Você está na página 1de 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Karsinoma rekti adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan
jaringan abnormal pada daerah rectum. Jenis terbanyak adalah
adenokarsinoma (65%), banyak ditemui pada usia 40 tahun keatas dengan
insidens puncaknya pada usia 60 tahun (Price A. Sylvia, 2012).
Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum.
Keganasan ini banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan
yang terbanyak adalah adenoma carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal
dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum
(beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker
colorectal adalah adenocarcinoma(kanker yang dimulai di sel-sel yang
membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya) Soeparman & Waspadji
(2008).
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Berdasarkan klasifikasi Dukes
1. Stadium 0
Pada stadium 0, kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam
rektum.yaitu pada mukosa saja. Disebut juga carcinoma in situ.
2. Stadium I
Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai lapisan
muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi tidak
menyebar kebagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari rektum.
Disebut juga Dukes A rectal cancer.
3. Stadium II
Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan terdekat
namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B rectal cancer.
4. Stadium III
Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi tidak
menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal cancer.
5. Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti hati,
paru, atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer

Gambar 13. Stadium Ca Recti I-IV


2.2.2 Berdasarkan sistem TNM
Tabel 2. TNM/Modified Dukes Classification System*

TNM Modified Deskripsi


Stadium Dukes
Stadium
T1 N0 M0 A Tumor terbatas pada submucosa
T2 N0 M0 B1 Tumor terbatas pada muscularis propria
T3 N0 M0 B2 Penyebaran transmural
T2 N1 M0 C1 T2, pembesaran kelenjar mesenteric
T3 N1 M0 C2 T3, pembesaran kelenjar mesenteric
T4 C2 Penyebaran ke organ yang berdekatan
Any T, M1 D Metastasis jauh
*Modified from the American Joint Committee on Cancer (1997)
2.3 Etiologi
Price dan Wilson (1994) mengemukakan bahwa etiologi karsinoma
rectum sama seperti kanker lainnya yang masih belum diketahui penyebabnya.
Faktor predisposisi munculnya karsinoma rektum adalah polyposis familial,
defisiensi Imunologi, kolitis ulseratifa, granulomartosis dan Kolitis. Faktor
predisposisi penting lainnya yang mungkin berkaitan adalah kebiasaan makan.
Masyarakat yang dietnya rendah selulosa tapi tinggi protein hewani dan lemak,
memiliki insiden yang cukup tinggi.15
Burkitt (1971) yang dikutip oleh Price dan Wilson mengemukakan
bahwa diet rendah serat, tinggi karbohidrat refined, mengakibatkan perubahan
pada flora feces dan perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil
pemecahan protein dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat
karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang
berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, masa
transisi feses meningkat. Akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik
dengan mukosa usus bertambah lama.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada
keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein
dan daging serta rendah serat.
 Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada
dinding dalam kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang
berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan
kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
 Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi
yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya colitis
ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki
risiko yang lebih besar
 Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena
kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua
kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur,
uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko
yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
 Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda
mempunyai riwayat kanker colorectal pada keluarga, maka
kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar, khususnya
jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
 Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola
makan yang tinggi lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran
memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal.
 Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang
berusia lebih tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita
penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke atas.
2.4 Patofisiologi
Pada mukosa rektum yang normal, sel-sel epitelnya akan mengalami
regenerasi setiap 6 hari. Pada keadaan patologis seperti adenoma terjadi
perubahan genetik yang mengganggu proses differensiasi dan maturasi dari
sel-sel tersebut yang dimulai dengan inaktivasi gen adenomatous polyposis
coli (APC) yang menyebabkan terjadinya replikasi tak terkontrol.
Peningkatan jumlah sel akibat replikasi tak terkontrol tersebut akan
menyebabkan terjadinya mutasi yang akan mengaktivasi K- ras onkogen dan
mutasi gen p53, hal ini akan mencegah terjadinya apoptosis dan
memperpanjang hidup sel.

