada usia 2 bulan kehamilan dan maksimal pada pertengahan
trimester kedua kehamilan. Pembesaran ureter dicurigai disebabkan oleh karena
kompresi mekanis akibat pembesaran uterus dan dilatasi pada sistem vena ovarium,
namun dari penelitian baru, terungkap bahwa hormon progesteron juga berperan
dalam dilatasi ureter akibat relaksasi pada otot polos ureter.

II. Perubahan Hemodinamik Ginjal


Renal plasma flow/ RPF akan meningkat mulai dari awal kehamilan, bahkan mulai
dari fase luteal sebelum terjadinya implantasi. Penelitian yang dilakukan oleh Dunlop
dkk, menyatakan bahwa RPF akan meningkat sampai 75% pada kehamilan 16 minggu
dan peningkatan RPF akan bertahan sampai usia kehamilan 34 minggu. 5,6
Seperti RPF, peningkatan laju filtrasi glomerulus/ LFG juga terjadi pada wanita
hamil, pada akhir trimester pertama peningkatan LFG mencapai 50% dibandingkan
dengan wanita tidak hamil, dan umumnya LFG akan kembali menurun menjadi
normal dalam 3 bulan setelah melahirkan. 5,6

Gambar 11. Perubahan pada sistem urinarius pada kehamilan.

Peningkatan RPF dan LFG yang menyebabkan hiperfiltrasi berkaitan dengan


peningkatan volume darah dan penurunan dari resistensi arteriol pre-dan post-
21
glomerular. Penurunan resistensi pada ginjal tersebut berkaitan dengan peningkatan
sekresi NO selama kehamilan terutama pada ginjal, selain akibat NO terdapat hormon
relaksin yang ikut berperan dalam penurun resistensi pada ginjal. 5,6
Peningkatan hiperfiltrasi pada ginjal yang terjadi tanpa peningkatan tekanan
intraglomerulus yang terjadi pada wanita hamil apabila terjadi dalam waktu jangka
panjang berpotensi dalam menyebabkan kerusakan pada glomerulus.
III. Perubahan pada Sistem Tubuler Ginjal
Pada wanita hamil akan terjadi peningkatan dari ekskresi glukosa didalam urine,
pada wanita yang tidak hamil umumnya kadar ekskresi glukosa kurang dari 100 mg/
hari namun pada wanita hamil umumnya kadar glukosa yang diekskresikan mencapai
1 sampai 10 gram/ hari walaupun dengan kadar glukosa darah yang rendah.
Glukosuria yang terjadi pada wanita hamil bersifat intermitten dan tidak selalu
dihubungkan dengan peningkatan kadar glukosa pada darah ataupun usia kehamilan.
Glukosa difiltrasi di glomerulus secara bebas dan dengan LFG yang tinggi akan
menyebabkan peningkatan kadar glukosa yang berada di tubulus proksimal yang
menyebabkan kadar glukosa yang melebihi kapasitas reasorbsi glukosa pada tubulus
proksimal ginjal. 5,6
Ekskresi protein dan albumin pada wanita hamil juga akan mengalami peningkatan
pada wanita hamil dimana batas dari proteinuria adalah 300 mg/ 24 jam dan 30 mg
albumin dalam 24 jam. Penyebab dari peningkatan ekskresi dari protein maupun
albumin berkaitan dengan perubahan absorbsi di tubulus proksimal dan peningkatan
LFG selama kehamilan. 5,6

F. PERUBAHAN PADA SISTEM GASTROINTESTINAL


I. Lambung
Pada wanita hamil tonus dan motilitas lambung akan berkurang, hal ini mungkin
disebabkan oleh karena relaksasi otot polos akibat peningkatan hormon progesteron
dan estrogen. Pada wanita hamil juga berpotensi timbulnya gatroesofageal refluks
(GER), terjadinya GER disebabkan oleh karena berbagai faktor misalnya peningkatan
hormon-hormon pada kehamilan, peningkatan tekanan intragaster akibat penekanan
uterus dan penurun tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah yang diakibatkan
oleh hormon progesteron. 6

