Você está na página 1de 18

ANALIS JURNAL

Intervensi Keperawatan pada Penderita Hipertensi

OLEH

UCI LESTARININGSIH NIODE

841718065

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda
maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena
termasuk penyakit yang mematikan. Bahkan, Hipertensi tidak dapat secara
langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya
penyakit yang lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat
meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal
(Pudiastuti, 2013). Menurut American Heart Association (2017), kategori
tekanan darah terbaru bahwa seseorang dengan nilai tekanan darah sistolik
(TDS) lebih dari sama dengan 130 mmHg dan diastolik (TDD) lebih dari sama
dengan 80 mmHg sudah dapat didiagnosis menderita hipertensi.
Menurut data WHO, diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%
orang diseluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan
meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi,
333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang,
termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar/RISKESDAS tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi
pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar
31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan
Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika
dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7%
menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat
pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya
penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%),
dan Papua yang terendah (16,8)%). Sedangkan Provinsi Gorontalo berada
pada peringkat ke 5 (29,4%).
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan organ tubuh menjadi
rusak. Kerusakan tersebut dapat menyerang fungsi-fungsi otak, ginjal, mata
dan bahkan dapat mengakibatkan kelumpuhan organ-organ gerak atau stroke
(Muhammadun, 2010). Darah mengalir karena adanya perubahan tekanan,
dimana terjadi perpindahan dari area bertekanan tinggi ke area bertekanan
rendah (Potter & Perry, 2010). Menurut Junaidi (2011), semakin tinggi
tekanan darah maka semakin tinggi pula risiko untuk mengalami stroke.
Kejadian hipertensi bisa merusak dinding pembuluh darah yang bisa dengan
mudah akan menyebabkan penyumbatan bahkan pecahnya pembuluh darah di
otak.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat ditangani dengan pengobatan
farmakologi dan pengobatan non farmakologi. Pengobatan farmakologi dapat
ditangani melalui obat golongan anti hipertensi seperti diuretik, betablocker
dan vasodilator (Shadine, 2010). Beberapa penderita hipertensi menolak untuk
disiplin meminum obat farmakologi karena efek samping seperti batuk,
pusing, disfungsi seksual, aritmia jantung, dan retensi cairan. Sehingga para
penderita hipertensi memilih pengobatan non farmakologi dalam mengontrol
tekanan darah untuk mengurangi efek samping tersebut (Nurrahmani, 2012).
Terapi non farmakologi yang tepat untuk penderita hipertensi yaitu
dengan hidup sehat dan dapat dilakukan dengan melakukan terapi relaksasi.
Penenangan diri pada terapi relaksasi dapat menstabilkan tekanan darah.
Relaksasi merupakan cara menghilangkan stres sebagai pemicu terjadinya
hipertensi, oleh sebab itu, penderita hipertensi disarankan untuk melakukan
terapi relaksasi (Dalimartha. S, 2008).
Terdapat beberapa teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk penderita
hipertensi yakni, teknik relaksasi otot progresif, teknik relaksasi benson dan
latihan slow deep breathing. Teknik relaksasi otot progresif adalah
memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasikan
otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik
relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Purwanto , 2013). Teknik
relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi
pernapasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien yang dapat
menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien
mencapai kondisi kesejahteraan yang lebih tinggi (Purwanto, 2006).
Sedangkan slow deep breathing merupakan teknik relaksasi yang disadari
berfungsi untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat (Martini,
2006).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
analisis jurnal tentang “Intervensi Keperawatan pada Penderita Hipertensi”
1.2. Tujuan
Membandingkan beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
1.3. Manfaat
1.3.1. Manfaat Teoritis
Bagi Program Studi Profesi Ners, diharapkan analisis jurnal ini dapat
dijadikan sebagai perkembangan teori yang dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi dunia kesehatan khususnya bidang keperawatan.
1.3.2. Manfaat Praktik
a. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan pedoman dalam
memberikan tindakan mandiri keperawatan khususnya untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
b. Bagi Perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi perawat dalam memberikan tindakan mandiri keperawatan
khususnya untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
c. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit
dalam melaksanakan tindakan mandiri keperawatan untuk menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi khusunya di ruang Interna lantai
2.
BAB II
METODE DAN TINJAUAN TEORITIS
2.1. Metode Pencarian
Analisis jurnal dilakukan dengan mengumpulkan artikel hasil publikasi
ilmiah tahun 2013 – 2018 dengan penelusuran menggunakan data based
google scholar, portal garuda. Strategi pencarian literature penelitian yang
relevan untuk analisis jurnal dapat dilihat pada skema dibawah ini.

