Você está na página 1de 8

Analsis Pengolahan Sampah pada Bank Sampah di Kota Malang dan

Kamikatsu Jepang

Disusun Oleh:

Karolina

1. Persamaan dan Perbedaan Karkteristik Permasalaahnya


a. Persamaan
Berawal dari sebuah motivasi untuk menjaga suatu lingkungan
yang bebas dari sampah dengan mengelola sampah menjadi lebih baik.
Kita dapat melihat suatu karakteristik permasalahan yang terjadi bagi
kedua kota di Negara yang berbeda seperti halnya di Kota Malang
Indonesia dan Kamikatsu Jepang. Dari Malang kita dapat menganalisis
bahwa terbentuknya bank sampah yang dibina oleh PLN yaitu diawali
dengan banyaknya sampah di Kota malang yang sulit untuk dialokasikan,
sehingga terbentuknya sebuah gagasan untuk membuat bank sampah
setelah adanya Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengolahan
sampah dan Peraturan Daerah Kota Malang No. 10 Tahun 2010 tentang
Pengolahan Sampah Kota malang serta adanya Peraturan Republik
Indonesia No. 81 Tahun 2012 tentang Pengolahan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Pemerintah Kota
Malang dalam hal ini Dinak kebersihan dan Pertamanan mencoba untuk
mengurangi volume sampah yang banyak di Kota Malang dengan
membuat TPA serta bank sampah yang sampai saat ini dibina oleh pihak
PLN. Hal ini dibuat untuk bersama menggerakkan masayarakat agar
peduli terhadap kebersihan dan terlebih lagi untuk menjadikan sampah
sebagai lahan dalam menciptakan perekonomian masyarakat sekitar yang
baik, kesejahteraan meningkat dan yang terpenting adalah memberikan
edukasi terhadap anak – anak agar peduli terhadap pengolahan sampah.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Ibu Kartika
Ikasari selaku Direktur Bank Sampah Malang (BSM). Dalam hal ini
beliau mengatakan:
“Dengan semakin banyaknya masyarakat yang
bergabung dengan bank sampah Kota malang yang
saat ini mencapai hampir 30.000 masyarakat yang
bergabung menjadi nasabah kita berharap
perekonomian masyarakat akan semakin meningkat,
kesejahteraan meningkat, lingkungan juga semakin
bersih. Kemudian dengan adanya tabungan pendidikan
di tiap sekolah kami berharap adanya edukasi sejak
dini untuk anak – anak kita akan kepedulian mereka
terhadap pengelolaan sampah serta kepedulian mereka
terhadap lingkungannya dan hal itu menjadi tanggung
jawab kita bersama bukan hanya tanggunjawab
pemerintah”.

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Kartika Ikasari


dapat disimpulkan bahwa Bank Sampah bertujuan untuk memberikan
pemahaman yang positif serta berdampak baik pada kesejahteraan
masyarakat dan memberikan edukasi kepada masyarakat bahkan anak –
anak akan peduli lingkungan. Bank Sampah di Kota Malang berantusias
untuk menjadikan Kota Malang sebagai Kota yang bersih dan
masyarakatnya dicap sebagai masyarakat peduli lingkungan.
Dari karakteristik yang dilakukan oleh Bank Sampah Kota malang,
hal ini juga sama dengan pengelolaan sampah di Kota Kamikatsu Jepang
yang merupakan Kota Kecil di Jepang. Berawal dari banyaknya volume
sampah pada kota ini dan terlebih lagi pembuangan sampah tidak
dikelola secara baik dengan elakukan pembakaran terhadap sampah yang
sudah terkumpul dapat mengakibatkan efek yang negatif pada
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Hal iniyang membuat sebagian
masyarakat peduli dan membuat Bank Sampah dengan misi menjadikan
Kota Kamikatsu sebagai kota “zero waste” yang artinya kota tanpa
sampah dengan membuat konsep daur ulang dengan amat serius yyang
didirikan pada tahun 2003. Pembuatan bank sampah ini tidak semudah
dibayangkan. Pada kenyataannya sangat sulit untuk menyadarkan
masyyarakat untuk pengelolaan sampah ini. hal ini juga dipaparkan oleh
Akira Sakano Selaku Deputy Chief Officer, Zero Waste Academy. Beliau
menyampaikan bahwa:
“It’s been very tough, i a way, to gain the
understanding of the people” yang artinya adalah
sangat sulit saya bisa memberikan pemahaman kepada
masyarakat”