22
II. Usus Halus dan Usus Besar
Pada wanita hamil akan terjadi penurunan dari motilitas usus yang akan
meningkatkan oral-caecal transit time sehingga menimbulkan terjadinya konstipasi.
Penurunan motilitas usus berkaitan dengan peningkatan sintesis prostaglandin selama
kehamilan, selain itu hormon progesteron dan estrogen juga berperan dalam penuruna
motilitas usus. Progesteron menyebabkan penurunan dari motilitas gastrointestinal,
sedangkan estrogen menyebabkan pelepasan NO dari ujug saraf yang akan
menyebabkan penurunan motilitas gatrointestinal. 4-6

III. Mual dan Muntah selama Kehamilan


Mual dan muntah pada kehamilan ( morning sickness) umumnya terjadi pada 70%
kehamilan. Awitan terjadinya hal tersebut dimulai antara dari minggu ke-4 sampai
minggu ke-8, dan umumnya berkurang serelah 16 minggu namun pada sebagian kecil
masih dialami sampai kehamilan 20-22 minggu. Penyebab terjadinya hal tersebut
masih belum jelas, namun dikaitkan dengan penurunan motilitas lambung,
peningkatan hormon human chorionic gonadotropin/ hCG dan peningkatan hormon
estrogen dan progesteron. 4-6

G. PERUBAHAN PADA SISTEM SKELETAL


I. Metabolisme kalsium
Kehamilan memberikan keadaan hiperparatirodisme fisiologis pada ibu dengan
kehilangan kalsium tulang pada ibu untuk memberi suplai kalsium pada fetus. Ini
yang menyebabkan kehilangan kalsium pada ibu dalam waktu yang lama. Janin
mengakumulasi 21 g kalsium ( berkisar 13-33g), 80 % dari jumlah ini selama
trimester ketiga dimana mineralisasi tulang pada janin mencapai puncak. Kalsium
ditransportasikan aktif melewati plasenta dan kalsium di ekskresikan dalam jumlah
yang banyak melewat ginjal ibu, jadi terjadi calsiuria yang banyak.
Total kadar kalsium maternal menurun selama kehamilan. Turunnya total kalsium
disebabkan oleh penurunan albumin dalam darah yang mengakibatkan menurunnya
ikatan albumin kalsium, tetapi kalsium yang terionisasi dalam darah tidak berubah
dan konstan. Oleh karena itu, kadar kalsium maternal dan kebutuhan kalsium janin
tetap tercukupi lewat peningkatan absorpsi kalsium. Kalsium diabsorbsi melewati

23
usus halus dan diabsorbsi ganda pada usia kehamilan 12 minggu dengan maksimal
absorbsi pada trimester ketiga. Awal peningkatan absorbsi, membuat tulang maternal
untuk menyimpan kalsium untuk kebutuhan janin pada trimester ketiga.
Vitamin D adalah prohormone yang berasal dari cholesterol dan terbagi menjadi 2
bentuk nutrisi yaitu D3 (cholecalciferol) dimana berasal dari kulit dan D2
(ergocalciferol) yang berasal dari tumbuhan dan diabsorbsi di usus. Kadar level 25-
hydroxyvitamin D (25[OH] D) meningkat oleh karena sintesis vitamin D dan intake.
Level (25[OH] D) menjadi indikator terbaik status vitamin D. Kadar 1,25-
dihydroxyvitamin D meningkat selama kehamilan dimana terutama meningkat pada
trimester kedua dan ketiga. 5,6
II. Tulang dan perubahan postur
Seperti dijelaskan diatas, walaupun bone loss terjadi pada kehamilan, tetapi
kejadian terjadi osteoporosis selama atau setelah kehamilan jarang. Walaupun
penambahan intake kalsium selama kehamilan dan laktasi untuk mencegah bone loss
adalah kontroversial. Tetapi studi terakhir menyatakan pemberian suplementasi tidak
menurunkan bone loss. RDA kalsium pada kehamilan dan laktasi sekitar 1000-1300
mg/hari. 5,6
Kehamilan menyebabkan peningkatan progresif konveksivitas anterior dari lumbal
(lordosis). Mekanisme kompensasi ini untuk menjaga gravitasi pusat dari wanita dari
kedua kaki dan untuk mencegah pembesaran uterus dari perubahan gravitasi pusat ke
depan. Efek yang tidak menguntungkan adalah adanya nyeri pinggang. 5,6
Ligamen dari simfisis pubis dan artikulasio sacroilliaca mengendur oleh karena
hormon relaxin. Pelebaran nyata dari simfisis pubis nyata pada minggu 28-32
minggu.5,6

