Você está na página 1de 25

Modul SKN LBM 5

Apakah beda dokter perusahaan dan dokter klinik perusahaan?


STEP 7
HIPERKES

1. Apakah definisi dan ruang lingkup dari HIPERKES?


Latar Belakang HIPERKES
Dengan berkembang pesatnya industri di Indonesia ditambah dengan era globalisasi membawa berbagai risiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja dan keluarganya
Kesehatan lingkungan kerja adalah ilmu dan seni yang ditunjukkan untuk mengenal mengevaluasi dalam mengendalikan semua
faktor-faktor dan stress lingkungan ditempat kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteran, kenyamanan
dan efisiensi dikalangan pekerjaan dan masyarakat.

Kata Hiperkes sebenarnya singkatan dari Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Hiperkes merupakan penggabungan dari
higiene perusahaan dan Kesehatan Kerja. Higiene perusahaan (higiene industri, higiene okupasi, higiene kerja) (industrial-
occupational hygiene) adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang lingkup dedikasinya adalah : mengenali,
mengukur, dan melakukan penilaian (evaluasi)terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan
kerja dan perusahaan. Hasil pengukuran dan evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif serta guna
pengembangan pengendalian yang lebih bersifat preventif terhadap lingkungan kerja/perusahaan. Dengan menerapkan higiene
perusahaan kesehatan tenaga kerja dapat dilindungi dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya faktor
lingkungan yang mungkin diakibatkan oleh beroperasinya suatu perusahaan. Jelas sifat-sifat higiene perusahaan :
1. Sasaran adalah lingkungan kerja;
2. Bersifat teknis-teknologis

Definisi

pengertian dan batasan


Hygiene perusahaan merupakan spesialisasi dalam ilmu hygiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada
faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif dalarn lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut,serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan
masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta dimungkinkan mengecap kesehatan setinggi-tingginya.
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta

HIPERKES (HIGIENE PERUSAHAAN & kESEHATAN KERJA):


Hiperkes adalah lapangan kesehatan yang meliputi pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja melalui
pengobatan,perawatan serta menciptakan higiene perusahaan yang memenuhi syarat. Higiene perusahaan merupakan spesialisasi
kesehatan lingkungan yang meliputi tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap faktor-faktor pengganggu kesehatan
karyawan yang bersifat medis.

Ruang Lingkup Hiperkes :

Ilmu hiperkes dalam arti kata yang luas meliputi banyak bidang llmu lain, termasuk :
(a) Ilmu kedokteran kerja (Occupational medicine).
(b) Ilmu higene perusahaan (Industrial hygiene).
(c) Ilmu keracunan perusahaan (Industrial toxicology).
(d) Ilmu faal kerja dan lingkungan (Work and environmental physiology).
(e) llmu jiwa perusahaan (Industrial psychology).
(f) Ilmu perawatan perusahaan (Industrial nursing).
(g) Ilmu keselamatan kerja (Occupational safety).

Anizatun Nuskiyati
Page 1
Modul SKN LBM 5

Sebetulnya terjemahan yang tepat untuk occupational health ialah "kesehatan kerja", tetapi para ahli teknik (insi-nyur) lalu
mengira bahwa ini adalah bidangnya para ahlimedik (dokter) saja. Mereka tidak merasa ikut terlibat didalamnya. Oleh karena
itu ditambah " higene perusahaan ",sebab dalam bidang higene ini para ahli teknik menyadari bahwa mereka ikut terlibat.
Dewasa ini istilah "hiperkes"sudah diterima, meskipun yang dimaksud dengan hiperkes itusebenarnya
occupational health.
Higene perusahaan adalah bidangnya ahli teknik (insinyur)dan sasarannya adalah lingkungan kerja. Cara kerja ahli
higene perusahaan itu bersifat teknis. Kesehatan kerja adalah bidang-nya ahli kesehatan (dokter) dan sasarannyapun adalah
pekerja.Cara kerja mereka bersifat medik. Penggabungan kedua istilah"higene perusahaan" dan "kesehatan kerja" menjadi
suatukesatuan, berarti bahwa ahli teknik dan medik harus bekerjasama seerat-eratnya untuk mengsukseskan maksud
tujuannya.Ilmu kedokteran kerja ialah suatu keahlian (spesialisasi)yang baru dalam llmu kedokteran, dan di
Amerlka Serlkat baru diakui sebagai keahlian dalam tahun 1955. Ilmu ini dalamarti kata yang luas terdiri atas berbagai
jurusan, termasuk :
(a) Ilmu kedokteran perusahaan (Industrial medicine).
(b) Ilmu kedokteran pertanian (Agricultural medicine).
(c) Ilmu kedokteran penerbangan (Aviation medicine).
(d) Ilmu kedokteran angkasa luar (Aerospace medicine).
(e) llmu kedokteran nuklir (Nuclear or Atomic medicine).
(f) Ilmu Kedokteran dibawah air (Underwater or submarinemedicine).
(g) llmu kedokteran olah raga (Sports medicine).
lni menggambarkan bahwa pekerja itu mempunyai lapangankerja yang luas sekali, yaitu di perindustrian, pertanian,
penerbangan, angkasa luar, nuklir, bawah air, olah raga dansebagainya dengan berbagai macam masalah kesehatan. Masa-lah
kesehatan ini dapat berupa gangguan kesehatan, penyakitdan kecelakaan akibat kerja, dan semuanya dapat
mengurangi produktivitas dan efisiensi kerja

Ruang lingkup hygiene industry terdiri dari :


1) Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan
atau penerapan higiene industri di tempat kerja. Adapun tujuan dari anntisipasi adalah :
 Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko yang nyata
 Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki
 Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau suatu area dimasuki
 Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :
 Pengumpulan Informasi
 Melalui studi literature
 Mempelajari hasil penelitian
 Dokumen-dokumen perusahaan
 Survey lapangan
 Analisis dan diskusi
 Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
 Pembuatan Hasil
Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan risiko yangndapat dikelompokkan:
– Berdasarkan lokasi atau unit
– Berdasarkan kelompok pekerja
– Berdasarkan jenis potensi bahaya
– Berdasarkan tahapan proses produksi dll

Anizatun Nuskiyati
Page 2
Modul SKN LBM 5

2) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan
menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di
mana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis,
ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
 Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran)
 Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
 Mengetahui pekerja yang berisiko

3) Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui
penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil
pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau
tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen data
di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :

 Untuk mengetahui tingkat risiko


 Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
 Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
 Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
 Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
 Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik
4) Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
 Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta menghentikan semua kegiatan pekerja di
daerah yang berpotensi bahaya.
 Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan mengurangi bahaya, Pengendalian
bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa
peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk diproses lebih
lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
 Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan menempatkannya di tempat lain atau
menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
 Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain pekerja
 Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.,
 Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya,
 Proses kerja ditempatkan terpisah,
 Menempatan ventilasi local/umum.
 Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan
kerja
 Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya
 Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian. Jenis-jenis alat pelindung diri
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.

