Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kata Hiperkes sebenarnya singkatan dari Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Hiperkes merupakan penggabungan dari
higiene perusahaan dan Kesehatan Kerja. Higiene perusahaan (higiene industri, higiene okupasi, higiene kerja) (industrial-
occupational hygiene) adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang lingkup dedikasinya adalah : mengenali,
mengukur, dan melakukan penilaian (evaluasi)terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan
kerja dan perusahaan. Hasil pengukuran dan evaluasi demikian dipergunakan sebagai dasar tindakan korektif serta guna
pengembangan pengendalian yang lebih bersifat preventif terhadap lingkungan kerja/perusahaan. Dengan menerapkan higiene
perusahaan kesehatan tenaga kerja dapat dilindungi dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya faktor
lingkungan yang mungkin diakibatkan oleh beroperasinya suatu perusahaan. Jelas sifat-sifat higiene perusahaan :
1. Sasaran adalah lingkungan kerja;
2. Bersifat teknis-teknologis
Definisi
Ilmu hiperkes dalam arti kata yang luas meliputi banyak bidang llmu lain, termasuk :
(a) Ilmu kedokteran kerja (Occupational medicine).
(b) Ilmu higene perusahaan (Industrial hygiene).
(c) Ilmu keracunan perusahaan (Industrial toxicology).
(d) Ilmu faal kerja dan lingkungan (Work and environmental physiology).
(e) llmu jiwa perusahaan (Industrial psychology).
(f) Ilmu perawatan perusahaan (Industrial nursing).
(g) Ilmu keselamatan kerja (Occupational safety).
Anizatun Nuskiyati
Page 1
Modul SKN LBM 5
Sebetulnya terjemahan yang tepat untuk occupational health ialah "kesehatan kerja", tetapi para ahli teknik (insi-nyur) lalu
mengira bahwa ini adalah bidangnya para ahlimedik (dokter) saja. Mereka tidak merasa ikut terlibat didalamnya. Oleh karena
itu ditambah " higene perusahaan ",sebab dalam bidang higene ini para ahli teknik menyadari bahwa mereka ikut terlibat.
Dewasa ini istilah "hiperkes"sudah diterima, meskipun yang dimaksud dengan hiperkes itusebenarnya
occupational health.
Higene perusahaan adalah bidangnya ahli teknik (insinyur)dan sasarannya adalah lingkungan kerja. Cara kerja ahli
higene perusahaan itu bersifat teknis. Kesehatan kerja adalah bidang-nya ahli kesehatan (dokter) dan sasarannyapun adalah
pekerja.Cara kerja mereka bersifat medik. Penggabungan kedua istilah"higene perusahaan" dan "kesehatan kerja" menjadi
suatukesatuan, berarti bahwa ahli teknik dan medik harus bekerjasama seerat-eratnya untuk mengsukseskan maksud
tujuannya.Ilmu kedokteran kerja ialah suatu keahlian (spesialisasi)yang baru dalam llmu kedokteran, dan di
Amerlka Serlkat baru diakui sebagai keahlian dalam tahun 1955. Ilmu ini dalamarti kata yang luas terdiri atas berbagai
jurusan, termasuk :
(a) Ilmu kedokteran perusahaan (Industrial medicine).
(b) Ilmu kedokteran pertanian (Agricultural medicine).
(c) Ilmu kedokteran penerbangan (Aviation medicine).
(d) Ilmu kedokteran angkasa luar (Aerospace medicine).
(e) llmu kedokteran nuklir (Nuclear or Atomic medicine).
(f) Ilmu Kedokteran dibawah air (Underwater or submarinemedicine).
(g) llmu kedokteran olah raga (Sports medicine).
lni menggambarkan bahwa pekerja itu mempunyai lapangankerja yang luas sekali, yaitu di perindustrian, pertanian,
penerbangan, angkasa luar, nuklir, bawah air, olah raga dansebagainya dengan berbagai macam masalah kesehatan. Masa-lah
kesehatan ini dapat berupa gangguan kesehatan, penyakitdan kecelakaan akibat kerja, dan semuanya dapat
mengurangi produktivitas dan efisiensi kerja
Anizatun Nuskiyati
Page 2
Modul SKN LBM 5
2) Rekognisi
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan
menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di
mana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis,
ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity, pola pajanan, besaran)
Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
Mengetahui pekerja yang berisiko
3) Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui
penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil
pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau
tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus merupakan dokumen data
di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
Anizatun Nuskiyati
Page 3
Modul SKN LBM 5
Definisi hiperkes (Occupational health) menurutJoint International Labour Organization (ILO)/World HealthOrganization (WHO)
Committee on Occupational Health.Terjemahan bebasnya ialah sebagai berikut :
Hiperkes harus bertujuan untuk : meningkatkan dan meme-lihara kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani,
rohanimaupun sosial, pada pekerja dalam semua jabatan; mencegahtimbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
keadaankerja mereka, melindungi pekerja dalam pekerjaan merekaterhadap bahaya yang dihasilkan oleh faktor yang
merugikankesehatan; menempatkan dan melestarikan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan faal badannya
danrohaninya atau secara ringkas : menyesuaikan pekerjaan ituterhadap manusia dan tiap-tiap orang terhadap jabatannya.
