Você está na página 1de 19

IMPLIKASI PENGGUNAAN BAHASA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Apresiasi Bahasa dan Seni

Dosen Pengampu:

Dr. Isah Cahyani, M.Pd.

dan

Rosita Rahma, M.Pd.

oleh

1. Almas Wijayanti (1700298)


2. Anggita Rahayu P. N (1701856)
3. Dima Satriani Juanda (1704256)
4. Milen Liberty (1701993)
5. Nurul Lutfhi Aulia (1700068)

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Apresiasi
Bahasa dan Seni yang berjudul “Implikasi Penggunaan Bahasa sebagai Sarana Berpikir
Ilmiah” dapat selesai seperti waktu yang telah ditentukan. Tersusunnya makalah ini tentunya
tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Dr. Isah Cahyani, M.Pd. dan Rosita Rahma, M.Pd. sebagai dosen mata kuliah
Apresiasi Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Bapak Drs. Encep Kusumah, M.Pd. sebagai narasumber yang telah memberikan ilmu
yang berkaitan dengan makalah kami.
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar
makalah ini dapat diselesaikan.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Apresiasi Bahasa dan Seni. Makalah ini
membahas tentang bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah.
Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Bandung, 25 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang sedang bergerak maju dalam berbagai kegiatan
termasuk dalam bidang sains, ilmu-ilmu sosial, kemanusiaan, dan teknologi. Mulai dari
pendokumentasian karya ilmiah sampai pada penyebarluasan penemuan barupun semakin
pesat berkembang. Banyak buku ilmiah sudah diterbitkan, baik berupa karya asli maupun
terjemahan. Banyak pula artikel dan makalah yang telah disebarluaskan. Semuanya itu
dilakukan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. Semua
kegiatan ilmiah yang dikemukakan di atas dilakukan dengan alat komunikasi yaitu bahasa,
baik bahasa lisan maupun tulisan.

Manusia merupakan makhluk sosial yang melakukan interaksi, bekerja sama, dan
menjalin kontak sosial di dalam masyarakat. Manusia membutuhkan alat komunikasi yaitu
bahasa. Bahasa memungkinkan manusia membentuk kelompok sosial sebagai pemenuhan
terhadap kebutuhannya untuk hidup bersama. Saat berada dalam kelompok sosial tersebut,
manusia terikat secara individu. Keterikatan individu-individu dalam kelompok itu sebagai
identitas diri dalam kelompok tersebut. Setiap individu adalah anggota dari kelompok sosial
tertentu yang tunduk pada seperangkat aturan yang disepakati dalam kelompok tersebut.
Salah satu aturan yang terdapat di dalamnya adalah seperangkat aturan bahasa.

Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Tanpa bahasa,
manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak. Tanpa mempunyai kemampuan
berbahasa, maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tentu tidak dapat terwujud.
Lebih lanjut lagi, tanpa kemampuan berbahasa, maka manusia tidak mungkin
mengembangkan kebudayaannya. Sebab tanpa mempunyai bahasa, maka hilang pulalah
kemampuan untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu ke generasi
selanjutnya. Bahasa tidak hanya dijadikan sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai
sarana belajar dan mengembangkan kemampuan berpikir. Bahasa memungkinkan manusia
berpikir secara abstrak dimana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-
simbol bahasa yang bersifat abstrak. Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini
memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut.
Penguasaan terhadap bahasa lisan dan bahasa tulisan dalam dunia modern sama
pentingnya. Jadi, kedua macam bahasa itu harus pula dipelajari dengan sungguh-sungguh.
Sebuah komunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan selalu tidak akan sempurna atau tidak
sama kualitasnya. Singkatnya, bahasa lisan maupun tulisan dapat digunakan sebagai sarana
belajar dan berpikir untuk mengungkapkan pikiran dari pembicara atau penulis. Berdasarkan
penjelasan di atas, makalah ini akan membahas tentang bahasa sebagai alat komunikasi
verbal sebagai sarana belajar dan berpikir dalam berkomunikasi untuk menyampaikan dan
mengungkapkan jalan pikiran dari pembicara atau penulis kepada orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa pengertian bahasa?


