Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN PENDAHLUAN
POST PARTUM
1.1 Defiisi
Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008:356)
Periode post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota
keluarga baru (Mitayani, 2009)
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa
setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali
seperti semula tanpa adanya komplikasi.
1.2 Etiologi
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti atau jelas terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 2008)
1. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan ketentraman otot rahim.
2. Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul
kontraksi otot rahim.
3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin renggang otot-otot dan otot-otot rahim
makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan
biasa.
1
1.3 Tanda dan Gejala
- Peningkatan perdarahan : bekuan darah dan keluarnya jaringan
- Keluar darah segar terus menerus setelah ppersalinan
- Nyeri yang hebat
- Peningkatan suhu
- Perasaan kandug kemih yang penuh dan ketidakmampuan
mengosongkan
- Perluasan hematoma
- Muka pucat,dingin, kulit lembab,peningkatan HR ,chest pain,batuk.
2
Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami
kesukaran dalam buang air kecil, karena :
o Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh
o Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat oleh
kepala bayi
o Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring
5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal
Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan
sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena
meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada
multipara.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan
chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl
sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum
turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita
menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.
7. Perubahan Tanda-tanda Vital
Suhu badan wanita in partus tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat
naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,0 0C sesudah 12
jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat
terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada
perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa
kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya
apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa
pengobatan.
8. Perubahan system kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo
2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan
peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih
menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.
9. Perubahan Sistem Hematologik
3
Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama
persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa menjadi
patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.
Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.
10. Perubahan Psikologis Post partum
Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan
gejala-gejala depresi ringan sampai berat.
4
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentuk semacam cincin.
Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan
yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium
terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti
sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode :
1. Post partum daini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri,
berjalan-jalan. Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau
tahunan.
Pathway
5
Psikologis Episiotomi
Penambahan anggota
Gangguan Nyeri Resiko terhadap
pemenuhan baru Akut infeksi
ADL
Perubahan
pola peran
6
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala
pendahuluan, ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus,
kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa
bercampur darah.
1.8 Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan
kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan
perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas,
pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998). Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1) Early Post partum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Post partum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan post partum adalah:
1) Atonia Uteri
7
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
- Episiotomi yang lebar
- Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
- Rupture uteri
5) Penyakit darah
8
nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas,
walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas
pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting
dari infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya.
Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong
oleh dukun dari luar rumah sakit.
Post partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in,
cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung
dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan
tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah
persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan
dirinya sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya post partum blues sampai saat ini
belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya
post partum blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase
yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
9
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,
sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya
(suami, keluarga dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
2.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
10
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri
7. Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
8. Pengkajian Psikologis
- Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan
- Spesifik: depresi post partum.
- Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan libido.
11
2.3 Intervensi keperawatan
12
berkurang keefektifan 6. Mengurangi rasa
5. Tanda vital dalam kontrol nyeri nyeri Menentukan
rentang normal intervensi
6. Motivasi untuk
TD : 120-140 /80 – keperawatan sesuai
meningkatkan
90 mmHg skala nyeri.
asupan nutrisi
RR : 16 – 24 x/mnt
yang bergizi. 7. Mengidentifikasi
N : 80- 100 x mnt
penyimpangan dan
T : 36,5o C – 37,5 o 7. Tingkatkan
kemajuan
C istirahat. Latih
berdasarkan
mobilisasi
involusi uteri.
miring kanan
miring kiri jika 8. Mengurangi
kondisi klien ketegangan pada
mulai membaik luka perineum.
Kaji kontraksi
9. Melatih ibu
uterus, proses
mengurangi
involusi uteri.
bendungan ASI
8. Anjurkan pasien dan memperlancar
untuk pengeluaran ASI.
membasahi
10. Mencegah infeksi
perineum
dan kontrol nyeri
dengan air
pada luka
hangat sebelum
perineum.
berkemih.
11. Mengurangi
9. Anjurkan dan
intensitas nyeri
latih pasien cara
denagn menekan
merawat
rangsnag nyeri
payudara secara
pada nosiseptor.
teratur.
13
merawat luka
perineum dan
mengganti PAD
secara teratur
setiap 3 kali
sehari atau
setiap kali
lochea keluar
banyak.