Tujuan :
Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani, nelayan, pekerja2 bebas dsb) dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosialnya.
Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya2 pengotoran oleh bahan2 yang berasal dari perusahaan.
Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat konsumennya.
Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan pula produksi
perusahaan.
Agar masyarakat pekerja (karyawan perusahaan, pegawai negeri, petani, nelayan, pekerja2 bebas dsb) dapat mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosialnya.
Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya2 pengotoran oleh bahan2 yang berasal dari perusahaan.
Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan masyarakat konsumennya.
Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan dengan demikian akan meningkatkan pula produksi
perusahaan.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan kecelakaan akibat kerja
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja
Perawatan dan mcmpetinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja
Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh
perusahaan tersebut
Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta
Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja lebih menfokuskan lingkup kegiatannya pada
peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja
Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya
Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan pendidikan atau ketrampilannya
Budiono, A.M.S., 2005. “Bunga Rampai Hiperkes dan KK”. Semarang : UNDIP
g, Indan, “Ilmu Kesehatan Masyarakat”, 2000
Anizatun Nuskiyati
Page 4
Modul SKN LBM 5
Anizatun Nuskiyati
Page 5
Modul SKN LBM 5
Aspek hiperkes :
1. Higiene Perusahaan
fokus pada upaya pengenalan/identifikasi, penilaian/pengujian, pemantauan faktor lingkungan tenaga kerja
2. Ergonomic
kelilmuan & aplikasinya dalam sistem/desain kerja, penserasian manusia & pekerjaannya, pencegahan kelelahan, untuk tercapai
efisiensi & efektifitas pekerjaan
3. Kesehatan kerja
– meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja
– mll upaya peningkatan kesehatan
– upaya pencegahan gangguan kesehatan
– thd penyakit akibat pekerjaan/tempat kerja
4. Keselamatan kerja
– Ilmu & penerapan terkait mesin, alat, bahan, & proses kerja
– Untuk menjamin keselamatan tenaga kerja & seluruh aset produksi agar terhindar dari kecelakaan kerja/kerugian lainnya
Hakikat
Pertama sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan setinggi-tinginya baik fisik, mental, sosial, bagi tenaga
kerja(buruh/karyawan, petani, nelayan, pegawai negeri, pekerja sektor non-formal, dsb)
Kedua untuk meningkatkan produksi dengan berlandaskan pada meningkatnya efisiensi dan produktivitas.
Ilmu KesehatanMasyarakat, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
6. Apa saja usaha/program dari hiperkes?
Usaha Hiperkes:
- Sanitasi Perusahaan
Salah satu usaha yang dilakukan untuk mencapai persyaratan hiperkes. Sanitasi termasuk usaha-usaha dan tindakan yang
dilakukan untuk mengubah secara langsung maupun tidak langsung pengaruh lingkungan yang buruk bagi kesehatan manusia
menjadi lingkungan yang menguntungkan. Sanitasi Perusahaan adalah tindakan-tindakan menciptakan kebersihan, menjaga
kesehatan dan memelihara kenyamanan lingkungan kerja di dalam perusahaan yang memenuhi persyaratan Hiperkes
Dengan melaksanakan sanitasi: faktor-faktor buruk yang dapat menimbulkan penyakit dapat dicegah dan dihilangkan. Program
sanitasi antara lain:
1.Dilakukan untuk mendapatkan hasil yang efektif.
2.Melibatkan seluruh jajaran personel di dalam perusahaan.
1. Agar seluruh tenaga kerja memahami arti dan pentingnya melakukan sanitasi perusahaan.
2. Lingkup Pendidikan :
a. Penerangan tentang prinsip sanitasi,
b. Orientasi sanitasi kepada karyawan baru,
c. Penerangan,instruksi, latihan tentang :
-metode kebersihan,
Anizatun Nuskiyati
Page 6
Modul SKN LBM 5
Higiene Perorangan
Titik sentral kegiatan perusahaan adalah manusia sebagai tenaga kerja, higiene perusahaan dapat dimulai dari Higiene
Perorangan. Higiene Perorangan merupakan salah satu upaya untuk mencapai persyaratan hiperkes. Usaha-usaha Higiene
Perorangan :
1. Kebersihan Badan,
2. kebersihan mulut,
3. Kebersihan tangan,
4. Kebersihan rambut,
5. Pakaian,
6. dll.