H. PERUBAHAN PADA SISTEM ENDOKRIN


I. Tiroid
Gejala kehamilan normal menyerupai gejala tiroid, sehingga menyebabkan
kesulitan untuk skrining penyakit tiroid. Interpretasi dari tes tiroid sulit. Oleh karena
itu, penting bagi dokter untuk mengenali perubahan yang terjadi pada fungsi tiroid. 5,6
Disamping perubahan pada morfologi, histologi dan laboratorium, wanita hamil
cenderung eutiroid. Glandula tiroid meningkat dalam ukuran, tetapi tidak sebanyak

24
yang diperkirakan. Apabila konsumsi iodine adekuat, ukuran dari glandula tiroid tidak
berubah atau menjadi mengecil yang dapat dideteksi hanya dengan USG. 1,5,6
WHO merekomendasi konsumsi iodine meningkat pada wanita hamil dari 100
mg/hari menjadi 150-200 mg/hari. Apabila terjadi suatu keadaan defisiensi iodine,
maka glandula tiroid mengalami pembesaran 25 % dan goiter terjadi pada 10 %
wanita. Secara histologis, selama hamil akan terjadi peningkatan vaskularisasi dan
hiperplasia folikel. Perkembangan klinis goiter selama hamil adalah abnormal dan
harus dievaluasi. 1,5,6
Selama hamil, serum iodida menurun oleh karena meningkatnya renal loss. Selain
itu, pada pertengahan kehamilan iodine di transferkan ke janin, tetapi konsentrasi
iodida tidak berkurang. Walaupun ada peningkatan pengambilan iodine oleh tiroid,
wanita hamil tetap dalam keadaan eutiroid pada evaluasi laboratorium. 5,6
Total tiroksin (TT4) dan total triiodothyronine (TT3) mulai meningkat dalam
trimester pertama dan meningkat pada pertengahan kehamilan akibat meningkat
produksi thyroid binding globulin (TBG). Peningkatan TBG terlihat pada trimester
pertama dan akan mengalami pendataran pada minggu 12-14 kehamilan. Konsentrasi
dari TT4 meningkat bersamaan dengan TBG dari kisaran normal 5-12 mg/dl pada
wanita tidak hamil menjadi 9-16 mg/dl selama kehamilan. 5,6
Bukti terbaru menyatakan bahwa T4 bebas meningkat pada trimester pertama dan
akan menurun setelah melahirkan. T4 bebas 10-15 % lebih rendah pada pasien yang
tidak hamil. Tetapi perubahan ini kecil dan pada kebanyakan wanita hamil, T4 bebas
masih dalam kisaran normal wanita tidak hamil. Dalam praktis klinis, kadar T 4 bebas
dapat diukur dengan menggunakan free thyroxine index atau estimasi T4 bebas. 5,6
Konsentrasi Thyroid stimulating hormone (TSH) menurun sementara pada
trimester pertama dan akan meningkat pada trimester akhir. Penurunan transien dari
TSH pada trimester pertama disebabkan oleh meningkatnya T 4 bebas dan disebabkan
oleh efek thyrotropic oleh hCG. Wanita dengan kadar hCG yang tinggi mempunyai
kadar TSH yang rendah. Pada beberapa wanita efek thyrotropic dari hCG dapat
menyebabkan keadaan transien dari hipertiroidisme yang disebut dengan gestational
transient thyrotoxicosis. 5,6
Maternal tiroid tidak secara langsung mengontrol fungsi tiroid, sistem berinteraksi
dengan plasenta, dimana mengontrol transfer iodine dan tiroksin ke janin. T 4

