Você está na página 1de 7

Perbedaan Hasil Pewarnaan Alami dari Anggur Jawa pada Kain Sutera dengan Fiksator

Tawas dan Kapur Tohor

Nurmi Ningsih. Asiani Abu. Hamidah Suryani.


Universitas Negeri Makassar. Indonesia
Jl. Daeng Tata Raya Makassar, Sulawesi Selatan
Telp. (0411) 864535 – 861507 Kode Pos 90221
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) proses ekstrksi zat warna anggur Jawa, 2)
hasil warna pada kain sutera setelah proses pewarnaan anggur jawa dengan menggunakan
fiksasi dari tawar, 3) hasil warna pada kain sutera setelah proses pewarnaan anggur Jawa dengan
menggunakan fiksasi dari kapur tohor, dan 4) mengetahui perbedaan hasil pewarnaan alami
dari anggur Jawa pada kain sutera dengan fiksator tawas dan kapur tohor. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian rekayasa atau eksperimen. Data penelitian diperoleh dengan teknik
angket, observasi dan dokumentasi. Teknik yang digunakan pada metode analisis data adalah
statistik deskriptif dan t-test. Hasil penelitian adalah 1) menyiapkan alat dan anggur Jawa
sebanyak 500 gram, dicuci, dihancurkan, dipisahkan dengan bijinya, lalu dimasak selama 3-5
menit,ditiriskan lalu didinginkan. 2) Hasil warna pada kain sutera setelah menggunakan
fikastor tawas dengan kategori ketajaman warna dan ketahanan warna setelah proses pencucian
masuk pada kategori baik (60%) dan menghasilkan warna ungu, 3) Hasil warna pada kain sutera
setelah menggunakan fikastor kapur tohor dengan kategori ketajaman warna dan ketahanan
warna setelah proses pencucian masuk pada kategori baik (70%) dan menghasilkan warna abu-
abu, 4) Uji hipotesis secara inferensial dengan menggunakan Uji t-test dengan taraf signifikansi
0,05, dibagi dalam tiga yaitu: Hasil statistik panelis dari dosen yaitu > 0,05 (0,385 > 0,05). Hasil
panelis dari mahasiswa yaitu > 0,05 (0,929 > 0,05), sedangkan hasil panelis dari masyarakat
yaitu > 0,05 (0,620 > 0,05) H0 diterima, yang berarti ada perbedaan hasil pewarnaan alami dari
anggur Jawa pada kain sutera dengan fiksator tawas dan kapur tohor.
Kata Kunci: Zat Warna, Anggur Jawa, Kain Sutera, Tawas, Kapur Tohor

ABSTRACT
The aim of this study is to know: 1) Procedure of color extraction from Javanese Grape,
2) Coloring outcome in silk after coloring with Javanese Grape using alum fixator, 3) Coloring
outcome in silk after coloring with Javanese Grape using quick lime, and 4) Differentiation of
nature coloring outcome from Javanese Grape in silk by using alum and quick lime fixator. This
study used experimental method. Data of study were obtained from questionnere, observation,
and documentation. The technique was used in data analyze method is descriptive statistic and
T-test. The results of this study are: 1) Preparing tools and 500 g of Javanese Grape which will
be extracted. Then wash, shatter, and separate grapes from their seed, cook for 3-5 minutes,
filtrate, and chill. 2) Color in silk after using alum fixator with contrast categorization and it
durance after washing were categorized as good (60%) and produced purple coloring, 3) Color
in silk after using quick lime fixator with contrast categorization and it durance after washing
were categorized as good (70%) and produced grey coloring, 4) Hypothesis test inferentially
uses T-test with significance rate as 0.05; subdiveded into 3 categories: panelist statistic result
of lecturer is > 0,05 (0,385 > 0,05). Panelist statistic result of college student is > 0,05 (0,929 >
0,05), whereas panelits statistic result of community is > 0,05 (0,620 > 0,05). H0 is accepted
which means there is any differentiation of colouring outcome of Javanese Grape in silk with
alum and quick lime fixator.
Keywords: pigment, Javanese Grape, silk, alum, quick lime
PENDAHULUAN
Sutera adalah salah satu serat alam yang berbentuk filament yang diperoleh dari sarang
kepompong ulat sutera. Sutera merupakan serat alam hewani yang mempunyai sifat sangat baik,
kekuatannya tinggi, daya serap besar, pegangannya lembut, tahan kusut, berkilau dan
mempunyai sifat menggantung yang baik (Balai Penelitian Kerajinan dan Batik, 1992).

