Você está na página 1de 20

1.

Jelaskan fungsi dan peran birokrasi pemerintahan dan klasifikasi birokrasi yg mnjdi 4 tujuan
2. Jelaskan 4 perumusan etika pemerintahan.
=1. Apakah yang dimaksud dengan etika? 2. Apakah yang dimaksud dengan pemerintahan?
3. Apakag yang dimaksud dengan etika pemerintahan?

a. Apakah peranan Etika dalam Birokrasi pemerintahan dengan manajemen strategis


b. Bagaimana peranan Etika dalam Birokrasi pemerinatahan dengan manajemen strategis
c. Adakah peranan Etika dalam birokrasi pemerintahan dengan manajemen strategis
 3. 3 BAB II PEMBAHASAN II. Pembahasan 2.1 Etika 2.1.2 Pengertian Etika Dalam buku
yang berjudul ”Ilmu Pemerintahan” karangan Sri Untari (2006), dijelaskan bahwa pengertian
etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang mempunyai arti watak,
keharusan, adat. Kemudian dijelaskan juga pendapat lain dari Magnis Susesno yang masih
dijelaskan dalam buku karangan Sri Untari (2006), menerangkan bahwa etika merupakan
pengkajian filsafat tentang bidang yang menyangkut kewajiban-kewajiban manusia serta
tentang yang baik dan buruk (1995). Etika sebagai ilmu yang mencari orientasi sangat
dipengaruhi oleh lingkungan seperti adat istiadat, tradisi, lingkungan sosial, ideologi, agama,
Negara, dan lain-lain (BKN, 2001:5). Istilah etika dan etik memiliki perbedaan pengertian
yang relativ dan sangat samar. Etika adalah ilmu akhlak yang mebahas pola-pola aturan
tentang nilai-nilai kesusilaan. Tata aturan tersebut perlu, harus bahkan wajib dilaksanakan.
Bagi seseorang yang mematuhi aturan tersebut dan mengetahui masalah etika, amat terpuji
apabila tindakannya berpegang pada aturan tersebut. Tindakan yang memberlakukan aturan
etika itu disebut tindakan etik dan sifat pelaksanaan tindakan tersebut disebut etis. Tata aturan
dalam etika disebut norma atau kaidah yang berisi baik dan buruknya perbuatan sesuai
dengan ukuran dan tingkat kemajuan kebudayaan dan peradaban masyarakat yang menganut
dan mematuhi norma atau kaidah tersebut. Jadi bisa disimpulkan bahwa etika adalah ilmu
tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip tentang tindakan moral yang baik dan benar.
 4. 4 2.1.2 Norma-Norma Etika Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan
bermasyarakat. Aturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman,
tertib dan sentosa. Dalam buku yang berjudul ”Pengantar Ilmu Hukum” karangan Dudu
Duswara (2010) disebutkan bahwa secara umum norma terbagi menjadi 4 macam, yaitu: 1.
Norma Agama Norma agama terbagi menjadi 2, yaitu agam wahyu dan agama budaya.
Agama wahyu adalah semua ajaran yang berasal dari Tuhan, sedangkan agama budaya
adalah ajaran yang dihasilkan oleh pikiran dan perasaan manusia. Jadi, norma agama
merupakan tuntunan hidup untuk menuju ke arah yang lebih baik. 2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan adalah aturan hidup yang berasal dari suara hati manusia yang menentukan
mana perbuatan baik dan mana perbuatan yang tidak baik. 3. Norma Kesopanan Norma
kesopanan adalah aturan hidup yang timbul dari pergaulan hidup masyarakat tertentu. 4.
Norma Hukum Norma hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sangsi norma hukum bersifat
mengikat dan memaksa. 2.2 Pemerintah dan Pemerintahan 2.2.1 Pengertian Pemerintah dan
Pemerintahan Government dari Bahasa Inggris dan Gouvernment dari Bahasa Perancis yang
keduanya berasal dari Bahasa Latin, yaitu Gubernaculum, yang berarti kemudi, tetapi
diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi Pemerintah atau Pemerintahan dan
terkadang juga menjadi Penguasa.
 5. 5 Sedangkan dalam buku karangan Sri Untari dijelaskan melalui pendekatan bahasa
bahwa pengertian kata pemerintah atau pemerintahan secara etimologi berasal dari Bahasa
Yunani yaitu Kubernan yang berarti nahkoda kapal yang memiliki arti melihat kedepa –
dikutip dari (Surbakti, 1999). Pemerintah dalam arti sempit dimaksudkan khusus kekuasan
eksekutif sedangkan dalam arti luas kekuasaan eksekutif, legeslatif, dan yudikatif.
Pemerintah dalam arti sempit berdasarkan UUD yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu
UUD 1945, UUDS 1950, dan UUD Konstitusi RIS 1949. Pemerintahan dalam arti luas
adalah segala kegiatan badan-badan publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif dan
yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam ari sempit adalah segala
kegiatan badan- badan publik yang hanya meliputi kekuasaan eksekutif (C.F.Strong). Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengertian pemerintah dan pemerintahan memiliki arti yang
berbeda meskipun berasal dari kata yang sama yaitu perintah. Pemerintah adalah institusi,
lembaga, organisasi, badan atau pejabat yang menjalankan tugas disamping fungsi
pemerintahan. Sedangkan pemerintahan adalah aparat, badan, lembaga, institusi atau pejabat
yang menjalankan atau melaksanakan kegiatan dan tugas-tugas pemerintahan (Sri Untari,
2010:3). 2.3 Etika Pemerintahan 2.3.1 Pengertian Etika Pemerintahan Etika pemerintahan
adalah nilai-nilai etik pemerintahan yang menjadi landasan moral bagi penyelenggara
pemerintahan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara filsafat dengan etika pemerintahan,
dimana etika pemerintahan adalah bagian dari filsafat dan etika terbagi menjadi 2 bagian
yaitu individual dan sosial. Etika pemerintahan lahir dari cabang sosial dimana didalamna