2. Apa saja fungsi-fungsi dan unsur-unsur bahasa?
3. Bagaimana hubungan antara bahasa dan kemampuan berpikir?
4. Bagaimana peran bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah?
5. Bagaimana implikasi gaya bahasa artikel di koran terhadap pola pikir dan
pemahaman masyarakat?

1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari bahasa.


2. Untuk mengetahui apa saja fungsi-fungsi dan unsur-unsur bahasa.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bahasa dan kemampuan berpikir.
4. Untuk mengetahui bagaimana peran bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah.
5. Untuk mengetahui bagaimana implikasi gaya bahasa artikel di koran terhadap pola
pikir dan pemahaman masyarakat.

1.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikemukakan dalam makalah ini diperoleh melalui berbagai cara. Pertama
metode Focus Group Discussion (FGD) dengan mendiskusikan sebuah bahasan topik untuk
mendapatkan makna menurut pemahaman kelompok. Teknik ini digunakan untuk
mengungkap permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada
suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang
salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006:73).
Ciri khas metode FGD yang tidak dimiliki metode riset kualitatif lainnya (wawancara
mendalam atau observasi) adalah interaksi.

Kedua, metode dokumen dengan melibatkan data untuk melengkapi penelitian, baik
berupa sumber tertulis, film, gambar (foto) dan karya-karya monumental, yang semua itu
memberikan informasi bagi proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif kebanyakan
diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi atau wawancara.
Akan tetapi, ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen,
foto, dan bahan statistik. Ketiga, menggunakan metode wawancara sebagai sumber pelengkap
pembahasan makalah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa

Menurut Ardianto dalam Perspektif Logika dalam Pemakaian Bahasa Indonesia


(2013:44), bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saja, tetapi juga menyertai
proses berpikir manusia dalam usaha memahami dunia luar, baik secara objektif maupun
secara imajinatif. Pengertian bahasa dalam arti sempit menurut Alwi (1993:27), yaitu
hubungan antara suara dengan kata-kata. Bahasa dalam arti luas adalah alat perhubungan
yang tidak terbatas kata-kata, tetapi juga mengandung gerak-gerik, mimik, dan panto mimik.
Dengan demikian, bahasa dalam arti luas dapat berupa kata-kata atau kalimat baik yang
diucapkan maupun yang ditulis. Menurut Kridalaksana dalam Chaer (2003:42), bahasa adalah
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Arbitrer artinya suatu kata tidak
akan ada artinya apabila tidak ada persetujuan dari para pemakainya.

Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku,
tata krama masyarakat, dan membaurkan dirinya dengan segala bentuk fungsi sosial
masyarakat. Untuk dapat mewujudkan semua itu, maka penutur harus pandai menggunakan
bahasa sehingga harus selalu belajar bahasa dan memikirkan dengan baik apa yang akan
disampaikan. Dengan demikian, maka tidak akan terjadi kesalahpahaman dalam
berkomunikasi.

2.2 Fungsi dan Unsur Bahasa

Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai sarana
komunikasi antar manusia dan sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok
manusia yang menggunakan bahasa tersebut. Fungsi yang pertama dapat kita sebut sebagai
fungsi komunikasi dan fungsi yang kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif.
Pengembangan fungsi bahasa harus memperhatikan kedua fungsi ini agar terjadi
keseimbangan yang saling menunjang dalam pertumbuhannya.

Seperti manusia yang menggunakannya, bahasa harus terus tumbuh dan berkembang
seiring dengan pergantian zaman. Hal tersebut dapat dijadikan motivasi bagi pemakai bahasa
untuk terus belajar dan berpikir guna menghadapi era globalisasi yang terus berkembang.
Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara befungsi sebagai berikut:
1. Sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan

Dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi kemerdekaan RI 1945.


Mulai saat itu dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.

2. Sebagai Bahasa Pengantar Resmi di Lembaga-Lembaga Pendidikan

Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan


mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. Hal tersebut membuktikan
bahwa bahasa adalah salah satu penunjang proses belajar.