Anizatun Nuskiyati
Page 3
Modul SKN LBM 5

2. Apakah manfaat dan tujuan dari HIPERKES?

Definisi hiperkes (Occupational health) menurutJoint International Labour Organization (ILO)/World HealthOrganization (WHO)
Committee on Occupational Health.Terjemahan bebasnya ialah sebagai berikut :

Hiperkes harus bertujuan untuk : meningkatkan dan meme-lihara kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani,
rohanimaupun sosial, pada pekerja dalam semua jabatan; mencegahtimbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
keadaankerja mereka, melindungi pekerja dalam pekerjaan merekaterhadap bahaya yang dihasilkan oleh faktor yang
merugikankesehatan; menempatkan dan melestarikan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan faal badannya
danrohaninya atau secara ringkas : menyesuaikan pekerjaan ituterhadap manusia dan tiap-tiap orang terhadap jabatannya.

Tujuan :

 Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani, nelayan, pekerja2 bebas dsb) dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosialnya.
 Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya2 pengotoran oleh bahan2 yang berasal dari perusahaan.
 Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat konsumennya.
 Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan pula produksi
perusahaan.
 Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani, nelayan, pekerja2 bebas dsb) dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosialnya.
 Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya2 pengotoran oleh bahan2 yang berasal dari perusahaan.
 Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat konsumennya.
 Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan pula produksi
perusahaan.
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan kecelakaan akibat kerja
 Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja
 Perawatan dan mcmpetinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja
 Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
 Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh
perusahaan tersebut
 Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta
Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja lebih menfokuskan lingkup kegiatannya pada
peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :
 Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja
 Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya
 Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
 Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan pendidikan atau ketrampilannya
Budiono, A.M.S., 2005. “Bunga Rampai Hiperkes dan KK”. Semarang : UNDIP
g, Indan, “Ilmu Kesehatan Masyarakat”, 2000

3. Apakah kebijakan pemerintah tentang hiperkes?


UUD 1945 pasal 27 ayat 2: “Setiap warga negara berhak atas penghargaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
a. Pekerjaan adh hak manusia
b. Sso bekerja & beraktivitas dalam kondisi sehat

Anizatun Nuskiyati
Page 4
Modul SKN LBM 5

c. Bebas dari risiko akibat kerja, kecelakaan/penyakit akibat kerja


d. Penghidupan yang layak = hak manusiawi
UU ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003

Undang-undang No. 14 Tahun 1969


Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja.
“Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, dan pemeliharaan moral
kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama”.

4. Apa saja aspek dalam hiperkes?

Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :


1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja

Aspek-aspek Higiene Perorangan


- Pemeriksaan Kesehatan Calon Karyawan,
- Pemeriksaan Kesehatan berkala,
- Pemeriksaan Kesehatan Khusus,
- Kesadaran terhadap pentingnya higiene perorangan,
- Iklim perusahaan yang sehat dan memadai,
- Lingkungan kerja yang sehat,terbuka,bersih,
- Perlindungan thd.bahaya dan kecelakaan kerja,
- Pelaksanaan sanitasi lingkungan,
- Peningkatan gizi yang baik,
- Kewajiban memenuhi mentaati syarat-syarat Kesehatan Kerja,
- Pengendalian penyakit

Anizatun Nuskiyati
Page 5
Modul SKN LBM 5

- Kebersihan Selama Kerja


- Pendidikan dan Penyuluhan

Aspek hiperkes :

1. Higiene Perusahaan
fokus pada upaya pengenalan/identifikasi, penilaian/pengujian, pemantauan faktor lingkungan tenaga kerja
2. Ergonomic
kelilmuan & aplikasinya dalam sistem/desain kerja, penserasian manusia & pekerjaannya, pencegahan kelelahan, untuk tercapai
efisiensi & efektifitas pekerjaan
3. Kesehatan kerja
– meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja
– mll upaya peningkatan kesehatan
– upaya pencegahan gangguan kesehatan
– thd penyakit akibat pekerjaan/tempat kerja
4. Keselamatan kerja
– Ilmu & penerapan terkait mesin, alat, bahan, & proses kerja
– Untuk menjamin keselamatan tenaga kerja & seluruh aset produksi agar terhindar dari kecelakaan kerja/kerugian lainnya

5. Apa hakikat dari hiperkes?

Hakikat
 Pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tinginya baik fisik, mental, sosial, bagi tenaga
kerja(buruh/karyawan, petani, nelayan, pegawai negeri, pekerja sektor non-formal, dsb)
 Kedua untuk meningkatkan produksi dengan berlandaskan pada meningkatnya efisiensi dan produktivitas.
Ilmu KesehatanMasyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
6. Apa saja usaha/program dari hiperkes?
Usaha Hiperkes:
- Sanitasi Perusahaan

Salah satu usaha yang dilakukan untuk mencapai persyaratan hiperkes. Sanitasi termasuk usaha-usaha dan tindakan yang
dilakukan untuk mengubah secara langsung maupun tidak langsung pengaruh lingkungan yang buruk bagi kesehatan manusia
menjadi lingkungan yang menguntungkan. Sanitasi Perusahaan adalah tindakan-tindakan menciptakan kebersihan, menjaga
kesehatan dan memelihara kenyamanan lingkungan kerja di dalam perusahaan yang memenuhi persyaratan Hiperkes
Dengan melaksanakan sanitasi: faktor-faktor buruk yang dapat menimbulkan penyakit dapat dicegah dan dihilangkan. Program
sanitasi antara lain:
1.Dilakukan untuk mendapatkan hasil yang efektif.
2.Melibatkan seluruh jajaran personel di dalam perusahaan.

Pendidikan dan Pelatihan mengenai Sanitasi


Tujuannya adalah

1. Agar seluruh tenaga kerja memahami arti dan pentingnya melakukan sanitasi perusahaan.
2. Lingkup Pendidikan :
a. Penerangan tentang prinsip sanitasi,
b. Orientasi sanitasi kepada karyawan baru,
c. Penerangan,instruksi, latihan tentang :
-metode kebersihan,

Anizatun Nuskiyati
Page 6
Modul SKN LBM 5

-materi dan perlengkapan sanitasi


d. Presentasi visual,alat peraga
e. Evaluasi : Secara tertulis dan Pengamatan di lapangan

Higiene Perorangan
Titik sentral kegiatan perusahaan adalah manusia sebagai tenaga kerja, higiene perusahaan dapat dimulai dari Higiene
Perorangan. Higiene Perorangan merupakan salah satu upaya untuk mencapai persyaratan hiperkes. Usaha-usaha Higiene
Perorangan :
1. Kebersihan Badan,
2. kebersihan mulut,
3. Kebersihan tangan,
4. Kebersihan rambut,
5. Pakaian,
6. dll.