Program Hiperkes :
Pengenalan, pengujian, pengendalian potensi bahaya di lingk kerja
Pemantauan lingk kerja
Pelatihan & informasi lingkungan kerja
Penyusunan NAB
Rekayasa alat deteksi
Riset kedokteran/kesehatan
Pembuatan label/tanda peringatan
Koordinasi & kerjasam dg unit lin di perusahaan, instansi/profesi lain
seorang dokter perusahaan memiliki tugas dan peranan spesifik. Tidak seperti dokter klinik yang aktivitasnya berfokus pada
pelayanan kuratif, aktivitas seorang dokter perusahaan lebih menitikberatkan pada usaha kesehatan yang sifatnya promotif,
preventif, dan rehabilitatif – dengan tenaga kerja sebagai objeknya.
Secara umum, tugas seorang dokter perusahaan dapat dibagi dalam empat ruang lingkup: medis, teknis lingkungan kerja, teknis
administratif, dan lingkungan sosial.
A. Medis
Fungsi dasar seorang dokter sebagai seorang praktisi kesehatan adalah untuk menjalankan program pelayanan kesehatan. Untuk
seorang dokter perusahaan, ruang lingkup kerjanya termasuk pemeriksaan kesehatan, perawatan dan rehabilitasi, serta
pencegahan penyakit umum
Anizatun Nuskiyati
Page 7
Modul SKN LBM 5
Seorang dokter perusahaan juga dituntut untuk menampung keluhan tenaga kerja saat konsultasi kesehatan dan
membantu melakukan koreksi lingkungan apabila diperlukan bersama tim dari disiplin ilmu lain.
1. Pengukuran
Seorang dokter perusahaan juga harus memiliki pengetahuan tentang alat ukur dan standar keadaan lingkungan, termasuk
diantaranya keadaan iklim, bising, pencahayaan dan lain-lain. Pengetahuan ini bermanfaat untuk mengetahui pengaruh
lingkungan terhadap kesehatan pekerja. Namun, seorang dokter perusahaan juga harus mengetahui batas cakupan disiplin
ilmunya dan melakukan konsultasi pada ahli higiene industri untuk melakukan pengukuran pada keadaan yang lebih spesifik.
Pengukuran dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Seorang dokter perusahaan dituntut untuk mengoptimalkan dan memantau kebersihan serta sanitasi di perusahaan, termasuk di
tempat kerja, kantin, WC, dan pembuangan sampah. Selain itu, usaha kebersihan lain yang harus dilakukan termasuk
pemberantasan insekta – tikus, kampanye kebersihan perorangan (personal hygiene), dan pemantauan sistem pengolahan
sisa/sampah industri.
Seorang dokter perusahaan harus mampu menilai kemampuan fisik seorang pekerja dan membuat rekomendasi untuk
penyesuaian di tempat kerja pekerja tersebut. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kelelahan dan mengoptimalkan
kinerja.
C. Teknis Administratif
Anizatun Nuskiyati
Page 8
Modul SKN LBM 5
Seorang dokter perusahaan berkewajiban untuk memenuhi tugas administratif, termasuk diantaranya: 1. ) Pencatatan dan
pelaporan medis ke instansi, 2.) Administrasi rutin bidang kesehatan, dan 3.) Perencanaan usaha pengembangan hiperkes di
perusahaan.
D. Tugas Sosial
Selain tugas-tugas diatas, seorang dokter perusahaan juga memiliki peranan sosial sebagai Health Educator atau penyuluh
kesehatan. Materi yang harus disampaikan termasuk gaya hidup sehat, gizi, dan mutu makanan. Seorang dokter perusahaan
juga harus mampu berfungsi sebagai Health Counsellor (Komunikator) yang menjembatani hubungan antara pekerja dengan
pihak manajerial perusahaan dalam bidang kesehatan. Seorang dokter perusahaan juga sering dilibatkan dalam tugas
kepanitiaan/tim, seperti P2K3, P3K atau Regu Pemadam Kebakaran.
K3
Definisi
Spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta dengan praktek yag bertujuan agar tenaga kerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya dengan usaha preventif dan kuratif.
Dibawah ini ada beberapa definisi yang menjelaskan apa itu K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari berbagai ahli K3
termasuk definisi K3 menurut ILO .
ILO
Suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya
bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai
adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.
