Você está na página 1de 28

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fertilitas adalah suatu keadaan dimana organ reproduksi bekerja

dengan baik yang ditandai dengan adanya pembuahan ketika sperma dan

ovum bertemu. Antifertilitas adalah bahan alami atau obat yang dapat

menurunkan kesuburan dari alat reproduksi.

Hormon steroid yang dapat mempengaruhi fertilitas pada alat

reprodiksi baik pria dan wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti

estrogen, anti estrogen, progestin, anti progestin, androgen, anti

androgen, kortikosteroid, inhibitor dan adrenokortikoid

Hormon estrogen dan progesteron termasuk hormon steroid

kelamin, karena keduanya mempunyai struktur kimia berintikan steroid

dan secara fisiologik sebagian terbesar diproduksi oleh kelenjar endokrin

sistem produksi. Fungsi utamanya juga berhubungan erat dengan fungsi

alat kelamin primer dan sekunder, terutama pada wanita.

Pengobatan fertilitas dan berbagai penyakit lainnya yang

berhubungan dengan alat reproduksi dapat dilakukan dengan cara

pemberian obat-obat fertilitas seperti estrogen sintesis atau lainnya.

Disamping pengobatan dengan obat modern fertilitas dapat pula

diobati dengan obat tradisional yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,

hewan, maupun mineral.


2

Dilakukannya praktikum ini untuk mengetahui efek farmakodinamik

dari Na-CMC, ekstrak akar kelor, dan obat Dexamethasone® dalam

menurunkan kadar sperma pada hewan coba yaitu mencit (Mencit (Mus

musculus).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah bagaimana

pengaruh pemberian obat Dexamethasone®, ektrak daun sirih (piper betle

L) dan Na-CMC terhadap hewan coba mencit jantan (Mus muscullus)?

C. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek

Antifertilisasi obat Dexamethasone, estrak daun sirih (piper betle L), dan

Na-CMC terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).

D. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan efek

antifertilitas dari pemberian obat Dexamethasone®, estrak daun sirih

(piper betle L), dan Na-CMC terhadap hewan coba mencit (Mus

musculus).

E. Manfaat Praktikum

Praktikan dapat mengetahui dan menentukan pengaruh pemberian

dari obat Dexamethasone®, estrak daun sirih (piper betle L), dan Na-CMC

terhadap hewan coba mencit (Mus musculus).


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

Fertilisasi adalah penyatuan spermatozoa dan oosit sekunder untuk

membentuk sel spindel sel diploid-zigot yang mengandung kromosom

maternal dan paternal (Sloane, 2004).

Kontrasepsi adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan

kehamilan, bersifat sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat

dilakukan tanpa alat, secara mekanis, menggunakan obat atau alat, atau

dengan operasi, yaitu (Mansjoer, 2001):

1. Menunda kehamilan. Pasangan dengan istri di bawah 20 tahun,

dianjurkan menunda kehamilannya.

2. Menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan). Masa saat isteri

berusia 20-30 tahun adalah yang paling baik untuk melahirkan 2 anak

dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.

3. Mengakhiri kesuburan (tidak ingin hamil lagi). Saat usia istri di atas 30

tahun, dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2

anak.

Keluarga Berencana merupakan suatu cara efektif untuk antara lain

mencegah mortalitas ibu dan anak dengan menghindari kehamilan resiko

tinggi, mengurangi angka kesakitan, menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur

jarak kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Tan,

2008).
4

Penggolongan kontrasepsi, yaitu (Mansjoer, 2001):

1. Kontrasepsi Alamiah, terdiri atas 4, yaitu :

a. Pantang Berkala

Prinsip sistem ini adalah tidak melakukan senggama pada

masa subur. Ovulasi terjadi 12-16 hari sebelum hari pertama haid

yang akan datang. Ovum mempunyai kemampuan untuk dibuahi

Dalam 24 jam setelah ovulasi. Yang disebut masa subur atau fase

ovulasi terjadi 48 jam sebelum ovulasi hingga 24 jam setelah

ovulasi. Karena itu, jika konsepsi ingin dicegah, senggama harus

dihindarkan sekurang-kurangnya 3 hari atau 72 jam, yaitu 48 jam

setelah ovulasi dan 24 jam setelah ovulasi terjadi.

b. Metode Lendir Selviks

Dalam metode ini, dilakukan penilaiaan terhadap lendir

selviks. Sifat cairan di vagina bervariasi selama siklus haid lendir di

vagina diperiksa dengan cara memasukkan jari tangan klien sendiri

ke dalam vagina dan mencatat bagaimana lendir itu dirasakan

setiap hari.