Program Hiperkes :
 Pengenalan, pengujian, pengendalian potensi bahaya di lingk kerja
 Pemantauan lingk kerja
 Pelatihan & informasi lingkungan kerja
 Penyusunan NAB
 Rekayasa alat deteksi
 Riset kedokteran/kesehatan
 Pembuatan label/tanda peringatan
 Koordinasi & kerjasam dg unit lin di perusahaan, instansi/profesi lain

7. Apa bedanya dokter perusahaan dan dokter klinik perusahaan?

seorang dokter perusahaan memiliki tugas dan peranan spesifik. Tidak seperti dokter klinik yang aktivitasnya berfokus pada
pelayanan kuratif, aktivitas seorang dokter perusahaan lebih menitikberatkan pada usaha kesehatan yang sifatnya promotif,
preventif, dan rehabilitatif – dengan tenaga kerja sebagai objeknya.

Tugas Dokter Perusahaan

Secara umum, tugas seorang dokter perusahaan dapat dibagi dalam empat ruang lingkup: medis, teknis lingkungan kerja, teknis
administratif, dan lingkungan sosial.

A. Medis

1. Program kesehatan di tempat kerja

Fungsi dasar seorang dokter sebagai seorang praktisi kesehatan adalah untuk menjalankan program pelayanan kesehatan. Untuk
seorang dokter perusahaan, ruang lingkup kerjanya termasuk pemeriksaan kesehatan, perawatan dan rehabilitasi, serta
pencegahan penyakit umum

2. Jalin hubungan dengan tenaga kerja

Anizatun Nuskiyati
Page 7
Modul SKN LBM 5

Seorang dokter perusahaan juga dituntut untuk menampung keluhan tenaga kerja saat konsultasi kesehatan dan
membantu melakukan koreksi lingkungan apabila diperlukan bersama tim dari disiplin ilmu lain.

B. Teknis Lingkungan Kerja

1. Pengukuran

Seorang dokter perusahaan juga harus memiliki pengetahuan tentang alat ukur dan standar keadaan lingkungan, termasuk
diantaranya keadaan iklim, bising, pencahayaan dan lain-lain. Pengetahuan ini bermanfaat untuk mengetahui pengaruh
lingkungan terhadap kesehatan pekerja. Namun, seorang dokter perusahaan juga harus mengetahui batas cakupan disiplin
ilmunya dan melakukan konsultasi pada ahli higiene industri untuk melakukan pengukuran pada keadaan yang lebih spesifik.
Pengukuran dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Gambar 2. Sound Level Meter - alat ukur kebisingan

2. Kebersihan dan Sanitasi.

Seorang dokter perusahaan dituntut untuk mengoptimalkan dan memantau kebersihan serta sanitasi di perusahaan, termasuk di
tempat kerja, kantin, WC, dan pembuangan sampah. Selain itu, usaha kebersihan lain yang harus dilakukan termasuk
pemberantasan insekta – tikus, kampanye kebersihan perorangan (personal hygiene), dan pemantauan sistem pengolahan
sisa/sampah industri.

3. Penyesuaian kemampuan fisik dan pekerjaan.

Seorang dokter perusahaan harus mampu menilai kemampuan fisik seorang pekerja dan membuat rekomendasi untuk
penyesuaian di tempat kerja pekerja tersebut. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kelelahan dan mengoptimalkan
kinerja.

C. Teknis Administratif

Anizatun Nuskiyati
Page 8
Modul SKN LBM 5

Seorang dokter perusahaan berkewajiban untuk memenuhi tugas administratif, termasuk diantaranya: 1. ) Pencatatan dan
pelaporan medis ke instansi, 2.) Administrasi rutin bidang kesehatan, dan 3.) Perencanaan usaha pengembangan hiperkes di
perusahaan.

D. Tugas Sosial

Selain tugas-tugas diatas, seorang dokter perusahaan juga memiliki peranan sosial sebagai Health Educator atau penyuluh
kesehatan. Materi yang harus disampaikan termasuk gaya hidup sehat, gizi, dan mutu makanan. Seorang dokter perusahaan
juga harus mampu berfungsi sebagai Health Counsellor (Komunikator) yang menjembatani hubungan antara pekerja dengan
pihak manajerial perusahaan dalam bidang kesehatan. Seorang dokter perusahaan juga sering dilibatkan dalam tugas
kepanitiaan/tim, seperti P2K3, P3K atau Regu Pemadam Kebakaran.

K3

1. Apakah definisi K3 menurut ILO/WHO dan tujuan dari K3?

Definisi
Spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta dengan praktek yag bertujuan agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya dengan usaha preventif dan kuratif.
Dibawah ini ada beberapa definisi yang menjelaskan apa itu K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari berbagai ahli K3
termasuk definisi K3 menurut ILO .

ILO
Suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya
bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai
adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.

Tujuan K3 :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan kecelakaan akibat kerja
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja
3. Perawatan dan mcmpetinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja
4. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
5. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh
perusahaan tersebut
6. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”. Jakarta : Rineka Cipta

2. Apa faktor yang mempengaruhi dari K3?


Faktor yang mempengaruhi

Status kesehatan seseorang, menurut HL Bloom (1981) ditentukan oleh 4 faktor :

 Lingkungan , berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,
mikroorganisme) dan sosial budaya(ekonomi, pendidikan, pekerjaan)
 Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku

Anizatun Nuskiyati
Page 9
Modul SKN LBM 5

 Pelayanan kesehatan : promotif, preventif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi


 Genetik yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
Bunga rampai HIPERKES DAN KK, AM. Sugeng Budiono, dkk

3. Apa ruang lingkup dari K3?


Ruang Lingkup

Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja lebih menfokuskan lingkup kegiatannya pada
peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja
2. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
4. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan pendidikan atau ketrampilannya
Budiono, A.M.S., 2005. “Bunga Rampai Hiperkes dan KK”. Semarang : UNDIP

4. Apakah Batasan dari K3?

a. BEBAN KERJA
Setiap pekerjaan apa pun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah
merupakan beban bagi yang melakukan. Dengan sendirinya beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental ataupun beban
sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku  Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para
karyawan atau pekerja dengan cara merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja. Misalnya
untuk mempercepat pekerjaan tulis menulis  diciptakan mesin ketik, untuk membantu mengurangi beban hitung-menghitung
 diciptakan kakulator atau komputer, dan sebagainya.
b. BEBAN TAMBAHAN
Di samping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja atau karyawan, pekerja sering atau kadang-kadang memikul beban
tambahan yang berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanan pekerjaan. Disebut beban tambahan
karena lingkungan tersebut menggangu pekerjaan, dan harus diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan. Beban
tambahan ini dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor yakni :
1. faktor fisik , misalnya: penerangan/pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang panas, dan sebagainya.
2. faktor kimia , misalnya: ban gas, uap atau asap, debu, dan sebagainya.
3. faktor biologi , misalnya: nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang tidak teratur, dan sebagainya.
4. faktor fisiologi , yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan (ergonomic), misalnya:
meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek.
5. faktor sosial-psikologis , yaitu suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya: adanya klik, gosip, cemburu, dan sebagainya.
c. KEMAMPUAN KERJA
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan
pengalamannya sama, dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama, Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas
orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas. Artinya kemampuan
tersebut dapat berkembang karena pendidikan atau pengalaman tetapi sampai batas-batas tertentu saja. Kapasitas dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain: gizi dan kesehatan, ibu, genetik, dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini mempengaruhi
atau menentukan kemampuan seseorang. Kemampuan seseorang juga dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan,
kebugaran, gizi, jenis kelamin, dan ukuran-ukuran tubuh  Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akhirnya akan
berdampak terhadap peningkatan produktivitas kerja.
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”. Jakarta : Rineka Cipta

Anizatun Nuskiyati Page


10
Modul SKN LBM 5

5. Bagaimana urutan penyakit akibat kerja menurut ILO?


- peyakit saluran pernafasan
-peyakit kulit
-kerusakan pendengaran
-gejala pada punggung dan sendi
-kanker
-CAD
-penyakit liver
-maslah neuropsikitari
-JPV
-penyakit yg tidak diketahui penyebabnya.