25
menembus plasenta dan pada awal kehamilan, janin bergantung pada suplai T 4
maternal untuk perkembangan neurologik. Tetapi, sebagai akibat aktivitas deiodinase
dari plasenta, kebanyakan persentase dari T4 pecah sebelum sampai ke janin. 5,6
Janin tidak dapat mensintesis hormon tiroid sampai setelah usia kehamilan 12
minggu dan beberapa kebutuhan janin sebelum waktu tersebut tergantung dari transfer
maternal. Walaupun setelah fungsi tirod janin berfungsi, janin tetap bergantung pada
suplai tiroksin dari maternal. 5,6
Neonatus dengan tiroid agenesis atau total defek pada sintesis hormon tiroid
mempunyai kadar tiroksin pada umbilical antara 20-50 % dari normal bayi. Ini
menunjukkan plasenta tidak permeabel terhadap T4. 5,6
Pada wanita yang hidup di daerah defisiensi iodine, hipotiroidisme maternal
berhubungan dengan neonatus hipotiroidisme dan defek pada fungsi neurlogi jangka
panjang dan retardarsi mental, ini yang disebut endemic cretinism. Abnormalitas ini
dapat dicegah apabila ibu mengkonsumsi iodine dimulai awal trimester kedua. 6
II. Kelenjar adrenal
Meningkatnya produksi steroid esensial dalam kehamilan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan produksi estrogen maternal dan kortisol dan kebutuhan janin
untuk reproduksi dan tumbuh kembang janin. 5,6
Kehamilan berhubungan dengan perubahan pada fungsi adrenokorteks dengan
meningkatnya kadar aldosteron dalam darah, doexycorticosterone, corticosteroid-
binding globulin (CBG), adrenocorticotropic hormone (ACTH), kortisol dan kortisol
bebas menyebabkan fisiologis hipercortilisme. Konsentrasi CBG dalam plasma
meningkat oleh karena stimulasi hepatik oleh estrogen pada akhir bulan ke enam
gestasi berbeda dengan wanita tidak hamil, ini membuat peningkatan kadar total
kortisol. Total cortisol meningkat 3 kali setelah trimester pertama dan akhir kehamilan
dibandingkan wanita tidak hamil. 5,6
III. Metabolisme protein
Hasil dari konsepsi, uterus dan darah ibu relatif kaya akan protein dibandingkan
dengan lemak dan karbohidrat. Saat kehamilan, janin dan plasenta berat sekitar 4 kg
dan terdiri dari 500 g protein, sebagian untuk maternal gain yang ditambahkan untuk
uterus untuk kontraksi, payudara dan darah ibu sebagai hemoglobin dan protein
plasma dan sisa untuk janin dan plasenta. 5,6

26
Konsentrasi asam amino pada janin lebih tinggi dibandingkan ibu, ini disebabkan
regulasi yang besar oleh plasenta dimana tidak hanya mengkonsentrasi asam amino di
sirkulasi janin, tetapi juga melibatkan sintesis protein, oksidasi dan transaminasi
beberapa asam amino non essensial. Kedua hormon chorionic gonadotrophin dan
placental lactogen cenderung untuk mengurangi proses deaminasi sehingga hasil urea
pada darah dan urin menurun. 5,6

IV. Metabolisme karbohidrat


Pada wanita hamil normal terjadi banyak perubahan hormonal dan metabolik, yang
dipengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada kehamilan normal, kadar
glukosa plasma ibu menjadi lebih rendah secara bermakna karena:
1. Ambilan glukosa oleh aliran darah plasenta meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu prekursos glukoneogenesis menurun)
4. Efektivitas ekskresi ginjal menurun
5. Efek hormon gestasional
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam
darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai
janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian
kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin. Akibat lambatnya reabsorpsi makanan
maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.
Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan
normal. Hal ini disebut tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah
terjadi resistensi insulin. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu
meningkatkan insulin, sehingga ia relatif hipoinsulin yang mengakibatkan
hiperglikemia dan diabetes kehamilan. 5,6
Resistensi insulin juga dapat disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron,
kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen. Kadar kortisol wanita hamil meningkat dan
mencapai 3 kali dari keadaan normal hal ini mengakibatkan kebutuhan insulin
menjadi lebih tinggi demikian juga dengan hormon HPL yang dihasilkan oleh

