Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Jelaskan fungsi dan peran birokrasi pemerintahan dan klasifikasi birokrasi yg mnjdi 4 tujuan
2. Jelaskan 4 perumusan etika pemerintahan.
=1. Apakah yang dimaksud dengan etika? 2. Apakah yang dimaksud dengan pemerintahan?
3. Apakag yang dimaksud dengan etika pemerintahan?
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethes” berarti kesediaan jiwa akan
kesusilaan, atau secara bebas dapat diartikan kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan.
Dalam pengertian kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan sebetulnya tercakup juga
adanya kesediaan karena kesusilaan dalam dirinya minta minta ditaati pula oleh orang
lain.Aristoteles juga memberikan istilah Ethica yang meliputi dua pengertian yaitu etika
meliputi Kesediaan dan Kumpulan peraturan, yang mana dalam bahasa Latin dikenal dengan
kata Mores yang berati kesusilaan, tingkat salah saru perbuatan (lahir, tingkah laku),
Kemudian perkataan Mores tumbuh dan berkembang menjadi Moralitas yang mengandung
arti kesediaan jiwa akan kesusilaan (Aristoteles dalam Prof. Drs.H.A.Widjaja, Etika
Pemerintahan, Edisi kedua, Bumi Aksara, Jakarta, 1997) Dengan demikian maka Moralitas
mempunyai pengertian yang sama dengan Etika atau sebaliknya, dimana kita berbicara
tentang Etika Birokrasi tidak terlepas dari moralitas aparat Birokrasi penyelenggara
pemerintahan itu sendiri.
Etika dan moralitas secara teoritis berawal dari pada ilmu pengetahuan (cognitive)
bukan pada efektif. Moralitas berkaitan pula dengan jiwa dan seamangat kelompok
masyarakat. Moral terjadi bila dikaitkan dengan masyarakat, tidak ada moral bila tidak ada
masyarakat dan seyogyanya tidak ada masyarakat tanpa moral (widjaja, AW. Masyarakat dan
Permasayarakatan Ideologi Pancasila, bandung, Cv Armico, 1985) dan berkaitan dengan
kesadaran kolektif dalam masyarakat. Immanuel Kant, teori moralitas tidak hanya mengenai
hal yang baik dan yang buruk, tetapi menyangkut masalah yang ada dalam kontak social
dengan masyarakat, ini berarti Etika tidak hanya sebatas moralitas individu tersebut dalam
artian aparat birokrasi tetapi lebih dari itu menyangkut perilaku di tengah-tengah masyarakat
dalam melayani masyarakat apakah sudah sesuai dengan aturan main atau tidak, apakah etis
atau tidak.
Menurut Drs.Haryanto, MA. Bahwa Etika merupakan instrumen dalam masyarakat
untuk menuntun tindakan (perilaku) agar mampu menjalankan fungsi dengan baik dan dapat
lebih bermoral. Ini berarti Etika merupakan norma dan aturan yang turut mengatur perulaku
seseorang dalam bertindak dan memainkan perannya sesuai dengan aturan main yang ada
dalam masyarakat agar dapat dikatakan tindakannya bermoral.( Drs. Haryanto, MA, Kuliah
Birokrasi Indonesia, Politik Lokal Otonomi Daerah Program Pasca Sarjana
UGM,Yogyakarta,2002.)
Dari beberapa pendapat yang menegaskan tentang pengertian Etika di atas jelaslah
bagi kita bahwa Etika terkait dengan moralitas dan sangat tergantung dari penilaian
masyarakat setempat, jadi dapat dikatakan bahwa moral merupakan landasan normative yang
didalamnya mengandung nilai-nilai moralitas itu sendiri dan landasan normative tersebut
dapat pula dinyatakan sebagai Etika yang dalam Organisasi Birokrasi disebut sebagai Etika
Birokrasi
Etika dalam birokrasi adalah masalah yang menjadi kepedulian dan keprihatinan para
pakar dibidang ini. Ia menjadi masalah di negara yang paling maju sekalipun, yakni di negara
seperti Amerika Serikat yang telah berdiri selama dua seperempat abad, yang konstitusi dan
gagasan-gagasan idealnya menjadi contoh bagi konstitusi dan gagasan-gagasan dasar banyak
negara lain, dan yang administrasinya juga menjadi rujukan administrasi di banyak negara
lain. Negara-negara lain yang telah lanjut usianya, seperti Inggris,Prancis, dan Jepang, juga
mengalami masalah yang sama, yaitu persoalan dalam etika birokrasinya. Di negara- negara
itu birokrasi diandalkan untuk menjadi pelindung dan pengayom masyarakat, yang bersifat
jujur dan adil, dan keseluruhan sistemnya diarahkan untuk menjamin adanya hal itu. Namun,
ternyata mereka tetap saja menghadapi masalah dalam birokrasinya, yang terlihat dari
banyaknya skandal yang melibatkan birokrasi mereka. Dengan latarbelakang pandangan itu,
adalah wajar apabila di negara yang barumembangun ditemukan pula masalah yang sama.
