Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN

Audit adalah serangkaian proses yang dilakukan auditor untuk mendapatkan


bukti akurat mengenai aktivitas ekonomi suatu entitas. Proses audit dilakukan dengan
menyetarakan derajat kewajaran aktivitas ekonomi entitas yang bersangkutan dengan
yang telah ditetapkan atau dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan.
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu
organisasi, sistem, proses, atau produk.Audit dilaksanakan oleh pihak yang
kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah
untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan
sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima
Jika audit yang dilakukan berjalan baik dan hasilnya juga bagus, artinya
seluruh aktivitas ekonomi dari perusahaan, departement, atau divisi tersebut (entitas)
bisa dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya. Dengan demikian,
kepercayaan pihak yang membutuhkan audit bisa tumbuh.
Yang membutuhkan audit yaitu: 1) Berkepentingan terhadap kinerja dan
perkembangan perusahaan atau entitas terperiksa. 2) Bisa pimpinan, pemegang
saham, publik (dalam kaitannya dengan penjualan saham go public). 3) Dalam kasus
tertentu, bisa juga hasil audit diperlukan oleh otoritas pemerintah, kepolisian atau
KPK misalnya, karena perusahaan diduga terlibat tindakan pencucian uang dan
pidana korupsi.
Untuk mendapatkan tingkat kepercayaan yang tinggi, perusahaan
menggunakan audit eksternal yang independent, sehingga proses audit yang
dilakukan relatif lebih bebas dari pengaruh pihak manajemen, direksi, dan karyawan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Audit Operasional

Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi dan efektifitas pada
dasarnya merupakan perluasan dari audit konvensional (conventional audit) yang
meliputi audit ketaatan dan audit keuangan. Salah satu hal yang membedakan audit
kinerja dan audit konvensional adalah dalam hal laporan audit.
Dalam audit konvensional, hasil audit adalah berupa pendapat (opini) auditor
secara independen dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan
kriteria standar yang telah ditetapkan, tanpa pemberian rekomendasi perbaikan.
Sedangkan dalam audit kinerja, tidak hanya memberikan kesimpulan mengenai atau
berdasarkan tahapan audit yang telah dilakukan, akan tetapi juga dilengkapi dengan
rekomendasi untuk perbaikan dimasa mendatang. Audit terhadap kinerja manajemen
dan mengomentari mengenai bagaimana mereka melaksanakan kewajiban mereka
secara ekonomis, efisien dan efektif bukanlah merupakan topik yang baru sekarang
ini, namun sampai sekarang hasil dari audit kinerja ini selalu disimpan dan dianggap
hanya sebagai dalam pertimbangan organisasi saja.
Tumbuhnya rasa tidak puas dan adanya tuntutan yang meningkat terhadap
akuntabilitas manajemen dari perusahaan publik mengakibatkan perlunya
mempertimbangkan kemungkinan audit kinerja sebagai sebuah mandatori.
Secara tradisional audit kinerja telah dilakukan melalui audit internal suatu
departemen dari suatu entitas. Hasil audit ini hanya disimpan oleh entitas tersebut
tanpa ada tindakan lebih lanjut. Auditor internal diminta untuk mereview sebuah area
dari suatu entitas dan melaporkannya kembali pada manajemen mengenai seberapa
ekonomis, efisien dan efektif wilayah tersebut dikelola selama periode yang
diperiksa. Manajemen sepertinya enggan untuk mengungkapkan hasil tersebut pada
anggota dari entitas tersebut atau pada masyarakat umum. Hal ini menjadi
pertanyaan besar, seharusnya hasil atau kesimpulan yang diperoleh dari audit ini
disampaikan atau diungkapkan pada orang-orang yang berkepentingan dan juga pada

2
masyarakat umum, sehingga mereka dapat menilai bagaimana kinerja dari
manajemen tersebut.