Dapat dipahami bahwa tujuan yang dilakukan oleh pengelola


sampah di Kota Kaikatsu adalah untuk memberikan pemahaman bagi
masyarakat agar peduli terhadap lingkungan dan kebersihan. Pengelolaan
yang dilakukan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk sama –
sama bertanggungjawab atas pengelolaan sampah.
Dapat disimpulkan bahwa persamaan dari pengolahan sampah
pada Kota Malang dan Kota kamikatsu adalah untuk memberikan
kesadarann serta edukasi kepada masyarakat terhadap bergunanya
pengelolaan sampah yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal.

b. Perbedaan
Perbedaan yang mendasar adalah pengkatagorian pada sampah
yang dikelola oleh bank sampah di Kota Malang dan di Kota Kamikatsu.
Kita dapat melihat bahwa pengkatagorian sampah di kota kamikatsu
sebanyak 34 katagori dan ini membutuhkan keterampilan dalam
mengkatagorikan tiap sampah dengan pengelolaan yang berbeda. Hal ini
selaras dengan pernyataan yang disampaikan oleh Kazuyuki Kiyohara
selaku anggota dari Zero Waste Academy:
“Of course not everyone is perfect at separating their
garbage. To separate things made from different
material can be quite difficult. Artinya adalah Tentu
saja tidak semua orang sempurna dalam memisahkan
sampah mereka. Untuk memisahkan benda-benda yang
terbuat dari bahan yang berbeda bisa sangat sulit”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem


pengelolaan yang dilakukan bank sampah di Kota Kamikatsu sangat
sulit. Jika dipertinjau lagi memang sistem terlihat sangat rumit, sampai
harus memilah dan membersihkan dan megkatagorikan lagi mulai dari
jenis alumunium, plastik, botol kaca, hingga jenis buah dan sayur –
sayuran. Intinya sistem daur ulang sudah menjadi hal yang diwajibkan di
Jepang dikarenakan kontribusi yang dilakukan oleh bank sampah di Kota
Kamikatsu
Sedangkan untuk di Kota Malang, terdapat suatu area yang
bernama “Area Produksi Cacahan” yang mendaur ulang sampah organik
dan non-organik seperti jenis PET, PP, HDPE, LDPE, dan PS. Sistemm
pengelolaannya. Ada beberapa hal yang diperhatikan selain proses daur
ulang yaitu adanya fasilitas pengembangan keterampilan tenaga kerja
dan transportasi yang dibina oleh PLN terkait dengan distribusi bank
sampah agar meningkatkan produksi dari bank sampah dan terlebih lagi
pada manajerialnya. Adanya dukungan dari pemerintah untuk dalam
bentuk pengadaan mesin press.

2. Perbedaan Inovasi dan Penyelesaiannya


a. Bank Sampah Kota Malang
Berbagai inovasi dari bank sampah di Kota Malang terkait dengan
pengalokasian sampah yaitu sampah bisa dijadikan sebagai tempat
pertukaran transaksi yang ekonomi ke berbagai macam transaksi.
Diantaranya sampah dapat didaur ulang menjadi bentuk kerajinan dengan
kualitas yang bagus seperti halnya pada gambar di bawah ini:
Gambar 1
Bentuk Hasil dari Pengolahan Bank Sampah Kota Malang

Sumber: Detikcom (2018)


Gambar di atas menunjukkan bentuk dari inovasi yang dilakukan
oleh bank sampah di Kota Malang. Bentuk kerajinan menciptakan
kualitas yang bagus dengan nilai produk yang tinggi pula sehingga dapat
diketahui bahwa pengalokasian sampah menjadi bermanfaat bagi
masyarakat dengan adanya produk – produk yang unik dan bagus.
Tak hanya membuat suatu kerajinan, bank sampah Kota Malang
memiliki inovasi berupa transaksi berbagai jenis pembayaran seperti
halnya pada gambar di bawah ini:
Gambar 2
Transaksi Pembayaran dengan Menggunakan Sampah

Sumber: Detikcom (2018)


Bentuk inovasi yang diciptakan oleh bank sampah Kota malang
adalah pengalokasian sampah terhadap transaksi pembayaran jenis apapu
seperti halnya pelayanan pembayaran listrik, telepon, PDAM, dan pulsa
dengan menggunakan sampah. Hal ini adalah wujud dari inovasi yang
dilakukan oleh bank sampah Kota Malang sehingga masyarakat
merasakan manfaat yang didapat dari pengolahan sampah di Kota
Malang.
b. Bank Sampah Kota Kamikatsu
Bentuk dari inovasi yang telah dilakukan oleh bank sampah di
Kota Kamikatsu adalah bentuk kerajinan dengan tingkat kreativitas yang
tinggi pula seperti halnya yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 3
Hasil Pengolahan Bank Sampah Kota Kamikatsu

Sumber: Stories (2015)


Gambar di atas merupakan bentuk dari kerajinan yang telah diolah
oleh bank sampah di Kota Kamikatsu. Selain itu masih banyak inovasi
yang telah dibuat mereka membuat kerajinan seperti mendaur ulang
katagori kain menjadi pakaian kimono, lalu menjadikan berbagai macam
lainnya sepeti boneka teddy bear seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 4
Hasil Pengolahan Bank Sampah Kota Kamikatsu

Sumber: Stories (2015)


Selaras dengan pernyataan yang disampaikan oleh Akira Sakano
Selaku Deputy Chief Officer, Zero Waste Academy. Beliau
menyampaikan bahwa:
“We have a lots of old kimonos or old clotes or these
flags that weren’t used anymore. So we asked all these
grannies, who really had the skill for the sewing, than
they made it into a craft like teddy bears or bags or
what i’am wearing right now, it’s made out of all these
fish flags. That we celebrate and use for the Children’s
Day. Artinya Kami memiliki banyak kimono tua atau
baju lama atau bendera-bendera ini yang tidak
digunakan lagi. Jadi kami meminta semua dari
pengrajin ini, yang benar-benar memiliki keterampilan
untuk menjahit, mereka membuatnya menjadi kerajinan
seperti boneka beruang atau tas atau apa yang saya
kenakan sekarang, itu terbuat dari semua bendera ikan
ini. Yang kami rayakan dan gunakan untuk Hari Anak-
Anak”.

Dari pernyataan di atas terdapat banyak sekali bentuk inovasi yang


dihasilkan oleh bank sampah Kota Kamikatsu, selain itu banyak lagi
yang dihasilkan seperti halnya gelas dengan tampilan yanng elegan dan
perabotan – perabotan. Hal ini menjadikan sampah sangat berguna bagi
masyarakat dan pembisnis lainnya.

3. Kendala dan Solusi


a. Bank Sampah Kota Malang
Masalah yang dihadapi pada bank sampah terletak pada pola pikir
masyarakat yang menganggap bahwa sampah adalah barang buangan
yang harus dijauhi. Solusi yang harus dilakukan dengan cara membuat
langkah preventif dengan cara sosialisasi secara meluas tentang manfaat
pengolahan sampah yang ada.
b. Bank Sampah Kota Kamikatsu
Seringkali masih ditemukan pembakaran sampah sehingga hal tersebut
menjadikan sampah tidak dapat diproses lagi dan berdampak terhadap
lingkungan. Solusinya adalah dengan memberikan tindakan tegas dengan
dukungan dari pemerintah dan dengan memperluas zero waste academy
sehingga seluruh masyarakat dapat mengetahui kemanfatan dari sampah
tersebut.

4. Lesson Learned
Seperti yang diketahui bahwa sampah pada umumnya menjadi barang
yang sudah tidak tepakai lagi dan harus dijauhi. Hal itu hanya akan menciptakan
stigma yang negatif terhadap sampah. jika kitta ambil pelajaran dari dua bank
sampah di atas bahwa sampah bisa menjadi manfaat yang bahkan memiliki value
yang tinggi dengan cara mengelola sampah dan menjadikannya sebagai sesuatu
yang bermanfaat. Selain itu, dengan dilakukan pengolahan sampah, dapat
berdampak kepada kesejahtteraan lingkungan, masyarakat, bahkan ekonomi
dengan memanfaatkan sampah mmenjadi sesuatu yang lebih bernilai.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.youtube.com/watch?v=PosMg7GjUvI&t=2s. Diakses pada tanggal
28 Maret 2018.
https://www.youtube.com/watch?v=eym10GGidQU&t=6s. Diakses pada tanggal
28 Maret 2018.
Peraturan Daerah Kota Malang No. 10 Tahun 2010 tentang Pengolahan Sampah
Kota malang.
Peraturan Republik Indonesia No. 81 Tahun 2012 tentang Pengolahan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah.

Você também pode gostar