Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang penting bagi wanita terutama bagi wanita
yang telah bekeluarga dan mengharapakan kehadiran seorang anak. Namun pada saat hamil
wanita akan mengalami perubahan yang signifikan baik dari segi fisik seperti perut yang
membuncit dan payudara membesar ataupun dari segi psikologisnya seperti lebih sensitif,
ingin perhatian yang lebih dari orang–orang disekitarnya. 1
Selama kehamilan akan terjadi beberapa adaptasi pada tubuh seorang wanita, seperti
adaptasi anatomi, fisiologis dan biokimiawi. Banyak perubahan dimulai setelah fertilisasi dan
berlanjut selama kehamilan dan kebanyakan terjadi akibat respons terhadap stimulus
fisiologis yang diberikan oleh janin dan plasenta. Ini dapat dibuktikan pada wanita hamil
akan kembali ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan dan laktasi. 1
Banyak dari adaptasi fisiologis dapat dikatakan abnormal pada wanita yang tidak hamil.
Seperti contoh, perubahan kardiovaskular selama kehamilan normalnya melibatkan
peningkatan jumlah darah dan cardiac ouput, yang menjadi mirip dengan tirotoksikosis.
Dapat dikatakan bahwa adaptasi fisiologis wanita hamil dapat dimisinterpretasikan sebagai
kondisi patologis tetapi juga dapat tertutup atau memperburuk penyakit sebelumnya. 1
Selama kehamilan, setiap organ mengalami perubahan anatomi dan fungsional yang
dapat merubah kriteria untuk mendiagnosis dan pengobatan penyakit. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai adaptasi fisiologis yang terjadi pada kehamilan menjadi sasaran utama
obstetrik dan tanpa memiliki pengetahuan mengenai ini, menjadi suatu hal yang tidak
mungkin untuk memahami proses dari suatu penyakit yang membahayakan pada wanita
selama kehamilan.1
1
BAB II
PERUBAHAN ANATOMI PADA WANITA HAMIL
A. Kehamilan
Kehamilan yang terjadi pada wanita merupakan suatu peristiwa yang terjadi akibat
adanya beberapa proses, diantaranya:2
1. Pembuahan / fertilisasi : bertemunya sel telur / ovum wanita dengan sel benih/
spermatozoa pria.
2. Pembelahan sel (zigot).
3. Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal :
implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri).
4. Pertumbuhan dan perkembangan zigot - embrio - janin menjadi bakal individu baru.
Kehamilan dipengaruhi berbagai hormon : estrogen, progesteron, human chorionic
gonadotropin (HCG), human chorionic somatomammotropin (HCS), prolaktin dan
sebagainya. Human chorionic gonadotropin (HCG) adalah hormon aktif khusus yang
berperan selama awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan.2
Terjadi perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi dan
organ-organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan
hormonal tersebut.2
Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi
segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini
merupakan respons terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua
perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan
menyusui selesai.3
4
uterus akan bertambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan membentuk
oval. Ismus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri
yang mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan
tanda Hegar. 3
Taksiran perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus adalah sebagai berikut :2
1. Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam
2. Kehamilan 8 minggu : telur bebek
3. Kehamilan 12 minggu : 1-2 jari di atas simfisis pubis
4. Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis pubis dan pusat
5. Kehamilan 20 minggu : 3 jari dibawah pusat
6. Kehamilan 24 minggu : setinggi pusat
7. Kehamilan 28 minggu : 3 jari diatas pusat
8. Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat dan proc. xyphoideus
9. Kehamilan 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari dibawah xyphoid
Serviks
Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk seperti
saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar
serviks, berbetuk sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu
saluran serviks sebelah dalam ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut
ostium uteri eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya dalam
penilaian jalannya persalinan, dan abortus. 3
Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas endometrium di korpus uteri
dan endoserviks di serviks uteri, otot-otot polos dan lapisan serosa yakni peritoneum
viserale. Endometrium terdiri dari atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan
dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Endometrium melapisi seluruh
kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa
reproduksi. Dalam masa haid, endometrium sebagian besar dilepaskan, untuk
kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi yang selanjutnya diikuti dengan masa
sekretorik. 3
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lunak dan kebiruan. Perubahan
ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh
serviks, bersamaan dengan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-
6
kelenjar serviks. Berbeda kontras dengan korpus, serviks hanya memiliki 10-15 %
otot polos. Jaringan ikat ekstraseluler serviks terutama kolagen tipe 1 dan 3 dan
sedikit tipe 4 pada membran basalis. Diantara molekul-molekul kolagen itu,
berkatalasi gikosaminolglikan dan proteoglikan terutama dermatan sulfat, asam
hialuronat dan heparin sulfat. Juga ditemukan fibronektin dan elastin diantara serabut
kolagen. Rasio tertinggi elastin terhadap kolagen terdapat di ostium interna, baik
elastin maupun otot polos semakin menurun jumlahnya mulai dari ostium interna ke
ostium eksterna. 3
Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang mengalami
perubahan luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang
bertanggung jawab menjaga janin didalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama
persalinan. Serviks didominasi jaringan ikat fibrosa. Komposisinya berupa jaringan
matriks ekstraseluler terutama mengandung kolagen elastin dan proteoglikan dan
bagian sel yang mengandung otot dan fibroblas, epitel, serta pembuluh darah. Rasio
relatif jaringan ikat terhadap otot tidak sama sepanjang serviks yang semakin ke distal
rasio ini semakin besar. 3
7
Kolagen didegradasi oleh kolagenase intraseluler yang menyingkirkan struktur
prokolagen yang tidak sempurna untuk mencegah pembentukan kolagen yang lemah
dan kolagen ekstraseluler yang secara lambat akan melemahkan matriks kolagen agar
persalinan dapat berlangsung. 3
Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang kuat
terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan.
Dengan sel-sel otot polos dan jaringan elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah
paralel terhadap sesamanya sehingga serviks menjadi lunak dibanding kondisi tidak
hamil, tetapi tetap mampu mempertahankan kehamilan. 3
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari
konsentrasi kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif
dilusi dalam keadaan menyebar dan teremodel menjadi serat. Dispersi meningkat oleh
peningkatan rasio dekorin terhadap kolagen. 3
Karena serabut terdispersi, konsentrasi air meningkat seperti juga halnya asam
hialuronat dan glikosaminoglikan. Asam hialuronat disekresikan oleh fibroblast dan
memiliki afinitas yang tinggi terhadap molekul air. Penurunan konsentrasi kolagen
lebih lanjut ini secara klinis terbukti dengan melunaknya serviks. Beberapa perubahan
ini berhubungan dengan dispersi kolagen yang terjadi lebih awal pada kehamilan dan
mengakibatkan keadaan patologis seperti serviks inkompeten. 3
Proses remodelling sangat komples dan melibatkan proses kaskade biokimia,
interaksi antara komponen seluler dan matriks ekstraseluler, serta infiltrasi stroma
serviks oleh sel-sel inflamasi seperti neutrofil dan makrofag. Proses remodelling ini
berfungsi agar uterus dapat mempertahankan kehamilan sampai aterm dan kemudian
proses destruksi serviks yang membuatnya berdilatasi memfasilitasi persalinan. 3
Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang
berikutnya akan berulang. Waktu yang tidak tepat bagi perubahan kompleks ini akan
mengakibatkan persalinan preterm, penundaan persalinan menjadi postterm dan
bahkan gangguan persalinan spontan. 3
Pada masa kehamilan serviks uteri mengalami hipervaskularisasi akibat stimulasi
estrogen dan perlunakan akibat progesteron, warna menjadi livide / kebiruan, dan
terjadi peningkatan sekresi lendir serviks memberikan gejala keputihan.