3. Sebagai Bahasa Resmi dalam Perhubungan pada Tngkat Nasional

Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antar badan pemerintah dan penyebarluasan
informasi kepada masyarakat.

4. Sebagai Bahasa Resmi di dalam Pengembangan Kebudayaan dan Pemanfaatan Ilmu


Pengetahuan Teknologi Modern.

Sebagai fungsi pengembangan kebudayaan nasional, ilmu, dan teknologi, bahasa


Indonesia terasa sekali manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam itu berasal dari
masyarakat Indonesia yang beragam pula, rasanya tidaklah mungkin dapat disebarluaskan
kepada masyarakat Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini
mempunyai hubungan timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat
lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi. Selain fungsi-fungsi tersebut,
Keraf (1995:3) juga berpendapat bahwa di era globalisasi bangsa Indonesia mau tidak mau
harus ikut berperan di dalam dunia persaingan di bidang politik, ekonomi, maupun
komunikasi, dll. Konsep dan istilah baru dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa
Indonesia. Hal tersebut menunjukkan tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia),
IPTEK tidak dapat tumbuh dan berkembang.

Bahasa Indonesia dalam struktur budaya pun ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan
peran ganda. Peran ganda tersebut yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus
berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran tersebut, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar menjadikan bahasa
sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa,
kita akan cermat pula dalam berpikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar
(pikiran).

Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah dalam Bakhtiar (2007:181)
bahwa fungsi bahasa adalah:

1. Fungsi instrumental: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat
materi seperti makan, minum, dan sebagainya
2. Fungsi regulatoris: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
3. Fungsi interaksional: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan
pemikiran antara seseorang dan orang lain.
4. Fungsi personal: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan
pikiran.
5. Fungsi heuristik: penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan
keinginan untuk mempelajarinya.
6. Fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan
gambaran-gambaran tentang pendapat seseorang dan tidak sesuai dengan dunia nyata.
7. Fungsi representasional: penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan
wawasan serta menyampaikannya pada orang.

Sebagai alat komunikasi, menurut Alwi (1993:57) pada pokoknya bahasa mencakup tiga
unsur, yaitu:

1. Bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan
(emotif).
2. Bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi sikap
(afektif).
3. Bahasa selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi pikiran
(penalaran).

Perkembangan bahasa pada dasarnya adalah perkembangan dari ketiga fungsi tersebut
agar dapat mencerminkan perasaan, sikap dan pikiran suatu kelompok masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut. Jika kita mengambil contoh dua unsur kebudayaan dari
suatu bangsa dalam bidang seni dan ilmu, maka secara teoritis dapat dikatakan bahwa
kemajuan di bidang seni terkait dalam perkembangan bahasa termasuk dalam fungsi
emotif dan afektif. Sedangkan di bidang keilmuan termasuk ke dalam fungsi penalaran.
2.3 Bahasa sebagai Kemampuan Berpikir

Menurut Rukni Setyawati dalam buku “Bahasa Sebagai Sarana Belajar dan Berpikir”,
tujuan dari berpikir ilmiah dan kegiatan ilmiah lainnya adalah untuk memperoleh
pengetahuan yang benar atau pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, jelas
memerlukan sarana atau alat berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
langkah-langkah (metode) ilmiah atau membantu langkah-langkah ilmiah untuk mendapatkan
kebenaran. Dengan kata lain, sarana berpikir ilmiah memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah dengan baik, teratur, dan cermat. Oleh karena itu, agar dapat bekerja
dengan baik, ilmuwan mesti menguasai sarana berpikir ilmiah.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Penguasaan
sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik
maka diperlukan sarana yang berupa bahasa agar dalam kegiatan ilmiah tersebut dapat
berjalan dengan baik, teratur dan cermat. Hal tersebut seperti pendapat Bloch dan Trager
yang dikutip Bakhtiar (2007:176) menyatakan bahwa berpikir sebagai proses berkerjanya
akal dalam menelaah sesuatu merupakan ciri hakiki manusia yang hasil kerjanya dinyatakan
dalam bentuk bahasa.

Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan
manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir
ilmiah dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan
jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Baik pemikiran yang berlandasan induktif, maupun
deduktif. Dengan kata lain kegiatan berpikir ilmiah sangat erat kaitannya dengan bahasa.
Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak, sistematis, teratur dan terus-menerus
untuk menguasai pengetahuan kepada orang lain.

2.4 Bahasa Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Berpikir ilmiah dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya yang lebih luas, bertujuan untuk
memperoleh pengetahuan yang benar atau pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan
tersebut, jelas memerlukan sarana atau alat berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah merupakan
alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah yang membantu langkah-langkah ilmiah untuk
mendapatkan kebenaran. Maksudnya, sarana berpikir ilmiah memungkinkan kita untuk
melakukan penelaahan ilmiah dengan baik, teratur, dan cermat. Oleh karena itu, agar dapat
bekerja dengan baik, ilmuwan mesti menguasai sarana berpikir ilmiah.

Tersedianya sarana berpikir memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara


teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat
imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal tersebut maka kegiatan ilmiah yang
baik tidak dapat dilakukan. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan
kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa agar
kegiatan ilmiah tersebut dapat berjalan dengan baik, teratur, dan cermat. Hal tersebut seperti
yang dikatakan oleh Bloch dan Trager yang dikutip Bakhtiar (2007:176) menyatakan bahwa
berpikir sebagai proses bekerjanya akal dalam menelaah sesuatu yang merupakan ciri hakiki
manusia. Hasil kerja tersebut dinyatakan dalam bentuk bahasa.

Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam kehidupan
manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir
ilmiah yang mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan
jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Baik pemikiran yang berlandasan induktif, maupun
deduktif. Dengan kata lain, kegiatan berpikir ilmiah sangat erat kaitannya dengan bahasa.

Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak, sistematis, dan teratur. Ada
dua hal yang harus diperhatikan dalam menjelaskan sarana ilmiah. Pertama, sarana ilmiah itu
merupakan ilmu yang berisi kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode
ilmiah, seperti menggunakan pola berpikir induktif dan deduktif dalam mendapatkan
pengetahuan. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk melakukan penelaahan
ilmiah secara baik. Dengan demikian, jika hal tersebut dikaitkan dengan berpikir ilmiah,
sarana ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan
materi pengetahuan berdasarkan metode ilmiah dengan menggunakan bahasa.

Menurut Suparno dkk. (1994: 2-14) menjelaskan bahwa karakteristik bahasa


Indonesia ilmiah itu (1) lugas dan jelas, (2) objektif, (3) cendekia, (4) ringkas dan padat, (5)
konsisten, (6) dan gagasan sebagai pangkal tolak.

o Lugas dan Jelas


Lugas diartikan mengandung makna apa adanya, gagasannya jelas, tidak berbelit-
belit, mudah di pahami, tidak diungkapkan dalam bentuk kiasan, dan tidak berbunga-bunga.
Jelas berarti gemblang, tegas, dan tidak meragukan.

o Objektif

Kalimat bahasa Indonesia ilmiah dikatakan objektif apabila mengungkapkan sesuatu


dalam keadaan sebenarnya, artinya tidak dipengaruhi oleh emosi pemakainya. Ciri objektif
bermakna bahwa bahasa Indonesia ilmiah tidak boleh bersifat objektif, yakni mengemukakan
suatu pandangan dari sudut pribadi saja, tanpa memperhatikan sudut pandang orang lain
secara umum.

o Cendekia

Bahasa Indonesia ilmiah bersifat cendekia, maksudnya bahasa itu mampu digunakan
untuk mengungkapkan hasil berpikir logis secara tepat. Kalimat-kalimatnya mencerminkan
ketelitian yang objektif sehingga suku-suku kalimatnya sejalan dengan proposisi logika.
Kecendekiaan juga tampak pada ketepatan dan kesaksamaan penggunaan kata.