B. Trend Terkini Dalam Auditing


Auditing merupakan profesi dan seperti halnya profesi lain, ia dinamis tidak
statis. Ia akan berkembang dan menyesuaikan dirinya dengan kebutuhan pemakai
dari profesi tersebut. Saat ini ketidakpuasan terhadap hasil audit laporan keuangan
terjadi dimana-mana, bahkan di negara maju sekalipun, sehingga terjadi apa yang
disebut dengan “expectation gap” yakni perbedaan antara apa yang dilakukan oleh
auditor dan apa yang diinginkan oleh pemakai laporan audit. Hal ini terjadi karena
audit laporan keuangan oleh auditor hanya mengungkapkan opini atas rekening-
rekening dari laporan keuangan saja. Padahal pemakai informasi laporan keuangan
ingin terjamin bahwa rekening yang diaudit akurat, wajar, tidak ada kecurangan dan
dapat digunakan untuk proyeksi masa depan.
Blair (1990) memperjelas fungsi yang tidak dilakukan oleh audit, yakni audit
tidak merupakan jaminan dari kelangsungan perusahaan di masa depan. Hasil audit
bukan merupakan pendapat atas ekonomis, efisiensi atau efektivitas yang dilakukan
manajemen, tidak juga menjamin bahwa tidak ada fraud atau pelanggaran aturan.
Komentar ini sangat menarik, karena merupakan cerminan dari harapan publik
bagaimana seharusnya jasa akuntansi dilakukan. Saat ini muncul keinginan dari
sebagian pemakai informasi laporan keuangan bahwa seorang akuntan seharusnya
berkomentar atas kinerja manajemen selama periode amatan, seperti halnya
pelaporan untuk akurasi laporan keuangan dari perusahaan tersebut.

C. Pengertian Audit Operasional


Audit Operasional adalah proses yang sistematis untuk mengevaluasi
efisiensi dan efektivitas kegiatan suatu organisasi dalam prosesnya untuk mencapai
tujuan organisasi tersebut, dan keekonomisan operasi organisasi yang berada dalam
pengendalian manjemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat atas hasil-
hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi untuk perbaikan.

3
1. Proses yang sistematis
Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional menyangkut
serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisasi.
Aspek ini meliputi perencanaan yang baik, serta perolehan dan evaluasi secara
objektif bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.
2. Mengevaluasi operasi organisasi
Evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa kriteria yang ditetapkan
dan disepakati. Dalam auditing operasional, kriteria seringkali dinyatakan dalam
bentuk standar kinerja yang ditetapkan oleh manajemen. Namun, dalam
beberapa kasus, standar itu mungkin ditetapkan oleh suatu badan pemerintahan
atau oleh industri. Kriteria ini seringkali didefinisikan kurang jelas bila
dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dalam audit atas laporan
keuangan. Audit operasional mengukur derajat kesesuaian antara kinerja aktual
dan kriterianya.
3. Efisiensi, efektivitas, dan ekonomis
Efisiensi digunakan untuk menilai sebaik apakah pemakaian sumber daya suatu
organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
sedangkan efektivitas digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-
kebijakan organisasi tersebut untuk mencapai tujuan. Efisiensi dan efektivitas
merupakan dua hal yang saling berkaitan erat satu dengan lainnya, bisa saja
suatu kebijakan organisasi itu sangat efisien akan tetapi tidak efektif begitupun
sebaliknya. Ekonomis maksudnya memperoleh kualitas dan kuantitas sumber
daya fisik dan manusia yang layak pada waktu yang layak dan biaya yang
rendah.
4. Melaporkan kepada orang-orang yang tepat
Auditor internal biasanya melapor ke manajemen atau individu atau badan yang
meminta audit tentang seberapa efisien, efektif atau ekonomis suatu bagian atau
program kerja yang telah dilaksanakan. Hasil temuan dari audit kinerja ini
sangat jarang sekali diungkapkan ke seluruh bagian organisasi apa lagi ke
masyarakat umum. Padahal hasil audit ini bisa jadi sangat dibutuhkan oleh
pihak-pihak selain manajemen, misalnya masyarakat luas yang langsung atau
tidak langsung berhubungan dengan perusahaan tersebut. Sedangkan dewan

4
komisaris atau komite audit adalah pihak yang menerima salinan laporan audit
operasional.

5. Rekomendasi perbaikan (Sesuai standar Pelaporan Ketiga dalam Standar


Pelaporan Audit Kinerja)
Hasil dari audit operasional bisa berupa rekomendasi yang sangat berguna bagi
pihak manajemen untuk menentukan dan menilai kebijakan-kebijakan dan
kegiatan perusahaan apakah sudah tepat waktu atau memerlukan perbaikan
sehingga akan berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan.