Pola lendir yang khas yaitu setelah haid berakhir, umumnya

mengalami beberapa hari tidak ada lendir dan daerah vagina

dirasakan kering. Ini dikenal sebagai hari-hari kering. Setelah itu,

seorang wanita mulai adanya lendir. Lendir ini secara khas lengket

seperti bubur atau rapuh.

Warnanya bervariasi dari kuning sampai putih. Karena lendir

ini tidak seberapa lembab, daerah vagina masih dirasakan kering


5

atau seperti lengket. Bila terdapat jenis lendir apapun sebelum

ovulasi saat-saat ini dianggap sebagai masa subur.

Saat ovulasi terjadi dan estrogen meningkat, lendir menjadi

basah, lendir ini jumlahnya bertambah secara bertahap dan

warnanya semakin jernih. Lendir ini semakin basah, elastis dan

licin. Lendir ini menyerupai putih telur dan dapat direnggangkan

perlahan-lahan diantara 2 jari. Umumnya, wanita merasa basah da

daerah vaginanya. Selama waktu-waktu ini. Ini adalah jenis lendir

yang memungkinkan sperma hidup dan berenang menuju sel telur

sampai selama 5 hari.

Setelah ovulasi, progesteron meningkat dan lendir selviks

berubah lagi. Lendir selviks mulai kurang basah, lendir lengket

seperti bubur, serta jumlahnya berkurang. Sensasi vagina menjadi

kering. Lendir jenis ini membuat sperma sulit bergerak dan idup

hanya untuk beberapa menit sampai beberapa jam. Lendir ini

membantu mencegah masuknya sperma san bakteri yang

merugikan ke dalam uterus. Sejumlah wanita mungkin tidak

mempunyai lendir lagi pada hari-hari siklus haid.

c. Metode suhu Tubuh basal

Cara kerja dari metode ini adalah hormon progesteron,

disekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat termogenik atau

memproduksi panas. Ia dapat menaikkan suhu tubuh 0,05 o sampai

0,2o C (0,4 sampai 1o F) dan mempertahankan pada tingkat ini

sampai saat haid berikutnya. Peningkatan pada suhu tubuh ini

disebut sebagai peningkatan teral dan ini merupakan dasar dari


6

metode suhu tubuh basal. Siklus ovulasi dapat dikenali dari catatan

suhu tubuh.

STB diukut dan dicatat setiap hari (pagi) selama terdapat

lendir selviks pada saat yang sesuai sepanjang hari dan dicatat

setiap malam.

Klien harus melakukan pengukuran yang akurat dengan

termometer khusus agar dapat meningkatkan suhu yang kecil

sekalipun. Karena suhu tubuh bereaksi terhadap banyak

rangsangan seperti penyakit, stres dengan gangguan tidur,

interpretasi pada suhu tubuh memerlukan penilaian khusus. Klien

harus menandai pada catatannya saat merasa tidak enak badan,

dalam kondisi yang tidak seperti biasanya atau stress.

d. Senggama Terputus

Apabila saat sperma mulai keluar, senggama sebaiknya

diputuskan.

2. Kontrasepsi Barier

a. Kondom

Adalah selaput karet yang pasang pada penis selama

hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis tipis,

berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggiran tebal, bila

digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting

susu. Kondom juga membantu mencegah penularan penyakit

menular seksual (PMS) termasuk AIDS.


7

b. Diafragma

Adalah magkok yang fleksibel dengan pinggiran yang mudah

dibengkokkan dan disisipkan bagin atas vagina, mencegah sperma

untuk ke saluran reproduksi bagian atas untuk mencegah terjadinya

konsepsi.

c. Obat-obat Spermatozid

Obat-obat Spermatozid terdiri dari 2 komponen, yaitu :

1. Zat kimia yang mampu mematikan sperma

2. Ventikulum yang dapat dipakai untuk membuat tablet, krim atau

jelly.

Spermatiid vaginal dipakai di vagina untuk menginaktivasi

sperma sebelum melewati serviks karena mengandung bahan yang

akan merusak membran sel sperma dan mempengaruhi mobilitas

dan kemampuan sperma membuahi ovum.