Tujuan K3 :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan kecelakaan akibat kerja
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja
3. Perawatan dan mcmpetinggi efisiensi dan produktivitas tenaga kerja
4. Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
5. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh
perusahaan tersebut
6. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”. Jakarta : Rineka Cipta
Lingkungan , berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,
mikroorganisme) dan sosial budaya(ekonomi, pendidikan, pekerjaan)
Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku
Anizatun Nuskiyati
Page 9
Modul SKN LBM 5
Sebagai bagian spesifik keilmuan dalam ilmu kesehatan, kesehatan kerja lebih menfokuskan lingkup kegiatannya pada
peningkatan kualitas hidup tenaga kerja melalui penerapan upaya kesehatan yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja
2. Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
4. Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik, mental, dan pendidikan atau ketrampilannya
Budiono, A.M.S., 2005. “Bunga Rampai Hiperkes dan KK”. Semarang : UNDIP
a. BEBAN KERJA
Setiap pekerjaan apa pun jenisnya apakah pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan otot atau pemikiran, adalah
merupakan beban bagi yang melakukan. Dengan sendirinya beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental ataupun beban
sosial sesuai dengan jenis pekerjaan si pelaku Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para
karyawan atau pekerja dengan cara merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja. Misalnya
untuk mempercepat pekerjaan tulis menulis diciptakan mesin ketik, untuk membantu mengurangi beban hitung-menghitung
diciptakan kakulator atau komputer, dan sebagainya.
b. BEBAN TAMBAHAN
Di samping beban kerja yang harus dipikul oleh pekerja atau karyawan, pekerja sering atau kadang-kadang memikul beban
tambahan yang berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanan pekerjaan. Disebut beban tambahan
karena lingkungan tersebut menggangu pekerjaan, dan harus diatasi oleh pekerja atau karyawan yang bersangkutan. Beban
tambahan ini dapat dikelompokkan menjadi 5 faktor yakni :
1. faktor fisik , misalnya: penerangan/pencahayaan yang tidak cukup, suhu udara yang panas, dan sebagainya.
2. faktor kimia , misalnya: ban gas, uap atau asap, debu, dan sebagainya.
3. faktor biologi , misalnya: nyamuk, lalat, kecoa, lumut, taman yang tidak teratur, dan sebagainya.
4. faktor fisiologi , yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan (ergonomic), misalnya:
meja atau kursi yang terlalu tinggi atau pendek.
5. faktor sosial-psikologis , yaitu suasana kerja yang tidak harmonis, misalnya: adanya klik, gosip, cemburu, dan sebagainya.
c. KEMAMPUAN KERJA
Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan berbeda dengan seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan
pengalamannya sama, dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama, Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas
orang tersebut berbeda. Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang yang terbatas. Artinya kemampuan
tersebut dapat berkembang karena pendidikan atau pengalaman tetapi sampai batas-batas tertentu saja. Kapasitas dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain: gizi dan kesehatan, ibu, genetik, dan lingkungan. Selanjutnya kapasitas ini mempengaruhi
atau menentukan kemampuan seseorang. Kemampuan seseorang juga dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, kesehatan,
kebugaran, gizi, jenis kelamin, dan ukuran-ukuran tubuh Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akhirnya akan
berdampak terhadap peningkatan produktivitas kerja.
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”. Jakarta : Rineka Cipta
Ada 3 urutan :
- penyakit akibat kerja/occupational diseases
-penyakit yg berhubungan dgan pekerjaan
- penyakit yg mengnai populasi ling kerja
“Dokter hiperkes bersama dengan paramedisnya diharapkan mampu mendeteksi, melakukan investigasi dalam rangka
menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja, serta menganalisa dan mencegah sedini mungkin timbulnya
kecelakaan kerja sehingga terciptanya suatu kondisi tempat / lingkungan kerja maupun proses kerja yang lebih aman,
efisien dan efektif serta sehat bagi setiap pekerja di perusahaan. “
Dokter perusahaan adalah Setiap dokter yang ditunjuk atau bekerja di perusahaan yang bertugas dan atau bertanggung
jawab atas higiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja(hiperkes)
TUGAS POKOK :
Memimpin dan menjalankan pelayanan kesehatan kerja sebagai perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja
guna mewujudkan tenaga kerja yang sehat dan produktif optimal
KHUSUS
1. Membuat diagnosis penyakit akibat kerja(penyakit yang timbul karena hubungan
kerja) dan atau penyakit lain yang berkaitan dengan pekerjaan serta mengobati
dan atau melakukan tindakan-tindakan lain dalam keselamatan dan kesehatan
kerja(K3) yang pelaksanaannya mungkin dilakukan bekerja sama dengan spesi-
alis lain dan atau pihak lain;
2. Membuat diagnosis dan menilai kecacatan akibat kecelakaan kerja dan atau
penyakit akibat kerja yang pelaksanaannya mungkin dilakukan bekerja sama
dengan spesialis dan atau pihak lain;
3. Menilai dan menetapkan ada tidak adanya efek pekerjaan atau lingkungan kerja
terhadap kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan;
4. Menilai dan menetapkan batas sehat pemaparan kerja terhadap faktor dalam