Relaksasi otot progresif, n = 2.340


Identifikasi Relaksasi otot progresif untuk tekanan darah, n =
220
Relaksasi otot progresif untuk tekanan darah
pada penderita hipertensi, n = 4

Google Scholar

Teknik relaksasi benson, n = 342


Teknik relaksasi benson untuk tekanan darah, n =
256
Teknik relaksasi benson untuk tekanan darah
pada penderita hipertensi, n = 2

Portal Garuda Slow deep breathing, n = 13


Slow deep breathing pasien hipertensi, n = 2

PDF

FULL TEXT Google Scolar n=2


Screening
Bahasa Inggris Portal Garuda n=1

Bahasa Indonesia

Tahun 2013-2018
Intervensi keperawatan yang
Kelayakan digunakan untuk
menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi

Intervensi Keperawatan Google Scolar n=2


Analisis pada Penderita Hipertensi
Portal Garuda n=1
2.2. Konsep tentang Tinjauan Teoritis
2.2.1. Hipertensi
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah kondisi medis
dimana tekanan darah dalam arteri meningkat melebihi batas normal.
Tekanan darah adalah menunjukkan tingkat kekuatan dorongan darah pada
permukaan pembuluh darah arteri pada saat darah dipompa oleh jantung.
Tekanan pada pembuluh darah arteri disebabkan oleh pemompaan untuk
mengalirkan darah ke seluruh tubuh oleh jantung (Kristanti, 2013).
Menurut Bustan (2015) Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan
darah yang akan memberi gejala lanjut ke suatu organ target seperti stroke
(untuk otak) penyakit jantung coroner (untuk pembuluh darah jantung) dan
hipertropi ventrikel kanan/ hipertropi ventrikel kiri (untuk otot jantung).
Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi
penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi.
Menurut Riyadi (2014), faktor penyebab hipertensi dibagi menjadi 2
macam yaitu: Hipertensi esensial/hipertensi primer. Penyebab dari
hipertensi ini belum diketahui, namun faktor risiko yang di duga kuat
adalah karena beberapa faktor antara lain : Keluarga dengan riwayat
hipertensi, pemasukan sodium berlebih, konsumsi kalori berlebih,
kurangnya aktifitas fisik, pemasukan alcohol berlebih, rendahnya
pemasukan potassium, lingkungan. Hipertensi sekunder: hipertensi renal.
Penyebab dari hipertensi jenis ini secara spesifik seperti: penggunaan
estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan.
Biasanya tanpa ada gejala atau tanda-tanda yang spesifik. Pada kasus
hipertensi berat, gejala yang mungkin dialami klien antara lain yaitu sakit
kepala, perdarahan hidung, perubahan penglihatan, mual muntah,
kesemutan pada kaki dan tangan, sesak nafas, kejang atau koma, nyeri dada
(Riyadi, 2014)
Hipertensi adalah proses degeneratif sistem sirkulasi yang dimulai
dengan aterosklerosis, yakni gangguan struktur anatomi pembuluh darah
perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah/arteri. Kekakuan
pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan
pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer.
Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya
pemompaan jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah
dalam sistem sirkulasi. Dengan demikian, proses patologis hipertensi
ditandai dengan peningkatan tahanan perifer yang berkelanjutan sehingga
secara kronik dikompensasi oleh jantung dalam bentuk hipertensi (Bustan,
2015).
2.2.2. Relaksasi Otot Progresif
Terapi relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik pengelolaan
diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis
(Ramdhani et al., 2009). Efek dari terapi relaksasi otot progresif adalah
dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dan tanpa
adanya efek samping (Alimansur et al., 2013).
Terapi relaksasi otot progresif dapat meningkatkan relaksasi dengan
menurunkan aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf
parasimpatis sehingga terjadi vasodilatasi diameter arteriol. Saraf
parasimpatis akan melepaskan asetilkolin untuk menghambat aktivitas saraf
simpatis dengan menurunkan kontraktilitas otot jantung, vasodilatasi
arteriol dan vena (Muttaqin, 2009). Menurut Aaronson et al. (2010),
asetilkolin yang dibebaskan ke dinding pembuluh darah akan merangsang
sel-sel endothelium pada pembuluh darah untuk mensintesis dan
membebaskan nitrit oksida (NO), NO akan memberikan sinyal kepada sel-
sel otot polos di sekitarnya untuk berelaksasi.
2.2.3. Relaksasi Benson
Menurut Benson dalam Purwanwo (2006) relaksasi adalah suatu
prosedur untuk membantu individu berhadapan pada situasi yang penuh
stress. Relaksasi benson atau relaksasi religius merupakan pengembangan
dari respon relaksasi yang dikembangkan oleh Benson, dimana relaksasi ini
merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan agama yang
dianut. Relaksasi Benson merupakan pengembangan metode respon
relaksasi pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang
dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu
pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahtraan yang lebih tinggi.
2.2.4. Slow Deep Breathing
Slow deep breathing merupakan teknik relaksasi yang disadari
berfungsi untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat (Martini,
2006). Penelitian menunjukkan bahwa latihan slow deep breathing dapat
memberikan hasil yang baik dan efektif untuk menurunkan tekanan darah
dibandingkan dengan seseorang yang tidak melakukan latihan. Keefektifan
latihan ini dilakukan sebanyak 6x/menit bernafas normal dan kontrol
pernafasan lambat pada penderita hipertensi (Sepdianto, Nurachmah, dan
Gayatri, 2010).
Pernapasan lambat meningkatkan sensitivitas baroreflex dan
mengurangi aktivitas simpatis dan aktivasi chemoreflex, itu menunjukkan
efek berpotensi menguntungkan dalam hipertensi dimana baroreflex adalah
sistem dalam tubuh yang mengatur tekanan darah dengan mengontrol
denyut jantung, kekuatan kontraksi jantung, dan diameter pembuluh darah.
Pernapasan lambat mengurangi tekanan darah dan meningkatkan
sensitivitas baroreflex pada pasien hipertensi. Efek ini muncul berpotensi
menguntungkan dalam pengelolaan hipertensi (Mohamed 2013)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil

Author/Penulis Judul/Tahun Metode Hasil Source


Pius, A.L. Effectiveness Quantitative Terdapat International
Berek, Elly of Slow dengan penurunan Journal of
Nurachmah, Deep pretest dan tekanan Science and
Dewi Gayatri Breathing on posttest darah Technology
Decreasing control group yang
Blood signifikan
Pressure in dengan p-
Primary value
Patients in sistolik =
Atambua, 0,002 dan
East Nusa p-value
Tenggara distolik =
(2015) 0,007.
Ni Putu Emy Pengaruh Pre- Terdapat Portal
Darma Yanti, Slow Deep eksperimenta pengaruh Garuda
Ida Ayu Breathing l dengan yang
Laksmi terhadap desain one signifikan
Mahardika, Ni Tekanan group pre test pemberian
Ketut Guru Darah pada post test slow deep
Prapti Penderita design breating
Hipertensi di terhadap
Wilayah tekanan
Kerja darah
Puskesmas I dengan p-
Denpasar Value =
Timur 0,000
(2016)
Endar Sulis Efektifitas Quasi Terdapat Google
Tyani, Wasisto Relaksasi experimental pengaruh Scholar
Utomo, Yesi Otot dengan yang
Hasneli N Progresif rancangan signifikan
terhadap penelitian pemberian
Tekanan yaitu non- relaksasi
Darah pada equivalent otot
Penderita control progresif
Hipertensi group. terhadap
Esensial tekanan
(2015) darah
dengan p-
Value =
0,000
Laras Pratiwi, Pengaruh Quasi Terdapat Google
Yesi Hasneli, Teknik experiment pengaruh Scholar
Juniar Relaksasi dengan yan
Ernawaty Benson dan pendekatan signifikan
Murottal Al- non- yakni p-
Qur’an equivalent Value
terhadap control group sistol =
Tekanan 0,000 dan
Darah pada p-Value
Penderita diastole =
hipertensi 0,001
Primer
(2015)
3.2. Pembahasan
3.2.1. Slow Deep Breathing pada Hipertensi
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pius A.L. Berek et al, hasil yang
didapatkan adalah rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik secara
signifikan berbeda antara kelompok-kelompok setelah diet RG, kelompok
SDB, dan kombinasi SDB dan RG serta kelompok kontrol. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa SDB dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan
diastolik 28,59 mmHg dan 16,29 mmHg,
Temuan dari penelitian ini didukung oleh hasil studi Pal, (Velkumary
& Madanmohan, 2003) yang mengatakan bahwa latihan bernafas lambat
dapat meningkatkan fungsi otonom dengan mengubah aktivitas simpatis
dan parasimpatis. latihan pernapasan lambat dapat meningkatkan aktivitas
parasimpatis, menurunkan aktivitas simpatis, meningkatkan fungsi jantung
dan pernapasan dan mengurangi efek stres.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Erny Darma Yanti et al,
uji statistik terhadap nilai tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum serta
sesudah latiahan slow deep breathing mendapatkan hasil yaitu nilai
signifikan (p)=0,000 yang berarti terdapat perbedaan tekanan darah sistolik
dan diastolik yang bermakna antara sebelum serta setelah intervensi pada
pasien hipertensi
Slow deep breathing termasuk ke dalam salah satu metode relaksasi.
Pada saat relaksasi terjadi perpanjangan serabut otot, menurunnya
pengiriman implus saraf ke otak, menurunnya aktivitas otak, dan fungsi
tubuh yang lain, krakteristik dari respon relaksasi ditandai oleh menurunnya
denyut nadi, jumlah pernafasan dan penurunan tekanan darah (Potter &
Perry, 2006). Penelitian mengenai slow deep breathing yang dilakukan oleh
Critchley, et al tahun 2015 mendapatkan hasil slow deep breathing dapat
memengaruhi cortex cerebri dan bagian medulla yang positif berhubungan
dengan relaksasi sistem saraf yang mampu mempengaruhi mekanisme
penurunan tekanan darah.