Anggur Jawa memiliki kulit yang sangat mengkilap dengan warna daging buah putih
agak keunguan atau hitam keunguan. Zat pektin yang ada dalam daging buah biasanya akan
meninggalkan warna ungu pada lidah atau pakaian (Warasfarm: 2016).

Proses pewarnaan tekstil secara sederhana meliputi mordanting, pewarnaan, fiksasi, dan
pengeringan. Mordanting adalah perlakuan awal pada kain yang akan diwarnai agar lemak,
minyak, kanji, dan kotoran yang tertinggal pada proses penenunan dapat dihilangkan. Proses
fiksasi adalah proses mengunci warna kain. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan
tawas dan kapur tohor pada kain yang telah diwarnai. Sunarto (2008:3) “pencelupan yaitu
pemberian warna bahan tekstil dengan 3 komponen bahan utama yaitu zat warna, air dan obat
bantu”.

Penelitian ini memanfaatkan zat warna dari anggur Jawa dengan mengaplikasikannya
pada kain sutera dengan menggunakan tawas sebagai mordan, dan dengan proses pewarnaan
ini akan dilihat hasil pewarnaan zat warna dari anggur Jawa pada kain sutera setelah proses
pewarnaan tersebut selesai.

Metode Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah anggur Jawa sebagai zat pewarna alami (anggur Jawa
yang sudah lembek atau layu karena buah yang sudah layu ini mengandung sari lebih banyak
dibandingkan dengan buah anggur Jawa yang masih segar). Kain sutera yang digunakan untuk
proses pewarnaan. Tawas dan kapur tohor sebagai bahan pelarut untuk mengunci zat warna
setelah kain sutera di celup. Air yang digunakan untuk proses pewarnaan.
Tahap Penelitian
Dalam uji coba yang dilakukan dengan menggunakan zat warna anggur Jawa dengan
proses pewarnaan panas, pertama kain sutera yang telah dimordanting dimasukkan ke dalam
larutan zat warna panas selama ±60 menit. Anggur Jawa yang digunakan sebanyak 500 gram,
zat warna anggur Jawa yang digunakan untuk zat pewarna alami ini menggunakan 100% buah
anggur jawa tanpa campuran air. Dipanaskan hinggah mendidih ±3-5 menit, untuk pewarna
kain, tawas dan kapur tohor masing-masing 1000 ml untuk larutan fiksasi yang telah disiapkan
terlebih dahulu.
Kain sutera yang digunakan telah memiliki warna dasar putih yang telah melalui proses
mordanting dengan menggunakan tawas yang telah didiamkan selama 24 jam, kemudian
digunakan sebagai larutan mordan dengan proses perendaman kain sutera selama 2 jam. Proses
pewarnaan yang dilakukan yaitu dengan mencelupkan seluruh permukaan kain.
Pewarnaan anggur Jawa
Penelitian ini memanfaatkan zat warna dari anggur Jawa dengan mengaplikasikannya
pada kain sutera dengan menggunakan tawas sebagai mordan, dan dengan proses pewarnaan
ini akan dilihat hasil pewarnaan zat warna dari anggur Jawa pada kain sutera setelah proses
pewarnaan tersebut selesai.
Kain Sutera

Mordanting

Pewarna Alami Anggur Jawa

Proses Pencelupan

Fiksaator

Tawas Kapur Tohor

Perbedaan Hasil Pewarnaan


Alami

Penilaian Panelis Terhadap


Perbedaan Warna

Proses Pewarnaan Anggur Jawa


Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan pada metode analisis data adalah statistik deskriptif dan t-test.
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiono 2015,
207). Sedangkan teknik t-test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata hitung dari tiga
variabel. Untuk menguji signifikasi perbedaan hasil pengukuran terhadap subjek digunakan
rumus t-test. Teknik t-test merupakan salah satu bentuk analisi computer infersal yang
dimaksud untuk menguji hipotesis.