Bahkan sulit untukdibantah, meskipun perlu ada kajian yang lebih dalam, bahwa di Negara
berkembang masalah etika ini proporsinya jauh lebih besar. Pandangan itu didukung oleh
observasi yang umum dalam kondisi administrasi di Negara negara berkembang seperti
antara lain sebagai berikut
Pertama, belum tercipta tradisi administrasi yang baik, yang menjaga timbulnya
masalah etika seminimal mungkin. Negara berkembang sedang mengembangkan
administrasinya, yang sesuai dengan kebudayaannya, tetapi mengikuti kaidah-kaidah yang
berlaku umum. Negara- negara itu tidak mempunyai banyak rujukan, karena tidak dapat
melanjutkan administrasi yang berasal dari masa kolonial, yang tujuan keberadaannya
berbeda dengan administrasi dalam negara yang merdeka.
Kedua, adanya keterbatasan dalam sumber daya, yang menyebabkanpengembangan
administrasi yang baik tidak bisa cepat berjalan. Keterbatasan itu adalah baik dalam hal
sumber dana maupun sumber daya manusia (SDM). SDM administrasi sangat terbatas
kualitas, kompetensi, dan profesionalismenya, dan keadaan itu diperberat oleh imbalan yang
rendah karena keterbatasan dana pemerintah. Ketiga, administrasi hidup dalam suatu sistem
politik, dan di banyak negara berkembang sistem politik itu sendiri masih berkembang. Peran
politik yang besar itu, acapkali tidak diimbangi dengan kebertanggungjawaban
(accountability) kepada rakyat seperti layaknya dalam sebuah sistem demokrasi. Dengan
demikian, masalah etika dalam administrasi negara yang sedang membangun jauh lebih rumit
dibandingkan dengan masalah etika di negara yang sudah maju, yang dari uraian di atas juga
kita ketahui sudah cukup rumit. Dengan kata lain, variabelnya lebih luas dan
ketidakpastiannya lebih besar. Oleh karena itu, akan sangat keliru apabila orang berpendapat
bahwa memperbaiki birokrasi di negara berkembang adalah pekerjaan mudah. Upaya
memperbaiki birokrasi termasuk didalamnya upaya menanamkan etika sebagai nilai utama
dalam administrasi, yang tercermin baik dalam etika perorangan maupun etika organisasi
adalah pekerjaan yang memerlukan kesabaran, dan hasilnya pun tidak dapat diharapkan akan
spektakuler, tetapi akan lebih banyak bersifat inkremental.
B. Etika Pemerintahaan
1. Pengertian pemeritah
a. Pemerintahan dalam arti luas adalah pemerintah/ lembaga-lembaga Negara
yang menjalankan segala tugas pemerintah baik sebagai lembaga eksekutif,
legislative maupun yudikatif. Dengan segala fungsi dan kewenganya.
b. Pengertian Pemerintah Secara etimologi, pemerintah bersala dari perkataan perintah,
Pamudji ( 1995 : 23 ) mengartikan kata – kata tersebut sebagai berikut
- perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan
sesuatu.
Pemerintah adalah kekuasaan memerintah sesuatu ngara ( daerah negara atau
badan yang tertinggi yang memerintah suatu negara ).