Ada 3 urutan :
- penyakit akibat kerja/occupational diseases
-penyakit yg berhubungan dgan pekerjaan
- penyakit yg mengnai populasi ling kerja

6. Peraturan perundang2an yg mengatur k3 dan HIPERKES?

Undang-undang nomor 1 tahun 1970


Keselamatan Kerja.
“agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja mendapat perlindungan atas keselamatannya, dan
setiap sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara aman dan efisien sehingga akan meningkatkan produksi
dan produktifitas kerja”

PerMen Tenaga Kerja no Per-01/MEN/1979


Pelayanan Kesehatan Kerja.
– Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan pekerjaannya.
– Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
– Meningkatkan kesehatan badan, kesehatan mental, dan kemampuan fisik tenaga kerja.
– Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit.

PerMen Tenaga Kerja no Per-02/MEN/1979


Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
– Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.
– Pemeriksaan kesehatan berkala
– Pemeriksaan kesehatan khusus.
Lainnya
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor Pe r-01/MEN/1976 tentang kewajiban latihan Hiperkes bagi dokter perusahaan.
• Undang-undang nomor 7 tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagaan
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 03/MEN/1984 tentang mekanisme pengawasan ketenagakerjaan.

7. Jelaskan peran dan kewajiban dokter perusahaan mengenai hiperkes!

“Dokter hiperkes bersama dengan paramedisnya diharapkan mampu mendeteksi, melakukan investigasi dalam rangka
menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, serta menganalisa dan mencegah sedini mungkin timbulnya

Anizatun Nuskiyati Page


11
Modul SKN LBM 5

kecelakaan kerja sehingga terciptanya suatu kondisi tempat / lingkungan kerja maupun proses kerja yang lebih aman,
efisien dan efektif serta sehat bagi setiap pekerja di perusahaan. “
Dokter perusahaan adalah Setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di perusahaan yang bertugas dan atau bertanggung
jawab atas higiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja(hiperkes)
TUGAS POKOK :
Memimpin dan menjalankan pelayanan kesehatan kerja sebagai perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja
guna mewujudkan tenaga kerja yang sehat dan produktif optimal

PELAYANAN KESEHATAN KERJA


1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan sebelum
penempatan, pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus
dan menafsirkan serta menggunakan hasil pemeriksaan tsb.;
2. Melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja serta memberikan nasehat tentang pembinaan dan pengawasan di-
maksud kepada pihak terkait khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja serta membe-
rikan nasehat tentang pembinaan dan pengawasan dimaksud kepada pihak terkait
khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
4. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi air serta memberikan
nasehat tentang pembinaan dan pengawasan dimaksud kepada pihak terkait
khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
5. Melakukan pembinaan dan pengawasan perlengkapan kesehatan kerja serta
memberikan nasehat tentang pembinaan dan pengawasan dimaksud kepada pihak
terkait khususnya di perusahaan yang bersangkutan;
6. Melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja baik terhadap tenaga kerja individual maupun komunitas tenaga
kerja dan juga masyarakat yang ada kaitannya dengan perusahaan yang bersang-
kutan;
7. Melakukan atau memberikan nasehat kepada atau meminta pihak terkait untuk
melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) dan penyakit umum
serta penyakit akibat kerja;
8. Melakukan pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja serta komunitas tenaga
kerja dan latihan untuk petugas PPPK dan petugas kesehatan lainnya khusus-
nya di perusahaan yang bersangkutan;
9. Memberi nasehat aspek medis dan kesehatan mengenai perencanaan dan
pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi
serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja;
10. Membantu dari segi medis usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit
akibat kerja;
11. Melakukan dan atau memberi nasehat kepada dan atau meminta kepada pihak
yang bersangkutan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
tenaga kerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam kesehatannya;
12. Melakukan dan menafsirkan audit program atau sistem manajemen kesehatan/
kedokteran kerja di perusahaan.

KHUSUS
1. Membuat diagnosis penyakit akibat kerja(penyakit yang timbul karena hubungan

Anizatun Nuskiyati Page


12
Modul SKN LBM 5

kerja) dan atau penyakit lain yang berkaitan dengan pekerjaan serta mengobati
dan atau melakukan tindakan-tindakan lain dalam keselamatan dan kesehatan
kerja(K3) yang pelaksanaannya mungkin dilakukan bekerja sama dengan spesi-
alis lain dan atau pihak lain;
2. Membuat diagnosis dan menilai kecacatan akibat kecelakaan kerja dan atau
penyakit akibat kerja yang pelaksanaannya mungkin dilakukan bekerja sama
dengan spesialis dan atau pihak lain;
3. Menilai dan menetapkan ada tidak adanya efek pekerjaan atau lingkungan kerja
terhadap kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan;
4. Menilai dan menetapkan batas sehat pemaparan kerja terhadap faktor dalam
pekerjaan atau lingkungan kerja bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
5. Menilai dan menetapkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
tenaga kerja yang bersangkutan;

Kecelakaan kerja

1. Apa saja macam-macam kecelakaan kerja?

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan menjadi 4 macam, yakni:
 klasifikasi menurut jenis kecelakaan
o terjatuh
o tertimpa benda jatuh
o terjepit oleh benda
o pengaruh suhu tinggi
o terkena arus listrik
 klasifikasi menurut penyebab
 mesin
o mesin penyalur(transmisi)
o mesin-mesin untuk menggerakan logam
o mesin-mesin pengolah kayu
o mesin-mesin pertanian
o mesin-mesin pertambangan
 alat angkut dan alat angkat
o mesin angkat dan peralatannya
o alat angkutan di atas roda
o alat angkutan udara
o alat angkutan air
 Peralatan lain
o Bejana bertekanan
o Dapur pehakar dan pemanas
o Instalasi pendingin
o Alat-alat listrik (tangan)
o Tangga
 Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
o bahan peledak
o debu, gas ciran dan zat-zat kimia terkecuali bahan peledak
o radiasi
 Lingkungan kerja

Anizatun Nuskiyati Page


13
Modul SKN LBM 5

o di luar bangunan
o di dalam bangunan
o di bawah tanah
 klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
o Patah tulang
o Dislokasi / keseleo
o Regang otot / urat
o Memar dan luka dalam yang lain
o Amputasi
 klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
o Kepala
o Leher
o Badan
o Anggota atas
o Anggota bawah
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”. Jakarta : Rineka Cipta

2. Apa pengertian kecelakaan kerja?

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama yakni faktor fisik dan faktor manusia. Oleh sebab
itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan
tidak diharapkan akibat dari kerja. Sumakmur (1989) membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan
pokok, yakni:
o Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan,
o Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta

3. Apa tujuan program,sasaran utama dari keselamatan kerja?

KESELAMATAN KERJA
i. DEFINISI
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja adalah tugas
semua orang yang bekerja,. Dan keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya, dan
juga masyarakat pada umumnya.
www.nakertrans.go.id
ii. RUANG LINGKUP
Batasan dan ruang lingkup
Keselamatan kerja diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada
kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja
Sugandi, D., 2005. “Bunga Rampai Hiperkes dan KK”. Semarang : UNDIP

Anizatun Nuskiyati Page


14
Modul SKN LBM 5

iii. TUJUAN
1. Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup serta peningkatan
produksi dan produktivitas nasional
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
3. Memelihara sumber produksi serta menggunakan dengan amat dan berdayaguna (efisien)
(Dari.Dainur.1995.Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat)
iv. PROGRAM
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan
 Mencegah dan mengurangi kebakaran
 Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
 Member kesempatan dan jalan untuk menyelamatkan diri saat kebakaran
 Member alat perlindungan diri para pekerja
 Member penerangan yang cukup dan sesuai
 Mengamankan dan memperlancar bongkar muat
v. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN KERJA
PERILAKU YANG TIDAK AMAN LINGKUNGAN KERJA YANG TIDAK AMAN
 Sembrono dan tidak hati-hati  Alat pengaman yang tidak sempurna
 tidak mematuhi peraturan  Peralatan yang rusak
 Kondisi badan yang lemah  Kurangnya pencahayaan

a. FAKTOR PENYEBAB
Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya di golongkan menjadi dua, yakni:
 Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan,
ngantuk, kelelahan, dan sebagainya.
 Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau “unsafety condition”, misalnya lantai licin, pencahayaan kurang,
silau, dan sebagainya
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”. Jakarta : Rineka Cipta
Faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja dan penyakit yang ditimbulkannya
 GOLONGAN FISIK
o Suara yang keras dapat menyebabkan tuli
o Suhu tinggi yang dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpirexi& suhu rendah menyebabkan chilblain, trench
foot, atau frosbite
o Penerangan yang kurang atau yang terlalu terang (menyilaukan) menyebabkan kelainan penglihatan dan memudahkan
terjadinya kecelakaan
o Penurunan tekanan udara (dekompresi) yang mendadak dapat menyebabkan caisson disease
o Radiasi dari sinar rontgen atau radio aktif menyebabkan penyakit-penyakit darah. kemandulan, kanker kulit dan sebagainya
 GOLONGAN KIMIAWI
o Gas yang menyebabkan keracunan, misalnya: CO, HCN.H2S, SO2
o Debu-debu misalnya debu silica, kapas, asbest ataupun debu logam berat
 GOLONGAN PENYAKIT INFEKSI
Misalnya penyakit antrax yang disebabkan bakteri Bacillus antracis pada penyamak kulit atau pengumpul wool. Penyakit-
penyakit infeksi pada karyawan yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan penderita penyakit menular.
 GOLONGAN FISIOLOGI

Anizatun Nuskiyati Page


15
Modul SKN LBM 5

Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik; karena konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena
tempat duduk yang tidak sesuai.
 GOLONGAN MENTAL-PSIKOLOGI
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama karyawan, antara karyawan dengan pimpinan karena
pekerjaan yang tidak cocok dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun karena upah imbalan yang
terlalu sedikit upah sehingga tenaga pikirannya tidak dicurahkan kepada pekerjaannya melainkan kepada usaha-usaha pribadi
untuk menambah penghasilannya.
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta
b. UPAYA DAN PENCEGAHAN
o Substitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang atau tidak berbahaya, tanpa
mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya
o Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya dalam perusahaan. Misalnya menyendirikan
mesin-mesin yang sangat gemuruh, atau proses-proses yang menghasilkan gas atau uap yang berbahaya.
o Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh
pemasukan udara ini akan lebih rendah dari nilai ambang batasnya
o Ventilasi keluar setempat
Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruang kerja agar bahan-bahan yang berbahaya dihisap dan dialirkan keluar.
Sebelum dibuang ke udara bebas agar tidak membahayakan masyarakat, udara yang akan dibuang ini harus diolah terlebih
dahulu.
o Mempergunakan alat pelindung perseorangan
Para karyawan dilengkapi dengan alat pelindung sesuai dengan jenis pekerjaannya. Misalnya: masker, kacamata, sarung
tangan, sepatu, topi, dll
o Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
Para karyawan atau calon karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan psikis) agar penempatannya sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dipegangnya secara optimal
o Penerangan atau penjelasan sebelum kerja
Kepada para karyawan diberikan penerangan/penjelasan sebelum kerja agar mereka mengetahui, mengerti dan mematuhi
peraturan-peraturan serta agar lebih berhati-hati
o Pemeriksaan kesehatan ulangan pada para karyawan secara berkala
Pada waktu-waktu tertentu secara berkala dilakukan pemeriksaan ulangan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit
akibat kerja pada tingkat awal agar pengobatan dapat segera
o Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Para karyawan diberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja secara kontinyu dan teratur agar tetap waspada
dalam menjalankan pekerjaannya
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta

peyakit saluran pernafasan


-peyakit kulit
-kerusakan pendengaran
-gejala pada punggung dan sendi
-kanker
-CAD

Anizatun Nuskiyati Page


16
Modul SKN LBM 5

-penyakit liver
-maslah neuropsikitari
-JPV
-penyakit yg tidak diketahui penyebabnya.

4. Bagaimana cara pencegahan penyakit akibat kecelakaan kerja?


-substitusi : mengganti bahan2 yg dapat mencemari lingkungan
-isolasi : mengisolir proses2 yg berbahaya dri perusahaan
- memperbanyak ventilasi
-mempergunakan alat perlindungan personal
-pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.

Ergonomi
1. Apa pengertian dan metode dari ergonomi?

Ergonomi berasal dari bahasa yunani, ergon artinya kerja dan nomos artinya peraturan atau hukum. Secara harviah ergonomi
adalah hukum atau peraturan yang mengatur tentang bagaiamana melakukan pekerjaan termasuk dalam menggunakan
peralatan kerja.
Ergonomi adalah ilmu yang mengatur tentang penyesuaian antara peralatan atau perlengkapan dalam bekerja dengan kondisi
atau kemampaun manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas yang optimal.

2. Apakah ruang lingkup dari ergonomi?

Secara harfiah ergonomi diartikan sebagai peraturan. tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk menggunakan peralatan
kerja. Dewasa ini batasan ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan kondisi dan kemampuan
manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja yang optimal. Dari batasan ini terlihat bahwa
ergonomi tersebut terdiri dari dua sub sistem, yakni: sub sistem peralatan kerja, dan sub sistem manusia. Sub sistem manusia
terdiri: psikolog, latar belakang sosial, dan sebagainya. Oleh sebab itu, tujuan dan ergonomi ini adalah untuk menciptakan
suatu kombinasi yang paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta

Penerapan ergonomi/ruang lingkup ergonomi meliputi (Setyaningsih, Yuliani, 2002) ;


a. Pembebanan kerja fisik
Beban fisik yang dibenarkan umumnya tidak melebihi 30-40% kemampuan maksimum seorang pekerja dalam waktu 8 jam
sehari. Untuk mengukur kemampuan kerja maksimum digunakan pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-
40 kali per menit di atas denyut nadi sebelum bekerja. Di Indonesia beban fisik untuk mengangkat dan mengangkut yang
dilakukan seorang pekerja dianjurkan agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali mengangkat atau mengangkut.
b. Sikap tubuh dalam bekerja

Anizatun Nuskiyati Page


17
Modul SKN LBM 5

Sikap pekerjaan harus selalu diupayakan agar merupakan sikap ergonomik. Sikap yang tidak alamiah harus dihindari dan jika
hal ini tidak mungkin dilaksanakan harus diusahakan agar beban statis menjadi sekecil-kecilnya. Untuk membantu tercapainya
sikap tubuh yang ergonomik sering diperlukan pula tempat duduk dan meja kerja yang kriterianya disesuaikan dengan ukuran
anthropometri pekerja.

c. Mengangkat dan mengangkut


Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses mengangkat dan mengangkut adalah beratnya beban, intensitas, jarak yang
harus ditempuh, lingkungan kerja, ketrampilan dan peralatan yang digunakan. Untuk efisiensi dan kenyamanan kerja perlu
dihindari manusia sebagai “alat utama” untuk mengangkat dan mengangkut.
d. Sistem manusia – mesin
Penyesuaian manusia-mesin sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan dan efisiensi kerja. Perencanaan sistem ini
dimulai sejak tahap awal dengan memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia dan mesin yang digunakan interaksi
manusia-mesin memerlukan beberapa hal khusus yang diperhatikan, misalnya :
1) adanya informasi yang komunikatif
2) tombol dan alat pengendali baik
3) perlu standard pengukuran anthropometri yang sesuai untuk pekerjaannya.
e. Kebutuhan kalori

Konsumsi kalori sangat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan. Semakin berat kegiatan yang dilakukan semakin besar kalori
yang diperlukan. Selain itu pekerjaan pria juga membutuhkan kalori yang berbeda dari pekerja wanita. Dalam hal ini perlu
diperhatikan juga saat dan frekuensi pemberian kalori pada pekerja.

1) Pekerja Pria
a) Pekerjaan ringan : 2400 kal/hari
b) Pekerjaan sedang ; 2600 kal/hari
c) Pekerjaan berat : 3000 kal/hari
2) Pekerja Wanita
a) Pekerjaan ringan : 2000 kal/hari
b) Pekerjaan sedang ; 2400 kal/hari
c) Pekerjaan berat : 2600 kal/hari
f. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, saat istirahat, pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat
bekerja yang disesuaikan dengan irama faal tubuh manusia. Waktu kerja dalam 1 hari antara 6-8 jam. Dengan waktu istirahat
½ jam sesudah 4 jam bekerja. Perlu juga diperhatikan waktu makan dan beribadah. Termasuk juga di dalamnya terciptanya
kerjasama antar pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan serta pencegahan pekerjaan yang berulang (repetitive)
g. Lingkungan kerja
Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja berbagai faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh. Berbagai faktor
lingkungan yang berpengaruh misalnya suhu yang nyaman untuk bekerja adalah 24-26O C.
h. Olahraga dan kesegaran jasmani
Kegiatan olahraga dan pembinaan kesegaran jasmani dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, tes
kesehatan sebelum bekerja/tes kesegaran jasmani perlu dilakukan sebagai tahap seleksi karyawan.
i. Musik dan dekorasi
Musik dapat meningkatkan kegairahan dan produktivitas kerja dengan mempertimbangkan jenis, saat, lama dan sifat pekerjaan.
Dekorasi dan pengaturan warna dapat memberikan kesan jarak, kejiwaan dan suhu. Misalnya :
a) biru ; jarak jauh dan sejuk
b) hijau ; menyegarkan
c) merah ; dekat, hangat, merangsang

Anizatun Nuskiyati Page


18
Modul SKN LBM 5

d) orange ; sangat dekat, merangsang.


j. Kelelahan
Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut dan memerlukan terjadinya proses
pemulihan. Sebab-sebab kelelahan diantaranya adalah monotomi kerja, beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja jelek,
gangguan kesehatan dan gizi kurang.

3. Bagaimana penerapan dari ergonomi?


- posisi duduk, posisi berdiri
Proses kerja para pekerja dapat menjagkau peralatan kerja
Tata letak perlatan kerja: display harus jelas dl melakuan aktivitas kerja
-mengangkat beban ; menjinjing beban, organisasi kerja, metode mengangkat beban, supervisi medis.

4. Apakah tujuan dari penerapan ergonomi?


- mengurangi angka cidera dan kesakitan dlm melakukan pekerjaan
-mengurangi biaya trhadapa penanganan kecelkaan atau kesakitan
-mengurangi absentisme ketidakhadiran
-meningkatkan produktifitas dan keselamatan kerja
-meningktakan kesejahteraan fisik dan mental
-pekerja merasa nyaman
-menciptakan keseimbangan rasional anatar aspek teknis,antropologi,dan budaya dari setiap sistem

5. Apa prinsip dari ergonomi?


c. Prinsip dan penerapan ergonomi

o Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,susunan,ukuran dan penempatan mesin-
mesin,penempatan alat-alat petunjuk , cara-cara harus melayani mesin (macam gerak,arah,kekuataan,dsb)
o Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran tersebar sebagai dasar serta diatur dengan
suatu cara,sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil,misalnya : tempat
duduk yang dapat dinaik turunkan dan dimajukan atau dimundurkan.
o Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan alat-alat kerja adalah sebagai berikut :
- Berdiri : tinggi badan,bahu,siku,pinggul,dll
- Duduk : tinggi duduk,panjang lengan atas,panjang lengan bawah dan tangan,jarak lekuk lutut
o Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm di bawah tinggi siku
o Dari segi otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk sedang dari sudut tulang, dianjurkan duduk
tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas
o Tempat duduk yang baik adalah :
- Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut sedangkan paha dalam keadaan datar
- Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
- Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung
o Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat ke bawah sedangkan untuk pekerjaan duduk arah
penglihaan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat
o Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 Kg. Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam
per hari.lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja menurun.
Sumber : Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
d. Aspek

Anizatun Nuskiyati Page


19
Modul SKN LBM 5

1. Faktor manusia
Dibagi 2:

 Faktor dari dalam, adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan
ukuran tubuh, dll.
 Faktor dari luar, berasal dari luar manusia seperti penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi,adat istiadat, dsb.