D. Manfaat Audit Operasional


Laporan audit manajemen dapat dijadikan sebagai informasi pelengkap dari
laporan keuangan perusahaan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh jika
laporan audit kinerja ini menjadi wajib disediakan oleh perusahaan.
1. Penyelenggaran perusahaan akan makin transparan sehingga pihak luar
perusahaan dapat mengikuti perkembangan perusahaan dengan lebih baik.
2. Audit manajemen akan memicu perusahaan untuk berhati-hati dalam mengelola
perusahaan.
3. Kepentingan masyarakat (terutama investor) makin terlindungi sehingga iklim
investasi dan usaha akan makin kondusif.

E. Keterbatasan Audit Operasional


Menurut Nugroho Widjayanto (1985:23-24) ada beberapa keterbatasan audit
operasional:
1. Waktu
Waktu menjadi factor yang sangat membatasi, karena auditor harus memberikan
informasi kepada manajemen secara cepat atau setidaknya tepat waktu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Sebaiknya audit operasional dilakukan
secara teratur untuk menjamin bahwa permasalahan yang penting tidak menjadi
kronis dalam perusahaan.
2. Keahlian auditor

5
Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan para auditor operasional karea tidak
mungkin bagi seorang auditor mengetahui dan menguasai berbagai disiplin
bisnis. Auditor operational hanya lebih ahli dalam bidang audit daripada dalam
bidang bisnis.
3. Biaya
Biaya juga merupakan salah satu factor pembatas, karena itu tentu saja biaya
audit harus lebih kecil dari jumlah yang dapat dihemat. Oleh karena itu, auditor
harus mengabaikan masalah kecil yang mungkin dapat memakan biaya jika
diselidiki lebih lanjut.

F. Tahap-Tahap Audit Operasional


1. Memilih auditee
Seperti pada banyak aktivitas lainnya dalam suatu entitas, audit operasional
biasnya terkena kendala anggaran atau kehemaatan. Oleh karena itu, sumber daya
untuk audit operasional harus digunakan dengan sebaik-baiknya. Pemilihan
auditee dimulai dengan studi atau survey pendahuluan terhadap calon-calon
auditee dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang mempunyai potensi
audit tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan kehematan
operasi. Pada intinya, studi pendahuluan merupakan proses penyaringan yang aka
menghasilkan peringkat dari calon auditee. Titik awal dari studi pendahuluan ini
adalah memperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai struktur
organisasional entitas serta karakteristik operasinya. Selain itu, auditor juga harus
memahami industri tempat entitas beroperasi serta sifat dan luas peraturan
pemerintah yang berlaku. Selanjutnya, perhatian difokuskan pada aktivitas, unit,
atau fungsi yang akan diaudit. Pemahaman tentang calon auditee diperoleh
dengan:
a. mereview data arsip latar belakang setiap auditee
b. meninjau fasilitas auditee untuk memastikan bagaimana auditee mencapai
tujuannya
c. mempelajari dokumentasi yang relevan tentang operasi auditee seperti buku
petunjuk kebijakan dan prosedur, bagan arus, standar kinerja dan
pengendalian mutu, serta deskripsi tugas

6
d. mewawancarai manajer aktivitas tersebut mengenai bidang-bidang
permasalahan tertentu (sering kali disebut entry interview)
e. menerapkan prosedur analitis untuk mengidentifikasi trend atau hubungan
yang tidak biasa
f. melakukan pemeriksaan (atau pengujian) audit mini untuk menegaskan atau
menjernihkan pemahaman auditor tentang masalah yang potensial
Pemahaman auditor mengenai setiap auditee harus didokumentasikan melalui
kuesioner yang sudah diisi dengan lengkap, bagan arus, dan catatan naratif.
Berdasarkan pemahaman ini, auditor menyiapkan suatu laporan atau
memorandum studi pendahuluan, yang mengikhtisarkan semua temuan dan
mencantumkan rekomendasi mengenai auditee yang harus diaudit. Laporan ini
hanya digunakan oleh departemen auditing internal dan tidak ditujukan untuk
manajemen.