Hasil Penelitian
Prsoses pencelupan dimulai dari pengumpulan buah anggur Jawa baik yang masih utuh
maupun yang sudah tidak utuh (jatuh ke tanah). Sebelum melakukan proses pencelupan terlebih
dahulu peneliti menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Setelah alat dan bahan siap,
kemudian anggur Jawa tersebut diekstraksi untuk mendapatkan zat pewarna alami dari anggur
Jawa yaitu dihancurkan dengan menggunakan perasan tangan yang dilapisi dengan sarung
tangan agar tangan tidak terkena warna ataupun serangga yang ada pada buah anggur Jawa
tersebut. Anggur Jawa tersebut dimasukkan ke dalam panci aluminium kemudian direbus
sampai mendidih sekitar ±3-5 menit. Setelah proses mengekstrak zat warna selesai, maka kain
sutera yang telah dipotong sesuai ukuran yang diharapkan yakni 21x20 cm dimordanting
dengan air tawas yang bertujuan untuk mempermudah serta memperbesar jumlah zat warna
yang masuk ke dalam serat kain serta dapat mengurangi kelunturan warna kain setelah proses
pencucian, dan meningkatkan kecerahan warna yang masuk ke dalam serat kain. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian perubahan sifat fisika dan kimia kain sutera akibat pewarna alami kulit
akar mengkudu yang dilakukan Tiani Hamid dan Dasep Mukhlis (2005) menunjukkan bahwa
penggunaan mordan dapat mengurangi kelunturan warna kain terhadap pengaruh pencucian.
Hal ini menunjukkan bahwa senyawa mordan mampu mengikat warna sehingga tidak mudah
luntur dan memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh serat kain dan meningkatkan
kecerahan warna pada kain tersebut sesuai dengan pendapat Noor (2007:1) “zat mordan adalah
zat yang membantu meningkatkan kecerahan zar warna terhadap serat kain”. Dan Robbaniryo
(2001) mengatakan pendapat yang sama dengan Noor, bahwa mordan sebagai jembatan kimia
antara zat warna alam dan serat, sehingga kecerahan zat warna meningkat terhadap serat”.
Proses pencelupan tidak akan sempurna jika kain yang akan dicelup belum dimasukkan
dalam zat pewarna, jadi setelah kain dimordanting maka dilakukanlah proses pencelupan
dengan mencelupkan seluruh permukaan kain ke dalam zat warna anggur Jawa. Proses
selanjutnya yakni melakukan fiksasi atau penguncian zat warna sebelum melakukan proses
pencucian yang bertujuan untuk mengikat zat warna agar tidak mudah luntur terhadap pengaruh
pencucian. Proses fiksasi biasanya menggunakan bahan alami ataupun bahan kimia seperti
tawas dan kapur tohor yang bertujuan untuk menguci warna setelah dicelup dengan zat warna
alami agar memiliki ketahanan luntur yang baik. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Wijaya (2010:3) “Cairan untuk mengikat warna dapat digunakan seperti: tawas, jeruk
nipis, garam dapur, gula kelapa, gula jawa, asam jawa, kapur, tunjung, air kelapa, cuka, dll”.
Setelah melakukan semua rangkain dari proses pencelupan tersebut maka kain sutera yang telah
dicelup dapat diuji ketahanan lunturnya dan kecerahan warnanya dengan melakukan proses
pencucian selama 3x pencucian lalu peneliti mengamati hasil dari semua proses pencelupan
tersebut.
Penilaian panelis terhadap perbedaan warna yang dihasilkan pada kain sutera dengan
menggunakan fiksasi tawas dan kapur tohor setelah proses pencucian adalah sebagai berikut;
(1) Berdasarkan hasil dari data angket yang telah disebar kepada dosen serta hasil analisis yang
telah dilakukan menyatakan bahwa ada perbedaan hasil pewarnaan alami dari anggur Jawa pada
kain sutera dengan fiksator tawas dan kapur tohor. serta penggunaan fiksator kapur tohor lebih
baik digunakan pada pewarnaan alami dari anggur Jawa pada kain sutera dibandingkan dengan
fiksator tawas. (2) Berdasarkan hasil dari data angket yang telah disebar kepada mahasiswa
serta hasil analisis yang telah dilakukan menyatakan bahwa ada perbedaan hasil pewarnaan
alami dari anggur Jawa pada kain sutera dengan fiksator tawas dan kapur tohor. Serta
penggunaan fiksator kapur tohor lebih baik digunakan pada pewarnaan alami dari anggur Jawa
pada kain sutera dibandingkan dengan fiksator tawas. (3) Berdasarkan hasil dari data angket
yang telah disebar kepada Masyarakat serta hasil analisis yang telah dilakukan menyatakan
bahwa ada perbedaan hasil pewarnaan alami dari anggur Jawa pada kain sutera dengan fiksator
tawas dan kapur tohor. Serta penggunaan fiksator tawas lebih baik digunakan pada pewarnaan
alami dari anggur Jawa pada kain sutera dibandingkan dengan fiksator kapur tohor.
Analisis Distribusi Frekuensi Tawas dan Kapur Tohor
Tawas Kapur Tohor
Interval Kategori Frekuensi Frekuensi
Frekuensi Frekuensi
Relatif Relatif
13-16 Sangat Baik 12 60% 12 60%
9 - 12 Baik 5 25% 8 40%
5-8 Cukup 3 15% 0 0
1- 4 Kurang 0 0 0 0
Jumlah 20 100% 20 100%