terdapat etika pers, etika politik, etika pemerintahan, dst. (Sri Untari, 2010:88). Etika
pemerintahan memiliki sifat-sifat sosial, antara lain:
 6. 6 1. Bersifat praktis karena membicarakan tentang perilaku dar aparat pemerintahan dan
warga negara yang menyangkut pelaksanaan atau praktik interaksi antara aparat negara
dengan yang diperintah. 2. Selalu memerlukan bantuan dari ilmu pengetahuan lain seperti
ilmu politik, ilmu hukum, dan lain-lain. 2.3.2 Fungsi Etika Pemerintahan Secara umum,
fungsi etika pemerintahan dalam penyelenggaraan praktik pemerintahan dibagi menjadi 2,
yaitu: 1. Sebagai suatu pedoman, referensi, acuan, penuntun, dalam pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan. 2. Sebagai acuan untuk menilai apakah keputusan dan/ atau tindakan pejabat
pemerintahan itu baik atau buruk, terpuji atau tercela. Widodo (2001:245) menjelaskan
bahwa oleh karena etika mempersoalkan baik dan buruk dan bukan benar dan salah tentang
sikap, tindakan, dan perilaku manusia dalam berhubungan dengan sesamanya baik dalam
masyarakat maupun organisasi public atau bisnis, maka etika mempunyai peran penting
dalam praktek administrasi Negara. Etika diperlukan dalam administrasi Negara. Etika dapat
dijadikan pedoman, referensi, petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh administrasi
negara dalam menjalankan kebijakan politik, dan sekaligus dapat digunakan sebagai standar
penilaian apakah perilaku administrasi Negara dalam menjalankan kebijakan politik dapat
dikatakan baik atau buruk. Karena administrasi Negara bukan saja berkait dengan masalah
pelaksanaan kebijakan politik saja, tetapi juga berkait dengan masalah manusia dan
kemanusiaan. 2.3.3 Sumber Etika Pemerintahan Indonesia Dari berbagai penjelasan tentang
etika pemerintahan maka dapat dikemukakan bahwa pada hakekatnya sumber etika
pemerintahan itu dapat
 7. 7 berasal dari peraturan perundangan, nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai sosial budaya
yang berasal dari kehidupan kemasyarakatan serta berasal dari adat kebiasaan dan yang
sejenis dengan itu. Ada yang berpendapat bahwa untuk Pemerintahan Indonesia nilai-nilai
keutamaan pemerintahan itu dipahami keberadaannya telah tumbuh sejak sebelum Indonesia
merdeka yaitu dimulai sejak jaman perjuangan melawan penjajah Belanda dahulu, jika dirinci
nilai- nilai dimaksud antara lain bersumber dari: 1. Budi Utomo, Sumpah Pemuda,
Proklamasi 1945. 2. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 3. Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Kewenangan, tugas pokok dan fungsi lembaga
pemerintah dan organisasi pemerintahan, hak dan kewajiban serta larangan bagi anggota
organisasi pemerintah. 4. Nilai-nilai keagamaan. 5. Nilai-nilai sosial budaya: adat kebiasaan
setempat seperti perilaku tentang kepantasan dan ketidak pantasan serta kesopanan. 2.3.4
Nilai-Nilai Keutamaan Dalam Pemerintahan Mengacu pada sumber etika pemerintahan diatas
maka berkenaan dengan nilai-nilai keutamaan pemerintahan juga sangat bervariasi. Menurut
Van Poelje (Dalam Ndraha) yang dicantumkan dalam buku karangan Sri Untari, asas-asas
pemerintahan antara lain: 1. Kejujuran. 2. Kecermatan. 3. Kemurnian. 4. Keseimbangan. 5.
Kepastian hukum. Kemudian Le Roy mengemukakan asas-asas pemerintahannya sebagai
berikut:
 8. 8 1. Kepastian hukum. 2. Keseimbangan. 3. Kesamaan dalam pengambilan keputusan. 4.
Bertindak cermat dan seksama. 5. Motivasi untuk setiap keputusan. 6. Jangan
menyalahgunakan wewenang. 7. Permainan yang tulus. 8. Keadilan dan larangan bertindak
sewenang-wenang. 9. Meniadakan akibat dari keputusan yang dibatalkan. 10. Pemenuhan
perngharapan yang ditimbulkan. 11. Perlindungan cara hidup pribadi. Sedangkan menurut
Koentjoro Purbopranoto, asas-asas pemerintahan sebagai berikut: 1. Dedication
(Pengabdian). 2. Loyality (Kesetiaan). 3. Respossibillity (Tanggung Jawab). 4. Equality
(Kesamaan). Dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 menyebutkan bahwa asas-asas
Good Government (Pemerintahan Yang Baik) terdiri dari: 1. Kepastian Hukum. 2. Tertib
penyelenggaraan. Negara. 3. Kepentingan umum. 4. Keterbukaan. 5. Proporsionalitas. 6.
Profesionalitas. 2.3.5 Faktor Penghambat Pelaksanaan Etika Pemerintahan
 9. 9 Faktor penghambat etika pemerintahan berupa hambatan atau penyakit dalam
pemerintahan pemerintahan sifatnya politis, ekonomis, sosio-kultural, dan
teknologikal, antara lain: 1. Akibat persepsi, perilaku dan gaya manajerial berupa:
penyalahgunaan wewenang, menerima sogok, takut perubahan dan inovasi, sombong
menghindari kritik, nepotisme, arogan, tidak adil, otoriter. 2. Akibat pengetahuan dan
keterampilan berupa: puas diri, tidak teliti, bertindak tanpa berpikir, tidak mau
berkembang/ belajar, pasif, kurang prakarsa/ inisiatif, tidak produktif. 3. Karena
tindakan melanggar hukum berupa : markup, menerima suap, tidak jujur, korupsi,
penipuan, kriminal, sabotase, dsb. 4. Akibat prilaku berupa : kesewenangan,
pemaksaan, konspirasi, diskriminasi, tidak sopan, kerja legalistik, dramatisiasi,
indisipliner, negatifisme, kepentingan sendiri, non profesional, pemborosan dsb. 5.
Akibat situasi internal berupa : tujuan dan sasaran tidak efektif dan efisien, kewajiban
sebagai beban, eksploitasi, eksstrosi/ pemerasan, pengangguran terselubung, kondisi
kerja yang tidak nyaman, tidak adan kinerja, miss komunikasi dan informasi, dsb.

Bab II. PEMBAHASAN.