o Ringkas dan Padat

Bahasa keilmuan berciri ringkas dan padat, artinya pemakaian unsur bahasa di
dalamnya hemat. Unsur-unsur yang tidak diperlukan karena tidak fungsional dalam
mengungkapkan gagasan dibuang. Jika penggunaan unsur bahasa sudah ringkas, kandungan
gagasan yang diungkapkan menjadi padat. Dengan demikian, ciri padat berkenaan dengan
kepadanan gagasan yang terungkap. Realisasi ciri ringkas dan padat tidak hanya di tandai
oleh penggunaan unsur-unsur bahasa dalam kalimat. Satuan bahasa yang serupa kalimat
dalam paragraf pun jika tidak fungsional, dapat dihilangkan.

o Konsisten

Bahasa Indonesia berciri ilmiah berciri konsisten, artinya harus bersifat ajeg, taat asas,
selaras, dan tidak berubah-ubah. Unsur-unsur bahasa serupa pembentukan kata dan tata tulis
(pengunaan ejaan dan tanda-tanda baca ) digunakan sesuai kaidah yang berlaku konsisten.
Penggunaan istilah dalam bahasa Indonesia ilmiah juga perlu dilakukan secara taat asas.

o Gagasan sebagai Pangkal Tolak

Gagasan menjadi pangkal tolak bahasa Indonesia dalam dunia keilmuan. Oleh sebab
itu, kalimat-kalimat bahasa keilmuan berorientasi pada kalimat pasif, bukan kalimat aktif.
Kalimat merupakan bagian penting dalam penyampaian gagasan. Satuan bahasa yang
lebih kecil dari kalimat antara lain kata dan kelompok kata, tidak dapat dipakai sebagai alat
penyampai gagasan yang utuh sebab tidak mampu menampung gagasan yang lengkap.
Kalimat-kalimat yang dipakai dalam sebuah karangan diusahakan sederhana, pendek-pendek,
dan mudah dipahami oleh pembaca. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif.

Bahasa tidak luput dari kelemahan inheren yang dapat menghambat komunikasi
ilmiah. Oleh karena itu, dalam berbahasa juga diperlukan pemikiran yang serius terhadap apa
yang akan disampaikan baik secara tulis maupun lisan sehingga tidak terjadi salah penafsiran
dan salah persepsi yang akan menimbulkan kesalahpahaman. Kelemahan tersebut dengan
uraian sebagai berikut. Pertama, bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif,
representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya
sukar untuk dipisah-pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk membuang faktor emotif dan
afektifnya ketika mengomunikasikan pengetahuan informatifnya. Walaupun, pengetahuan
yang diutarakannya tak sepenuhnya bernuansa dari emosi dan afeksi dan tidak seutuhnya
objektif konotasinya bersifat emosional.

Kedua, kata-kata mengandung makna atau arti yang tidak seluruhnya jelas dan eksak.
Misalnya, kata “cinta” dipakai dalam lingkup yang luas dalam hubungan antara ibu-anak,
ayah-anak, suami-istri, kakek-nenek, sepasang kekasih, sesama manusia, masyarakat-negara.
Banyaknya makna yang termuat dalam kata “cinta” menyulitkan kita untuk membuat bahasa
yang tepat dan menyeluruh. Sebaliknya, beberapa kata yang merujuk pada sebuah makna
bahasa bersifat majemuk yang diistilahkan sebagai kekacauan semantik, yakni dua orang
yang berkomunikasi menggunakan sebuah kata dengan makna yang berlainan, atau mereka
menggunakan dua kata yang berbeda untuk sebuah makna yang sama.

Ketiga, bahasa seringkali bersifat sirkular (berputar-putar). Suriasumantri (1997:253)


mencontohkan kata “pengelolaan” yang didefinisikan sebagai “kegiatan yang dilakukan
dalam sebuah organisasi”. Sedangkan kata “organisasi” didefinisikan sebagai “suatu bentuk
kerja sama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan”. Kelemahan-kelemahan
bahasa tersebut sebenarnya membuat penutur bahasa terus belajar bahasa agar dapat
menggunakan pilihan kata yang tepat.
2.5 Implikasi Gaya Bahasa Artikel di Koran Terhadap Pola Pikir dan Pemahaman
Masyarakat

Dewasa ini, banyak sekali media yang beredar di masyarakat. Mulai dari media
visual, berupa televisi dengan berbagai macam acara yang disajikan oleh setiap stasiunnya.
Radio yang tidak mau kalah juga menyajikan berbagai informasi dan hiburan yang dikemas
sedemikian rupa sehingga tidak ditinggalkan oleh penikmatnya. Satu lagi yang tidak
ketinggalan ialah media cetak, yang sudah berbagai macam jenisnya seperti, koran, majalah,
tabloid, dan sebagainya.