Patofisiologi kanker rektum

Kanker kolon dan rectum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari


lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas
dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke
dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
2.5 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah :
 Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu
darah segar maupun yang berwarna hitam.
 Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat
BAB
 Feses yang lebih kecil dari biasanya
 Keluhan tidak nyama pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
pada perut atau nyeri
 Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
 Mual dan muntah,
 Rasa letih dan lesu
 Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.
2.6 Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker rektum,
antara lain:
1. Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting.
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus
dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarcinoma merupakan jenis
yang paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar.
Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors,
adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors.2
2. Pemeriksaan Tumor marker : CEA (Carcinoma Embryonic Antigen), CA
,
242, CA 19-9 uji FOBT (Faecal Occult Blood Test) untuk melihat
perdarahan di jaringan.18,22,23
3. Digital rectal examination atau biasa disebut rectal touche (colok dubur).
Sekitar 75% karsinoma rekti dapat dipalpasi pada pemeriksaan rektal.
Pemeriksaan dengan rektal touche akan mengenali tumor yang terletak
sekitar 10 cm dari rektum, massa akan teraba keras dan menggaung.17

Gambar 9. Colok dubur pada karsinoma rekti

Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:


a. Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian
terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar
prostat atau ujung os coccygis.
b. Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek
terapi pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya masih dapat
digerakkan pada lapisan otot dinding rektum. Pada lesi yang sudah
mengalami ulserasi lebih dalam umumnya terjadi perlekatan dan
fiksasi karena penetrasi atau perlekatan ke struktur ekstrarektal seperti
kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau dinding
anterior uterus.
c. Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan
karakteristik pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas atau
fiksasi lesi.
4. Foto rontgen dengan barium enema yaitu cairan yang mengandung
barium, dimasukkan melalui rektum untuk kemudian dilakukan foro
rontgen.

Foto rontgen dengan barium enema

5. Endoskopi
a. Sigmoidoskopi
yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan
sigmoid apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat
sigmoidoscope dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid,
polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi.
Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada umur 50
tahun merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening
seseorang yang asimptomatik yang berada pada tingkatan risiko
menengah untuk menderita kanker kolon. Sebuah polip adenomatous
yang ditemukan pada flexible sigmoidoscopi merupakan indikasi
untuk dilakukannya kolonoskopi, karena meskipun kecil (<10 mm),
adenoma yang berada di distal kolon biasanya berhubungan dengan
neoplasma yang letaknya proksimal pada 6-10% pasien. 18

sigmoidoskopi
b. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran
seluruh mukosa kolon dan rectum Sebuah standar kolonoskopi panjangnya
dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat
untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan
keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik
daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%.2 Sebuah
kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol
perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur
yang sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi
anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien.
Kolonoskopi merupakan cara yang sangat berguna untuk mendiagnosis
dan manajemen dari inflammatory bowel disease, non akut divertikulitis,
sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non toksik, striktur
kolon dan neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi
terapi daripada diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi
utama dari kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan
komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik. 18

Kolonoskopi

6. Virtual colonoscopy (CT colonography)


Kolonoskopi virtual merupakan diagnostik non-invasif yang baru,
menggunakan X-ray dan software komputer,untuk melihat dua dan tiga-
dimensi dari seluruh usus besar dan rektum untuk mendeteksi polip dan
kanker kolorektal.14
7. Imaging Tehnik
MRI, CT scan, transrectal ultrasound merupakan bagian dari tehnik
imaging yang digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien
dengan kanker kolon, tetapi tehnik ini bukan merupakan screening tes.18
a. CT scan
CT scan dapat mengevaluasi abdominal cavity dari pasien kanker kolon
pre operatif. CT scan bisa mendeteksi metastase ke hepar, kelenjar adrenal,
ovarium, kelenjar limfa dan organ lainnya di pelvis. CT scan sangat berguna
untuk mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai CEA yang meningkat
setelah pembedahan kanker kolon. Sensitifitas CT scan mencapai 55%. CT scan
memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon karena sulitnya
dalam menentukan stage dari lesi sebelum tindakan operasi. Pelvic CT scan dapat
mengidentifikasi invasi tumor ke dinding usus dengan akurasi mencapai 90 %,
dan mendeteksi pembesaran kelanjar getah bening >1 cm pada 75% pasien.19
Penggunaan CT dengan kontras dari abdomen dan pelvis dapat mengidentifikasi
metastase pada hepar dan daerah intraperitoneal.