8
Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan
sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.3
Relaksin, suatu hormon protein yang mempunyai struktur mirip dengan insulin dan
insulin like growth factor I & II, disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta
dan hati. Aksi biologi utamanya adalah dalam proses remodelling jaringan ikat pada
saluran reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan
proses persalinan. Perannya belum diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui
mempunyai efek pada perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi miometrium
yang akan berimplikasi pada kehamilan preterm. 3
Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi ovarium diambil alih oleh plasenta, terutama
fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium
tenang/beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak
terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.4
9
Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam
dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini
dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu
seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari
striae sebelumnya. 3
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan
berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang
akan muncul dalam ukuran bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan
chloasma atau melasma garvidarum. Selain itu pada areola dan daerah genital juga
akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya
akan hilang atau sangat jauh berkurang setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa
menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi yang sama. 3
10
penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai peran dalam
melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya. 3
Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih
lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena
dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan
tegak. 3
Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum
dapat keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai
bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena
hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. 3
Setelah persalinan kadar progesteron dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh
inhibisi progesteron terhadap α- laktalbumin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan
merangsang sintesis laktosa dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu. 3
Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomery,
yaitu kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika
payudara makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul. Ukuran
payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan banyaknya air susu yang
akan dihasilkan. 3
11
BAB III
PERUBAHAN FISIOLOGI PADA WANITA HAMIL
13
B. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
I. Perubahan pada Jantung
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan dari posisi diafragma dan perubahan dari
bentuk tulang rusuk yang merubah posisi jantung menjadi lebih keatas dan ke kiri,
kadang dapat disertai rotasi dari jantung terhadap sumbu panjangnya. Pada wanita
hamil gambaran dari bentuk jantung pada foto rontgen thorax menjadi tidak spesifik
terutama perubahan dari cardiac thoracic ratio/ CTR, sehingga perlu dilakukan untuk
dilakukan ekokardiografi jika terdapat kecurigaan kardiomegali secara klinis.6
Walaupun kardiomegali pada wanita hamil jarang ditemukan, namun terjadinya
hipertrofi fisiologis miokardium sering ditemukan akibat peningkatan volume darah
selama kehamilan dan peningkatan afterload pada kehamilan lanjut. Umumnya
perubahan struktur jantung pada wanita hamil mirip dengan perubahan struktur akibat
respons terhadap olahraga yaitu hipertrofi eksentrik, dimana akibat adanya hipertrofi
yang eksentrik akan membuat peningkatan kapasitas pompa jantung dalam memenuhi
peningkatan kebutuhan selama kehamilan. 5,6
1. Perubahan Curah Jantung/ Cardiac Output “CO”
Salah satu perubahan yang bermakna pada kehamilan adalah peningkatan curah
jantung/ CO, dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa peningkatan CO
mencapai 30-50% dari nilai sebelum hamil pada awal kehamilan. Pada
kehamilan ganda peningkatan CO mencapai 20% dari CO yang terjadi pada
kehamilan tunggal. 5,6
Walaupun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan puncak peningkatan CO
belum jelas, namun diperkirakan peningkatan CO mencapai puncak sekitar
kehamilan 25-30 minggu. 5,6
14
Gambar 8. Perubahan cardiac output pada kehamilan.