2. Merencanakan audit
Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas maupun
efisiensi audit operasional. Perencanaan terutama penting dalam jenis audit ini
karena sangat beragamnya audit operasional. Landasan utama dari perencanaan audit
adalah pengembangan program audit, yang harus dibuat sesuai dengan keadaan
auditee yang ditemui pada tahap studi pendahuluan audit. Seperti dalam audit
laporan keuangan, program audit berisi seperangkat prosedur yang dirancang untuk
memperoleh bukti yang berkaitan dengan satu atau lebih tujuan. Bukti yang diperiksa
biasanya didasarkan pada sampel data. Jadi, dalam perencanaan audit gharus
dipertimbangkan penggunaan teknik-teknik sampling statistik. Disamping itu, auditor
juga harus mengetahui apakah teknik-teknik berbantuan komputer (computer assisted
techniques) akan efisien dari segi biaya.
Perencanaan audit juga mencakup pemilihan tim audit dan penjadwalan
pekerjaan. Tim audit ini harus terdiri dari auditor yang memiliki kemampuan teknis
yang diperlukan untuk memenuhi tujuan audit. Pekerjaan harus dijadwalkan melalui
konsultasi dengan auditee agar ada kerja sama maksimum dari personil auditee
selama audit.

7
3. Melaksanakan audit
Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-fakta yang
berhubungan dengan masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi
pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah tahap audit yang paling memakan waktu
dalam audit operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai melakukan audi yang
mendalam (in-depth audit).
Dalam suatu audit operasional, auditor sangat mengandalkan pada pengajuan
pertanyaan dan pengamatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah
mengembangkan kuesioner untuk auditee dan menggunakannya sebagai dasar untuk
mewawancarai personil auditee. Dari pengajuan pertanyaan, auditor berharap akan
memperoleh pendapat, komentar, dan usulan tentang pemecahan masalah.
Wawancara yang efektif sangat penting dalam audit operasional. Melalui
pengamatan terhadap personil auditee, auditor akan mendeteksi inefisiensi dan
kondisi lainnya yang ikut menyebabkan masalah ini.
Auditor juga harus menggunakan analisis dalam audit operasional. Untuk
tujuan ini, analisis itu harus melibatkan studi dan pengukuran kinerja akrual dalam
hubungannya dengan kriteria tertentu. Kriteria ini dapat dikembangkan secara
internal oleh entitas seperti sasaran produktivitas dan anggaran yang ditetapkan atau,
kriteria ini dapat berasal dari luar entitas berupa standar industri atau diturunkan oleh
auditor dari audit-audit sebelumnya atas aktivitas yang serupa. Analisis ini dapat
memberikan dasar untuk menentukan sejauh mana auditee memenuhi tujuan yang
ditetapkan.
Pekerjaan yang dilakukan, temuan, dan rekomendasi harus didokumentasikan
dalam kertas kerja. seperti dalam audit laporan keuangan, kertas kerja merupakan
pendukung utama laporan auditor. Auditor menanggung jawab (in-charge) biasanya
bertanggung jawab untuk mereview kertas kerja baik selama maupun pada saat
selesainya pemeriksaan. Review selama audit berguna dalam memantau kemajuan,
sedangkan review pada akhir audit memastikan kualitas pekerjaan secara
keseluruhan.

8
4. Melaporkan temuan kepada manajemen
Auditing operasional serupa dengan jenis-jenis auditing lainnya karena
produk akhir dari audit ini adalah laporan audit. Akan tetapi, ada banyak situasi unik
yang berkaitan dengan pelaporan dalam audit operasional. Misalnya, berlawanan
dengan bahasa standar yang terdapat pada laporan auditor dalam audit atas laporan
keuangan, bahasa laporan dalam audit operasional bervariasi untuk setiap auditee.
Laporan itu harus memuat:
a. suatu pernyataan tentang tujuan dan ruang lingkup audit
b. uraian umum mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam audit
c. ikhtisar temuan-temuan
d. rekomendasi perbaikan
e. komentar auditee
Konsep laporan ini biasanya dibuat oleh auditor penanggung jawab. Konsep tersebut
kemudian dibahas dengan manajer unit yang diaudit. Pembahasan ini memenuhi
beberapa tujuan yang penting: (1) memberi auditor peluang untuk menguji akurasi
temuan serta ketpatan rekomendasi, dan (2) memungkinkan auditor mendapatkan
komentar auditee untuk dimasukkan dalam laporan. Konsep awal ini selanjutnya
direvisi sesuai keperluan, sehingga konsep final dapat disiapkan.
Dalam beberapa kasus, rekomendasi yang diberikan mungkin hanya
menyarankan perlunya studi lebih lanjut atas masalah yang dihadapi. Pencantuman
komentar auditee adalah bersifat opsional. biasanya, komentar itu hanya disertakan
apabila auditee tidak menyetujui temuan dan rekomendasi.
Temuan auditor pada dasarnya menghasilkan kritik yang konstruktif. Pada
saat menulis laporan, auditor harus sensitif terhadap reaksi penerima. Jika bahasanya
tidak terlalu menyerang, maka tanggapan penerima laporan kemungkina besar akan
lebih positif. Biasanya, salinan laporan auditing operasional dikirimkan kepada
manajemen senior dan kepada komite audit. Jika laporannya panjang serta terinci,
maka laporan itu bisa dimulai dengan suatu ikhtisar lengkap (executive summary)
mengenai temuan dan rekomendasi.