A. Pengertai Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethes” berarti kesediaan jiwa akan
kesusilaan, atau secara bebas dapat diartikan kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan.
Dalam pengertian kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan sebetulnya tercakup juga
adanya kesediaan karena kesusilaan dalam dirinya minta minta ditaati pula oleh orang
lain.Aristoteles juga memberikan istilah Ethica yang meliputi dua pengertian yaitu etika
meliputi Kesediaan dan Kumpulan peraturan, yang mana dalam bahasa Latin dikenal dengan
kata Mores yang berati kesusilaan, tingkat salah saru perbuatan (lahir, tingkah laku),
Kemudian perkataan Mores tumbuh dan berkembang menjadi Moralitas yang mengandung
arti kesediaan jiwa akan kesusilaan (Aristoteles dalam Prof. Drs.H.A.Widjaja, Etika
Pemerintahan, Edisi kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 1997) Dengan demikian maka Moralitas
mempunyai pengertian yang sama dengan Etika atau sebaliknya, dimana kita berbicara
tentang Etika Birokrasi tidak terlepas dari moralitas aparat Birokrasi penyelenggara
pemerintahan itu sendiri.
Etika dan moralitas secara teoritis berawal dari pada ilmu pengetahuan (cognitive)
bukan pada efektif. Moralitas berkaitan pula dengan jiwa dan seamangat kelompok
masyarakat. Moral terjadi bila dikaitkan dengan masyarakat, tidak ada moral bila tidak ada
masyarakat dan seyogyanya tidak ada masyarakat tanpa moral (widjaja, AW. Masyarakat dan
Permasayarakatan Ideologi Pancasila, bandung, Cv Armico, 1985) dan berkaitan dengan
kesadaran kolektif dalam masyarakat. Immanuel Kant, teori moralitas tidak hanya mengenai
hal yang baik dan yang buruk, tetapi menyangkut masalah yang ada dalam kontak social
dengan masyarakat, ini berarti Etika tidak hanya sebatas moralitas individu tersebut dalam
artian aparat birokrasi tetapi lebih dari itu menyangkut perilaku di tengah-tengah masyarakat
dalam melayani masyarakat apakah sudah sesuai dengan aturan main atau tidak, apakah etis
atau tidak.
Menurut Drs.Haryanto, MA. Bahwa Etika merupakan instrumen dalam masyarakat
untuk menuntun tindakan (perilaku) agar mampu menjalankan fungsi dengan baik dan dapat
lebih bermoral. Ini berarti Etika merupakan norma dan aturan yang turut mengatur perulaku
seseorang dalam bertindak dan memainkan perannya sesuai dengan aturan main yang ada
dalam masyarakat agar dapat dikatakan tindakannya bermoral.( Drs. Haryanto, MA, Kuliah
Birokrasi Indonesia, Politik Lokal Otonomi Daerah Program Pasca Sarjana
UGM,Yogyakarta,2002.)

Dari beberapa pendapat yang menegaskan tentang pengertian Etika di atas jelaslah
bagi kita bahwa Etika terkait dengan moralitas dan sangat tergantung dari penilaian
masyarakat setempat, jadi dapat dikatakan bahwa moral merupakan landasan normative yang
didalamnya mengandung nilai-nilai moralitas itu sendiri dan landasan normative tersebut
dapat pula dinyatakan sebagai Etika yang dalam Organisasi Birokrasi disebut sebagai Etika
Birokrasi
Etika dalam birokrasi adalah masalah yang menjadi kepedulian dan keprihatinan para
pakar dibidang ini. Ia menjadi masalah di negara yang paling maju sekalipun, yakni di negara
seperti Amerika Serikat yang telah berdiri selama dua seperempat abad, yang konstitusi dan
gagasan-gagasan idealnya menjadi contoh bagi konstitusi dan gagasan-gagasan dasar banyak
negara lain, dan yang administrasinya juga menjadi rujukan administrasi di banyak negara
lain. Negara-negara lain yang telah lanjut usianya, seperti Inggris,Prancis, dan Jepang, juga
mengalami masalah yang sama, yaitu persoalan dalam etika birokrasinya. Di negara- negara
itu birokrasi diandalkan untuk menjadi pelindung dan pengayom masyarakat, yang bersifat
jujur dan adil, dan keseluruhan sistemnya diarahkan untuk menjamin adanya hal itu. Namun,
ternyata mereka tetap saja menghadapi masalah dalam birokrasinya, yang terlihat dari
banyaknya skandal yang melibatkan birokrasi mereka. Dengan latarbelakang pandangan itu,
adalah wajar apabila di negara yang barumembangun ditemukan pula masalah yang sama.
Bahkan sulit untukdibantah, meskipun perlu ada kajian yang lebih dalam, bahwa di Negara
berkembang masalah etika ini proporsinya jauh lebih besar. Pandangan itu didukung oleh
observasi yang umum dalam kondisi administrasi di Negara negara berkembang seperti
antara lain sebagai berikut
Pertama, belum tercipta tradisi administrasi yang baik, yang menjaga timbulnya
masalah etika seminimal mungkin. Negara berkembang sedang mengembangkan
administrasinya, yang sesuai dengan kebudayaannya, tetapi mengikuti kaidah-kaidah yang
berlaku umum. Negara- negara itu tidak mempunyai banyak rujukan, karena tidak dapat
melanjutkan administrasi yang berasal dari masa kolonial, yang tujuan keberadaannya
berbeda dengan administrasi dalam negara yang merdeka.
Kedua, adanya keterbatasan dalam sumber daya, yang menyebabkanpengembangan
administrasi yang baik tidak bisa cepat berjalan. Keterbatasan itu adalah baik dalam hal
sumber dana maupun sumber daya manusia (SDM). SDM administrasi sangat terbatas
kualitas, kompetensi, dan profesionalismenya, dan keadaan itu diperberat oleh imbalan yang
rendah karena keterbatasan dana pemerintah. Ketiga, administrasi hidup dalam suatu sistem
politik, dan di banyak negara berkembang sistem politik itu sendiri masih berkembang. Peran
politik yang besar itu, acapkali tidak diimbangi dengan kebertanggungjawaban
(accountability) kepada rakyat seperti layaknya dalam sebuah sistem demokrasi. Dengan
demikian, masalah etika dalam administrasi negara yang sedang membangun jauh lebih rumit
dibandingkan dengan masalah etika di negara yang sudah maju, yang dari uraian di atas juga
kita ketahui sudah cukup rumit. Dengan kata lain, variabelnya lebih luas dan
ketidakpastiannya lebih besar. Oleh karena itu, akan sangat keliru apabila orang berpendapat
bahwa memperbaiki birokrasi di negara berkembang adalah pekerjaan mudah. Upaya
memperbaiki birokrasi termasuk didalamnya upaya menanamkan etika sebagai nilai utama
dalam administrasi, yang tercermin baik dalam etika perorangan maupun etika organisasi
adalah pekerjaan yang memerlukan kesabaran, dan hasilnya pun tidak dapat diharapkan akan
spektakuler, tetapi akan lebih banyak bersifat inkremental.