15
Penurunan dari CO akibat perubahan posisi pada sebagian wanita tidak akan
menimbulkan gejala oleh karena adanya kompensasi pada peningkatan resistensi
vaskuler yang sistemik. Pada 5-10% wanita hamil akan timbul keluhan akibat
penurunan dari CO ketika berbaring yaitu gejala supine hipotensi seperti pusing,
mual dan sinkope, umumnya hal tersebut timbul akibat tidak adekuatnya sirkulasi
kolateral paravertebra. Pada keadaan anestesi spinal maupun epidural pada
wanita hamil akan kehilangan efek dalam memelihara resistensi vaskuler
sistemik. 3,5,6
2. Perubahan Tekanan Arteri dan Resistensi Vaskuler Sistemik
Pada ibu hamil walaupun terjadi peningkatan CO yang cukup signifikan,
namun umumnya tekanan darah selama kehamilan tetap menurun hal ini
disebabkan oleh karena penurunan resistensi perifer sistemik yang disebabkan
oleh karena adanya hormon progesteron yang dihasilkan selama kehamilan akan
menyebabkan relaksasi otot polos pada pembuluh darah serta peningkatan dari
nitirit oksida/ NO pada wanita hamil yang akan menurunkan resistensi perifer
secara langsung dan NO juga akan menghambat dari aktivitas respons vaskular
terhadap angiotensin II dan norepinefrin. 5,6
17
Oleh sebab perubahan itu, wanita hamil sering mengeluh adanya gejala influenza
kronik. 3,5,6
II. Perubahan Mekanik
Perubahan konfigurasi dari cavum thorax terjadi pada awal kehamilan, lebih awal
dari perubahan yang terjadi yang disebabkan oleh penekanan mekanis oleh
pembesaran uterus. Sudut subcostal meningkat dari 68 menjadi 103 derajat, diameter
transversal dari cavum thorax melebar 2 cm, dan diameter anteriorposterior melebar
dari 5 cm menjadi 7 cm. Dengan berjalannya kehamilan, level dari diafragma
meningkat 4 cm. Fungsi otot pernafasan tidak terpengaruh kehamilan dan tekanan
maksimal inspiratori dan expiratori tidak mengalami perubahan.
19
protektif pada kemungkinan adanya perdarahan selama kehamilan atau saat
persalinan. Volume darah yang banyak membantu mengisi sistem vaskular dengan
vasodilatasi dan menurunkan resistensi vaskular pada uteroplasenta untuk mencegah
hipotensi. 6
II. Trombosit
Sekitar 8 % wanita hamil mengalami trombositopenia dalam kehamilan dengan
jumlah trombosit antara 70.000- 150.000/mm3. Trombositopenia pada wanita hamil
tidak berhubungan dengan peningkatan komplikasi pada kehamilan dan jumlah
trombosit akan kembali normal pada minggu pertama dan kedua postpartum. 3,5,6
III. Leukosit
Selama trimester pertama, jumlah WBC sekitar 8000/mm3, dengan nilai normal
antara 5110-9900 mm3. Selama trimester kedua dan ke tiga berkisar 8500/mm 3,
sekitar 5600-12200mm3. Pada persalinan jumlah WBC dapat meningkat menjadi
20.000-30.000 mm3 dan ini dikaitkan oleh adanya dilatasi serviks. Oleh karena
peningkatan leukosit pada persalinan sehingga jumlah leukosit tidak digunakan untuk
mendeteksi adanya infeksi. 3
IV. Sistem Koagulasi
Kehamilan meningkatkan resiko terjadinya penyakit tromboemboli. Peningkatan
resiko ini disebabkan meningkatnya stasis pada vena, kerusakan pembuluh darah dan
perubahan pada sistem koagulasi yang menyebabkan hiperkoagulabitas.
Meningkatnya stasis vena di ekstremitas bawah disebabkan kompresi pada vena cava
inferior dan vena pada pelvis oleh pembesaran uterus. 5,6
Hiperkoagulabitas terjadi oleh meningkatnya procoagulant, menurunnya inhibitor
koagulasi dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Perubahan ini terjadi secara fisiologis
untuk mencegah peripartum hemoragik. 5,6
20
disebabkan karena peningkatan vaskularisasi, volume interstitial dan pertambahan
ruang rugi urine. 6
Pertambahan ruang rugi urine disebabkan oleh karena dilatasi pada pelvis renalis,
kaliks ginjal dan ureter. Dilatasi pada sistem pelvis renalis, ureter dan kaliks ginjal
umumnya mulai timbul pada usia 2 bulan kehamilan dan maksimal pada pertengahan
trimester kedua kehamilan. Pembesaran ureter dicurigai disebabkan oleh karena
kompresi mekanis akibat pembesaran uterus dan dilatasi pada sistem vena ovarium,
namun dari penelitian baru, terungkap bahwa hormon progesteron juga berperan
dalam dilatasi ureter akibat relaksasi pada otot polos ureter.