Pemerintah adalah perbuatan ( cara, hal urusan dan sebagainya ) memerintah
Perbedaan pengertian “pemerintah“ dan “pemerintahan “ lazimnya disebut bahwa “
pemerintah “ adalah lembaga atau badan publik yang mempunyai fungsi untuk melakukan
upaya mencapai tujuan negara sedangkan “ pemerintahan “ dari aspek dinamikanya
Sudah di jelas kan bagai mana pengertian mengenai etika dan pemerintah ataupun
pemerintahan. Jadi pengertian etika pemerintahan itu sendiri adalah Ajaran untuk berperilaku
yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia
Etika merupakan kesediaan jiwa akan kesusilaan atau kumpulan dari peraturan
kesusilaan. Etika merupakan norma dan aturan yang turut mengatur perilaku seseorang dalam
bertindak dan memainkan perannya sesuai dengan aturan main yang ada dalam masyarakat
agar dapat dikatakan tindakan bermoral. Sesuai dengan moralitas dan perilaku masyarakat
setempat.
Etika sendiri dibagi lagi ke dalam etika umum dan etika khusus. Etika umum
mempertanyakan prinsip-prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan manusia,
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungan dengan kewajiban
manusia dalam pelbagai lingkup kehidupannya. Dibedakan antara etika individual yang
mempertanyakan kewajiban manusia sebagai individu, terutama terhadap dirinya sendiri dan,
melalui suara hati, terhadap Illahi, dan etika sosial. Etika sosial jauh lebih luas dari etika
individual karena hampir semua kewajiban manusia bergandengan dengan kenyataan bahwa
ia merupakan makhluk sosial. Dengan bertolak dari martabat manusia sebagai pribadi yang
sosial, etika sosial membahas norma-norma moral yang seharusnya menentukan sikap dan
tindakan antarmanusia. Etika sosial memuat banyak etika yang khusus mengenai wilayah-
wilayah kehidupan manusia tertentu. Di sini termasuk misalnya kewajiban-kewajiban di
sekitar permulaan kehidupan, masalah pengguguran isi kandungan dan etika seksual, tetapi
juga norma-norma moral yang berlaku dalam hubungan dengan satuan-satuan
kemasyarakatan yang berlembaga seperti etika keluarga, etika pelbagai profesi, dan etika
pendidikan. Dan di sini termasuk juga etika politik atau filsafat moral mengenai dimensi
politis kehidupan manusia.
Ada dua cara untuk menata masyarakat yaitu penataan masyarakat yang normatif
dan yang efektif. Lembaga penata normatif masyarakat adalah hukum. Hukumlah yang
memberitahukan kepada semua anggota masyarakat bagaimana mereka bertindak. Hukum
terdiri dari norma-norma bagi kelakuan yang betul dan salah dalam masyarakat. Hukum
hanya bersifat normatif dan tidak efektif. Artinya, hukum sendiri tidak dapat menjamin agar
orang memang taat kepada normanya.
Dengan demikian hukum dan kekuasaan adalah bahasan dari etika politik.
Dalam hal ini lebih difokuskan pada etika birokrasi sebagai bagian dari etika politik.
Etika birokrasi berkaitan erat dengan moralitas dan mentalitas aparat birokrasi
dalam melaksanakan fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri yang tercermin dalam fungsi
pokok pemerintahan: fungsi pelayanan, pengaturan/regulasi dan fungsi pemberdayaan
masyarakat.
Etika penting dalam birokrasi. Pertama, masalah yang ada dalam birokrasi
semakin lama semakin komplek. Kedua, keberhasilan pembangunan yang telah
meningkatkan dinamika dan kecepatan perubahan dalam lingkungan birokrasi. Birokrasi
melakukan adjusment (penyesuaian) yang menuntut discretionary power (kekuatan
pertimbangan/kebijaksanaan) yang besar.