B. Etika Pemerintahaan
1. Pengertian pemeritah
a. Pemerintahan dalam arti luas adalah pemerintah/ lembaga-lembaga Negara
yang menjalankan segala tugas pemerintah baik sebagai lembaga eksekutif,
legislative maupun yudikatif. Dengan segala fungsi dan kewenganya.
b. Pengertian Pemerintah Secara etimologi, pemerintah bersala dari perkataan perintah,
Pamudji ( 1995 : 23 ) mengartikan kata – kata tersebut sebagai berikut
- perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan
sesuatu.
Pemerintah adalah kekuasaan memerintah sesuatu ngara ( daerah negara atau
badan yang tertinggi yang memerintah suatu negara ).
Pemerintah adalah perbuatan ( cara, hal urusan dan sebagainya ) memerintah
Perbedaan pengertian “pemerintah“ dan “pemerintahan “ lazimnya disebut bahwa “
pemerintah “ adalah lembaga atau badan publik yang mempunyai fungsi untuk melakukan
upaya mencapai tujuan negara sedangkan “ pemerintahan “ dari aspek dinamikanya

2. Pengertian etika pemerintahan

Sudah di jelas kan bagai mana pengertian mengenai etika dan pemerintah ataupun
pemerintahan. Jadi pengertian etika pemerintahan itu sendiri adalah Ajaran untuk berperilaku
yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia
Etika merupakan kesediaan jiwa akan kesusilaan atau kumpulan dari peraturan
kesusilaan. Etika merupakan norma dan aturan yang turut mengatur perilaku seseorang dalam
bertindak dan memainkan perannya sesuai dengan aturan main yang ada dalam masyarakat
agar dapat dikatakan tindakan bermoral. Sesuai dengan moralitas dan perilaku masyarakat
setempat.
Etika sendiri dibagi lagi ke dalam etika umum dan etika khusus. Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungan dengan kewajiban
manusia dalam pelbagai lingkup kehidupannya. Dibedakan antara etika individual yang
mempertanyakan kewajiban manusia sebagai individu, terutama terhadap dirinya sendiri dan,
melalui suara hati, terhadap Illahi, dan etika sosial. Etika sosial jauh lebih luas dari etika
individual karena hampir semua kewajiban manusia bergandengan dengan kenyataan bahwa
ia merupakan makhluk sosial. Dengan bertolak dari martabat manusia sebagai pribadi yang
sosial, etika sosial membahas norma-norma moral yang seharusnya menentukan sikap dan
tindakan antarmanusia. Etika sosial memuat banyak etika yang khusus mengenai wilayah-
wilayah kehidupan manusia tertentu. Di sini termasuk misalnya kewajiban-kewajiban di
sekitar permulaan kehidupan, masalah pengguguran isi kandungan dan etika seksual, tetapi
juga norma-norma moral yang berlaku dalam hubungan dengan satuan-satuan
kemasyarakatan yang berlembaga seperti etika keluarga, etika pelbagai profesi, dan etika
pendidikan. Dan di sini termasuk juga etika politik atau filsafat moral mengenai dimensi
politis kehidupan manusia.

Dimensi politis manusia adalah dimensi masyarakat sebagai keseluruhan.


Ciri khasnya adalah bahwa pendekatan itu terjadi dalam kerangka acuan yang berorientasi
pada masyarakat sebagai keseluruhan. Dimensi di mana manusia menyadari diri sebagai
anggota masyarakat sebagai keseluruhan yang menentukan kerangka kehidupannya dan
ditentukan kembali oleh tindak-tanduknya.

Ada dua cara untuk menata masyarakat yaitu penataan masyarakat yang normatif
dan yang efektif. Lembaga penata normatif masyarakat adalah hukum. Hukumlah yang
memberitahukan kepada semua anggota masyarakat bagaimana mereka bertindak. Hukum
terdiri dari norma-norma bagi kelakuan yang betul dan salah dalam masyarakat. Hukum
hanya bersifat normatif dan tidak efektif. Artinya, hukum sendiri tidak dapat menjamin agar
orang memang taat kepada normanya.

Yang dapat secara efektif menentukan kelakuan masyarakat hanyalah lembaga


yang mempunyai kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya. Lembaga itu adalah negara.
Penataan efektif masayarakat adalah penataan yang de facto, dalam kenyataan, menentukan
kelakuan masyarakat.

Dengan demikian hukum dan kekuasaan adalah bahasan dari etika politik.
Dalam hal ini lebih difokuskan pada etika birokrasi sebagai bagian dari etika politik.
Etika birokrasi berkaitan erat dengan moralitas dan mentalitas aparat birokrasi
dalam melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri yang tercermin dalam fungsi
pokok pemerintahan: fungsi pelayanan, pengaturan/regulasi dan fungsi pemberdayaan
masyarakat.

Etika penting dalam birokrasi. Pertama, masalah yang ada dalam birokrasi
semakin lama semakin komplek. Kedua, keberhasilan pembangunan yang telah
meningkatkan dinamika dan kecepatan perubahan dalam lingkungan birokrasi. Birokrasi
melakukan adjusment (penyesuaian) yang menuntut discretionary power (kekuatan
pertimbangan/kebijaksanaan) yang besar.