Saat ini, koran terbilang sudah banyak ditinggalkan oleh pembacanya karena sudah
banyak elektronic book atau yang biasa disebut e-book dan juga sudah menjamurnya media
berita online yang dapat diakses dengan mudah lewat telepon genggam yang terbilang lebih
praktis daripada koran dan media cetak lainnya. Walaupun seperti itu, tidak dapat dipungkiri
bahwa sampai sekarang, koran tetap menjadi bahan bacaan wajib bagi para pecintanya yang
tidak dapat digantikan oleh media online apapun.

Bahasa yang digunakan dalam koran pastilah menggunakan bahasa yang lazim dalam
penulisan jurnalistik, yakni dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti oleh berbagai
aspek masyarakat, tidak bertele-tele, dan tidak membuat pembacanya bingung dengan redaksi
kalimat yang digunakan.

Dari hasil wawancara dengan salah satu dosen di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yaitu Bapak Drs. Encep Kusumah, M.Pd, beliau menjelaskan betapa pentingnya
peranan bahasa dalam penyampaian sebuah gagasan. Beliau menjelaskan bahwa orang yang
berpikiran sistematis dan runtun, dia akan menyampaikan gagasannya dalam kalimat-kalimat
efektif. Lebih baik menggunakan kalimat yang simpel atau sederhana. Penggunaan kalimat
majemuk terlalu banyak akan sulit untuk dipahami oleh pembaca yang hanya membaca
dalam waktu yang singkat. Jika seorang penulis menuangkan gagasan dalam tulisan yang
panjang dan sulit untuk menemukan pokok pikiran kalimat tersebut, maka tulisan tersebut
kacau. Seharusnya penggunaan kalimat tersebut dipenggal agar tidak berbelit-belit dalam
menentukan pokok pikirannya.

Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah,
ringkas, dan enak dibaca (Arifin: 1989).

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:


1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Objek yang akan dianalisis dalam tulisan ini ialah gaya bahasa yang digunakan dalam
sebuah halaman dari dua koran berbeda yang membahas tentang budaya. Objek pertama yang
akan dianalisis adalah sebuah artikel budaya yang berjudul “Tradisi Munjung Memperingati
1 Sura” yang ditulis oleh Tati Purnawati pada halaman 5 Koran Pikiran Rakyat terbitan hari
Senin, 24 September 2018. Objek kedua yang akan dianalisis adalah sebuah artikel budaya
yang berjudul “Ratusan Warga Soreang Makan Ali Agrem” yang ditulis oleh Mumu
Mujahidin pada halaman 10 Koran Tribun Jabar terbitan hari Kamis, 23 Agustus 2018.

Bahasa yang digunakan di dalam halaman kedua koran tersebut sama-sama


menggunakan bahasa jurnalistik. Menurut Wikipedia (2018), bahasa jurnalistik adalah bahasa
komunikasi massa yang berfungsi sebagai pemberi informasi kepada publik, atau dapat
diartikan sebagai bahasa komunikasi pengantar pemberitaan yang biasa digunakan media
cetak dan elektronik. Bahasa jurnalistik harus menggunakan bahasa baku, atau dengan kata
lain harus sesuai dengan PUEBI. Selain itu, bahasa jurnalistik juga harus mudah dipahami
oleh pembacanya karena pembaca tidak punya cukup banyak waktu untuk memahami kata-
kata yang sulit.

Tribun Jabar adalah sebuah surat kabar harian yang termasuk dalam grup Kompas
Gramedia. Tidak diragukan lagi bahwa penggunaan bahasa di dalam Koran Tribun Jabar dan
Pikiran Rakyat adalah bahasa yang baku karena kedua koran tersebut merupakan sebuah
harian berita yang sudah besar di Provinsi Jawa Barat sehingga kesalahan-kesalahan dalam
bahasanya akan sulit untuk ditemui.