pekerjaan atau lingkungan kerja bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
5. Menilai dan menetapkan pekerjaan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
tenaga kerja yang bersangkutan;
Kecelakaan kerja
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan menjadi 4 macam, yakni:
klasifikasi menurut jenis kecelakaan
o terjatuh
o tertimpa benda jatuh
o terjepit oleh benda
o pengaruh suhu tinggi
o terkena arus listrik
klasifikasi menurut penyebab
mesin
o mesin penyalur(transmisi)
o mesin-mesin untuk menggerakan logam
o mesin-mesin pengolah kayu
o mesin-mesin pertanian
o mesin-mesin pertambangan
alat angkut dan alat angkat
o mesin angkat dan peralatannya
o alat angkutan di atas roda
o alat angkutan udara
o alat angkutan air
Peralatan lain
o Bejana bertekanan
o Dapur pehakar dan pemanas
o Instalasi pendingin
o Alat-alat listrik (tangan)
o Tangga
Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
o bahan peledak
o debu, gas ciran dan zat-zat kimia terkecuali bahan peledak
o radiasi
Lingkungan kerja
o di luar bangunan
o di dalam bangunan
o di bawah tanah
klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
o Patah tulang
o Dislokasi / keseleo
o Regang otot / urat
o Memar dan luka dalam yang lain
o Amputasi
klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh
o Kepala
o Leher
o Badan
o Anggota atas
o Anggota bawah
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”. Jakarta : Rineka Cipta
Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama yakni faktor fisik dan faktor manusia. Oleh sebab
itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari kesehatan kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan
tidak diharapkan akibat dari kerja. Sumakmur (1989) membuat batasan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang
berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan
pokok, yakni:
o Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan,
o Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta
KESELAMATAN KERJA
i. DEFINISI
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja adalah tugas
semua orang yang bekerja,. Dan keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya, dan
juga masyarakat pada umumnya.
www.nakertrans.go.id
ii. RUANG LINGKUP
Batasan dan ruang lingkup
Keselamatan kerja diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada
kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja
Sugandi, D., 2005. “Bunga Rampai Hiperkes dan KK”. Semarang : UNDIP
iii. TUJUAN
1. Melindungi hak keselamatan tenaga kerja dalam/selama melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup serta peningkatan
produksi dan produktivitas nasional
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja
3. Memelihara sumber produksi serta menggunakan dengan amat dan berdayaguna (efisien)
(Dari.Dainur.1995.Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat)
iv. PROGRAM
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
Mencegah dan mengurangi kebakaran
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
Member kesempatan dan jalan untuk menyelamatkan diri saat kebakaran
Member alat perlindungan diri para pekerja
Member penerangan yang cukup dan sesuai
Mengamankan dan memperlancar bongkar muat
v. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN KERJA
PERILAKU YANG TIDAK AMAN LINGKUNGAN KERJA YANG TIDAK AMAN
Sembrono dan tidak hati-hati Alat pengaman yang tidak sempurna
tidak mematuhi peraturan Peralatan yang rusak
Kondisi badan yang lemah Kurangnya pencahayaan
a. FAKTOR PENYEBAB
Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya di golongkan menjadi dua, yakni:
Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan,
ngantuk, kelelahan, dan sebagainya.
Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau “unsafety condition”, misalnya lantai licin, pencahayaan kurang,
silau, dan sebagainya
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”. Jakarta : Rineka Cipta
Faktor-faktor penyebab penyakit akibat kerja dan penyakit yang ditimbulkannya
GOLONGAN FISIK
o Suara yang keras dapat menyebabkan tuli
o Suhu tinggi yang dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps, atau hyperpirexi& suhu rendah menyebabkan chilblain, trench
foot, atau frosbite
o Penerangan yang kurang atau yang terlalu terang (menyilaukan) menyebabkan kelainan penglihatan dan memudahkan
terjadinya kecelakaan
o Penurunan tekanan udara (dekompresi) yang mendadak dapat menyebabkan caisson disease
o Radiasi dari sinar rontgen atau radio aktif menyebabkan penyakit-penyakit darah. kemandulan, kanker kulit dan sebagainya
GOLONGAN KIMIAWI
o Gas yang menyebabkan keracunan, misalnya: CO, HCN.H2S, SO2
o Debu-debu misalnya debu silica, kapas, asbest ataupun debu logam berat
GOLONGAN PENYAKIT INFEKSI
Misalnya penyakit antrax yang disebabkan bakteri Bacillus antracis pada penyamak kulit atau pengumpul wool. Penyakit-
penyakit infeksi pada karyawan yang bekerja dalam bidang mikrobiologi ataupun dalam perawatan penderita penyakit menular.
GOLONGAN FISIOLOGI
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang baik; karena konstruksi mesin yang tidak cocok, ataupun karena
tempat duduk yang tidak sesuai.
GOLONGAN MENTAL-PSIKOLOGI
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik antara sesama karyawan, antara karyawan dengan pimpinan karena
pekerjaan yang tidak cocok dengan psikis karyawan, karena pekerjaan yang membosankan ataupun karena upah imbalan yang
terlalu sedikit upah sehingga tenaga pikirannya tidak dicurahkan kepada pekerjaannya melainkan kepada usaha-usaha pribadi
untuk menambah penghasilannya.