Tabel di atas menunjukkah bahwa fiksator kapur tohor mendapatkan hasil nilai sebesar
60% dan masuk dalam kategori Sangat Baik. Sedangkan Tawas juga mendapatkan nilai sebesar
60% dari keseluruhan responden, sehingga dapat dikatakan bahwa kedua fiksator tersebut
memiliki kategori sangat baik.

Kesimpulan

Proses pencelupan yang dilakukan di dalam penelitian ini yaitu: menyiapkan alat dan
bahan untuk mengekstrak zat warna dari anggur Jawa, melakukan proses mordanting,
melakukan proses pencelupan, menyiapkan dan melakukan proses fiksasi untuk mengunci zat
warna agar tidak luntur pada saat proses pencucian. Warna yang dihasilkan adalah warna ungu
dan abu-abu, dari hasil penelitian ini semakin lama kain dicuci maka tawas semakin pudar dan
kapur tohor semakin padat warna yang dihasilkan. Hasil penelitian panelis dari dosen diperoleh
bahwa fiksator tawas sama baiknya dengan fiksator kapur tohor dengan kategori Sangat Baik
sebesar 60% dan di kategori Baik sebesar 40%. Hasil panelis dari mahasiswa bahwa fiksator
kapur lebih baik digunakan dalam pewarnaan kain sutera dibandingkan dengan fiksator tawas
dengan kategori fiksator kapur tohor sangat baik 70% dan fiksator tawas dengan katgori sangat
baik 30% sedangkan panelis dari masyarakat menganggap fiksator tawas lebih baik dibanding
fiksator kapur tohor dengan kategori fiksator tawas Sangat Baik sebesar 60% sedangkan
fiksator kapur berada di kategori Sangat Baik 40%.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih penulis mengucapkan kepada pihak yang telah membantu proses
penelitian yaitu sahabat-sahabat dan teman-teman yang telah memberi masukan terutama untuk
kedua orang tua yang selalu mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
eksperimen yaitu pewarnaan anggur Jawa pada kain sutera.
DAFTAR PUSTAKA

Nurdiansyah Diana. 2006. Mengenal Tanaman Anggur. Jakarta: Visindo.

Sugito, J. 1995. “Budidaya Ulat Sutera”. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunarto. 2008. Teknologi pencelupan dan pencapan jilid 2 untuk SMK. Jakarta: Direktorat
pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Você também pode gostar