Bahasa yang digunakan dalam surat kabar harian Tribun Jabar cukup mudah untuk
dipahami oleh pembaca. Keefektifan kalimat dalam koran tersebut benar adanya. Kalimat
yang digunakan dalam Koran tersebut merupakan kalimat efektif yang lengkap terdapat
subjek dan predikat. Salah satunya terdapat pada kalimat pertama paragraf pertama berikut:

 Ratusan warga Soreang, Kabupaten Bandung dan sekitarnya berbarengan menikmati


makanan tradisional khas Kabupaten Bandung dan Jawa Barat ali agrem di Dome
Bale Rame Sabilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung.
Koran Pikiran Rakyat juga memuat bahasa tulis yang baku. Dari judulnya yaitu
“Tradisi Munjung Memperingati 1 Sura” merupakan kalimat efektif yang memiliki
kesepadanan struktur, yaitu adanya unsur subjek dan predikat yang jelas. Namun, terdapat
pula kalimat majemuk yang berbelit untuk dipahami seperti:

 Tak ketinggalan, beberapa celana pendek berbahan kaus yang ikut digantung sebagai
hiasan panggung.

Dalam kalimat tersebut terdapat subjek yaitu celana pendek dan predikat yaitu
digantung. Akan tetapi, adanya kata di dalam kalimat tersebut yang membuat kalimat tersebut
sulit untuk dicerna karena funsgi kata “yang” tidak jelas di sana.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Bahasa mengandung informasi


yang mempunyai arti tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita menggunakan bahasa
Indonesia yang tidak benar atau tidak pada tempatnya. Cara berbahasa harus dikaitkan
dengan kemampuan berpikir karena bahasa merupakan alat logika untuk meramu idiom demi
menyampaikan pikiran dan perasaan.

Orang yang berpikir kritis akan menghasilkan pola bahasa yang lebih sistematis
dalam menyampaikan sebuah gagasan yang akan disampaikan dalam kalimat yang efektif.
Menulis itu perlu keteraturan karena hubungan antara orang yang ingin menyampaikan
dengan penerimanya tidak langsung. Pembaca hanya bisa memahaminya hanya dengan
keruntunan berpikir penulis. Dan keruntunan berpikir tersebut tertulis dalam tulisan-tulisan
berupa kalimat sehingga dalam menulis kalimat tersebut harus selalu sempurna.

3.2 Saran

Saran untuk pembuatan makalah ini adalah diharapkan agar kita selalu berpikir secara
ilmiah melalui pengajaran bahasa supaya terus ditingkakan dan dijadikan suatu rutinitas
dalam segala lingkungan pendidikan. Sebab, terselenggaranya pendidikan di tiga lingkungan
sangat memungkinkan penggunaan bahasa memiliki pengaruh yang besar. Dari cerminan
tersebut perlunya pengajaran bahasa dan kaitannya dengan pendidikan dinilai mampu
memberikan hal positif dalam berpikir secara ilmiah. Mempelajari dan mengembangkan
bahasa dalam pendidikan sangatlah perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu, kita sebagai pemerhati
pendidikan mempunyai peran penting dalam pembiasan berpikir secara ilmiah guna
kemajuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 1993. Bahasa Indonesia: Tata Bahasa Baku. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Ardianto. 2011. “Situasi Kebahasaan Masa Kini : Kepungan Pengaruh Budaya Global”
dalam Lingua Scienti: Jurnal Bahasa STAIN Tulungagung Volume 3 (hlm.1).
Bakhtiar, M.A. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Press.
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys.1995. Eksposisi: Komposisi Lanjutan II. Jakarta : PT Grasindo.
Setyawati, Rukni. Bahasa Sebagai Sarana Belajar dan Berpikir. Jawa Tengah: Balai Bahasa.
Suriasumantri. 1997. Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan Tentang Hakikat
Ilmu. Jakarta: PT Gramedia.
Wikipedia. Bahasa Jurnalistik[Online].
Tersedia di https://id.m.wikipedia.org [23 September 2018]
LAMPIRAN

(Gambar 1)

(Gambar 2)

Você também pode gostar