Slow deep breathing berpengaruh terhadap modulasi sistem
kardiovaskular yang akan meningkatkan fluktuasi dari interval frekuensi
pernafasan dan berdampak pada peningkatan efektifitas barorefleks serta
dapat berkontribusi terhadap penurunan tekanan darah (Sepdianto,
Nurachmah, & Gayatri, 2010).
Pengaruh slow deep breathing terhadap sensitivitas barorefleks
terbukti secara signifikan berpengaruh. Barorefleks akan mengaktifkan
sistem parasimpatis yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah,
penurunan output jantung dan akan mengakibatkan tekanan darah menurun
(Fatimah & Setiawan, 2009). Pernafasan yang dalam dan lambat akan
meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh dan merangsang kemoreseptor
tubuh. Rasangan pada kemoreseptor tubuh akan mengakibatkan respon
vasodilatasi pembuluh darah dan menurunan tekanan vaskular sehingga
tekanan darah turun (Fatimah & Setiawan, 2009).
3.2.2. Relaksasi Otot Progresif pada Hipertensi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endar Sulis Tyani, et al
didapatkan rata-rata tekanan darah pada kelompok eksperimen sebelum
diberikan relaksasi otot progresif yaitu sistole 156,60 mmHg dan diastole
94,47. Sedangkan hasil rata-rata tekanan darah setelah diberikan relaksasi
otot progresif yaitu sistole 146,53 mmHg dan diastole 88,20 mmHg, dari
hasil tersebut didapatkan rata-rata tekanan darah pada kelompok
eksperimen mengalami penurunan sebanyak sistole 10,07 mmHg dan
diastole 6,27 mmHg.
Hasil uji t dependent rata-rata tekanan darah sistole sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai p value
sebesar 0,001 dan rata-rata tekanan darah diastole sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai p value sebesar
0,000, berarti nilai p value < α(0,05), artinya ada perbedaan yang signifikan
rata-rata tekanan darah sistole dan diastole sebelum dan sesudah diberikan
intervensi pada kelompok eksperimen, sedangkan hasil uji t independent
rata-rata tekanan darah sistole sesudah intervensi pada kelompok
eksperimen dan kontrol yang tidak diintervensi menunjukkan nilai p value
0,000 dan rata-rata tekanan darah diastole sesudah intervensi pada
kelompok eksperimen dan kontrol yang tidak diintervensi menunjukkan p
value 0,000, berarti nilai p value < α(0,05), artinya ada perbedaan yang
signifikan rata-rata tekanan darah sistole dan diastole sesudah diberikan
intervensi pada kelompok eksperimen dan kontrol.
Relaksasi pada dasarnya berhubungan dengan sistem kerja saraf
manusia, yang terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom (saraf
simpatis dan saraf parasimpatis). Menurut Murti (2011), keadaan rileks
mampu menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul yang disebut
oksida nitrak (NO). molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah
sehingga dapat mengurangi tekanan darah.
Relaksasi otot progresif dapat meningkatkan relaksasi dengan
menurunkan aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf
parasimpatis sehingga terjadi vasodilatasi diameter arteriol. Sistem saraf
parasimpatis melepaskan neurotransmitter asetilkolin untuk menghambat
aktivitas saraf simpatis dengan menurunkan kontraktilitas otot jantung,
vasodilatasi arteriol dan vena kemudian menurunkan tekanan darah
(Muttaqin, 2009)
Asetilkolin membantu mengatur memori di otak dan memepengaruhi
tindakan otot rangka dan otot polos di sistem saraf perifer. Neurotransmitter
asetilkolin yang dibebaskankan oleh neuron kedinding pembuluh darah
akan merangsang sel-sel endothelium pada pembuluh tersebut untuk