9
5. Melakukan tindak lanjut
Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam audit
operasional adalah tahap bagi auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee
terhadap laporan audit. Idealnya, kebijakan entitas sebaiknya mengharuskan manajer
unit yang diaudit untuk melaporkan secara tertulis selama periode waktu yang
ditetapkan. Akan tetapi, tindak lanjut ini juga harus mencakup penentuan kelayakan
tindakan yang diambil oleh auditee dalam mengimplementasikan rekomendasi.
Standar praktik 440 IIA menyatakan bahwa auditor internal harus menindaklanjuti
untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat telah diambil berdasarkan temuan
yang dilaporkan. Kegagalan auditor untuk menerima tanggapan yang tepat harus
dikomunikasikan kepada manajemen senior.

G. Standar Audit Operasional


A. Standar Umum
1. Standar Umum Pertama (Persyaratan Kemampuan atau Keahlihan)
“Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan”
Dengan standar ini, semua organisasi atau lembaga audit bertanggung jawab bahwa
setiap audit dilaksanakan oleh staf yang secara kolektif memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk tugas audit tersebut. Staf tersebut harus memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang audit pemerintahan, tentang keadaan khas yang
diaudit, serta kaitannya dengan sifat dari jenis yang dilaksanakan.

2. Standar Umum Kedua (Independensi)


“Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi atau
lembaga audit dan auditor baik pemerintah maupun akuntan public, harus
independen (secara organisasi maupun secara pribadi), bebas dari gangguan
ilndependensi yang bersifat pribadi dan yang dari luar pribadinya ekstern), yang
dapat mempengaruhi independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap
dan penampilan yang independen”
Dengan standar umum kedua ini, organisasi atau lembaga audit dan para
auditornya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya

10
sedemikian rupa, sehingga pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau rekomendasi
dari audit dipandang tidak memihak oleh pihak ketiga yang memiliki pengetahuan
mengenai hal itu.
3. Standar Umum Ketiga (Penggunaan Kemahiran Secara Cermat dan
Seksama)
“Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama”

4. Standar Umum Keempat (Pengendalian Mutu)


“Setiap organisasi atau lembaga audit yang melaksanakan audit berdasarkan SAP
ini harus memiliki system pengendalian intern yang memadai, dan system
pengendalian mutu tersebut harus direview oleh pihak lain yang kompeten
(pengendalian mutu ekstern)”

B. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja


1. Standar Pekerjaan Lapangan Pertama (Perencanaan)
“Pekerjaan harus direncanakan secara memadai”
Dalam merencanakan pemeriksaan, pemeriksa harus mendefinisikan tujuan
pemeriksaan, dan lingkup serta metodologi pemeriksaan untuk mencapai tujuan
pemeriksaan tersebut. Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan tidak ditentukan
secara terpisah. Pemeriksa menentukan ketiga elemen ini secara bersama-sama.
Perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan selama pemeriksaan. Oleh
sebab itu, pemeriksaan harus mempertimbangkan untuk membuat penyesuaian pada
tujuan, lingkup dan metodologi pemeriksaan selama pemeriksaan dilakukan.