22
II. Usus Halus dan Usus Besar
Pada wanita hamil akan terjadi penurunan dari motilitas usus yang akan
meningkatkan oral-caecal transit time sehingga menimbulkan terjadinya konstipasi.
Penurunan motilitas usus berkaitan dengan peningkatan sintesis prostaglandin selama
kehamilan, selain itu hormon progesteron dan estrogen juga berperan dalam penuruna
motilitas usus. Progesteron menyebabkan penurunan dari motilitas gastrointestinal,
sedangkan estrogen menyebabkan pelepasan NO dari ujug saraf yang akan
menyebabkan penurunan motilitas gatrointestinal. 4-6
23
usus halus dan diabsorbsi ganda pada usia kehamilan 12 minggu dengan maksimal
absorbsi pada trimester ketiga. Awal peningkatan absorbsi, membuat tulang maternal
untuk menyimpan kalsium untuk kebutuhan janin pada trimester ketiga.
Vitamin D adalah prohormone yang berasal dari cholesterol dan terbagi menjadi 2
bentuk nutrisi yaitu D3 (cholecalciferol) dimana berasal dari kulit dan D2
(ergocalciferol) yang berasal dari tumbuhan dan diabsorbsi di usus. Kadar level 25-
hydroxyvitamin D (25[OH] D) meningkat oleh karena sintesis vitamin D dan intake.
Level (25[OH] D) menjadi indikator terbaik status vitamin D. Kadar 1,25-
dihydroxyvitamin D meningkat selama kehamilan dimana terutama meningkat pada
trimester kedua dan ketiga. 5,6
II. Tulang dan perubahan postur
Seperti dijelaskan diatas, walaupun bone loss terjadi pada kehamilan, tetapi
kejadian terjadi osteoporosis selama atau setelah kehamilan jarang. Walaupun
penambahan intake kalsium selama kehamilan dan laktasi untuk mencegah bone loss
adalah kontroversial. Tetapi studi terakhir menyatakan pemberian suplementasi tidak
menurunkan bone loss. RDA kalsium pada kehamilan dan laktasi sekitar 1000-1300
mg/hari. 5,6
Kehamilan menyebabkan peningkatan progresif konveksivitas anterior dari lumbal
(lordosis). Mekanisme kompensasi ini untuk menjaga gravitasi pusat dari wanita dari
kedua kaki dan untuk mencegah pembesaran uterus dari perubahan gravitasi pusat ke
depan. Efek yang tidak menguntungkan adalah adanya nyeri pinggang. 5,6
Ligamen dari simfisis pubis dan artikulasio sacroilliaca mengendur oleh karena
hormon relaxin. Pelebaran nyata dari simfisis pubis nyata pada minggu 28-32
minggu.5,6
24
yang diperkirakan. Apabila konsumsi iodine adekuat, ukuran dari glandula tiroid tidak
berubah atau menjadi mengecil yang dapat dideteksi hanya dengan USG. 1,5,6
WHO merekomendasi konsumsi iodine meningkat pada wanita hamil dari 100
mg/hari menjadi 150-200 mg/hari. Apabila terjadi suatu keadaan defisiensi iodine,
maka glandula tiroid mengalami pembesaran 25 % dan goiter terjadi pada 10 %
wanita. Secara histologis, selama hamil akan terjadi peningkatan vaskularisasi dan
hiperplasia folikel. Perkembangan klinis goiter selama hamil adalah abnormal dan
harus dievaluasi. 1,5,6
Selama hamil, serum iodida menurun oleh karena meningkatnya renal loss. Selain
itu, pada pertengahan kehamilan iodine di transferkan ke janin, tetapi konsentrasi
iodida tidak berkurang. Walaupun ada peningkatan pengambilan iodine oleh tiroid,
wanita hamil tetap dalam keadaan eutiroid pada evaluasi laboratorium. 5,6
Total tiroksin (TT4) dan total triiodothyronine (TT3) mulai meningkat dalam
trimester pertama dan meningkat pada pertengahan kehamilan akibat meningkat