Pemerintah memiliki pola prilaku yang wajib dijadikan sebagai pedoman atau kode
etik berlaku bagi setiap aparaturnya. Etika dalam birokrasi harus ditimbulkan dengan
berlandaskan pada paham dasar yang mencerminkan sistem yang hidup dalam masyarakat
harus dipedomani serta diwujudkan oleh setiap aparat dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Secara umum nilai-nilai suatu etika yang perlu dijadikan pedoman dan perlu
dipraktekkan secara operasional antara lain:

1. Aparat wajib mengabdi kepada kepentingan umum


2. Aparat adalah motor penggerak “head“ dan “heart“ bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

3. Rahasia, mana yang penting dan tidak penting Aparat harus berdiri di tengah-tengah,
bersikap terbuka dan tidak memihak(mediator)

4. Aparat harus jujur, bersih dan berwibawa

5. Aparat harus bersifat diskresif, bisa membedakan mana yang rahasia dan tidak

6. Aparat harus selalu bijaksana dan sebagai pengayom.

Berbagai sifat psikis, kepribadian (jatidiri), harga dirii, kejujuran yang diisyaratkan
oleh teori sifat pada hakikatnya merupakan kode etik bagi siapapun yang akan bertugas
sebagai aparat. Aparat seyogyianya tidak bekerja terkotak-kotak, menganggap dialah yang
penting atau menentukan, seharusnya aparatur bekerja secara menyeluruh. Oleh sebab itu
tidak hanya mementingkan bidangnya sendiri-sendiri. Dalam kaitan itu dipandang penting
pula koordinasi, sinkronisasi, integrasi. Sehingga dapat berbuat dan bertindak sesuai dengan
tingkah laku dan perilaku aparatur yang terpuji.
Etika terbentuk dari aturan pertimbangan yang tinggi. Yaitu benar vs
tidak benar dan pantas vs tidak pantas. Prilaku dan tindakan aparat birokrasi dalam
melaksanakan fungsi dan kerjanya, apakah ia menyimpang dari aturan dan ketentuan atau
tidak, untuk itu perlu aturan yang tegas dan nyata, sebab berbicara tentang etika biasanya
tidak tertulis dan sanksinya berupa sanksi sosial yang situasional dan kondisional tergantung
tradisi dan kebiasaan masyarakat tersebut. Maka dituntut adanya payung hukum.

Peraturan kepegawaian sebagai bagian dari penerapan etika birokrasi. Peraturan


ini tertuang dalam Kode Etik Pegawai Negeri. Akan tetapi kode etik ini belum kentara hasil
dan fungsinya. Namun, dengan kode etik ini mengupayakan aparat birokrasi yang lebih jujur,
bertanggung jawab, disiplin, rajin, memiliki moral yang baik, tidak melakukan perbuatan
tercela seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Oleh karena itu, perlu usaha dan latihan serta
penegakan sanksi yang tegas dan jelas kepada mereka yang melanggar kode etik atau aturan
yang ditetapkan.

Ada beberapa hal yang perlu dihindari oleh birokrasi, antara lain :

1. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta untuk keuntungan pribadi
dengan mengatasnamakan jabatan kedinasan,

2. Menerima segala sesuatu hadiah dari pihak swasta pada saat ia melakukan transaksi untuk
kepentingan dinas,

3. Membicarakan masa depan peluang kerja diluar instansi pada saat ia berada dalam tugas-
tugas sebagai pejabat pemerintah,

4. Membocorkan informasi komersial/ekonomis yang bersifat rahasia kepada pihak-pihak yang


tidak berhak,

5. Terlalu erat berurusan dengan orang-orang diluar instansi pemerintah yang dalam
menjalankan bisnis pokoknya tergantung izin pemerintah.

Selain itu, ada beberapa upaya untuk membenahi praktek-praktek birokrasi yang
kurang menyenangkan, antara lain:

1. Pembenahan suatu institusi yang telah berpraktek dalam jangka waktu lama tidaklah
gampang. Waktu yang cukup lama mutlak diperlukan. Yang cukup penting dimiliki adalah
perilaku adaptif dari birokrasi terhadap perkembangan yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat, sehingga mampu membaca tuntutan dan harapan yang dibebankan ke
pundaknya. Suatu komuniti yang semakin kompleks dan rumit memerlukan bentuk-bentuk
praktek birokrasi yang luwes dan praktis. Pemotongan jalur-jalur hirarkis, merupakan salah
satu keinginan dari konsumen birokrasi.

2. Selaras dengan pemikiran Weber yang menempatkan birokrasi dan birokrasi dapat
bergandengan tangan. Menuntut birokrasi sebagai institusi yang terbuka dan mampu untuk
dipahami sesuai fungsinya. Kebijaksanaan dan suasana demokratisasi sangat diperlukan,
yakni memberi hak yang lebih luas bagi masyarakat untuk ikut serta dalam proses
pemerintahan.

3. Selaras dengan akumulasi keinginan pemotongan jalur-jalur hirarkis. Kebijaksanaan-


kebijaksanaan menyangkut desentralisasi juga diperlukan.

4. Faktor mental personal dari aparatur birokrasi dan perilaku dari birokrat itu sendiri. Dituntut
adanya keberanian moral untuk menyingkirkan pandangan bahwa birokrasi adalah
bureaucratic polity, serta menempatkan prinsip-prinsip de-etatisme dan de-kontrolisasi pada
proposisinya.

Birokrasi hendaklah merupakan rangkaian kegiatan sehari-hari yang dibutuhkan


untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi didistribusikan melalui cara-cara yang telah
ditentukan dan dianggap sebagai tugas resmi. Diorganisasikan dalam suatu kantor yang
mengikuti prinsip hirarkis. Pelaksanaan tugasnya diatur oleh suatu sistem peraturan
perundang-undangan yang abstrak dan mencakup juga penerapan aturan-aturan di dalam
kasus-kasus tertentu. Dilaksanakan oleh pejabat yang ideal melaksanakan tugas-tugasnya
dengan semangat formal dan bersifat pribadi, tanpa perasaan dendam atau nafsu. Pekerjaan
birokratis didasarkan pada klasifikasi teknis dan dilindungi dari kemungkinan pemecatan
sepihak. Berdasarkan pengalaman universal bahwa tipe organisasi administratif yang murni
dilihat semata-mata dari sudut teknis, mampu mencapai tingkat efisiensi yang tinggi.

Birokrasi sebagai bagian law enforcement perlu direformasi dengan


dimensi keadilan. Hal yang diperlukan adalah: menuntaskan “national building“,
memaksimalkan fungsi lembaga-lembaga, membangun aturan hukum secara komprehensif
serta membangun moralitas aparat penegak hukum.