2. Standar Pekerjaan Lapangan Kedua (Supervisi)


“Staf harus diawasi(disupervisi) dengan baik”
Supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti
tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat dicapai.
Unsur supervisi meliputi pemberian instruksi kepada staf, pemberian informasi
mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan reviu atas pekerjaan
yang dilakukan, dan pemberian pelatihan kerja lapangan (on the job training) yang
efektif. Supervisor harus yakin bahwa staf benar-benar memahami mengenai

11
pekerjaan pemeriksaan yang harus dilakukan, mengapa pekerjaan tersebut harus
dilakukan, dan apa yang diharapkan akan dicapai. Bagi staf yang berpengalaman,
supervisor dapat memberikan pokok-pokok mengenai lingkup pekerjaan
pemeriksaan dan menyerahkan rinciannya kepada staf tersebut. Bagi staf yang
kurang berpengalaman, supervisor harus memberikan pengarahan mengenai teknik
menganalisis dan cara mengumpulkan data.

3. Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga


Pernyataan standar pelaksanaan ketiga adalah: “Bukti yang cukup, kompeten,
dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi temuan dan
rekomendasi pemeriksa”.
Dalam mengidentifikasikan sumber-sumber data potensial yang dapat
digunakan sebagai bukti pemeriksaan, pemeriksa harus mempertimbangkan validitas
dan keandalan data tersebut, termasuk data yang dikumpulkan oleh entitas yang
diperiksa, data yang disusun oleh pemeriksa, atau data yang diberikan oleh pihak-
pihak ketiga. Demikian juga halnya dengan kecukupan dan relevansi bukti-bukti
tersebut.

4. Standar Pekerjaan Lapangan Keempat (Dokumentasi Pemeriksaan)


Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah: “Pemeriksa harus
mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja
pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan
dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan
tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa”

C. Standar Pelaporan Audit Kinerja


1. Standar Pelaporan Pertama (Bentuk)
“Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat
mengkomunikasikan hasil setiap audit”

12
Kebutuhan untuk melaksanakan pertanggungjawaban tentang program
pemerintahan menghendaki bahwa laporan audit disajikan dalam bentuk tertulis.
Laporan tertulis berfungsi untuk:
a. mengkomunikasikan hasil audit kepada pejabat pemerintah, yang berwenang
berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku,
b. membuat hasil audit terhindar dari kesalahpahaman,
c. membuat hasl audit sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi
terkait,
d. memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan perbaikan
yang semestinya telah dilakukan

2. Standar Pelaporan Kedua (Isi Laporan)


Pernyataan standar pelaporan kedua adalah: “Laporan hasil pemeriksaan harus
mencakup”:
1. pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan
2. tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan
3. hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan rekomendasi
4. tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan
5. pelaporan informasi rahasia (apabila ada)
3. Standar Pelaporan Ketiga
Pernyataan standar pelaporan ketiga adalah: “Laporan hasilpemeriksaan
harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas, dan seringkas
mungkin”.

4. Standar Pelaporan Keempat (Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil


Pemeriksaan)
Pernyataan standar pelaporan keempat adalah: “Laporan hasil pemeriksaan
diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang
mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada
pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

13
H. Hubungan Audit Operasional dalam Menunjang Efektivitas Sistem
Pengendalian Intern
Peranan audit operasional dalam menunjang system pengendalian intern
adalah audit operasional dapat mengetahui efektivitas dan efisiensi akan suatu
system pengendalian intern pada suatu fungsi (misal fungsi penjualan) dari suatu
perusahaan. Seperti telah dijelaskan diatas, tujuan audit operasional itu sendiri adalah
memberikan penilaian terhadap efisiensi dan efektivitas serta keekonomisan dari
suatu bagian operasional perusahaan yang merupakan akibat yang diharapkan dari
system pengendalian intern yang baik.
Hubungan ini juga dapat dilihat dari pernyataan Abdul Halim (2003:198)
mengenai beberapa konsep dasar dari Sistem Pengendalian Intern, yaitu :
“Sistem Pengendalian Intern diharapkan dapat mencapai tujuan audit, baik audit
keuangan, audit operasional maupun audit kepatuhan serta Sistem Pengendalian
Intern tidak dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang mutlak dimana setiap
Sistem Pengendalian Intern pasti mempunyai kelemahan”.