Pemerintah memiliki pola prilaku yang wajib dijadikan sebagai pedoman atau kode
etik berlaku bagi setiap aparaturnya. Etika dalam birokrasi harus ditimbulkan dengan
berlandaskan pada paham dasar yang mencerminkan sistem yang hidup dalam masyarakat
harus dipedomani serta diwujudkan oleh setiap aparat dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Secara umum nilai-nilai suatu etika yang perlu dijadikan pedoman dan perlu
dipraktekkan secara operasional antara lain:
3. Rahasia, mana yang penting dan tidak penting Aparat harus berdiri di tengah-tengah,
bersikap terbuka dan tidak memihak(mediator)
5. Aparat harus bersifat diskresif, bisa membedakan mana yang rahasia dan tidak
Berbagai sifat psikis, kepribadian (jatidiri), harga dirii, kejujuran yang diisyaratkan
oleh teori sifat pada hakikatnya merupakan kode etik bagi siapapun yang akan bertugas
sebagai aparat. Aparat seyogyianya tidak bekerja terkotak-kotak, menganggap dialah yang
penting atau menentukan, seharusnya aparatur bekerja secara menyeluruh. Oleh sebab itu
tidak hanya mementingkan bidangnya sendiri-sendiri. Dalam kaitan itu dipandang penting
pula koordinasi, sinkronisasi, integrasi. Sehingga dapat berbuat dan bertindak sesuai dengan
tingkah laku dan perilaku aparatur yang terpuji.
Etika terbentuk dari aturan pertimbangan yang tinggi. Yaitu benar vs
tidak benar dan pantas vs tidak pantas. Prilaku dan tindakan aparat birokrasi dalam
melaksanakan fungsi dan kerjanya, apakah ia menyimpang dari aturan dan ketentuan atau
tidak, untuk itu perlu aturan yang tegas dan nyata, sebab berbicara tentang etika biasanya
tidak tertulis dan sanksinya berupa sanksi sosial yang situasional dan kondisional tergantung
tradisi dan kebiasaan masyarakat tersebut. Maka dituntut adanya payung hukum.
Ada beberapa hal yang perlu dihindari oleh birokrasi, antara lain :
1. Ikut serta dalam transaksi bisnis pribadi atau perusahaan swasta untuk keuntungan pribadi
dengan mengatasnamakan jabatan kedinasan,
2. Menerima segala sesuatu hadiah dari pihak swasta pada saat ia melakukan transaksi untuk
kepentingan dinas,
3. Membicarakan masa depan peluang kerja diluar instansi pada saat ia berada dalam tugas-
tugas sebagai pejabat pemerintah,
5. Terlalu erat berurusan dengan orang-orang diluar instansi pemerintah yang dalam
menjalankan bisnis pokoknya tergantung izin pemerintah.
Selain itu, ada beberapa upaya untuk membenahi praktek-praktek birokrasi yang
kurang menyenangkan, antara lain:
1. Pembenahan suatu institusi yang telah berpraktek dalam jangka waktu lama tidaklah
gampang. Waktu yang cukup lama mutlak diperlukan. Yang cukup penting dimiliki adalah
perilaku adaptif dari birokrasi terhadap perkembangan yang tumbuh dan berkembang di
masyarakat, sehingga mampu membaca tuntutan dan harapan yang dibebankan ke
pundaknya. Suatu komuniti yang semakin kompleks dan rumit memerlukan bentuk-bentuk
praktek birokrasi yang luwes dan praktis. Pemotongan jalur-jalur hirarkis, merupakan salah
satu keinginan dari konsumen birokrasi.
2. Selaras dengan pemikiran Weber yang menempatkan birokrasi dan birokrasi dapat
bergandengan tangan. Menuntut birokrasi sebagai institusi yang terbuka dan mampu untuk
dipahami sesuai fungsinya. Kebijaksanaan dan suasana demokratisasi sangat diperlukan,
yakni memberi hak yang lebih luas bagi masyarakat untuk ikut serta dalam proses
pemerintahan.
4. Faktor mental personal dari aparatur birokrasi dan perilaku dari birokrat itu sendiri. Dituntut
adanya keberanian moral untuk menyingkirkan pandangan bahwa birokrasi adalah
bureaucratic polity, serta menempatkan prinsip-prinsip de-etatisme dan de-kontrolisasi pada
proposisinya.
2. kejujuran baik terhadap diri sendiri maupun terhadap manusia lainnya (honesty).
3. Keadilan dan kepantasan merupakan sikap yang terutama harus diperlakukan terhadap
orang lain.
4. kekuatan moralitas, ketabahan serta berani karena benar terhadap godaan (fortitude).