2. Anthropometri
Suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk beluk dimensional ukuran dan
bentuk tubuh manusia . Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu
saran kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut. Dalam pelaksanaan pengukuran antropometri
dikenal dua macam pengukuran yaitu antropometri statis dan dinamis.
3. Sikap tubuh dalam bekerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi,
efektivitas, dan produktivitas kerja, selain SOP yang terdapat pada setiapa jenis pekerjaan. Semua sikap
tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya harus
dihindarkan. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka harus diupayakan agar beban statiknya diperkecil. Pada waktu
bekerja diusahakan agar bersikapsecara alamiah dan bergerak optimal. Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara
ergonomik adalah yang memberikan rasa nyaman, aman, sehat, dan selamat dalam bekerja yang dilakukan antara lain dengan
cara:
 Menghindarkan sikapa yang tidak alamiah dalam bekerja
 Diusahakan beban statik menjadi sekecil-kecilnya
 Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan kerjayanga sesuai dengan ukuran antropometri tenaga
kerja penggunanya.
 Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara bergantian.

4. Manusia- mesin
Fungsi manusia dalam hubungan manusia-mesin dalam rangkaian produksi ini adalah sebagai pengarah atau pengendali
jalannya mesin tersebut. Manusia menerima informasi dari mesin melalui indera mata untuk membuat keputusan untuk
menyesuaikan atau merubah kerja mesin melalui alat kendali yang ada pada mesin. Pada umumnya setiap mesin mempunyai
SOP. Kemudian mesin menerima perintah tersebut untuk kemudian untuk menjalankan tugasnya. Jelas disini bahwa
bekerjanya mesin sangat tergantung pada manusia sebagai pengendalinya.
5. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat,kerja lembur dan lainnya yang
dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja.
Jam kerja selama 8 jam perhari diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabial tidak dapat dihindarkan perlu
diusahakan grup kerja baru atau perbanyakan kerja ship.
6. Pengendalian lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang buruk atau melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan, yang melebihi toleransi manusia untuk
menghadapinya, akan menurunkan produktivitas kerja, menyebabkan penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, pencemaran
lingkungan sehingga tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tidak mendapat rasa aman, nyaman, sehat, dan selamat.
Terdapat berbagai faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan, dan efisiensi serta produktivitas
kerja yaitu faktor fisik; seperti pengaruh kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran; faktor kimia seperti pengaruh bahan
kimia, gas, uap, debu; faktor fisiologis seperti;sikap dan cara kerja, penentuan jam kerja dan istirahat, kerja gilir, kerja lembur;
faktor psikologis;seperti suasana tempat kerja, hubungan antar pekerja dan faktor biologis seperti infeksi karena bakteri, jamur,
virus, cacing.
Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu pengendalian secara teknik, pengendalian
secara administratif, dan pengendalian dengan pemberian alat pelindung diri (APD).

Anizatun Nuskiyati Page


20
Modul SKN LBM 5

7. Kelelahan kerja
Penyebab kelelahan kerja adalah akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana, dan lingkungan kerja merupaan
faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Kelelahan merupakan suatu kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan walaupun bukan merupakan satu-satunya gejala. Kelelahan dapat dibagi
dua macam:
 Kelelahan otot
 Kelelahan umum
Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri, seperti ketegangan otot dan sakit sekitar sendi, sedangkan kelelahan
umum dapat terlihat pada munculnya sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan keenggan beraktivitas.
8. Kerusakan trauma kumulatif (CTD)
Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan –kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan
yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit. Gejala CTD muncul pada jenis pekerjaan yang monoton sikap kerja yang
tidak alamiah, penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi kemampuannya. Penyebab timbulnya trauma pada jaringan
tubuh antara lain karena:
 Over exertion
 Over stretching
 Over compressor
Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD, yaitu;
 Terdapat posture atau sikap tubuh yang janggal
 Gaya yang melebihi kemampuan jaringan
 Lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal
 Frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal per menit

9. Kesegaran jasmani dan musik


Pekerja yang sehat, segar, dan bugar  dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
Pengadaan musik di tempat kerja sebaiknya dilakukan untuk jenis pekerjaan yang monoton dan pekerjaan tangan yang
berulang serta pekerjaan lain yang memerlukan aktivitas mental. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kebosanan dan
kejenuhan dalam kerja.

e. Metode
1. Diagnosis , dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,
ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.
2. Treatment , pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada. saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti
merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja
3. Follow up , dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan bagian badan
yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang
ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain
www.digilib.go.id

1. TUJUAN UTAMA

Anizatun Nuskiyati Page


21
Modul SKN LBM 5

2. MANFAAT

 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisiensi kerja ( meningkatkan produksi kerja )
 Mengurangi beban kerja karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran tubuh pekerja akan menjadi
beban tambahan kerja
( IKM Prinsip- prinsip dasar, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo)

Ergonomi dapat mengurangi beban kerja


Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta

5. ASPEK – ASPEK

 Ergonomic menitiberatkan manusia, ergonomic hanya cocok bagi mereka yang ingin mengembangkan system kerja
 Ergonomic membutuhkan bangunan system kerja yang terkait dengan pengguna. Hal ini bahwa mesin dan peralatan yang
merupakan fasilitas kerja harus disesuaikan dengan perfomen manusia
 Ergonomic menitik beratkan pada system kerja, suatu perbaikan proses harus disesuaikan dengan perbedaan kemampuan dan
kelemahan setiap individu. Hal ini harus dirumuskan dengan cara diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam jangka
waktu tertentu

Toksikologi

1. Jelaskan Pengertian dari toksikologi?


2. Bahan kimia sebagai faktor penyakit akibat kerja.
3. Toksikologi Yaitu ilmu yang mempelajari tentang mekanisme kerja dan efek yang tidak diinginkan dari bahan kimia yang
bersifat racun serta dosis yang berbahaya terhadap tubuh manusia
4. Toksikologi industry Adalah salah satu cabang ilmu toksikologi yang menaruh perhatian pada pengaruh pemajanan bahan-bahan
yang dipakai dari sejak awal sebagai bahan baku, proses produksi, hasil produksi beserta penanganannya terhadap tenaga kerja
yang bekerja di unit produksi tersebut
5. www.vanillamist.com