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta
b. UPAYA DAN PENCEGAHAN
o Substitusi
Yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang kurang atau tidak berbahaya, tanpa
mengurangi hasil pekerjaan maupun mutunya
o Isolasi
Yaitu dengan mengisolir (menyendirikan) proses-proses yang berbahaya dalam perusahaan. Misalnya menyendirikan
mesin-mesin yang sangat gemuruh, atau proses-proses yang menghasilkan gas atau uap yang berbahaya.
o Ventilasi umum
Yaitu dengan mengalirkan udara sebanyak perhitungan ruangan kerja, agar kadar bahan-bahan yang berbahaya oleh
pemasukan udara ini akan lebih rendah dari nilai ambang batasnya
o Ventilasi keluar setempat
Yaitu dengan menghisap udara dari suatu ruang kerja agar bahan-bahan yang berbahaya dihisap dan dialirkan keluar.
Sebelum dibuang ke udara bebas agar tidak membahayakan masyarakat, udara yang akan dibuang ini harus diolah terlebih
dahulu.
o Mempergunakan alat pelindung perseorangan
Para karyawan dilengkapi dengan alat pelindung sesuai dengan jenis pekerjaannya. Misalnya: masker, kacamata, sarung
tangan, sepatu, topi, dll
o Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
Para karyawan atau calon karyawan diperiksa kesehatannya (fisik dan psikis) agar penempatannya sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dipegangnya secara optimal
o Penerangan atau penjelasan sebelum kerja
Kepada para karyawan diberikan penerangan/penjelasan sebelum kerja agar mereka mengetahui, mengerti dan mematuhi
peraturan-peraturan serta agar lebih berhati-hati
o Pemeriksaan kesehatan ulangan pada para karyawan secara berkala
Pada waktu-waktu tertentu secara berkala dilakukan pemeriksaan ulangan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit
akibat kerja pada tingkat awal agar pengobatan dapat segera
o Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
Para karyawan diberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan kerja secara kontinyu dan teratur agar tetap waspada
dalam menjalankan pekerjaannya
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta
-penyakit liver
-maslah neuropsikitari
-JPV
-penyakit yg tidak diketahui penyebabnya.
Ergonomi
1. Apa pengertian dan metode dari ergonomi?
Ergonomi berasal dari bahasa yunani, ergon artinya kerja dan nomos artinya peraturan atau hukum. Secara harviah ergonomi
adalah hukum atau peraturan yang mengatur tentang bagaiamana melakukan pekerjaan termasuk dalam menggunakan
peralatan kerja.
Ergonomi adalah ilmu yang mengatur tentang penyesuaian antara peralatan atau perlengkapan dalam bekerja dengan kondisi
atau kemampaun manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas yang optimal.
Secara harfiah ergonomi diartikan sebagai peraturan. tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk menggunakan peralatan
kerja. Dewasa ini batasan ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan kondisi dan kemampuan
manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja yang optimal. Dari batasan ini terlihat bahwa
ergonomi tersebut terdiri dari dua sub sistem, yakni: sub sistem peralatan kerja, dan sub sistem manusia. Sub sistem manusia
terdiri: psikolog, latar belakang sosial, dan sebagainya. Oleh sebab itu, tujuan dan ergonomi ini adalah untuk menciptakan
suatu kombinasi yang paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar”.Jakarta : Rineka Cipta
Sikap pekerjaan harus selalu diupayakan agar merupakan sikap ergonomik. Sikap yang tidak alamiah harus dihindari dan jika
hal ini tidak mungkin dilaksanakan harus diusahakan agar beban statis menjadi sekecil-kecilnya. Untuk membantu tercapainya
sikap tubuh yang ergonomik sering diperlukan pula tempat duduk dan meja kerja yang kriterianya disesuaikan dengan ukuran
anthropometri pekerja.
Konsumsi kalori sangat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan. Semakin berat kegiatan yang dilakukan semakin besar kalori
yang diperlukan. Selain itu pekerjaan pria juga membutuhkan kalori yang berbeda dari pekerja wanita. Dalam hal ini perlu
diperhatikan juga saat dan frekuensi pemberian kalori pada pekerja.
1) Pekerja Pria
a) Pekerjaan ringan : 2400 kal/hari
b) Pekerjaan sedang ; 2600 kal/hari
c) Pekerjaan berat : 3000 kal/hari
2) Pekerja Wanita
a) Pekerjaan ringan : 2000 kal/hari
b) Pekerjaan sedang ; 2400 kal/hari
c) Pekerjaan berat : 2600 kal/hari
f. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, saat istirahat, pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat
bekerja yang disesuaikan dengan irama faal tubuh manusia. Waktu kerja dalam 1 hari antara 6-8 jam. Dengan waktu istirahat
½ jam sesudah 4 jam bekerja. Perlu juga diperhatikan waktu makan dan beribadah. Termasuk juga di dalamnya terciptanya
kerjasama antar pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan serta pencegahan pekerjaan yang berulang (repetitive)
g. Lingkungan kerja
Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja berbagai faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh. Berbagai faktor
lingkungan yang berpengaruh misalnya suhu yang nyaman untuk bekerja adalah 24-26O C.
h. Olahraga dan kesegaran jasmani
Kegiatan olahraga dan pembinaan kesegaran jasmani dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, tes
kesehatan sebelum bekerja/tes kesegaran jasmani perlu dilakukan sebagai tahap seleksi karyawan.
i. Musik dan dekorasi
Musik dapat meningkatkan kegairahan dan produktivitas kerja dengan mempertimbangkan jenis, saat, lama dan sifat pekerjaan.
Dekorasi dan pengaturan warna dapat memberikan kesan jarak, kejiwaan dan suhu. Misalnya :
a) biru ; jarak jauh dan sejuk
b) hijau ; menyegarkan
c) merah ; dekat, hangat, merangsang
o Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,susunan,ukuran dan penempatan mesin-
mesin,penempatan alat-alat petunjuk , cara-cara harus melayani mesin (macam gerak,arah,kekuataan,dsb)
o Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran tersebar sebagai dasar serta diatur dengan
suatu cara,sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil,misalnya : tempat
duduk yang dapat dinaik turunkan dan dimajukan atau dimundurkan.
o Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan alat-alat kerja adalah sebagai berikut :
- Berdiri : tinggi badan,bahu,siku,pinggul,dll
- Duduk : tinggi duduk,panjang lengan atas,panjang lengan bawah dan tangan,jarak lekuk lutut
o Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm di bawah tinggi siku
o Dari segi otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk sedang dari sudut tulang, dianjurkan duduk
tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas
o Tempat duduk yang baik adalah :
- Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut sedangkan paha dalam keadaan datar
- Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
- Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung
o Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat ke bawah sedangkan untuk pekerjaan duduk arah
penglihaan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat
o Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 Kg. Kemampuan seseorang bekerja adalah 8-10 jam
per hari.lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja menurun.
Sumber : Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
d. Aspek
1. Faktor manusia
Dibagi 2:
Faktor dari dalam, adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia seperti umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan
ukuran tubuh, dll.
Faktor dari luar, berasal dari luar manusia seperti penyakit, gizi, lingkungan kerja, sosial ekonomi,adat istiadat, dsb.
2. Anthropometri
Suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk beluk dimensional ukuran dan
bentuk tubuh manusia . Antropometri yang merupakan ukuran tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu
saran kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut. Dalam pelaksanaan pengukuran antropometri
dikenal dua macam pengukuran yaitu antropometri statis dan dinamis.
3. Sikap tubuh dalam bekerja
Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan menentukan efisiensi,
efektivitas, dan produktivitas kerja, selain SOP yang terdapat pada setiapa jenis pekerjaan. Semua sikap
tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya harus
dihindarkan. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka harus diupayakan agar beban statiknya diperkecil. Pada waktu
bekerja diusahakan agar bersikapsecara alamiah dan bergerak optimal. Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara
ergonomik adalah yang memberikan rasa nyaman, aman, sehat, dan selamat dalam bekerja yang dilakukan antara lain dengan
cara:
Menghindarkan sikapa yang tidak alamiah dalam bekerja
Diusahakan beban statik menjadi sekecil-kecilnya
Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan kerjayanga sesuai dengan ukuran antropometri tenaga
kerja penggunanya.
Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara bergantian.
4. Manusia- mesin
Fungsi manusia dalam hubungan manusia-mesin dalam rangkaian produksi ini adalah sebagai pengarah atau pengendali
jalannya mesin tersebut. Manusia menerima informasi dari mesin melalui indera mata untuk membuat keputusan untuk
menyesuaikan atau merubah kerja mesin melalui alat kendali yang ada pada mesin. Pada umumnya setiap mesin mempunyai
SOP. Kemudian mesin menerima perintah tersebut untuk kemudian untuk menjalankan tugasnya. Jelas disini bahwa
bekerjanya mesin sangat tergantung pada manusia sebagai pengendalinya.
5. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat,kerja lembur dan lainnya yang
dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja.
Jam kerja selama 8 jam perhari diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabial tidak dapat dihindarkan perlu
diusahakan grup kerja baru atau perbanyakan kerja ship.
6. Pengendalian lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang buruk atau melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan, yang melebihi toleransi manusia untuk
menghadapinya, akan menurunkan produktivitas kerja, menyebabkan penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, pencemaran
lingkungan sehingga tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tidak mendapat rasa aman, nyaman, sehat, dan selamat.