b. MRI
MRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar daripada CT scan dan sering
digunakan pada klarifikasi lesi yang tak teridentifikasi dengan menggunakan CT
scan. Karena sensifitasnya yang lebih tinggi daripada CT scan, MRI dipergunakan
untuk mengidentifikasikan metastasis ke hepar.
c. Endoskopi UltraSound (EUS)
EUS secara signifikan menguatkan penilaian preoperatif dari kedalaman invasi
tumor, terlebih untuk tumor rektal. Keakurasian dari EUS sebesar 95%, 70% untuk
CT dan 60% untuk digital rektal examination. Pada kanker rektal, kombinasi
pemakaian EUS untuk melihat adanya tumor dan digital rektal examination untuk
menilai mobilitas tumor seharusnya dapat meningkatkan ketepatan rencana dalam
terapi pembedahan dan menentukan pasien yang telah mendapatkan keuntungan dari
preoperatif kemoradiasi. Transrektal biopsi dari kelenjar limfa perirektal bisa
dilakukan di bawah bimbingan EUS.
2.7 Penatalaksanaan medis
Berbagai jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektal. Beberapa
adalah terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian
klinis. Tiga terapi standar untuk kanker rektal yang digunakan antara lain
ialah :
1) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan
terutama untuk stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien
suspek dalam stadium III juga dilakukan pembedahan. Meskipun
begitu, karena kemajuan ilmu dalam metode penentuan stadium
kanker, banyak pasien kanker rektal dilakukan pre-surgical
treatment dengan radiasi dan kemoterapi. Penggunaan kemoterapi
sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant chemotherapy,
dan pada kanker rektal, neoadjuvant chemotherapy digunakan
terutama pada stadium II dan III. Pada pasien lainnya yang hanya
dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar jaringan kanker
sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih membutuhkan
kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk membunuh sel
kanker yang tertinggal.
Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :
 Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini,
tumor dapat dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan
lewat abdomen. Jika kanker ditemukan dalam bentuk polip,
operasinya dinamakan polypectomy.
 Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum
lalu dilakukan anastomosis. Jiga dilakukan pengambilan
limfonodi disekitan rektum lalu diidentifikasi apakah
limfonodi tersebut juga mengandung sel kanker.

Gambar Reseksi dan Anastomosis

 Reseksi dan kolostomi :


Gambar Reseksi dan Kolostomi

2) Radiasi
Sebagai mana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium
II dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum
dilakukan pembedahan. Peran lain radioterapi adalah sebagai
sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus tumor lokal
yang sudah diangkat melaui pembedahan, dan untuk penanganan
kasus metastasis jauh tertentu. Terutama ketika digunakan dalam
kombinasi dengan kemoterapi, radiasi yang digunakan setelah
pembedahan menunjukkan telah menurunkan resiko kekambuhan
lokal di pelvis sebesar 46% dan angka kematian sebesar 29%. Pada
penanganan metastasis jauh, radiesi telah berguna mengurangi efek
lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi
umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang
memiliki tumor lokal yang unresectable
3) Kemoterapi
Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang tidak
terbukti memiliki penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami
kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya
menembus sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol (
Stadium II lanjut dan Stadium III). terapi standarnya ialah dengan
fluorouracil, (5-FU) dikombinasikan dengan leucovorin dalam
jangka waktu enam sampai dua belas bulan. 5-FU merupakan anti
metabolit dan leucovorin memperbaiki respon. Agen lainnya,
levamisole, (meningkatkan sistem imun, dapat menjadi substitusi
bagi leucovorin. Protopkol ini menurunkan angka kekambuhan kira
– kira 15% dan menurunkan angka kematian kira – kira sebesar
10%.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI CA RECTI