27
plasenta yang mempunyai sifat kerja mirip pada hormon tubuh yang bersifat
diabetogenik. Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Hormon
tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mempengaruhi afinitas
insulin.
V. Metabolisme lemak
Lemak adalah cadangan energi utama selama kehamilan. Pada minggu ke 30
terdapat penyimpanan sebesar 4 kg. Sebagian besar diantaranya tersimpan dicadangan
lemak di perut, punggung dan paha. Cadangan lemak juga berada di payudara dalam
jumlah yang sedang. 5,6
Terdapat 3 hal yang berkaitan dengan metabolisme lemak:
1. Metabolisme total dan kebutuhan energi dalam kehamilan meningkat
2. Penyimpanan glikogen sangat terbatas dan dengan demikian maka energi
diperoleh secra langsung dari karbohidrat berkurang
3. Meskipun kadar lemak dalam darah meningkat namun hanya sebagian yang
tersimpan dalam cadangan lemak
Konsentrasi lemak, lipoprotein dan apolipoprotein dalam plasma akan meningkat
selama kehamilan. Lemak akan disimpan sebagian besar di sentral yang kemudian
akan digunakan janin sebagai nutrisi sehingga cadangan lemak itu akan berkurang.
LDL akan mencapai puncaknya pada minggu ke 36, sementara HDL akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 25 berkurang sampai minggu ke 32 dan kemudian
menetap. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan hormon progesteron dan estrogen.

I. PERUBAHAN BERAT BADAN


Normal berat badan meningkat sekitar 6-16 kg, terutama dari pertumbuhan isi
konsepsi dan volume berbagai organ / cairan intrauterin. Berat janin + 2.5-3.5 kg, berat
plasenta + 0.5 kg, cairan amnion + 1.0 kg, berat uterus + 1.0 kg, penambahan volume
sirkulasi maternal + 1.5 kg, pertumbuhan mammae + 1 kg, penumpukan cairan
interstisial di pelvis dan ekstremitas + 1.0 - 1.5 kg.

28
BAB IV
KESIMPULAN

Perubahan pada anatomi, fisiologis dan metabolisme sangat dibutuhkan untuk


keberhasilan suatu kehamilan. Perubahan hormon mulai sebelum konsepsi secara signifikan
mengubah fisiologis wanita hamil dan akan bertahan pada hamil dan periode nifas.Walaupun
perubahan yang terjadi melibatkan hampir semua organ, wanita hamil akan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Pemahaman komprehensif dapat digunakan untuk membedakan
perubahan yang fisiologis dan yang patologis. Apabila tidak memiliki pengetahuan mengenai
ini, menjadi suatu hal yang tidak mungkin untuk memahami proses dari suatu penyakit yang
membahayakan pada wanita selama kehamilan.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams
Obstetric. 23rd ed. United States: The Mc Graw Hill; 2010.
2. Bagian Obstetri dan ginekologi Fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman.
3. Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimdadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan.
Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. p.174-87.
4. Siswosudarmo R, Emilia O. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka Cendekia;
2008.p.40-9.
5. Gordon W. Maternal Physiology. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, Landon MB,
Galan HL, Jauniaux ERM, et al. Obstetrics Normal and Problem Pregnancies.6 th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 2012; p.42-62.
6. Heidemann BH. Changes in Maternal Physiological During Pregnancy. Available at:
http://update.anesthesiologists.org/wp-content/uploads/2009/09/Changes-in-Maternal-
Physiology-During-Pregnancy-Update-20.pdf . Accessed on December,1st, 2014.