Macam-macam obat spermatisid dan penggunaanya :

1. Suppositoria, dimasukkan sejauh mungkin ke dalam vagina

sebelum senggama.

2. Jelly atau krim, untuk memasukkan kontrasepsi ini, isi satu

aplikator sampai jenuh. Masukkan aplikator ke dalam vagina

sampai ujungnya mencapai dekat serviks, lalu dorong pengisap

dan keluarkan jelly atau krim.

3. Tablet busa, letakkan wadah pada posisi berdiri atau tempatkan

aplikator dengan katup di atas. Letakkan aplikator disisi wadah

dan nantinya akan diisi tablet busa. Akseptor dalam posisi


8

baring, masukkan aplikator jenuh ke dalam vagina dengan

selviks. Pengisap didorong dan keluarkan busa.

d. Intra Vag (Tisu KB)

Untuk menggunakannya, buka lebar lipatannya, remas

menjadi gumpalan kecil, masukkan ke dalam vagina dan dorong

sampai menyentuh mulut rahim.

3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Alatkontrasepsidalam Rahim terdiri dari 3 tipe, yaitu :

a. Inert, Menimbulkan reaksi radang pada endometrium yang

dapat menghancurkan sperma.

b. Mengandung tembaga, Karena mengandung tembaga, maka

menghambat anhidrase karbonat.

c. Mengandung hormon steroid, Mengeluarkan hormon dan

menebalkan dinding ovum.

4. Kontrasepsi Hormonal

a. Estrogen, menghambat ovulasi dengan 3 sistem : hipotalamus,

hipofisis, ovarium

b. Progesteron, membuat lendir selviks jadi kebal, supaya

pertumbuhan sperma sulit. Contoh : pil, suntik, susuk.

5. Kontrasepsi Sterilisasi/Operasi

a. Tubektomi adalah menghambat tuba vallopi dengan cara

memotong atau mengikat tuba vallopi

b. Vasektomi adalah memotong/mengikat vas defferen pada testis.


9

Sistem reproduksi laki-laki (Sloane,2004) :

a. Skrotuum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit,fasia, dan

otot polos yang membungkus dan menopang testis diluar tubuh pada

uhu optimum untuk reproduksi spermatozoa

b. Testis adalah organ lunak,berbentuk oval, dengan panjang 4 cm

sampai 5 cm (15 inci sampai 2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci).

c. Duktus pada saluran reproduksi laki-laki membawa sperma matur dari

testis ke bagian eksterior tubuh. (Duktus eferen, epididimis, duktu

deferen, duktus ejakulator, uretra).

d. Kelenjar aksesoris ( Seminalis, kelenjar prostat, dan sepasang

kelenjar bulbouretral)

e. Penis, terdiri dari 3 bagian : akar, badan, dan glans penis yang

membesar yang banyak mengandung ujung-ujung saraf sensorik.

Sistem reproduksi perempuan ( Sloane,2004) :

a. Ovarium, panjang 3 sampai 5 cm, lebar 2 sampai 3 cm, dan tebal 1

cm. Berbentuk seperti kacang kenari. Tersusun dari medula dan

korteks.

b. Dua tuba uterin ( tuba fallopi atau oviduk) menerima dan mentransfer

oosit ke uterus setelah ovulasi.

c. Uterus adalah organ tunggal muskular atau berongga. Oosit yang

telah dibuahi akan tertanan dalam lapisan enometrium uterus dan

dipenuhi kebutuhan nutrisinya untuk tumbuh dan berkembang sampai

lahir
10

d. Vagina adalah tuba fibromuskular yang dapat berdistensi. Organ ini

merupakan jalan lahir bayi dan aliran mestrual, fungsinya adalah

sebagai organ kopulasi perempuan.

e. Geittalia eksternal disebut vulva atau pudendum.

Hormon hipofisis ada dua yaitu (Tjay, 2007) :

1. FSH (Follicle Stimulating Hormone) menstimulasi perkembangan

folikel (de Graaf) dalam ovaria dan pembentukan spermatozoa dalam

testes.

2. LH (Luteinizing Hormone) dahulu di sebut juga ICSH (Interstitial Cell

Stimulating Hormone), menstimulasi antara lain transformasi folikel

masak menjadi badan kuning (corpus luteum) sertaa produksi

estrogen dan progesteron oleh ovaria.