produksi thyroid binding globulin (TBG). Peningkatan TBG terlihat pada trimester
pertama dan akan mengalami pendataran pada minggu 12-14 kehamilan. Konsentrasi
dari TT4 meningkat bersamaan dengan TBG dari kisaran normal 5-12 mg/dl pada
wanita tidak hamil menjadi 9-16 mg/dl selama kehamilan. 5,6
Bukti terbaru menyatakan bahwa T4 bebas meningkat pada trimester pertama dan
akan menurun setelah melahirkan. T4 bebas 10-15 % lebih rendah pada pasien yang
tidak hamil. Tetapi perubahan ini kecil dan pada kebanyakan wanita hamil, T4 bebas
masih dalam kisaran normal wanita tidak hamil. Dalam praktis klinis, kadar T 4 bebas
dapat diukur dengan menggunakan free thyroxine index atau estimasi T4 bebas. 5,6
Konsentrasi Thyroid stimulating hormone (TSH) menurun sementara pada
trimester pertama dan akan meningkat pada trimester akhir. Penurunan transien dari
TSH pada trimester pertama disebabkan oleh meningkatnya T 4 bebas dan disebabkan
oleh efek thyrotropic oleh hCG. Wanita dengan kadar hCG yang tinggi mempunyai
kadar TSH yang rendah. Pada beberapa wanita efek thyrotropic dari hCG dapat
menyebabkan keadaan transien dari hipertiroidisme yang disebut dengan gestational
transient thyrotoxicosis. 5,6
Maternal tiroid tidak secara langsung mengontrol fungsi tiroid, sistem berinteraksi
dengan plasenta, dimana mengontrol transfer iodine dan tiroksin ke janin. T 4
25
menembus plasenta dan pada awal kehamilan, janin bergantung pada suplai T 4
maternal untuk perkembangan neurologik. Tetapi, sebagai akibat aktivitas deiodinase
dari plasenta, kebanyakan persentase dari T4 pecah sebelum sampai ke janin. 5,6
Janin tidak dapat mensintesis hormon tiroid sampai setelah usia kehamilan 12
minggu dan beberapa kebutuhan janin sebelum waktu tersebut tergantung dari transfer
maternal. Walaupun setelah fungsi tirod janin berfungsi, janin tetap bergantung pada
suplai tiroksin dari maternal. 5,6
Neonatus dengan tiroid agenesis atau total defek pada sintesis hormon tiroid
mempunyai kadar tiroksin pada umbilical antara 20-50 % dari normal bayi. Ini
menunjukkan plasenta tidak permeabel terhadap T4. 5,6
Pada wanita yang hidup di daerah defisiensi iodine, hipotiroidisme maternal
berhubungan dengan neonatus hipotiroidisme dan defek pada fungsi neurlogi jangka
panjang dan retardarsi mental, ini yang disebut endemic cretinism. Abnormalitas ini
dapat dicegah apabila ibu mengkonsumsi iodine dimulai awal trimester kedua. 6
II. Kelenjar adrenal
Meningkatnya produksi steroid esensial dalam kehamilan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan produksi estrogen maternal dan kortisol dan kebutuhan janin
untuk reproduksi dan tumbuh kembang janin. 5,6
Kehamilan berhubungan dengan perubahan pada fungsi adrenokorteks dengan
meningkatnya kadar aldosteron dalam darah, doexycorticosterone, corticosteroid-
binding globulin (CBG), adrenocorticotropic hormone (ACTH), kortisol dan kortisol
bebas menyebabkan fisiologis hipercortilisme. Konsentrasi CBG dalam plasma
meningkat oleh karena stimulasi hepatik oleh estrogen pada akhir bulan ke enam
gestasi berbeda dengan wanita tidak hamil, ini membuat peningkatan kadar total
kortisol. Total cortisol meningkat 3 kali setelah trimester pertama dan akhir kehamilan
dibandingkan wanita tidak hamil. 5,6
III. Metabolisme protein