11. Kolaborasi
dokter tentang
pemberian
analgesik
Resiko defisit v Fluid balance Fluid management
volume cairan v Hydration 1. Obs Tanda-tanda 1. Mengidentifikasi
b/d Setelah dilakukan askep vital setiap 4 penyimpangan
pengeluaran selama …x 24 jam, jam. indikasi kemajuan
yang Pasien dapat Obs Warna atau penyimpangan
berlebihan; mendemostrasikan urine. dari hasil yang
perdarahan; status cairan membaik. Status umum diharapkan.
diuresis; Kriteria evaluasi: tak setiap 8 jam. 2. Memenuhi
keringat ada manifestasi 2. Pertahankan kebutuhan cairan
berlebihan. dehidrasi, resolusi catatan intake tubuh klien
oedema, haluaran urine dan output yang 3. Menjaga status
di atas 30 ml/jam, kulit akurat balance cairan
kenyal/turgor kulit baik. 3. Monitor status klien
hidrasi 4. Memenuhi
( kelembaban kebutuhan cairan
membran tubuh klien
mukosa, nadi 5. Memenuhi
adekuat, tekanan kebutuhan cairan
darah tubuh klien
14
ortostatik ), jika 6. Temuan-temuan ini
diperlukan menandakan
4. Monitor hipovolemia dan
masukan perlunya
makanan / peningkatan cairan.
cairan dan 7. Mencegah pasien
hitung intake jatuh ke dalam
kalori harian kondisi kelebihan
5. Lakukan terapi cairan yang
IV beresiko terjadinya
6. Berikan cairan oedem paru.
Dorong 8. Mengidentifikasi
masukan oral keseimbangan
7. Beritahu dokter cairan pasien
bila: haluaran secara adekuat dan
urine < 30 teratur.
ml/jam, haus,
takikardia,
gelisah, TD di
bawah rentang
normal, urine
gelap atau encer
gelap.
Konsultasi
dokter bila
manifestasi
kelebihan cairan
terjadi.
8. Pantau: cairan
masuk dan
cairan keluar
setiap 8 jam.
15
Perubahan pola Setelah dilakukan askep· Kaji haluaran · Mengidentifikasi
eleminasi BAK selama …x 24 jam, urine, keluhan serta penyimpangan dalam
(disuria) b/d Pola eleminasi (BAK) keteraturan pola pola berkemih pasien.
trauma pasien teratur. berkemih. · Ambulasi dini
perineum dan Kriteria hasil: eleminasi· Anjurkan pasien memberikan
saluran kemih. BAK lancar, disuria melakukan rangsangan untuk
tidak ada, bladder ambulasi dini. pengeluaran urine dan
kosong, keluhan · Anjurkan pasien pengosongan bladder.
kencing tidak ada. untuk membasahi · Membasahi bladder
perineum dengan dengan air hangat
air hangat sebelum dapat mengurangi
berkemih. ketegangan akibat
· Anjurkan pasien adanya luka pada
untuk berkemih bladder.
secara teratur. · Menerapkan pola
· Anjurkan pasien berkemih secara
untuk minum teratur akan melatih
2500-3000 ml/24 pengosongan bladder
jam. secara teratur.
· Kolaborasi untuk · Minum banyak
melakukan mempercepat filtrasi
kateterisasi bila pada glomerolus dan
pasien kesulitan mempercepat
berkemih. pengeluaran urine.
· Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah stasis
urine.
16
Perubahan pola Setelah dilakukan askep · Kaji pola BAB, · Mengidentifikasi
eleminasi BAB selama …x 24 jam, kesulitan BAB, penyimpangan serta
(konstipasi) b/d Pola eleminasi (BAB) warna, bau, kemajuan dalam pola
kurangnya teratur. konsistensi dan eleminasi (BAB).
mobilisasi; diet Kriteria hasil: pola jumlah. · Ambulasi dini
yang tidak eleminasi teratur, feses · Anjurkan merangsang
seimbang; lunak dan warna khas ambulasi dini. pengosongan rektum
trauma feses, bau khas feses, · Anjurkan pasien secara lebih cepat.
persalinan. tidak ada kesulitan untuk minum · Cairan dalam jumlah
BAB, tidak ada feses banyak 2500-3000 cukup mencegah
bercampur darah dan ml/24 jam. terjadinya penyerapan
lendir, konstipasi tidak cairan dalam rektum
ada. · Kaji bising usus yang dapat
setiap 8 jam. menyebabkan feses
· Pantau berat menjadi keras.
badan setiap hari. · Bising usus
· Anjurkan pasien mengidentifikasikan
makan banyak serat pencernaan dalam
seperti buah- kondisi baik.
buahan dan sayur- · Mengidentifiakis
sayuran hijau. adanya penurunan BB
secara dini.
· Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
17
Gangguan Setelah dilakukan askep · Kaji toleransi · Parameter
pemenuhan selama …x 24 jam, pasien terhadap menunjukkan respon
ADL b/d ADL dan kebutuhan aktifitas fisiologis pasien
immobilisasi; beraktifitas pasien menggunakan terhadap stres aktifitas
kelemahan. terpenuhi secara parameter berikut: dan indikator derajat
adekuat. nadi 20/mnt di atas penagruh kelebihan
Kriteria hasil: frek nadi istirahat, kerja jnatung.
- Menunjukkan catat peningaktan
peningkatan dalam TD, dispnea, nyeri
beraktifitas. dada, kelelahan · Menurunkan kerja
- Kelemahan dan berat, kelemahan, miokard/komsumsi
kelelahan berkurang. berkeringat, pusing oksigen , menurunkan
- Kebutuhan ADL atau pinsan. resiko komplikasi.
terpenuhi secara · Tingkatkan
mandiri atau dengan istirahat, batasi · Stabilitas fisiologis
bantuan. aktifitas pada dasar pada istirahat penting
- frekuensi nyeri/respon untuk menunjukkan
jantung/irama dan Td hemodinamik, tingkat aktifitas
dalam batas normal. berikan aktifitas individu.
- kulit hangat, merah senggang yang
muda dan kering tidak berat.
· Kaji kesiapan · Komsumsi oksigen
untuk miokardia selama
meningkatkan berbagai aktifitas
aktifitas contoh: dapat meningkatkan
penurunan jumlah oksigen yang
kelemahan/kelelaha ada. Kemajuan
n, TD stabil/frek aktifitas bertahap
nadi, peningaktan mencegah
perhatian pada peningkatan tiba-tiba
aktifitas dan pada kerja jantung.
perawatan diri. · Teknik penghematan
18
· Dorong energi menurunkan
memajukan penggunaan energi
aktifitas/toleransi dan membantu
perawatan diri. keseimbangan suplai
dan kebutuhan
· Anjurkan keluarga oksigen.
untuk membantu · Aktifitas yang maju
pemenuhan memberikan kontrol
kebutuhan ADL jantung,
pasien. meningaktkan
· Jelaskan pola regangan dan
peningkatan mencegah aktifitas
bertahap dari berlebihan.
aktifitas, contoh:
posisi duduk
ditempat tidur bila
tidak pusing dan
tidak ada nyeri,
bangun dari tempat
tidur, belajar
berdiri dst.
19
b/d trauma selama …x 24 jam, tanda infeksi. penyimpangan dan
jalan lahir. Infeksi tidak terjadi. kemajuan sesuai
Kriteria hasil: tanda · Kaji pengeluaran intervensi yang
infeksi tidak ada, luka lochea, warna, bau dilakukan.
episiotomi kering dan dan jumlah. · Mengidentifikasi
bersih, takut berkemih · Kaji luka kelainan pengeluaran
dan BAB tidak ada. perineum, keadaan lochea secara dini.
jahitan. · Keadaan luka
perineum berdekatan
dengan daerah basah
· Anjurkan pasien mengakibatkan
membasuh vulva kecenderunagn luka
setiap habis untuk selalu kotor dan
berkemih dengan mudah terkena
cara yang benar infeksi.
dan mengganti · Mencegah infeksi
PAD setiap 3 kali secara dini.
perhari atau setiap
kali pengeluaran
lochea banyak.
· Pertahnakan teknik
septik aseptik · Mencegah
dalam merawat kontaminasi silang
pasien (merawat terhadap infeksi.
luka perineum,
merawat payudara,
merawat bayi).
2.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
20
keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan mengunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian :
Daftar Pustaka
21
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
22