3. Dalam ovaria FSH dan LH menstimulasi perkembangan folikel

dan sintesis estradiol oleh sel sel granulosa folikel. Pada fase

folikular awal kadar estradiol dalam darah yang rendah

memberikan umpan balik negatif pada FSH. Pada pertengahan

siklus kadar estradiol tinggi dan mempunyai efek umpan balik

positif pada sekresi LH (Neal, 2006).

4. Testosteron adalah androgen yang paling penting pada

manusia, sekitar 2% testosteron dalam plasma berada dalam

bentuk bebas dan di kulit, prostat, vesikula seminalis, dan

epididimis testosteron di ubah menjadi dihidrotestosteron. Efek

pada saat pubertas androgen menyebabkan perkembangan

karakterisktik seks sekunder pada pria (Neal, 2006).


11

5. Estrogen (estradiol) merupakan astrogen utama yang di

lepaskan oleh ovarium manusia. Pada pemberian estrogen

yang kontinu dapat menyebabkan hiperplasia endometrium

hormonal (Neal, 2006).

6. Di bawah pengaruh FSH dari hipofisis ovarium mulai

membentuk hormon estrogen dan progesteron yang berperan

bagi ciri ciri kelamin primer dan sekunder wanita (Sherwood,

2012).

7. Estrogen (estradiol, estron dan estriol) bekerja terhadap mukosa

(selaput lendir) rahim endometrium dan mendorongnya untuk

berkembang dan menebal. Sedangkan progesteron sangat

penting untuk pemasakan folikel dan pelepasan telur. Ovulasi ini

baru terjadi beberapa hari setelah kadar LH mencapai

puncaknya (Sherwood, 2012).

Progesteron, suatu progestin alami, dihasilkan sebagai respon

terhadap hormone luteinisasi (LH) oleh perempuan (disekresi oleh korpus

luteum, terutama selama pertengahan kedua siklus haid dan plasenta)

dan oleh laki-laki (disekresi oleh testis). Juga disintesis oleh korteks

adrenal pada kedua kelamin. Pada perempuan progesterone

menyebabkan perkembangan sekresi endometrium yang dapat

menampung implantasi embrio yang baru terbentuk (Mycek, 2001).

Progesterone lebih cepat diabsorbsi dengan semua cara pemberian.

Waktu paruh dalam plasma singkat, karena dimetabolisme hamper

lengkap dalam suatu jalan ke hati. Metabolit glukoronida (pregnanidiol


12

glukoronida) disekresikan oleh ginjal. Progestin sintetik kurang cepat

dimetabolisme (Mycek, 2001).

B. Uraian Bahan

1. Air Suling (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Aqua, Air suling

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut.

2. Na-CMC (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM

Nama Lain : Natrium karboksilmetilselulosa

Pemberian : Serbuk atau butiran, putih atau kuning

gading, tidak berbau dan hampir tidak

berbau, higroskopik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air,

membentuk suspensi koloidal, tidak larut

dalam etanol (95%) P, dalam eter P,dalam

pelarut organik lain.

Kegunaan : Sebagai kontrol positif


13

3. Natrium klorida (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : NATRICUM CHLORIDUM

Nama Lain : Natrium klorida

Rumus Molekul : NaCl

Rumus Struktur : Na - Cl

Pemerian : Hablur heksahedral, tidak berwarna, atau

serbuk hablur putih tidak berbau, rasa asam

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pencuci

4. Kloroform (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi : CHLOROFORM

Nama lain : Kloroform

Rumus Molekul : CHCl3

Berat Molekul : 119,36

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, mudah menguap bau

khas, rasa manis dan membakar

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air,

mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam

eter P, dalam sebagian besar pelarut organik,

dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Anastesi
14

C. Uraian Obat

1. Dexamethasone® (Ditjen POM, 2014) dan (Theodorus, 2016)

Nama Resmi : DEXAMETHASONE

Nama Lain : Deksametason

Rumus Molekul : C22H29FO5

Berat Molekul : 392,47

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai praktis putih,

tidak berbau, stabil di udara. Melebur pada

suhu lebih kurang 250o di sertai peruraian.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol,

dalam dioksan dan dalam metanol, sukar larut

dalam kloroform, sangat sukat larut dalam

eter, praktis tidak larut dalam air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Dosis : 250-500 mg per tablet

Indikasi : Anti histamin, anti inflamasi

Incomp : Inkompabilitas terhadap senyawa-senyawa

alcohol

Farmakokinetik : Dapat diabsorbsi dengan baik secara oral.

Efek timbul dalam 15-30 menit setelah

pemberian oral dan maksimal 1-2 jam. Lama

kerjanya setelah pemberian dosis tunggal

umumnya 4-6 jam

Farmakodinamik : Menstabilkan membran sel mast, penghambat

migrasi meosinofil, menghambat pembebasan


15

mediator pada antigen antibodi, menghambat

aktivitas trombosit yang diperantarai oleh IgE

(Imunoglobin)

Farmakologi :Setelah pemberian oral, AH1 diabsorbsi secara

baik, efeknya timbul dalam 15-30 menit setelah

pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam.

Lama kerja AH1 setelah pemberian dosis

tunggalkira-kira 4-6 jam

Kontra indikasi :Tukak lambung, glaukoma, ostoporosis,

psikosis, psikoneorosis berat, infeksi bakteri

akut, penderita TBC akut, herpes zozter,

herpes simplex, infeksi fungsi sitemik dan

sindrom cushing

Efek samping :Pemakaian jangka lama pada anak tidak

dianjurkan, pengaruh pada reseptor alfa

adrenergik menyebabkan pembuluh darah

mukosa, kulit dan ginjal, penglihatan kabur,

rasa ngantuk, pusing dan sakit kepala

D. Uraian Ekstrak Daun Sirih

a. Klasifikasi Tanaman Daun Sirih Merah (Mardiana, 2012)

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Viridiplantae

Infra kingdom : Streptophyta

Super devisi : Embryophyta

Divisi (Divisio) : Tracheophyta


16

Sub divisi : Spermatophytina

Kelas (Class) : Magnoliopsida

Super ordo : Magnolinae

Kelas (Ordo) : Piperales

Suku (Family) : Piperaceae

Marga (genus) : Piper L

Jenis (spesies) : Piper betle L

b. Manfaat Daun sirih merah sebagai obat (Mardiana, 2012)

Penggunaan sirih merah dapat digunakan dalam bentuk segar,

simplisia maupun ekstrak kapsul. Secara empiris sirih merah dapat

menyembuhkan berbagai jenis penyakit seperti diabetes militus,

hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam

urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan,

maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit.

E. Uraian Hewan Coba

1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus) (Akbar, 2010)

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus


17

2. Karakteristik Hewan Coba (Malole, 1989)

Mencit (Mus musculus)

- Berat badan dewasa : jantan = 20 - 40 g

Betina = 25 – 40 g

- Mulai dikawinkan : jantan = 50 hari

: betina = 50 – 60 hari

- Siklus birahi : 4 -5 hari

- Produksi anak : 8/ bulan

- Lama kehamilan : 19 -21 hari

- Volume tidal : 0,09 – 0,023

- Detak jantung : 325 – 780/ menit

- Volume darah : 76 -80 mm/kg

- Tekanan darah : 113 – 147/ 81-106 mmHg

- Glukosa dalam darah : 62 -175 mg/ dL

- Kolestrol : 26 – 82 mg/dL

- Kalsium dalam serum : 3,2 – 9,2 mg/iL

- Phosfat dalam serum : 2,3 – 9,2 mg/iL

- Hemoglobin : 10,2 – 16,6 mg/ dL


18

BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan pada saat praktikum adalah gelas

arloji, gunting, jarum pentul, kapas, spinset, spoit, sterofom, tisu, pisau

steril, toples,

B. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah

Dexamethasone®, ekstrak daun sirih (piper betle L) 200 mg, 400 mg, 800

mg, kloroform, NaCl 0,9%, Na-CMC,

C. Prosedure Kerja

1. Pembuatan Bahan

a. Pembuatan Na-CMC

1) Ditimbang Na-CMC sebanyak 1,5 gr

2) Dipanaskan 250 mL air suling hingga suhu 70˚C.

3) Dilarutkan Na-CMC dengan air suling yang telah dipanaskan

sedikit demi sedikit sambil di aduk.