3. Pendekatan filsafat terhadap etika pemerintahan Negara


1. Filsafat Idealisme Sokrates( 470-399 sM ) bahwa kebenaran dan kebaikan nilai obyektif
yang harus dijunjung tinggi oleh semua orang.
2. Filsafat Idealisme dari Plato (namanya aslinya Aristokles, 427-347sM ). Kebenaran sejati
apa yang tergam-bar dalam ide. “ Pemerintahan Negara Ideal adalah komunitas etical untuk
mencapai kebajikan dan kebaikan”.
a. Filsuf Idealisme Thomas Hobbes ( 1588-1679 ) bahwa terkenal dengan Teori Perjanjian
Sosial dalam pemerintahan, Kedaulatan kekuasaan absulut dan abadi, kekuasaan itu tertinggi
dibatasi dengan UU.
b. Filsuf Idealisme John Locke ( 1632-1707 ) dengan Teori Perjanjian bahwa kebahagiaan dan
kesusilaan dihubungkan dengan peraturan yaitu : perintah Tuhan, UU Negara dan hukum
pendapat umum dengan prinsip liberty, eguality dan personality.
c. Filsuf Reusseauu dengan teori “ Contract Social “ . Manusia mempunyai kekuasaan dan hak
secara kodrat, kekuasaan negara berasal dari negara dan negara berasal dari rakyat. Intinya
pemerintah yang berkuasa tidak monarkhi absolut.
d. Filsuf Hegel dengan metode dialektika tentang pemerintahan negara bahwa : negara
penjelmaan dari ide, rakyat ada demi negara agar ide kesusilaan, negara mempunyai hukum
tertinggi terhadap negara bagi kebahagiaan rakyat

4. Nilai-niali etika dalam pemerintahan


Etika pemerintahan disebut selalu berkaitan dengan nilai-nilai keutamaan yang
berhubungan dengan hak-hak dasar warga negara selaku manusia sosial (mahluk sosial).
Nilai-nilai keutamaan yang dikembangkan dalam etika pemerintahan adalah :

1. Penghormatan terhadap hidup manusia dan HAM lainnya.

2. kejujuran baik terhadap diri sendiri maupun terhadap manusia lainnya (honesty).

3. Keadilan dan kepantasan merupakan sikap yang terutama harus diperlakukan terhadap
orang lain.

4. kekuatan moralitas, ketabahan serta berani karena benar terhadap godaan (fortitude).

5. Kesederhanaan dan pengendalian diri (temperance).

6. Nilai-nilai agama dan sosial budaya termasuk nilai agama agar manusia harus bertindak
secara profesionalisme dan bekerja keras.

5.Wujud etika dalam pemerintahan


Wujud etika pemerintahan tersebut adalah aturan-aturan ideal yang dinyatakan dalam
UUD baik yang dikatakan oleh dasar negara (pancasila) maupun dasar-dasar perjuangan
negara (teks proklamasi). Di Indonesia wujudnya adalah pembukaan UUD 1945 sekaligus
pancasila sebagai dasar negara (fundamental falsafah bangsa) dan doktrin politik bagi
organisasi formil yang mendapatkan legitimasi dan serta keabsahan hukum secara de yure
maupun de facto oleh pemerintahan RI, dimana pancasila digunakan sebagai doktrin politik
organisasinya.

6. Mewujudkan pemerintah yang baik dan sehat (Good governance)

a. Pemerintahan yang konstitusional ( Constitutional )


b. Pemerintahan yang legitimasi dalam proses politik dan administrasinya
( legitimate)
c. Pemerintahan yang digerakkan sektor publik, swsata dan masyarakat ( public,
private and society sector ) Pemerintahan yang digerakkan sektor publik, swsata
dan masyarakat ( public, private and society sector )
- Prinsip Penegakkan Hukum,
- Akuntabilitas,
- Demokratis,
- Responsif,
- Efektif dan Efisensi,
- Kepentingan Umum,
- Keterbukaan,
- Kepemimpinan Visoner dan
- Rencana Strategis
Pemerintahan yang menguatkan fungsi : kebijakan publik (Public Policy ),
p elayanan publik ( Public Service ), otonomi daerah ( Local Authonomy ),
pembangunan (Development ), pemberdayaan masyarakat ( Social Empowering )
dan privatisasi ( Privatization )

7. Prinsip Negara hukum dalam system penyelenggaraan pemerintahan


a. Supremasi Hukum ( Suprmacy of Law )
b. Persamaan dalam hukum ( Eguality before the Law)
c. Asas Legalitas ( Due Process of Law );
d. Pembatasan Kekasaan ;
e. Organ-organ pemerintahan yng independen;
f. Peradilan yang bebas dan tidak memihak;
g. Peradilan Tata Usaha Negara(Constitutional Court );
h. Peradilan Tata Negara;
i. Perlindungan Hak asasi Manusia;
j. Bersifat Demokratis ( Democratische Rechtsaats )
k. Berfungsi sarana mewujudkan tujuan bernegara (welfare Rechtstaat)
l. Transparansi dan Kontrol Sosial

8. Landasan etika pemerintahan Indonesia


a. Falsafah Pancasila dan Konstitusi/UUD 1945 Negara RI;
b. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ;
c. UU No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
d. UU No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas UU No. 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian ( LN No. 169 dan Tambahan LN No. 3090 );
a. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dirubah dengan UU No. 3 Tahun
2005 dan UU No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah ;
f. PP No. 60 tentnag Disiplin Pegawai Negeri .

9. Masalah Etika dalam pemerintah


Dewasa ini, banyak sekali kasus-kasus muncul berkaitan dengan penyelewengan etika
organisasi pemerintah. Salah satu contoh nyata yang masih saja dilakukan oleh individu
dalam organisasi pemerintah yaitu KKN.

Adapun definisi KKN yaitu suatu tindak penyalahgunaan kekayaan negara (dalam
konsep modern), yang melayani kepentingan umum, untuk kepentingan pribadi atau
perorangan. Akan tetapi praktek korupsi sendiri, seperti suap atau sogok, kerap ditemui di
tengah masyarakat tanpa harus melibatkan hubungan negara.

Praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di Indonesia tergolong cukup tinggi.
Contoh di bidang perbankan khususnya, keberadaan UU No. 10 Tahun 1998 ternyata tidak
cukup ampuh menjerat atau membuat jera para pelaku KKN. Dari data yang ada , diketahui
ada beberapa kasus yang cukup mencolok dengan nominal kerugian negara yang cukup
besar.

Sebutlah kasus penyelewengan dana BLBI yang sampai saat ini sudah berlangsung
hampir 10 tahun tidak selesai. Para tersangka pelakunya masih ada yang menghirup udara
bebas, dan bahkan ada yang di vonis bebas dan masih leluasa menjalankan aktivitas
bisnisnya. Yang lebih parah lagi, terungkap juga bukti penyuapan yang melibatkan salah satu
pejabat Jampidsus beberapa waktu yang lalu.