Terdapat berbagai faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan, dan efisiensi serta produktivitas
kerja yaitu faktor fisik; seperti pengaruh kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran; faktor kimia seperti pengaruh bahan
kimia, gas, uap, debu; faktor fisiologis seperti;sikap dan cara kerja, penentuan jam kerja dan istirahat, kerja gilir, kerja lembur;
faktor psikologis;seperti suasana tempat kerja, hubungan antar pekerja dan faktor biologis seperti infeksi karena bakteri, jamur,
virus, cacing.
Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu pengendalian secara teknik, pengendalian
secara administratif, dan pengendalian dengan pemberian alat pelindung diri (APD).
7. Kelelahan kerja
Penyebab kelelahan kerja adalah akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana, dan lingkungan kerja merupaan
faktor dominan bagi menurunnya atau rendahnya produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Kelelahan merupakan suatu kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan walaupun bukan merupakan satu-satunya gejala. Kelelahan dapat dibagi
dua macam:
Kelelahan otot
Kelelahan umum
Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri, seperti ketegangan otot dan sakit sekitar sendi, sedangkan kelelahan
umum dapat terlihat pada munculnya sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan keenggan beraktivitas.
8. Kerusakan trauma kumulatif (CTD)
Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan –kerusakan kecil akibat trauma berulang yang membentuk kerusakan
yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit. Gejala CTD muncul pada jenis pekerjaan yang monoton sikap kerja yang
tidak alamiah, penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi kemampuannya. Penyebab timbulnya trauma pada jaringan
tubuh antara lain karena:
Over exertion
Over stretching
Over compressor
Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD, yaitu;
Terdapat posture atau sikap tubuh yang janggal
Gaya yang melebihi kemampuan jaringan
Lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal
Frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal per menit
e. Metode
1. Diagnosis , dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,
ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.
2. Treatment , pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada. saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti
merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja
3. Follow up , dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan bagian badan
yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang
ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain
www.digilib.go.id
1. TUJUAN UTAMA
2. MANFAAT
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisiensi kerja ( meningkatkan produksi kerja )
Mengurangi beban kerja karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran tubuh pekerja akan menjadi
beban tambahan kerja
( IKM Prinsip- prinsip dasar, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo)
5. ASPEK – ASPEK
Ergonomic menitiberatkan manusia, ergonomic hanya cocok bagi mereka yang ingin mengembangkan system kerja
Ergonomic membutuhkan bangunan system kerja yang terkait dengan pengguna. Hal ini bahwa mesin dan peralatan yang
merupakan fasilitas kerja harus disesuaikan dengan perfomen manusia
Ergonomic menitik beratkan pada system kerja, suatu perbaikan proses harus disesuaikan dengan perbedaan kemampuan dan
kelemahan setiap individu. Hal ini harus dirumuskan dengan cara diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam jangka
waktu tertentu
Toksikologi
www.vanillamist.com
8. Sebutkan Sumber dari toksikologi industri!
SUMBER
1. Logam/metaloid
Pb(PbCO3): Syaraf, ginjal dan darah
Hg (organik&anorganik): Saraf dan ginjal
Cadmium: Hati, ginjal dan darah
Krom: Kanker
Arsen: Iritasi kanker
Phospor: Gangguan metabolism
2. Bahan pelarut
Hidrokarbon alifatik (bensin, minyak tanah): Pusing, koma
Hidrocarbon terhalogensisasi(Kloroform, CCl4): Hati dan ginjal
Alkohol (etanol, methanol): Saraf pusat, leukemia, saluran pencernaan
Glikol: Ginjal, hati, tumor
3. Gas beracun
Aspiksian sederhana (N2,argon,helium): Sesak nafas, kekurangan oksigen
Aspiksian kimia asam cyanida(HCN), Asam Sulfat (H2SO4), Karbonmonoksida (CO), Notrogen Oksida (NOx): Pusing, sesak nafas,
kejang, pingsan
4. Karsinogenik
Benzene: Leukemia
Asbes: Paru-paru
Bensidin: Kandung kencing
Krom: Paru-paru
Naftilamin: Paru-paru
Vinil klorida: Hati, apru=paru, syaraf pusat, darah
5. Pestisida
Organoklorin: Pusing, kejang, hilang
Organophosphat: Kesadaran dan
Karbamat: kematian
Arsenik
2. FAKTOR2 YANG MEMPENGARUHI SIFAT DAN DERAJAT RACUN BAHAN KIMIA
(suma’mur, 1986, higiene perusahaan dan keselamatan kerja, jakarta : gunung agung )
STEP 4 Mapping
Perusahaan/industri
PAK
pekerja
Kecelakaan kerja
hiperkes
UU kebijakan
tenaga kerja higiene K3 Ergonomi toksikologi
Peningkatan derajat
keselamatan pekerja dan
produktivitas kerja