6. Sebutkan Jenis jenis dari toksikologi industri!


7. JENIS

KLASIFIKASI BAHAN BERACUN


Antara lain :
1. Berdasarkan penggunaan bahan: solvent, aditif makanan dll

Anizatun Nuskiyati Page


22
Modul SKN LBM 5

2. Berdasarkan target organ: hati, ginjal, paru, system haemopoetik


3. Berdasarkan fisiknya: gas, debu, cair, uap dsb
4. Berdasarkan kandungan kimia: aromatic amine, hidrokarbon dll
5. Berdasarkan toksisitasnya: Ringan, sedang dan berat
6. Berdasarkan fisiologinya: iritan, asfiksan, karsinogenik dll
EFEK TOKSIK PADA TUBUH
1. LOKAL DAN SISTEMIK
- Lokal : bahan yang bersifat korosif, iritatif
- Sistemik : terjadi setelah bahan kimia masuk, diserap dan distribusikan ke tubuh
Konsentrasi bahan berbahaya tidak selalu paling tinggi dalam target organ (ex. Target organ methyl merkuri adalah otak, tapi
konsentrasi tertinggi ada di hati dan ginjal, DDT target organnya adalah susunan pusat syaraf pusat tapi konsentrasi tertinggi
pada jaringan lemak)
2. EFEK YANG REVERSIBLE DAN IRREVERSIBLE
- Reversible : bila efek yang terjadi hilang dengan dihentikannya paparan bahan berbahaya. Biasanya konsentrasi masih rendah
dan waktu singkat.
- Irreversible : bila efek yang terjadi terus menerus bahkan jadi parah walau pajanan telah dihentikan (ex. Karsinoma, penyakit
hati), biasanya konsentrasi tinggi dan waktu lama
3. EFEK LANGSUNG DAN TERTUNDA
- efek langsung : segera terjadi setelah pajanan (ex. Sianida)
- efek tertunda : efek yang terjadibeberapa waktu setelah pajanan (efek karsinogenik)
4. REAKSI ALERGI DAN IDIOSYNKRASI
- Reaksi alergi (hipersensitivitas) terjadi karena adanya sensitisasi sebelumnya yang menyebabkan dibentuknya antibodi oleh
tubuh
- Reaksi Idiosynkrasi : merupakan reaksi tubuh yang abnormal terhadap karena genetik (ex. Kekurangan enzim succynicholin)
www.vanillamist.com

www.vanillamist.com
8. Sebutkan Sumber dari toksikologi industri!
SUMBER
1. Logam/metaloid
Pb(PbCO3): Syaraf, ginjal dan darah
Hg (organik&anorganik): Saraf dan ginjal
Cadmium: Hati, ginjal dan darah
Krom: Kanker
Arsen: Iritasi kanker
Phospor: Gangguan metabolism
2. Bahan pelarut
Hidrokarbon alifatik (bensin, minyak tanah): Pusing, koma
Hidrocarbon terhalogensisasi(Kloroform, CCl4): Hati dan ginjal
Alkohol (etanol, methanol): Saraf pusat, leukemia, saluran pencernaan
Glikol: Ginjal, hati, tumor
3. Gas beracun
Aspiksian sederhana (N2,argon,helium): Sesak nafas, kekurangan oksigen
Aspiksian kimia asam cyanida(HCN), Asam Sulfat (H2SO4), Karbonmonoksida (CO), Notrogen Oksida (NOx): Pusing, sesak nafas,
kejang, pingsan

Anizatun Nuskiyati Page


23
Modul SKN LBM 5

4. Karsinogenik
Benzene: Leukemia
Asbes: Paru-paru
Bensidin: Kandung kencing
Krom: Paru-paru
Naftilamin: Paru-paru
Vinil klorida: Hati, apru=paru, syaraf pusat, darah
5. Pestisida
Organoklorin: Pusing, kejang, hilang
Organophosphat: Kesadaran dan
Karbamat: kematian
Arsenik
2. FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI SIFAT DAN DERAJAT RACUN BAHAN KIMIA

o Sifat2 fisik bahan kimia, yaitu


- Gas yaitu bentuk wujud zat, yg tdk mempunyai bangun sndr, melainkan mengisi ruang tertutup pd keadaan suhu dan tekanan
normal. Tingkat wjudnya bs dirubah menjadi cair atau padat hanya dgn kombinasi meninggikan tekanan dan menurunkan suhu.
Sifat2 gas pd umumnya tidak terlihat, dlm konsentrasi rendah tdk terlihat, dlm konsentrasi rendah tdk berbau, dan berdifusi
mengisi seluruh ruangan.
- Uap, yaitu bentuk gas dr zat2, yg dlm keadaan biasanya berbentuk zat padat atau zat cair dan yg dpt dikembalikan kpd
tingkat wujud semula, baik hanya dgn meninggikan tekanan, maupun hanya dgn menurunkan suhu saja. Sifat2 uap umumnya
tak kelihatan & berdifusi mengisi seluruh ruang
- Debu, yaitu partikel2 zat padat, yg disebabkan oleh kekuatan2 alami atau mekanis kepada pengolahan, penghancuran,
pelembutan, pengapakan yg cepat, peledakan, dll dr bahan2, baik organik, maupun anorganik, mis batu, kayu, bijih, logam,
arang batu, butir2, dll
- Kabut yaitu titik cairan halus dlm udara yg terjadi dr kondensi bentuk uap atau dr pemecahan zat cair mjd tingkat dispersi
dgn cara2 “splashing”, “foming”, dll.
- Fume yaitu partikel2 zat padat yg terjadi oleh karena kondensasi dr bentuk gas, biasanya sesudah penguapan benda padat yg
dipijarkan dll dan biasanya disertai dgn oksidasi kimiawi, shg tjd zat2 spt zno, pbo, dll.
- Awan yaitu partikel2 cair sbg hasil kondensasi dr fase gas. Sifat2 fume dan awan adalah berflokulasi; kadang2 tergumpal;
ukuran partikel2 dibawah 1 mikron, yaitu diantara 0,10-1 mikron.
- Asap biasanya dianggap partikel2 zat karbon yg ukurannya kurang dari 0,5 mikron sbg akibat dr pembakaran tak sempurna
bahan2 mengandung karbon.
o Sifat2 kimiawi dr bahan2 itu, yg menyangkut :
- Jenis persenyawaan,
- Besar molekul
- Konsentrasi
- Derajat larut dan jenis pelarut
o Port d’entri (jalan masuk) bahan2 itu kedalam tubuh manusia, yg umumnya melalui 3 pintu, yaitu :
- Pernafasan, untuk bhn kimia di udara
- Pencernaan, untuk bahan2 dr udara yg melekat ditenggorok & ditelan, atau untuk bhn2 cair & padat,
- Kulit, untuk bhn2 cair, atau bhn2 diudara yg mengendap dipermukaan kulit.
o Faktor2 pd tenaga kerja sendiri, yaitu :
- Usia
- Idiosinkrasi
- Habituasi
- Daya menahan (tolerance) dan
- Derajat kesehatan tubuh

Anizatun Nuskiyati Page


24
Modul SKN LBM 5

(suma’mur, 1986, higiene perusahaan dan keselamatan kerja, jakarta : gunung agung )

STEP 4 Mapping
Perusahaan/industri

PAK
pekerja

Kecelakaan kerja
hiperkes

UU kebijakan
tenaga kerja higiene K3 Ergonomi toksikologi

Follow up treatment diagnosis

Peningkatan derajat
keselamatan pekerja dan
produktivitas kerja

Anizatun Nuskiyati Page


25

Você também pode gostar