Praktek KKN dalam organisasi pemerintah khususnya, menjadi masalah berkaitan


dengan etika organisasi pemerintah Karena ini merupakan penyelewengan dari apa yang
seharusnya dilakukan dan dimiliki oleh seorang individu dalam organisasi pemerintah, yakni
melayani rakyat dengan baik dan berusaha memberikan yang terbaik bagi rakyat. Akan
tetapi, dengan adanya peraktek KKN jelas merugikan bangsa dan negara.

C. Manajemen Strategis.
1. Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti
“seni melaksanakan dan mengatur. Mary Parker Follet, mendefinisikan manajemen sebagai
seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W.
Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan
efesien.
2. Pengertian Strategi
Menurut Stephanie K. Marrus, strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan
rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
suatu penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Menurut Hamel dan Prahalad, strategi merupakan suatu tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
3. Pengerti Manajemen Strategis.
Di dalam Kamus Buku Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa pengertian

Manajemen Strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, dan pengevaluasian keputusan-
keputusan lintas sahashanashsafinisinya, manajemen strategis berfokus pada pada proses
penetapan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran,
serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan
pencapaian tujuan organisasi . Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas
dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Ada tiga
tahapan dalam manajemen strategis, yaitu; penyusunan strategi,pelaksanakan strategi,dan
evaluasi strategi.

Manajemen strategi adalah seni dan ilmu penyusunan, penerapan, dan


pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan suatu
perusahaan mencapai sasarannya. Manajemen strategis dalah proses penetapan tujuan
organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut, serta
mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian
tujuan organisasi. Manajemen strategis merupakan aktivitas manajemen tertinggi yang
biasanya disusun oleh dewan direksi dan dilaksanakan oleh CEO serta tim eksekutif
organisasi tersebut.
Manajemen Strategis merupakan proses perencanaan,implementasi dan
pengendalian satu strategi organisasi yang juga menentukan misi dan tujuan organisasi
tersebut yang berkaitan dengan ekternalnya. Proses untuk membantu organisasi dalam
mengidentifikasi apa yang ingin dicapai, dan bagaiman seharusnya mereka mencapai hasil
yang bernilai. Manajemen strategis adalah ilmu tentang perumusan, pelaksanaan dan evaluasi
keputusan – keputusan lintas fungsi yang mem ungkinkan organisasi mencapai tujuannya.

Manajemen Strategis Sesuai definisinya, manajemen strategis berfokus pada proses


penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai
sasaran, serta mengalokasikan sumber daya untuk kebijakan dan merencanakan
pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari
berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Ada tiga tahapan
dalam manajemen strategis, yaitu perumusan strategi, pelaksanaan strategi, dan evaluasi
strategi. Aktivitas yang pertama dilakukan adalah merumuskan pernyataan visi dan misi
perusahaan. Visi yang dimiliki oleh perusahaan merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di
masa depan yang diingin untuk terwujud oleh suluruh personel perusahaan, mulai dari
jenjang yang paling atas sampai yang paling bawah. Misi adalah penjabaran secara tertulis
mengenai visi agar visi menjadi mudah di mengerti bagi seluruh staf perusahaan. Langkah
berikutnya adalah menganalisis lingkungan eksternal dan internal perusahaan kemudian
menyusun dan memilih strategi yang harus dilakukan perusahaan agar dapat bersaing dengan
kompetitor lainnya.
Pada intinya, kunci manajemen strategi adalah seni dan tindakan bagaimana memenangkan
persaingan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, suatu organisasi harus mengembangkan
kompetensi tertentu, meliputi sumberdaya fisik dan keuangan, serta sumber daya non fisik
seperti teknologi, reputasi,dan lainnya

4. Manajemen Strategis Sektor Pemerintah


Manajemen Strategi yang dilakukan pada sektor pemerintah merupakan upaya
pemilihan strategi yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan di masa depan dengan
menganalisis situasi dan kondisi negara di masa sekarang dan masa depan. Dalam
penyelenggaraan pemerintah, terdapat perbedaan pengelolaan dengan sektor privat.
Perbedaan ini terutama disebabkan adanya perbedaan karakteristik. Menurut Antoni dan
Young (2003) karakteristik organisasi nonprofit adalah ketiadaan ukuran laba, adanya
pertimbangan pajak dan hukum,kecenderungan menjadi organisasi jasa, kendala yang lebih
besar pada tujuan dan sasaran,kurang tergantung pada klien untuk dukungan keuangan,
dominasi profesional, perbedaan dalam tata kelola, pentingnya pengaruh politik, dan tradisi
pengendalian manajemen yang kurang. Dari karakteristik tersebut, ketiadaan motif laba
merupakan ciri yang utama padaorganisasi sektor publik. Adanya perbedaan karakteristik
tersebut menyebabkan konsep dan praktik manajemen sektor privat tidak dapat diterapkan
sepenuhnya pada sektor publik. Meskipundemikian tidak berarti bahwa sektor publik tidak
dapat dilakukan dengan manajemen kewirausahaan. Menurut Osborne dan Gabler (1992)
terdapat sepuluh prinsip dalammenerapkan kewirausahaan pada pemerintahan yaitu pertama,
pemerintahan kewirausahaan mendorong kompetisi diantara penyedia pelayanan. Kedua,
pemerintah mendayagunakan masyarakat dengan mendorong pengendalian masyarakat.
Ketiga, ukuran kinerja adalahoutcome bukan input. Keempat, Pemerintahan dikendalikan
oleh tujuannya atau misinyabukan oleh aturan dan regulasi. Kelima, pemerintah
mendefinisikan kliennya sebagaikonsumen. Keenam, pemerintah berusaha untuk mencegah
timbulnya masalah daripadamencari solusi setelah masalah terjadi. Ketujuh, pemerintah
memanfaatkan tenaganya untukmenghasilkan uang tidak sekedar membelanjakan.
Kedelapan, pemerintah mendorongdesentralisasi wewenang. Kesembilan, pemerintah lebih
suka pada mekanisme pasardaripada mekanisme birokrasi. Kesepuluh, pemerintah tidak
menfokuskan pada penyediaanpelayanan publik tapi sebagai katalisator semua sektor.
Manajemen Strategi Sektor Pemerintah berbeda dengan manajemen strategi dalam dunia
bisnis atau perusahaan komersil. Perusahaan komersil memiliki sasaran atau tujuan yang
berfokus pada kepentingan pemegang saham atau kelompok-kelompok tertentu. Perusahaan
komersil dipimpin oleh suatu dewan direksi. Dengan demikian, penetapan strategi pada suatu
perusahaan komersil lebih mudah dilakukan. Berbeda dengan pemerintah, dimana tujuannya
adalah kepuasan masyarakat secara keseluruhan, bukan kelompok. Pada pemerintahan
terdapat pembagian wewenang di setiap instansi, sehingga pembuatan keputusan lebih sulit.
Dalam pemerintahan juga tidak terdapat suatu ukuran yang cukup untuk menilai kinerja.
Aplikasi dari manajemen strategis pada organisasi sektor publik terdiri dari komponen yang
sama dengan sektor privat diantaranya pernyataan misi, pengamatan lingkungan, pengamatan
organisasi, sasaran dan implementasi, dan telaah dan monitoring implementasi. Menurut
Bryson pada organisasi sektor publik menekankan pada pentingnya proses perumusan strategi
yang terdiri dari delapan langkah interaktif yaitu perjanjian awal diantara pembuatan
keputusan, identifikasi mandat yang dihadapi organisasi pemerintah, klarifikasimisi dan nilai
organisasi, identifikasi peluang eksternal dan ancaman yang dihadapi organisasi, identifikasi
kekuatan internal dan kelemahan organisasi, identifikasi isu strategis, pengembangan strategi,
dan gambaran organisasi di masa mendatang. Manfaat yang diperoleh dengan penerapan
manajemen/perencanaan strategis pada organisasi sektor publik diantaranya adalah:
1. Membantu organisasi pemerintah berpikir secara strategis
2. Mengklarifikasi arah mendatang
3. Meningkatkan kinerja
4. Membangun tim kerja dan keahlian
5. Memudahkan interface administrasi politik dengan membangun hubungan kerjasama
antara pejabat terpilih dan manajer publik