mensintesis dan memebebaskan NO, NO akan memberikan sinyal kepada
sel-sel otot polos disekitarnya untuk berelaksasi, sehingga pembuluh
berdilatasi (membesar) (Aaronson & Ward, 2010).
3.2.3. Relaksasi Benson pada Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Laras Pratiwi, et al
hasil uji t dependent mean tekanan darah sistol sebelum (pretest) dan
sesudah (posttest) intervensi pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai
p-value sebesar 0,000 dan mean tekanan darah diastol sebelum (pretest) dan
sesudah (posttest) intervensi pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai
p-value sebesar 0,001, berarti nilai p-value < α (0,05). Sedangkan pada
kelompok kontrol didapatkan tidak adanya penurunan tekanan darah, justru
ditemukan peningkatan tekanan darah.
Menurut Benson dalam Purwanto (2006), relaksasi benson atau
relaksasi religius merupakan pengembangan dari respon relaksasi yang
dikembangkan oleh Benson, dimana relaksasi ini merupakan gabungan
antara relaksasi dengan keyakinan agama yang dianut. Relaksasi
Benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernafasan
dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan
suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai
kondisi kesehatan dan kesejahtraan yang lebih tinggi.
Kustanti (2008) menyatakan bahwa teknik relaksasi benson dapat
melatih tubuh dengan mengatur irama pernafasan secara baik dan benar
sehingga pemusatan pikiran dan penghayatan akan lebih mempercepat
penyembuhan dan menghilangkan stres (depresi) atau memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Hasil penelitian Aryana dan Novitasari (2013)
bahwa ada pengaruh yang signifikan teknik relaksasi benson terhadap
penurunan tingkat stess pada lansia. Terapi relaksasi mampu menurunkan
kadar kortisol yaitu hormon stress yang berkontribusi besar dalam tekanan
darah tinggi.
3.3. Implikasi Keperawatan
Dengan analisis jurnal ini diharapkan beberapa intervensi tersebut dapat
diterapkan pada pelaksanaan tindakan keperawatan mandiri oleh perawat guna
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
4.1.1. Slow Deep Breathing pada Hipertensi
Slow deep breathing memberi pengaruh terhadap peningkatan respon
sensitivitas baroreflex. Barorefleks akan mengaktifkan sistem
parasimpatis yang mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah,
penurunan output jantung dan akan mengakibatkan tekanan darah
menurun.
4.1.2. Relaksasi Otot Progresif pada Hipertensi
Relaksasi otot progresif dapat memicu aktivitas memompa jantung
berkurang dan arteri mengalami pelebaran, sehingga banyak cairan yang
keluar dari sirkulasi peredaran darah. Hal tersebut akan mengurangi
beban kerja jantung karena pada penderita hipertensi mempunyai denyut
jantung yang lebih cepat untuk memompa darah akibat dari peningkatan
darah.
4.1.3. Relaksasi Benson pada Hipertensi
Teknik relaksasi benson dapat melatih tubuh dengan mengatur irama
pernafasan secara baik dan benar sehingga pemusatan pikiran dan
penghayatan akan lebih mempercepat penyembuhan dan menghilangkan
stres (depresi) atau memelihara dan meningkatkan kesehatan.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi Program Studi Profesi Ners
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan teori dan bahan
bacaan tentang keperawatan medikal bedah.
4.2.2. Bagi Perawat
Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi perawat dalam tindakan mandiri keperawatan dalam mengurangi
tekanan darah pada penderita hipertensi.