A. Asuhan Keperawatan
2.8 Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang
perlu dikaji adalah:
1) Aktivitas/istirahat:
 Gejala:
 Kelemahan, kelelahan/keletihan
 Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan
berkeringat malam hari.
 Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen
lingkungan, tingkat stres tinggi.
2) Sirkulasi:
 Gejala:
 Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
 Tanda:
 Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3) Integritas ego:
 Gejala:
 Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres (merokok, minum alkohol, menunda
pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
 Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat,
pembedahan)
 Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol,
depresi.
 Tanda:
 Menyangkal, menarik diri, marah.
4) Eliminasi:
 Gejala:
 Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
 Tanda:
 Perubahan bising usus, distensi abdomen
 Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
5) Makanan/cairan:
 Gejala:
 Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak,
pemakaian zat aditif dan bahan pengawet)
 Anoreksia, mual, muntah
 toleransi makanan
 Tanda:
 Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6) Nyeri/ketidaknyamanan:
 Gejala:
 Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat
tergantung proses penyakit
7) Keamanan:
 Gejala:
 Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
 Tanda:
 Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8) Interaksi sosial
 Gejala:
 Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
 Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.
9) Penyuluhan/pembelajaran:
 Riwayat kanker dalam keluarga
 Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
 Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
 Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
B. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan
1. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari
 Nutritional Status :
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake Nutrition Management
Kriteria Hasil :
 Kaji adanya alergi
 Adanya peningkatan makanan
Definisi : Intake
berat badan sesuai  Kolaborasi dengan
nutrisi tidak cukup
dengan tujuan ahli gizi untuk
untuk keperluan
 Berat badan ideal menentukan jumlah
metabolisme tubuh.
sesuai dengan tinggi kalori dan nutrisi
badan yang dibutuhkan
 Mampu pasien.
Batasan karakteristik :
mengidentifikasi  Anjurkan pasien
- Berat badan 20 % kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan
atau lebih di bawah  Tidak ada tanda intake Fe
ideal tanda malnutrisi  Anjurkan pasien
- Dilaporkan adanya  Tidak terjadi untuk meningkatkan
intake makanan penurunan berat protein dan vitamin
yang kurang dari badan yang berarti C
RDA (Recomended  Berikan substansi
Daily Allowance) gula
- Membran mukosa  Yakinkan diet yang
dan konjungtiva dimakan
pucat mengandung tinggi
- Kelemahan otot serat untuk
yang digunakan mencegah
untuk konstipasi
menelan/mengunya  Berikan makanan
h yang terpilih (
- Luka, inflamasi sudah
pada rongga mulut dikonsultasikan
- Mudah merasa dengan ahli gizi)
kenyang, sesaat  Ajarkan pasien
setelah mengunyah bagaimana
makanan membuat catatan
- Dilaporkan atau makanan harian.
fakta adanya  Monitor jumlah
kekurangan nutrisi dan
makanan kandungan kalori
- Dilaporkan adanya  Berikan informasi
perubahan sensasi tentang kebutuhan
rasa nutrisi
- Perasaan  Kaji kemampuan
ketidakmampuan pasien untuk
untuk mengunyah mendapatkan nutrisi
makanan yang dibutuhkan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB
Nutrition Monitoring
dengan makanan
cukup  BB pasien dalam
- Keengganan untuk batas normal
makan  Monitor adanya
- Kram pada penurunan berat
abdomen badan
- Tonus otot jelek  Monitor tipe dan
- Nyeri abdominal jumlah aktivitas
dengan atau tanpa yang biasa
patologi dilakukan
- Kurang berminat  Monitor interaksi
terhadap makanan anak atau orangtua
- Pembuluh darah selama makan
kapiler mulai rapuh  Monitor lingkungan
- Diare dan atau selama makan
steatorrhea  Jadwalkan
- Kehilangan rambut pengobatan dan
yang cukup banyak tindakan tidak
(rontok) selama jam makan
- Suara usus  Monitor kulit kering
hiperaktif dan perubahan
- Kurangnya pigmentasi
informasi,  Monitor turgor kulit
misinformasi  Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Faktor-faktor yang
 Monitor mual dan
berhubungan :
muntah
Ketidakmampuan  Monitor kadar
pemasukan atau albumin, total
mencerna makanan protein, Hb, dan
atau mengabsorpsi kadar Ht
zat-zat gizi  Monitor makanan
berhubungan dengan kesukaan
faktor biologis,  Monitor
psikologis atau pertumbuhan dan
ekonomi. perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan
intake nuntrisi
 Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