5. Manajemen Strategis Sektor Pemerintah di Indonesia


Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Nasional disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya pemerintahan Negara Indonesia
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan nasional. Dengan demikian, dokumen
ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar, sehingga memberi
keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana jangka menengah dan tahunannya. RPJP
Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional. RPJP menjadi pedoman
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) nasional yang memuat
visi, misi, dan program Presiden. Pentahapan rencana pembangunan nasional disusun dalam
masing-masing periode RPJM Nasional sesuai dengan visi, misi, dan program Presiden yang
dipilih secara langsung oleh rakyat. RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional,
kebijakan umum, program kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga,
kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana
kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM
sebagaimana tersebut di atas dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang
merupakan rencana pembangunan tahunan nasional, yang memuat prioritas pembangunan
nasional, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program kementerian/lembaga, lintas
kementerian/lembaga kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang
bersifat indikatif. Adapun komponen rencana kerja tahunan tersebut di dalam Kementerian/
Lembaga atau unit dibawahnya adalah sebagai berikut:
a. Sasaran
Sasaran yang dimaksud pada rencana kinerja ini adalah sasaran sebagaimana dimuat
dalam dokumen renstra. Selanjutnya diidentifikasi sasaran mana yang akan diwujudkan pada
tahun yang bersangkutan beserta indikator dan rencana tingkat capaiannya (targetnya).

b. Program

Program-program yang ditetapkan merupakan program-program yang berada dalam


lingkup kebijakan tertentu sebagaimana dituangkan dalam Strategi yang diuraikan pada
dokumen rencana strategis. Selanjutnya perlu diidentifikasi dan ditetapkan program-program
yang akan dilaksanakan pada tahun bersangkutan, sebagai cara untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan

c. Kegiatan

Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh
instansi pemerintah sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu. Dalam
komponen kegiatan ini perlu ditetapkan indikator kinerja kegiatan dan rencana capaiannya.

d. Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja kegiatan yang akan
ditetapkan dikategorikan ke dalam kelompok:

a. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan
program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya
manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan sebagainya;
b. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik)
sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan
yang digunakan;

c. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran


kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk
jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat;

d. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang dirasakan langsung
oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik;

e. Dampak (Impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau
kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu
kegiatan. Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat
mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Dalam hubungan ini,
penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan proses identifikasi, pengembangan, seleksi
dan konsultasi tentang indikator kinerja atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan
kegiatan dan program-program instansi. Setelah program atau kegiatan dilaksanakan dan
dinilai dengan indikator kinerja, langkah selanjutnya dalam manajemen strategis pemerintah
secara umum adalah pembuatan laporan, baik laporan keuangan atau laporan kinerja. Adapun
bagan Manajemen Stratejik dari perencanaan hingga Pelaporan adalah sebagai berikut.

D. PERANAN ETIKA DALAM BIROKRASI PEMERINTAHAHAN


Etika dalam birokrasi pemerintahan sangat penting peranannya, dalam melaksanakan
tugasnya sebagai penyelenggara pemerintahan, birokarasi akan berjalan dengan baik dan
benar, apabila para birokrat dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara negara
tidak berlandaskan etika dan moral, jangan harap masyarakat,bangsa dan negara ini dapat
maju dan sejahtera.

Etika sangat penting dalam birokrasi pemerintahan, karena etika sebagai pengawal,
pengawas , pengendali dan kontrol para birokrasi dalam menjalankan tugasnya sebagai
penyelenggara pemerintahan. Oleh karena etika merupakan kontrol birokrasi maka birokrasi
yang berkuasa di pemerintahan dalam menyusun program dan membuat kebijakan harus
berdasarkan etika dan moral. Sehingga program dan kebijakan yang dibuatnya benar dan
tidak melanggar hukum yang ada di negara Indonesia.
Birokrasi mempunyai fungsi dan peran yaitu:

1. Melaksanakan pelayanan publik.


2. Pelaksana pembangunan yang professional.
3. Perencana, pelaksana, dan pengawas kebijakan.
4. Alat pemerintah untuk melayani kepentingan masyarakat dan bukan merupakan
bagian dari kekuatan politik (netral).

Selain memiliki fungsi dan peran, birokrasi mempunyai tujuan, yaitu:

1. Sejalan dengan tujuan pemerintahan.


2. Melaksanakan kegiatan dan program demi tercapainya visi dan misi pemerintah dan
negara.
3. Melayani masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan netral dan
professional.
4. Menjalankan manajemen pemerintahan, mulai dari perencanaan, pengawasan,
evaluasi, koordinasi, sinkronisasi, represif, prefentif, antisipatif, resolusi, dll.

Você também pode gostar