4.2.3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi Rumah Sakit
dalam penggunaan terapi komplementer yakni, slow deep breathing,
relaksasi otot progresif, dan relaksasi benson dapat dipertimbangkan
untuk menjadi salah satu tindakan pada pasien yang mengalami
peningkatan tekanan darah dalam upaya peningkatan pelayanan di
Fasilitas Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, P.I & Ward, J.P.T. (2010). At A Glance Cardiovascular System.
Jakarta : Erlangga.
Alimansur, M & Anwar, MC. (2013). Efek Relaksasi Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi.
American College of Cardiology/American Heart Association. (2017). Guideline
for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of High Blood
Pressure in Adults.
Aryana, K. O & Novitasari, D. (2013). Pengaruh teknik relaksasi benson
terhadap penurunan tingkat stress lansia di unit rehabilitasi sosial wening
wardoyo ungaran.
Bustan, M. N. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Rineka Cipta.
Critchley, H. D., Nicotra, A., Chiesa, P. A., Nagai, Y., Gray, M. A., Minati, L., &
Bernardi, L. (2015). Slow breathing and hypoxic challenge:
Cardiorespiratory consequences and their central neural substrates.
Dalimartha. S, P. B. (2008). Care Your Self Hipertensi Cetakan 1. Penerbit Plus.
Fatimah, S. & Setiawan, R. (2009). Fisiologi kardiovaskular berbasis masalah
keperawatan. Jakarta: EGC
Joseph, C.N., Cesare, P., Gaia,C., Nadia,C., Mara, M., Marco R., & Luciano, B.
(2006). Slow breathing improves arterial baroreflex sensitivity and
decreases blood pressure in essential hypertension.
Junaidi, I. (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer Kelompok Gramedia.
Kristanti, H. (2013). Mencegah & Mengobati 11 Penyakit Kronis. Yogyakarta:
Citra Pustaka.
Kustanti, E. (2008). Pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan status mental
klien skizofrenia di Rumah sakit jiwa daerah Surakarta
Martini, F. (2006). Fundamentals of anatomy & physiology. Seventh Edition,
Pearson: Benjamin Cummings.
Mohamed, Labiba E., Hanafy, N. F., El-Naby, A. G. A. (2013). Effect of slow deep
breathing exercise on blood pressure and heartrate among newly
diagnosed patients with essential hypertension.
Muhammadun. (2010). Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta: INn-Books.
Murti T. (2011). Perbedaan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Esensial
Sebelum dan Sesudah Pemberian Relaksasi Otot Progresif di RSUD
Tugurejo Semarang.
Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Nurrahmani, U. (2012). Stop Hipertensi. Yogyakarta: Familia
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Practice
Edisi 7 Vol. 3. Jakarta: EGC.
Pudiastuti, R. D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Purwanto, B. (2013). Herbal dan Keperawatan Komplementer. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Purwanto. (2006). Relaksasi dzikir. Jurnal psikologi universitas Muhammadiyah
semarang.
Ramdhani, N., & Putra, A. A. (2009). Pengembangan multimedia relaksasi.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia.
Riyadi, S. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shadine, M. (2010). Mengenal penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke dan
Serangan Jantung. Jakarta: keenbooks.
Sepdianto, T.C., Nurachmah, E., dan Gayatri, D. (2010) Penurunan Tekanan
Darah dan Kecemasan Melalui Latihan Slow Deep Breathing pada Pasien
Primer.
Yonata, A. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus Terjadinya Stroke.