14
BAB III
KESIMPULAN

Auditing terhadap kinerja manajemen bertujuan untuk memberikan komentar


mengenai pelaksanaan kewajiban mereka, apakah telah dilakukan secara ekonomis,
efisien dan efektif. Dan kemudian auditor memberikan rekomendasi atas kinerja
manajemen. Rekomendasi ini akan ditindaklanjuti oleh manajemen, dan hasilnya
akan direview kembali serta dilihat apakah telah sesuai dengan yang telah ditetapkan
dan sesuai dengan rekomendasi yang telah diberikan.
Audit kinerja lebih dari sekedar audit laporan keuangan tradisional, dalam
beberapa tahun kedepan, kantor akuntan publik selain melakukan audit laporan
keuangan, juga mungkin akan dituntut untuk melakukan review terhadap kinerja
manajemen yang sedang diaudit, pada saat periode audit entitas tersebut.
Tujuan dari audit kinerja adalah untuk memberikan rekomendasi agar sumber daya
yang ada pada suatu entitas yang diaudit dapat dikendalikan dan digunakan dengan
lebih baik, dan dapat meningkatkan keefisienan, keekonomisan, serta dapat
meningkatkan kinerja manajemen.
Jika masyarakat umum dan komunitas bisnis mempertimbangkan dan merasa
membutuhkan sebuah audit untuk mengevaluasi kinerja perusahaan publik dan
swasta dimasa depan, maka audit kinerja sangat diperlukan demikian pula untuk
perusahaan publik di Indonesia, sudah saatnya audit kinerja dijadikan sebagai suatu
keharusan (mandatori), sehingga sumber daya yang ada dapat terjaga dengan baik
dan dialokasikan dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.spkn.bpk.go.id
Boynton, Raymond N, Johnson and Walter G Kell. 2001. Modern Auditing : 7th
Edition. New York : John Willey and Sons, Inc.
Effendi, Antonius. 2004. Peranan Audit Operasional dalam Menunjang Efektivitas
Penjualan.
Nurbachtiar. 2002. Audit Kinerja : Sebuah Keharusan bagi Perusahaan Publik.
UGM : Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik.

16

Você também pode gostar

  • Ayat
    Ayat
    Documento4 páginas
    Ayat
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Kover
    Kover
    Documento1 página
    Kover
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Monashop Motor: - Spare Part - Power Steering - Ganti Oli - DLL - Turn Up
    Monashop Motor: - Spare Part - Power Steering - Ganti Oli - DLL - Turn Up
    Documento2 páginas
    Monashop Motor: - Spare Part - Power Steering - Ganti Oli - DLL - Turn Up
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • DR 5 Katapengantar
    DR 5 Katapengantar
    Documento17 páginas
    DR 5 Katapengantar
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento1 página
    Daftar Isi
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Ibadah Dan Muamalah
    Ibadah Dan Muamalah
    Documento8 páginas
    Ibadah Dan Muamalah
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento1 página
    Kata Pengantar
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento1 página
    Kata Pengantar
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Kover
    Kover
    Documento1 página
    Kover
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento7 páginas
    Bab I
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento1 página
    Daftar Isi
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento1 página
    Kata Pengantar
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento1 página
    Daftar Isi
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento1 página
    Kata Pengantar
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento1 página
    Daftar Isi
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Kover
    Kover
    Documento1 página
    Kover
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento1 página
    Kata Pengantar
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento7 páginas
    Bab I
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Kover
    Kover
    Documento1 página
    Kover
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento8 páginas
    Bab I
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Bab I
    Bab I
    Documento6 páginas
    Bab I
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Documento1 página
    Kata Pengantar
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Documento1 página
    Daftar Isi
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • 1.1.5 EP 1. SK Indikator Monitoring
    1.1.5 EP 1. SK Indikator Monitoring
    Documento2 páginas
    1.1.5 EP 1. SK Indikator Monitoring
    salman selian
    Ainda não há avaliações
  • Koper
    Koper
    Documento2 páginas
    Koper
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • Pergumulan Dua Akhlak
    Pergumulan Dua Akhlak
    Documento4 páginas
    Pergumulan Dua Akhlak
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações
  • 1.1.5 EP 1. SK Indikator Monitoring
    1.1.5 EP 1. SK Indikator Monitoring
    Documento2 páginas
    1.1.5 EP 1. SK Indikator Monitoring
    salman selian
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Sistem Eko Indo
    Makalah Sistem Eko Indo
    Documento12 páginas
    Makalah Sistem Eko Indo
    Anisa Nisa
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Sistem Informasi Managemen
    BAB I Sistem Informasi Managemen
    Documento14 páginas
    BAB I Sistem Informasi Managemen
    Salamansah Selian
    Ainda não há avaliações