Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH
NAMA : NURFAIDAH
NIM : E1C015047
2.2 Sintaksis
PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini adalah data kebahasaan yang bersumber dari informan, yang di
ambil dari penutur asli bahasa bima yang berada di kecamatan ambalawi. Informan diambil
dari kelompok social serta penduduk asli yang menetap serta mampu menguasai bahasa
bima di daerah penelitian.
Jenis data pada penelitian ini berupa ucapan yang menggunakan bahasa bima di desa kole
kecamatan ambalawi. Bentuk tutur yang dimaksud berupa kalimat dan percakapan.
Dinamakan metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data, dengan cara
menyimak penggunaan bahasa (Mahsun, 2011:92). Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data lisan, yaitu data berupa penggunaan partikel di dalam percakapan sehari-
hari oleh penutur bahasa bima di desa kole kecamatan ambalawi. Untuk memperoleh data
yang dibutuhkan dengan metode ini, peneliti menggunakan teknik lanjutan yang berupa
teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan teknik simak libat cakap (SLC). Berdasarkan
teknik tersebut, peneliti terlibat langsung dalam percakapan sehari-hari dengan penutur.
Dalam hal ini, peneliti menyatu dengan partisipan yang hendak disimak perilaku tuturnta
seringga data yang di dapat benar-benar sesuai dengan keinginan.
3.2.2 Metode Cakap (wawancara)
Metode cakap atau dalam penelitian ilmu social di kenal dengan nama wawancara atau
interview merupakan salah satu metode yang digunakan dengan cara peneliti melakukan
percakapan atau kontak dengan penutur selaku narasumber (Mahsun,2011:250).
Adanya percakapan antara peneliti dengan informan mengandung arti terdapat interaksi
antara peneliti dengan informan. Dengan demikian data diperoleh melalui penggunaan
bahasa lisan dengan teknik pancingan dan catat dengan tujuan untuk memunculkan data
kebahasaan berupa penggunaan partikel di dalam percakapan sehari-hari oleh pentur bahasa
bima di kecamatan ambalawi sehingga data yang di dapat sesuai dengan tujuan diasakannya
penelitian ini.
Metode ini merupakan metode penyediaan data dengan memanfaatkan intuisi kebahasaan
peneliti yang meneliti bahasa yang dikuasainya (bahasa ibunya) untuk menyediakan data
yang diperlukan bagi analisis sesuai dengan tujuan penelitiannya (Mahsun,2011:104).
Setelah data terkumpul kemudian langkah selanjutnya adalah analisis data. pada tahap ini
peneliti menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan metode padan intra lingual,
karena sesuai dengan jenis dan tujuan dari penelitian ini. Metode padan intraligual adalah
metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsure-unsur yang bersifat lingual,
baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda
(Mahsun,2011:259).
Data dalam penelitian ini diolah menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu fokusnya
pada penunjukan makna,deskripsi, penjernihan dan penempatan data pada konteksnya
masing-masing dan sering kali melukiskannya dalam bentuk kata-kata dari pada angka-angka
(Mahsun.2011:257).
Menggunakan metode di atas, peneliti dapat menentukan bentuk dari penggunaan partikel dalam
percakapan sehari-hari secara praktis yakni melalui analisis morfologis, sintaksis, semantic
sehingga data yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dengan mudah dimengerti.
Dalam bahasa bima terdapat beberapa partikel penegas yang sering digunakan dalam bertutur.
Partikel dapat mempengaruhi intonasi dari kalimat yang diiringanya. Peneliti menemukan
beberapa bentuk partikel penegas yang memiliki arti masing-masing, diantaranya (1) Partikel
penegas “pu” digunakan untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya, (2) Partikel penegas “re”
digunakan dalam kalimat deklaratif, (3) Partikel penegas “ni” digunakan sebagai penegasan
perinta, (4) partikel penegas “e” digunakan sebagai pengungkap rasa pembicara, (5) Partikel
penegas “ra” digunakan sebagai ungkapan persetujuan seseorang.
3.5.2 Makna Partikel Penegas dalam bahasa bima
a. Partikel penegas “pu” digunakan untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya
Ibu : Rija, mai wa’u ana
Anak : Bune kaina?
Ibu : Ede mai wa’u pu samporo, bune ndei bade kaim.