Hasil dari konsepsi, uterus dan darah ibu relatif kaya akan protein dibandingkan
dengan lemak dan karbohidrat. Saat kehamilan, janin dan plasenta berat sekitar 4 kg
dan terdiri dari 500 g protein, sebagian untuk maternal gain yang ditambahkan untuk
uterus untuk kontraksi, payudara dan darah ibu sebagai hemoglobin dan protein
plasma dan sisa untuk janin dan plasenta. 5,6
26
Konsentrasi asam amino pada janin lebih tinggi dibandingkan ibu, ini disebabkan
regulasi yang besar oleh plasenta dimana tidak hanya mengkonsentrasi asam amino di
sirkulasi janin, tetapi juga melibatkan sintesis protein, oksidasi dan transaminasi
beberapa asam amino non essensial. Kedua hormon chorionic gonadotrophin dan
placental lactogen cenderung untuk mengurangi proses deaminasi sehingga hasil urea
pada darah dan urin menurun. 5,6
27
plasenta yang mempunyai sifat kerja mirip pada hormon tubuh yang bersifat
diabetogenik. Pembentukan HPL meningkat sesuai dengan umur kehamilan. Hormon
tersebut mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mempengaruhi afinitas
insulin.
V. Metabolisme lemak
Lemak adalah cadangan energi utama selama kehamilan. Pada minggu ke 30
terdapat penyimpanan sebesar 4 kg. Sebagian besar diantaranya tersimpan dicadangan
lemak di perut, punggung dan paha. Cadangan lemak juga berada di payudara dalam
jumlah yang sedang. 5,6
Terdapat 3 hal yang berkaitan dengan metabolisme lemak:
1. Metabolisme total dan kebutuhan energi dalam kehamilan meningkat
2. Penyimpanan glikogen sangat terbatas dan dengan demikian maka energi
diperoleh secra langsung dari karbohidrat berkurang
3. Meskipun kadar lemak dalam darah meningkat namun hanya sebagian yang
tersimpan dalam cadangan lemak
Konsentrasi lemak, lipoprotein dan apolipoprotein dalam plasma akan meningkat
selama kehamilan. Lemak akan disimpan sebagian besar di sentral yang kemudian
akan digunakan janin sebagai nutrisi sehingga cadangan lemak itu akan berkurang.
LDL akan mencapai puncaknya pada minggu ke 36, sementara HDL akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 25 berkurang sampai minggu ke 32 dan kemudian
menetap. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan hormon progesteron dan estrogen.
28
BAB IV
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams
Obstetric. 23rd ed. United States: The Mc Graw Hill; 2010.
2. Bagian Obstetri dan ginekologi Fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Obstetri Fisiologi. Bandung : Eleman.
3. Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimdadhi T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan.
Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pusaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. p.174-87.
4. Siswosudarmo R, Emilia O. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka Cendekia;
2008.p.40-9.
5. Gordon W. Maternal Physiology. In: Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL, Landon MB,
Galan HL, Jauniaux ERM, et al. Obstetrics Normal and Problem Pregnancies.6 th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders. 2012; p.42-62.
6. Heidemann BH. Changes in Maternal Physiological During Pregnancy. Available at:
http://update.anesthesiologists.org/wp-content/uploads/2009/09/Changes-in-Maternal-
Physiology-During-Pregnancy-Update-20.pdf . Accessed on December,1st, 2014.
30