6. Nilai-nilai agama dan sosial budaya termasuk nilai agama agar manusia harus bertindak
secara profesionalisme dan bekerja keras.
Adapun definisi KKN yaitu suatu tindak penyalahgunaan kekayaan negara (dalam
konsep modern), yang melayani kepentingan umum, untuk kepentingan pribadi atau
perorangan. Akan tetapi praktek korupsi sendiri, seperti suap atau sogok, kerap ditemui di
tengah masyarakat tanpa harus melibatkan hubungan negara.
Praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) di Indonesia tergolong cukup tinggi.
Contoh di bidang perbankan khususnya, keberadaan UU No. 10 Tahun 1998 ternyata tidak
cukup ampuh menjerat atau membuat jera para pelaku KKN. Dari data yang ada , diketahui
ada beberapa kasus yang cukup mencolok dengan nominal kerugian negara yang cukup
besar.
Sebutlah kasus penyelewengan dana BLBI yang sampai saat ini sudah berlangsung
hampir 10 tahun tidak selesai. Para tersangka pelakunya masih ada yang menghirup udara
bebas, dan bahkan ada yang di vonis bebas dan masih leluasa menjalankan aktivitas
bisnisnya. Yang lebih parah lagi, terungkap juga bukti penyuapan yang melibatkan salah satu
pejabat Jampidsus beberapa waktu yang lalu.
C. Manajemen Strategis.
1. Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti
“seni melaksanakan dan mengatur. Mary Parker Follet, mendefinisikan manajemen sebagai
seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W.
Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan
efesien.
2. Pengertian Strategi
Menurut Stephanie K. Marrus, strategi didefenisikan sebagai suatu proses penentuan
rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai
suatu penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Menurut Hamel dan Prahalad, strategi merupakan suatu tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
3. Pengerti Manajemen Strategis.
Di dalam Kamus Buku Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa pengertian
Manajemen Strategis adalah seni dan ilmu penyusunan, dan pengevaluasian keputusan-
keputusan lintas sahashanashsafinisinya, manajemen strategis berfokus pada pada proses
penetapan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran,
serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan
pencapaian tujuan organisasi . Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas
dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi. Ada tiga
tahapan dalam manajemen strategis, yaitu; penyusunan strategi,pelaksanakan strategi,dan
evaluasi strategi.
b. Program
c. Kegiatan
Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu yang dilakukan oleh
instansi pemerintah sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu. Dalam
komponen kegiatan ini perlu ditetapkan indikator kinerja kegiatan dan rencana capaiannya.
Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja kegiatan yang akan
ditetapkan dikategorikan ke dalam kelompok:
a. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan
program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya
manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan sebagainya;
b. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik)
sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan
yang digunakan;
d. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang dirasakan langsung
oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik;
e. Dampak (Impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau
kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu
kegiatan. Indikator-indikator tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat
mengindikasikan sejauh mana keberhasilan pencapaian sasaran. Dalam hubungan ini,
penetapan indikator kinerja kegiatan merupakan proses identifikasi, pengembangan, seleksi
dan konsultasi tentang indikator kinerja atau ukuran kinerja atau ukuran keberhasilan
kegiatan dan program-program instansi. Setelah program atau kegiatan dilaksanakan dan
dinilai dengan indikator kinerja, langkah selanjutnya dalam manajemen strategis pemerintah
secara umum adalah pembuatan laporan, baik laporan keuangan atau laporan kinerja. Adapun
bagan Manajemen Stratejik dari perencanaan hingga Pelaporan adalah sebagai berikut.
Etika sangat penting dalam birokrasi pemerintahan, karena etika sebagai pengawal,
pengawas , pengendali dan kontrol para birokrasi dalam menjalankan tugasnya sebagai
penyelenggara pemerintahan. Oleh karena etika merupakan kontrol birokrasi maka birokrasi
yang berkuasa di pemerintahan dalam menyusun program dan membuat kebijakan harus
berdasarkan etika dan moral. Sehingga program dan kebijakan yang dibuatnya benar dan
tidak melanggar hukum yang ada di negara Indonesia.
Birokrasi mempunyai fungsi dan peran yaitu: