Você está na página 1de 5

From Pengajuan Judul Skripsi

Program Studi Ners Tahap Akademik


Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak

Nama Mahasiswa : AHMAD SYAHID


Nim : SR152090021
Program Ners : Reguler A/ Reguler B/Reguler B Kelas Khusus
Pembimbing : Supriadi, S.Kp MHS
Judul / Tema Penelitian : Analisis Faktor Terjadinya Ulkus Diabetiku Pada Pasien Dm
Type 2

Fenomena dan Latar Belakang

Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein yang berhubungan dengan defisiensi relatif atau absolut sekresi insulin yang ditandai dengan
hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan. Penyakit DM ini
merupakan salah satu ancaman utama bagi umat manusia pada abad 21 ini. Badan WHO
memperkirakan, pada tahun 2000 jumlah pengidap penyakit DM yang berusia di atas 20 tahun
berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian pada tahun 2025, jumlah itu
akan meningkat menjadi 300 juta orang.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), tahun 2012 terdapat lebih dari 371 juta individu
dengan diabetes di dunia. Indonesia sendiri menempati urutan ke-7 dari 10 negara dengan jumlah penderita
sekitar 7,6 juta dan estimasi angka kematian pada tahun 2012 sebanyak 155 ribu jiwa.2 Pada tahun 2007,
proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki
peringkat ke-2 yaitu 14,7%, sedangkan di daerah pedesaan, DM menduduki peringkat ke-6 yaitu 5,8% (hasil
Riskesdas tahun 2007).3

Saat ini pengelolaan DM menjadi lebih rumit dan lebih intensif dan lebih mahal.4 Jika tidak
ditangani dengan baik, maka angka kejadian komplikasi kronik DM akan meningkat, termasuk
komplikasi ulkus kaki diabetik.

Ulkus diabetikum adalah keadaan ditemukannya infeksi, tukak dan atau destruksi ke jaringan
kulit yang paling dalam di kaki pada pasien Diabetes Mellitus (DM) akibat abnormalitas saraf dan
gangguan pembuluh darah arteri perifer. Ulkus diabetikum dapat dicegah dengan melakukan
intervensi sederhana sehingga kejadian angka amputasi dapat diturunkan hingga 80%. Amputasi
memberikan pengaruh besar terhadap seorang individu, tidak hanya dari segi kosmetik tapi juga
kehilangan produktivitas, meningkatkan ketergantungan terhadap orang lain serta biaya mahal yang
dikeluarkan untuk penyembuhan. Penelitian ini memberikan pengetahuan tentang faktor risiko
terjadinya ulkus diabetikum agar angka mortalitas dan morbiditas dapat di kurangi. Jenis penelitian
ini adalah retrospektif observasional dengan mengumpulkan data menggunakan wawancara,
kuisoner, dan pemeriksaan fisik pada pasien diabetes mellitus yang di rawat jalan dan inap di RSUP
DR. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang periode Januari-Maret 2014. Analisis data terhadap 6
variabel di dapatkan Jenis kelamin (p =0,595; OR=0,654) lama DM (p=1,000; OR = 1,158),
neuropati (p=0,411; OR=1,833), PAD (p=0,004; OR), trauma (p=0, 02; OR= 4), dan perawatan kaki
(p=1,000; OR=1,158). Berdasarkan uji statistik Chi-Square didapatkan 2 variabel yang memiliki
hubungan bermakna dengan kejadian ulkus diabetikum yaitu PAD dan trauma. Sedangkan, hasil uji
statistik regresi logistik ganda menyatakan bahwa lama DM, neuropati, PAD, riwayat trauma, dan
perawatn kaki merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum. PAD dan trauma adalah faktor
yang paling berpengaruh.
Masalah ulkus kaki diabetik masih merupakan suatu permasalahan yang besar, sebagian
besar perawatan penyakit DM di RSUD Dok II Jayapura hampir selalu menyangkut ulkus kaki
diabetik. Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan 25%
(data RSUPNCM tahun 2003).
Estrogen merupakan faktor protektif terhadap penyakit athresklerosis sehingga perempuan
pada usia tersebut lebih rentan terkena ulkus diabetikum. Faktor rata-rata usia pasien DM pada
penelitian ini menyebabkan pasien ulkus lebih banyak didapatkan pada perempuan dibandingkan
laki-laki.
Hasil analisis data menunjukan tidak ada hubungan signifikan antara lama DM dengan
kejadian ulkus diabetikum (p=0.491 atau p>0.05). Namun, presentase menyatakan bahwa pasien
dengan ulkus lebih banyak terjadi pada pasien dengan lama DM ≥ 5 tahun. Hal ini sesuai dengan
penelitian Boyko yang mendapatkan bahwa pasien ulkus rata-rata mengalami DM selama 11.4
tahun.¹² Menurut kepustakaan lama DM ≥ 5 tahun merupakan faktor risiko terjadiya ulkus
diabetikum karena neuropati cenderung terjadi sekitar 5 tahun lebih atau sama dengan setelah
menderita DM.¹³ Hal tersebut dikarenakan semakin lama menderita DM maka kemungkinan
terjadinya hiperglikemia kronik semakin besar. Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan
komplikasi DM yaitu retinopati, nefropati, PJK, dan ulkus dabetikum.
Menurut penelitian Reiber hampir 45-60% pasien ulkus diabetikum mengalami neuropati.¹
Neuropati yang paling sering menyebabkan ulkus pada pasien DM adalah neuropati sensorik.¹³
Kehilangan sensasi di kaki menyebabkan pasien tidak dapat mengetahui dan merasakan apabila
terjadi luka di kaki. Luka yang terlambat diketahui ini menyebabkan terjadi ulkus diabetikum.¹
Neuropati lainnya adalah neuropati motorik yang menyebabkan deformitas pada kaki dan bagian
yang mengalami deformitas sering menjadi tempat terjadi ulkus berulang setelah ulkus sebelumnya
sembuh. Selanjutnya neuropati otonom sering menyebabkan kulit pasien ulkus kering dan retak.
Keadaan tersebut merupakan media tempat mudahnya berkembangbiak bakteri. Menurut
kepustakaan neuropati merupakan faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum.
Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,019 (< 0,05), dapat disimpulkan
ada hubungan yang signifikan antara lama menderita DM dengan kejadian Ulkus Diabetika pada
penderita DM di RSUD. Dr. Soedarso Pontianak. Dari hasil analisa diperoleh nilai OR = 3,102 (95% CI
= 1,189 – 8,095).
Mayoritas responden menderita DM lebih dari atau sama dengan 8 tahun pada responden ulkus
dan tidak ulkus. Proporsi responden antara ada riwayat ulkus dengan lama menderita DM >8 tahun
sebesar 56,3% dan responden tidak ada riwayat ulkus sebelumnya sebesar 43,8%. Semakin lama
seseorang mengalami DM, maka ia makin berisiko mengalami komplikasi. Komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita diabetes salah satunya yaitu neuropati diabetik. Komplikasi ini dapat menjadi
faktor kejadian ulkus diabetika.

Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,000 (<0,05), dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tidak rutin berolahraga dengan kejadian Ulkus Diabetika
pada Penderita DM di RSUD. Dr. Soedarso Pontianak. Dari hasil analisa diperoleh nilai OR = 7,354
(95% CI = 2,625-20,599).
Sesuai dengan teori, aktivitas fisik (olahraga) sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah,
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki
kadar glukosa darah darah.5 Kadar glukosa darah yang terkendali akan mencegah komplikasi kronik
Diabetes mellitus.
Hasil wawancara juga menunjukkan hampir seluruh responden DM dan Ulkus diabetika
mengatakan tidak pernah berolahraga dengan alasan kesibukan pekerjaan, keluhan yang lemah, serta
anggapan bahwa kesibukan sehari-hari sudah cukup dikategorikan sebagai bentuk olahraga.
Latihan olahraga secara teratur 3-4 kali setiap minggu selama kurang lebih setengah jam
sifatnya CRIPE (Continous, Ritmikal, Interval, Progresive, Edurance Training).13 Latihan Kontinyu
diberikan secara berkesinambungan, dilakukan terus menerus tanpa berhenti, contoh bila dipilih
jogging selama 30 menit, maka selama 30 menit pengidap melakukan jogging tanpa istirahat.

Berdasarkan uji statistik uji Chi-square diperoleh nilai p value = 0,485 (> 0,05) dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian Ulkus
Diabetika pada Penderita DM di RSUD. Dr. Soedarso Pontianak.
Penggunaan aktivitas fisik disini yaitu energi untuk aktivitas fisik yang berisiko terhadap
kejadian ulkus ditempat kerja seperti pekerjaan menggali atau kontruksi bangunan, duduk-duduk bersila
sambil nonton tv, bersantai dan lain-lain. Orang yang banyak berdiam diri atau kurang gerak mempunyai
resiko lebih besar menderita DM, dibandingkan seseorang yang banyak aktivitas

Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,020 (< 0,05) dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan berobat dengan kejadian Ulkus Diabetika pada
Penderita DM di RSUD. Dr. Soedarso Pontianak. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 3,423 (95% CI
= 1,180-7,909).
Dalam studi kohortnya bahwa penggunaan agen antihipertensi jangka panjang ACEi pada pasien
DM menjadikan 50% lebih berisiko mengalami ulkus diabetika dan 50% lebih berisiko menjalani
amputasi tungkai bagi yang memiliki penyakit arteri perifer. Defisiensi B12 biokimiawi ditemukan pada
5,8% pada pasien DM yang menggunakan metformin dibandingkan dengan 2,4% pasien DM yang tidak
menggunakan metformin serta 3,3% pada subjek tanpa DM.14
Berdasarkan hasil wawancara responden akan minum obat ketika keadaan kurang membaik sementara
ketika keadaan membaik akan berhenti minum obat (48,6%), dengan alasan takut akan bahaya dari obat
tersebut (50%), dan sisanya lupa (82,4%).
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya
kepatuhan berobat adalah program terapi farmakologis perlu diberikan bersamaan dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani yang terdiri dari obat oral dan suntikan.

Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,352 (> 0,05) dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet dengan kejadian Ulkus diabetika pada
penderita DM di RSUD. Dr. Soedarso Pontianak.
Kepatuhan seseorang yang menderita luka diabetik untuk menjalani diet DM akan mempengaruhi
penyembuhan luka diabetik tersebut. Hal ini dikarenakan orang yang patuh menjalani diet DM akan lebih
terkontrol kadar glukosa darahnya dan cenderung cepat penyembuhannya, sedangkan orang yang kurang
patuh menjalani diet DM cenderung meningkat atau tidak terkontrol kadar glukosa darahnya, sehingga
cenderung lama penyembuhannya. Hal ini disebabkan karena kurangnya glukosa untuk sel akan
menghambat regenerasi sel.

Berdasarkan uji statistik Chi-square diperoleh nilai p value = 0,005 (< 0,05) dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara keterpaparan asap rokok dengan kejadian Ulkus Diabetika pada
Penderita DM di RSUD. Dr. Soedarso Pontianak. Hasil analisis diperoleh nilai OR = 3,960 (95% CI =
1,489-10).
Persentase yang tinggi dalam penggunaan tembakau (merokok dan mengunyah tembakau)
ditemukan pada kelompok penderita LKD dengan derajat III dan IV skala Wagner, perilaku penggunaan
tembakau dikaitkan dengan pelambatan penyembuhan luka. Dalam studi ini pula ditemukan 75% subjek
studi dengan LKD menderita neuropati
diperoleh nilai p value = 0,027 (< 0,05) dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara perawatan kaki dengan kejadian Ulkus diabetika pada penderita DM di RSUD. Dr.
Soedarso Pontianak. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 3,081 (95% CI = 1,116-8,504).
Individu yang melakukan perawatan kaki tidak rutin, mengalami neuropati motorik,
mengalami PAD, pengendalian kadar gula darah buruk dan gangguan penglihatan memiliki risiko
sebesar 96% terjadi ulkus.11 Individu yang melakukan perawatan kaki rutin, tidak mengalami
neuropati motorik, tidak mengalami PAD, pengendalian kadar gula darah tidak buruk dan tidak ada
gangguan penglihatan memiliki risiko sebesar 2,4% terjadi ulkus
Berdasarkan uji Chi-square diperoleh nilai p value = 0,000 (<0,05) dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara penggunaan alas kaki dengan kejadian Ulkus Diabetika pada
Penderita DM di RSUD. Dr. Soedarso Pontianak. Hasil analisis diperoleh nilai OR = 5,744 nilai
kemaknaan 95% CI = 2,092-15,766).
Penderita diabetes mellitus tidak dianjurkan berjalan tanpa menggunakan alaskaki, hal ini
disebabkan karena pada penderita diabetes mellitus sangat rentan terhadap terjadinya trauma yang
mengakibatkan ulkus diabetikum, terutama pada pasien diabetes mellitus dengan komplikasi
neuropati yang mengakibatkan sensasi rasa berkurang, sehingga penderita diabetes mellitus tidak
menyadari secaracepat bahwa kakinya tertusuk benda tajam dan terluka.
Didapatkan hasil p value = 0,000 (< 0,05), dapat disimpulkan ada hubungan antara riwayat
ulkus sebelumnya dengan kejadian ulkus diabetika. Hasil analisis diperoleh nilai OR = 47,250 ( 95%
CI = 9,549-233,805).
Faktor riwayat ulkus atau amputasi sebelumnya bukan faktor tunggal terjadi ulkus. Jika responden
mengalami cedera dan kadar gula darah tidak terkontrol, maka mikroorganisme akan mudah masuk
dan
dapat hidup lama, karena glukosa yang tinggi dan lemahnya pertahanan tubuh, sehingga
memudahkan terjadinya infeksi.8
dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait faktor yang
belum pernah di teliti seperti dukungan keluarga,tingkat kepercayaan, pola makan kadar ula darah
tinggi, konsumsi obat lain terkait analisa faktor faktor terjadinya ulkus disbetikum pada pasien dm
tipe 2
Pontianak,…./….2018
DISETUJUI
Mengetahui Pembimbing 1
DISETUJUI DENGAN REVISI

(………………………) BELUM DISETUJUI

Você também pode gostar