2 Nyeri NOC : NIC :

 Pain Level, Pain Management


 Pain control,
Definisi :  Lakukan pengkajian
 Comfort level
nyeri secara
Sensori yang tidak Kriteria Hasil :
komprehensif
menyenangkan dan
 Mampu termasuk lokasi,
pengalaman
mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
emosional yang
(tahu penyebab frekuensi, kualitas
muncul secara aktual
nyeri, mampu dan faktor
atau potensial
menggunakan presipitasi
kerusakan jaringan
tehnik  Observasi reaksi
atau menggambarkan
nonfarmakologi nonverbal dari
adanya kerusakan
untuk mengurangi ketidaknyamanan
(Asosiasi Studi Nyeri
nyeri, mencari  Gunakan teknik
Internasional):
bantuan) komunikasi
serangan mendadak
 Melaporkan bahwa terapeutik untuk
atau pelan
nyeri berkurang mengetahui
intensitasnya dari
dengan pengalaman nyeri
ringan sampai berat
menggunakan pasien
yang dapat
manajemen nyeri  Kaji kultur yang
diantisipasi dengan
 Mampu mengenali mempengaruhi
akhir yang dapat
nyeri (skala, respon nyeri
diprediksi dan dengan
intensitas,  Evaluasi
durasi kurang dari 6
frekuensi dan tanda pengalaman nyeri
bulan.
nyeri) masa lampau
 Menyatakan rasa  Evaluasi bersama
nyaman setelah pasien dan tim
Batasan karakteristik :
nyeri berkurang kesehatan lain
- Laporan secara  Tanda vital dalam tentang
verbal atau non rentang normal ketidakefektifan
verbal kontrol nyeri masa
- Fakta dari lampau
observasi  Bantu pasien dan
- Posisi antalgic keluarga untuk
untuk mencari dan
menghindari nyeri menemukan
- Gerakan dukungan
melindungi  Kontrol lingkungan
- Tingkah laku yang dapat
berhati-hati mempengaruhi
- Muka topeng nyeri seperti suhu
- Gangguan tidur ruangan,
(mata sayu, pencahayaan dan
tampak capek, kebisingan
sulit atau gerakan  Kurangi faktor
kacau, presipitasi nyeri
menyeringai)  Pilih dan lakukan
- Terfokus pada diri penanganan nyeri
sendiri (farmakologi, non
- Fokus menyempit farmakologi dan
(penurunan inter personal)
persepsi waktu,  Kaji tipe dan
kerusakan proses sumber nyeri untuk
berpikir, menentukan
penurunan intervensi
interaksi dengan  Ajarkan tentang
orang dan teknik non
lingkungan) farmakologi
- Tingkah laku  Berikan analgetik
distraksi, contoh : untuk mengurangi
jalan-jalan, nyeri
menemui orang  Evaluasi keefektifan
lain dan/atau kontrol nyeri
aktivitas, aktivitas  Tingkatkan istirahat
berulang-ulang)  Kolaborasikan
- Respon autonom dengan dokter jika
(seperti ada keluhan dan
diaphoresis, tindakan nyeri tidak
perubahan berhasil
tekanan darah,  Monitor penerimaan
perubahan nafas, pasien tentang
nadi dan dilatasi manajemen nyeri
pupil)
- Perubahan
autonomic dalam
tonus otot Analgesic
(mungkin dalam Administration
rentang dari
 Tentukan lokasi,
lemah ke kaku)
karakteristik,
- Tingkah laku
kualitas, dan derajat
ekspresif (contoh
nyeri sebelum
: gelisah,
pemberian obat
merintih,
 Cek instruksi dokter
menangis,
tentang jenis obat,
waspada, iritabel,
dosis, dan frekuensi
nafas
 Cek riwayat alergi
panjang/berkeluh
 Pilih analgesik yang
kesah)
diperlukan atau
- Perubahan dalam
kombinasi dari
nafsu makan dan
analgesik ketika
minum
pemberian lebih
dari satu
 Tentukan pilihan
Faktor yang
analgesik
berhubungan :
tergantung tipe dan
Agen injuri (biologi, beratnya nyeri
kimia, fisik,  Tentukan analgesik
psikologis) pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
 Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek
samping)