Você também pode gostar

  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Documento1 página
    Surat Pernyataan
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Ners Pengkajian
    Ners Pengkajian
    Documento5 páginas
    Ners Pengkajian
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Anemia Leaflet
    Anemia Leaflet
    Documento2 páginas
    Anemia Leaflet
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Lingkungan Fisik
    Lingkungan Fisik
    Documento6 páginas
    Lingkungan Fisik
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Rancangan Kegiatan Kelompok 7 DBD
    Rancangan Kegiatan Kelompok 7 DBD
    Documento5 páginas
    Rancangan Kegiatan Kelompok 7 DBD
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Lingkungan Fisik
    Lingkungan Fisik
    Documento6 páginas
    Lingkungan Fisik
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Log Book VK
    Log Book VK
    Documento11 páginas
    Log Book VK
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Mita Septiani Saadul
    Mita Septiani Saadul
    Documento10 páginas
    Mita Septiani Saadul
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • RANCANGAN KEGIATAN Kelompok 7 6 Langkah Cuci Tangan
    RANCANGAN KEGIATAN Kelompok 7 6 Langkah Cuci Tangan
    Documento4 páginas
    RANCANGAN KEGIATAN Kelompok 7 6 Langkah Cuci Tangan
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Tetanus Rubah
    Tetanus Rubah
    Documento2 páginas
    Tetanus Rubah
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Poa Lansia
    Poa Lansia
    Documento2 páginas
    Poa Lansia
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Poa MMD Iii
    Poa MMD Iii
    Documento2 páginas
    Poa MMD Iii
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Menggosok Gigi
    Menggosok Gigi
    Documento2 páginas
    Menggosok Gigi
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Sap Thypoid
    Sap Thypoid
    Documento5 páginas
    Sap Thypoid
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Format Pengkajian Komunitas
    Format Pengkajian Komunitas
    Documento12 páginas
    Format Pengkajian Komunitas
    Vevi Inaku
    Ainda não há avaliações
  • Inda Pratiwi Ahmad P Tugas Pendahuluan
    Inda Pratiwi Ahmad P Tugas Pendahuluan
    Documento7 páginas
    Inda Pratiwi Ahmad P Tugas Pendahuluan
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Menggosok Gigi
    Menggosok Gigi
    Documento2 páginas
    Menggosok Gigi
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Waralaba
    Waralaba
    Documento9 páginas
    Waralaba
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Kehamilan Ektopik Tergangguu
    Kehamilan Ektopik Tergangguu
    Documento9 páginas
    Kehamilan Ektopik Tergangguu
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Molahidatidosa
    Molahidatidosa
    Documento10 páginas
    Molahidatidosa
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Pre Matur
    Pre Matur
    Documento6 páginas
    Pre Matur
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Molahidatidosa
    Molahidatidosa
    Documento10 páginas
    Molahidatidosa
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Hiv Parasitologi
    Hiv Parasitologi
    Documento2 páginas
    Hiv Parasitologi
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Pre Matur
    Pre Matur
    Documento6 páginas
    Pre Matur
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Pathway Hepatitis Wahyu Fix
    Pathway Hepatitis Wahyu Fix
    Documento2 páginas
    Pathway Hepatitis Wahyu Fix
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Askep Fraktur
    Askep Fraktur
    Documento49 páginas
    Askep Fraktur
    Ima Latief
    Ainda não há avaliações
  • Pre Matur
    Pre Matur
    Documento6 páginas
    Pre Matur
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • ASKEP Hepatitis
    ASKEP Hepatitis
    Documento16 páginas
    ASKEP Hepatitis
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações
  • Sofie Titip
    Sofie Titip
    Documento6 páginas
    Sofie Titip
    Uci Lestari Ningsih Niode
    Ainda não há avaliações