30

Você também pode gostar

  • DETEKSI ANTIGEN-ANTIBODI
    DETEKSI ANTIGEN-ANTIBODI
    Documento14 páginas
    DETEKSI ANTIGEN-ANTIBODI
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • LAPORAN RADIOFARMASI Raadioimmunoassay
    LAPORAN RADIOFARMASI Raadioimmunoassay
    Documento11 páginas
    LAPORAN RADIOFARMASI Raadioimmunoassay
    Nugraha Saputra S
    Ainda não há avaliações
  • 1signal Transduksi
    1signal Transduksi
    Documento32 páginas
    1signal Transduksi
    BadzlinaKhairunizzahra
    Ainda não há avaliações
  • Diagnosis
    Diagnosis
    Documento26 páginas
    Diagnosis
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Pencegahan Fix
    Pencegahan Fix
    Documento14 páginas
    Pencegahan Fix
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Rangkuman Epidemiologi Klinik
    Rangkuman Epidemiologi Klinik
    Documento28 páginas
    Rangkuman Epidemiologi Klinik
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Faktor Risiko Penyakit
    Faktor Risiko Penyakit
    Documento1 página
    Faktor Risiko Penyakit
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Pencegahan Fix
    Pencegahan Fix
    Documento14 páginas
    Pencegahan Fix
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Faktor Risiko Penyakit
    Faktor Risiko Penyakit
    Documento10 páginas
    Faktor Risiko Penyakit
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Pencegahan Fix
    Pencegahan Fix
    Documento14 páginas
    Pencegahan Fix
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Peluang & Kausa Fix
    Peluang & Kausa Fix
    Documento20 páginas
    Peluang & Kausa Fix
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Struktur Antibodi
    Struktur Antibodi
    Documento8 páginas
    Struktur Antibodi
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • BRONKIOLITHIS Portofolio
    BRONKIOLITHIS Portofolio
    Documento20 páginas
    BRONKIOLITHIS Portofolio
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Faktor Risiko Penyakit
    Faktor Risiko Penyakit
    Documento10 páginas
    Faktor Risiko Penyakit
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Pencegahan
    Pencegahan
    Documento14 páginas
    Pencegahan
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Lapkas 1 TBC
    Lapkas 1 TBC
    Documento47 páginas
    Lapkas 1 TBC
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Mitokondria
    Mitokondria
    Documento18 páginas
    Mitokondria
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Kekerapan Kejadian Penyakit Tugas
    Kekerapan Kejadian Penyakit Tugas
    Documento33 páginas
    Kekerapan Kejadian Penyakit Tugas
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Isi Referat Anemia Def Fe
    Isi Referat Anemia Def Fe
    Documento21 páginas
    Isi Referat Anemia Def Fe
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • BRONKIOLITHIS Portofolio
    BRONKIOLITHIS Portofolio
    Documento20 páginas
    BRONKIOLITHIS Portofolio
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Case DR Supris CKD
    Case DR Supris CKD
    Documento28 páginas
    Case DR Supris CKD
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Abnormalitas
    Abnormalitas
    Documento15 páginas
    Abnormalitas
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Prinsip Kedokteran Keluarga
    Prinsip Kedokteran Keluarga
    Documento17 páginas
    Prinsip Kedokteran Keluarga
    Sitti Monica A. Ambon
    100% (1)
  • Bronkiolitis
    Bronkiolitis
    Documento34 páginas
    Bronkiolitis
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Morbus Hansen Ref
    Morbus Hansen Ref
    Documento33 páginas
    Morbus Hansen Ref
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Lapkas 1 TBC
    Lapkas 1 TBC
    Documento47 páginas
    Lapkas 1 TBC
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Morbus Hansen Referat
    Morbus Hansen Referat
    Documento34 páginas
    Morbus Hansen Referat
    Sitti Monica A. Ambon
    100% (1)
  • Isi Referat Omserosa
    Isi Referat Omserosa
    Documento25 páginas
    Isi Referat Omserosa
    Sitti Monica A. Ambon
    Ainda não há avaliações
  • Obstruktif Sleep Apneu
    Obstruktif Sleep Apneu
    Documento21 páginas
    Obstruktif Sleep Apneu
    Vivi Pramitasari
    Ainda não há avaliações