4) Larutan Na-CMC di masukkan dalam wadah dan di simpan dalam

lemari pendingin.

b. Pembuatan Suspensi Dexamethasone

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Ditimbang Dexamethasone sebanyak 7,230 mg

3) Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

4) Dilarutkan dengan Na-CMC, kemudian dicukupkan hingga 10 mL


19

5) Dihomogenkan lalu diberi etiket.

c. Pembuatan Ekstrak daun sirih (piper betle L)

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Suspensi ekstrak dibuat dalam 3 varian dosis

3) Ditimbang ekstrak sebanyak 200 mg (ekstrak I), 400 mg (ekstrak

2), dan 800 mg (ekstrak III)

4) Masing-masing dosis dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

5) Dilarutkan dan dicukupkan dengan Na-CMC

6) Diberi etiket

2. Pra Perlakuan

a. Disiapkan 5 hewan coba mencit jantan

b. Terbagi menjadi 5 kelompok (1 mencit/kelompok) dengan 5 varian

perlakuan:

1) Na-CMC (kelompok 1)

2) Dexamethasone (kelompok 2)

3) Ekstrak 200 mg/kg (kelompok 3)

4) Ekstrak 400 mg/kg (kelompok 4)

5) Ekstrak 800 mg/kg (kelompok 5)

c. Masing-masing mencit diinduksi 2 kali sehari selama 14 hari sesuai

Vp masing-masing mencit

3. Perlakuan

a. Pada hari ke 15, mencit di bedah dan organ testisnya diambil beserta

dengan epididimisnya

b. Organ dibersihan dan bebas lemak

c. Testis dan epididimis ditimbang


20

d. Letakkan testis dan epididimis pada gelas arloji yang telah berisi 1

mL NaCl 0,9%

e. Testis dan epididimis ditekan hingga cairan sperma keluar

f. Dipipet dan letakkan pada objek glass

g. Amati dengan menggunakan mikroskop


21

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

Hewan BB VP
Perlakuan Hasil
coba (gram) (mL)
Terdapat
beberapa sperma
25 0,83 Na-CMC yang utuh
(Kualitas sperma
bagus)
Tidak terdapat
27 0,9 Dexamethasone
sperma
Terdapat
beberapa sperma
Mencit
25 0,83 Ekstrak 200 mg yang tidak utuh
Jantan
(kualitas sperma
buruk)
Terdapat satu
sperma yang
23 0,76 Ekstrak 400 mg tidak utuh
(kualitas sperma
buruk)
Tidak terdapat
23 0,76 Ekstrak 800 mg
sperma

B. Pembahasan

Fertilisasi adalah penyatuan spermatozoa dan oosit sekunder untuk

membentuk sel spindel sel diploid-zigot yang mengandung kromosom

maternal dan paternal.


22

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan efek pemberian

obat Dexamethasone®,daun sirih (piper betle) terhadap hewan coba

mencit jantan (Mus muscullus).

Dimana pada percobaan ini hewan coba mencit jantan (Mus

muscullus) diinduksi dengan ekstrak, Na-CMC dan obat selama 14 hari.

Dimna dosis dari masing-masing bahan yang digunakan tergantung dari

mencit yang digunakan.

Pada percobaan antifertilisasi, untuk pra-perlakuan, pertama-tama

ditimbang masing-masing berat Mencit (Mus mucullus), kemudian

diberikan Na-CMC 0,83 mL secara oral untuk mencit 25 g, lalu untuk

mencit 27 g diberikan secara oral obat dexamethasone 0,9 mL, untuk

mencit 25 g diberikan ekstrak 200 mg sebanyak 0,83 mL, untuk mencit 23

g sebanyak dua ekor diberi masing-masing ektstrak 400 mg dan 800 mg

sebanyak 0,76 mL, Pemberian ekstrak dan obat dilakukan dua kali sehari

selama 2 minggu atau 14 hari.

Pada hari praktikum mencit tersebut dibedah. Untuk mencit yang

telah dibedah diambil testis dan epididimisnya dan di cuci , lalu

dibersihkan dari lemak yang menempel , kemudian diletakkan di gelas

arloji yang berisi NaCI 0,9 % sebanyak 1 mL, kemudian testis ditekan agar

cairan nya keluar dan tersuspensi bersama dengan NaCI kemudian

diambil cairan tadi dengan menggunakan pipet tetes lalu letakkan di objek

glass dan diamati di bawa mikroskop apakah terdapat sperma atau tidak.

Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa pada kontrol dengan

menggunakan NaCMC terdapat beberapa sperma dan yang utuh atau

kualitas spermanya baik, untuk pemberian obat dexamethasone tidak


23

terdapat sperma pada cairan testis, sedangkan pada ekstrak yaitu untuk

ekstrak 200 mg masih terdapat sperma namun bentuknya tidak utuh (tidak

memiliki kepala atau ekor) , untuk ekstrak 400 mg hanya ada satu sperma

namun bentuknya tidak utuh, dan untuk ekstrak 800 mg tidak terdapat

sperma pada cairan testis, dari data-data tersebut dapat disimpulkan

bahwa ekstrak memiliki potensi dan efektivitas yang baik sebagai obat

antifertil, karena dapat menghambat pematangan sperma yang terbentuk

sehingga sperma yang tidak utuh atau tidak matang tersebut tidak dapat

melakukan fertilisasi. Sedangkan dimana di peroleh hasil bahwa tidak

terdapat sperma pada testis mencit tersebut sehingga ekstrak daun sirih

merah (Piper betle L) memiliki khasiat sebagai antifertil.


24

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum adalah ekstrak daun sirih (piper

betle L) memiliki efek sebagai antifertil sehingga dapat mencegah

terjadinya proses fertilisasi.

B. Saran

Adapun saran dari praktikum adalah penyiapan bahan dan hewan

coba sebaiknya perlu diperhatikan lebih baik agar praktikum dapat

berjalan dengan lancar.


25

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Budhi, 2010, Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang


Berpotensi Sebagai Bahan Antifertilisasi, Adabia Press : Jakarta.

Anonim, 2018, Penuntun Farmakologi Praktikum dan Toksikologi III,


Universitas Muslim Indonesia : Makassar.

Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta.

Ditjen POM, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V, Depkes RI, Jakarta.

Malole, M.M.B., Pramono, C.S.U., 1989, Penggunaan Hewan-Hewan


Percobaan Laboratorium, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan IPB, Bogor
Mansjoer, Arif., 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK
UI, Jakarta.

Mardiana, L., 2012, Daun Ajaib Tumpas Penyakit, Penebar Swadaya,


Jakarta.
Mycek., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar, Widya medika, Jakarta.

Neal, M.J., 2006, At Glance Farmakologi Medis Edisi 5, Erlangga Medical


series, Jakarta.

Sherwood, Lauralee., 2012, Fisiologi Manusia, EGC, Jakarta.

Sloane Ethel .,2004,Anatomi dan fisiologi untuk pemula,EKG,Jakarta.

Tjay, T. H dan Raharja, K, 2007,Obat-obat Penting, Gramedia, Jakarta


26

LAMPIRAN

Lampiran 1.Gambar hasil praktikum

Testis dari mencit (Mus musculus) Probandus mencit (Mus musculus)


Yang sudah dibedah

Hasil pengamatan sperma pada


testis mencit di bawah mikroskop
27

Lampiran 2. Skema Kerja

Disiapkan hewan coba mencit jantan

Ditimbang masing-masing mencit

Diberikan obat

Na-CMC Dexamethasone Ekstrak 200 mg Ekstrak 400 mg Ekstrak 800 mg

Diinduksikan dua kali sehari selama 14 hari sesuai vp masing-masing

mencit

Pada hari ke 15, mencit di bedah dan diambil organ testisnya dan
epididimisnya

Organ dibersihan dan bebas lemak, lalu testis dan epididimis ditimbang

Letakkan testis dan epididimisnya pada gelas arloji yang telah berisi 1 mL
NaCl 0,9%

Testis ditekan hingga sekresi cairan keluar

Dipipet dan letakkan pada objek glass

Amati dengan menggunakan mikroskop


28

Lampiran 3. Perhitungan

1. Dexamethasone 0,5 mg

Dik :

Dosis obat= 0,5 mg/ tab


0,5 mg mg
- dosis umum manusia = 60 kg BB = 0,008 kg BB

37 mg
- dosis umum mencit = 0,008 x = 0,098 BB
6 kg

0,098 mg
- dosis max mencit = X 30 g = 0,002 mg
1000 g

10 ml
- laruran stok = x 0,002 mg = 0,02 mg/10ml
1 ml

0,02 mg
- BYD = x 180,76 mg = 7,230 mg
0,5 mg

2. Ekstrak I (200 mg/kg BB)


200 mg
Dosis max = x 30 g = 6 mg/1 mL = 6 mg/10 mL
1000 g

3. Ekstrak II (400 mg/kg BB)


400 mg
Dosis max = x 30 g = 12 mg/1 mL = 12 mg/10 mL
1000 g

4. Ekstrak III (800 mg/kg BB)


800 mg
Dosis max = x 30 g = 24 mg/1 mL = 24 mg/10 mL
1000 g

Você também pode gostar