3 Resiko infeksi NOC : NIC :

 Immune Status Infection Protection


 Knowledge : (proteksi terhadap
Definisi : Peningkatan
Infection control
resiko masuknya  Risk control infeksi)
organisme patogen Kriteria Hasil :
 Monitor tanda dan
 Klien bebas dari gejala infeksi
tanda dan gejala sistemik dan lokal
Faktor-faktor resiko :
infeksi  Monitor hitung
- Prosedur Infasif  Mendeskripsikan granulosit, WBC
- Ketidakcukupan proses penularan  Monitor kerentanan
pengetahuan penyakit, factor terhadap infeksi
untuk yang  Batasi pengunjung
menghindari mempengaruhi  Saring pengunjung
paparan patogen penularan serta terhadap penyakit
- Trauma penatalaksanaanny menular
- Kerusakan a,  Partahankan teknik
jaringan dan  Menunjukkan aspesis pada pasien
peningkatan kemampuan untuk yang beresiko
paparan mencegah  Pertahankan teknik
lingkungan timbulnya infeksi
isolasi k/p
- Ruptur membran  Jumlah leukosit
 Berikan perawatan
amnion dalam batas normal
kuliat pada area
- Agen farmasi  Menunjukkan
epidema
(imunosupresan) perilaku hidup
 Inspeksi kulit dan
- Malnutrisi sehat
membran mukosa
- Peningkatan
terhadap
paparan
kemerahan, panas,
lingkungan
drainase
patogen
 Ispeksi kondisi luka
- Imonusupresi
/ insisi bedah
- Ketidakadekuatan
 Dorong masukkan
imum buatan
nutrisi yang cukup
- Tidak adekuat
 Dorong masukan
pertahanan
cairan
sekunder  Dorong istirahat
(penurunan Hb,  Instruksikan pasien
Leukopenia, untuk minum
penekanan respon antibiotik sesuai
inflamasi) resep
- Tidak adekuat  Ajarkan pasien dan
pertahanan tubuh keluarga tanda dan
primer (kulit tidak gejala infeksi
utuh, trauma  Ajarkan cara
jaringan, menghindari infeksi
penurunan kerja  Laporkan
silia, cairan tubuh kecurigaan infeksi
statis, perubahan  Laporkan kultur
sekresi pH, positif
perubahan
peristaltik)
- Penyakit kronik
4. Defisit perawatan diri NOC : NIC :
b/d kelemahan fisik
 Self care : Activity Self Care assistane :
of Daily Living ADLs
(ADLs)
Definisi :  Monitor
Kriteria Hasil :
kemempuan klien
Gangguan
 Klien terbebas dari untuk perawatan
kemampuan untuk
bau badan diri yang mandiri.
melakukan ADL pada
 Menyatakan  Monitor kebutuhan
diri
kenyamanan klien untuk alat-alat
terhadap bantu untuk
kemampuan untuk kebersihan diri,
Batasan karakteristik :
melakukan ADLs berpakaian, berhias,
ketidakmampuan
 Dapat melakukan toileting dan makan.
untuk mandi,
ADLS dengan  Sediakan bantuan
ketidakmampuan bantuan sampai klien
untuk berpakaian, mampu secara utuh
ketidakmampuan untuk melakukan
untuk makan, self-care.
ketidakmampuan  Dorong klien untuk
untuk toileting melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
Faktor yang kemampuan yang
berhubungan : dimiliki.
kelemahan, kerusakan  Dorong untuk
kognitif atau melakukan secara
perceptual, kerusakan mandiri, tapi beri
neuromuskular/ otot- bantuan ketika klien
otot saraf tidak mampu
melakukannya.
 Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan
bantuan hanya jika
pasien tidak mampu
untuk
melakukannya.
 Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
 Pertimbangkan usia
klien jika
mendorong
pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2006), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,


EGC, Jakarta
Doenges at al (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (2012), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (2008), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI,
Jakarta.
I Putu Juniartha Semara Putra

Você também pode gostar

  • Poa Fix
    Poa Fix
    Documento2 páginas
    Poa Fix
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
    PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
    Documento2 páginas
    PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA
    Gary Wirawan
    Ainda não há avaliações
  • Askep DM
    Askep DM
    Documento8 páginas
    Askep DM
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Bab 3 Data Fix Baru
    Bab 3 Data Fix Baru
    Documento33 páginas
    Bab 3 Data Fix Baru
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Halaman 1
    Halaman 1
    Documento27 páginas
    Halaman 1
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Resume 2
    Resume 2
    Documento3 páginas
    Resume 2
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • LANSIA
    LANSIA
    Documento21 páginas
    LANSIA
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Out 3
    Out 3
    Documento12 páginas
    Out 3
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • STRUMANODUSA
    STRUMANODUSA
    Documento26 páginas
    STRUMANODUSA
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Alat Kelamin
    Makalah Alat Kelamin
    Documento15 páginas
    Makalah Alat Kelamin
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Documento9 páginas
    Abs Trak
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Resume
    Resume
    Documento8 páginas
    Resume
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Makah Imun
    Makah Imun
    Documento28 páginas
    Makah Imun
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan Cedera Kepala Sedang
    Laporan Pendahuluan Cedera Kepala Sedang
    Documento10 páginas
    Laporan Pendahuluan Cedera Kepala Sedang
    jackspyser
    100% (2)
  • New. Kelompok 2 Diagnostik
    New. Kelompok 2 Diagnostik
    Documento24 páginas
    New. Kelompok 2 Diagnostik
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Makah Imun
    Makah Imun
    Documento28 páginas
    Makah Imun
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • STRUMANODUSA
    STRUMANODUSA
    Documento26 páginas
    STRUMANODUSA
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Meningitis Web
    Makalah Meningitis Web
    Documento6 páginas
    Makalah Meningitis Web
    Snd Frus
    Ainda não há avaliações
  • LP Dan Askep Distosia
    LP Dan Askep Distosia
    Documento26 páginas
    LP Dan Askep Distosia
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • LP Dan Askep Distosia
    LP Dan Askep Distosia
    Documento26 páginas
    LP Dan Askep Distosia
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Mikrobiologi
    Mikrobiologi
    Documento6 páginas
    Mikrobiologi
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Parasitologi Ilmu Hubungan
    Parasitologi Ilmu Hubungan
    Documento3 páginas
    Parasitologi Ilmu Hubungan
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Documento6 páginas
    Satuan Acara Penyuluhan
    Kamila Nanda Rezky
    Ainda não há avaliações
  • Melanoma Suli
    Melanoma Suli
    Documento12 páginas
    Melanoma Suli
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Documento28 páginas
    Bab 1 Pendahuluan
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Herpes
    Herpes
    Documento19 páginas
    Herpes
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Sap Mencuci Tangan
    Sap Mencuci Tangan
    Documento11 páginas
    Sap Mencuci Tangan
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Terapeutik
    Makalah Terapeutik
    Documento20 páginas
    Makalah Terapeutik
    radanikma
    Ainda não há avaliações
  • LP NHL
    LP NHL
    Documento17 páginas
    LP NHL
    radanikma
    Ainda não há avaliações