Você está na página 1de 21

Anatomi jantung

Jantung terletak dalam ruang mediatinum dada, yaitu diantara paru. Pericardium yang meliputi

jantung terdiri dari dua lapisan : lapissan dalam (pericardium visceralis) dan lapisan luar

(pericardium parietalis). Kedua lapisan pericardium ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas,

yang mengurangi gesekan akibat gerakan pemompaan jantung. Pericardium parietalis melekat

kedepan pada sternum, kebelakang pada kolumna vertebralis, dank e bawah pada diaphragma.

Perlekatan ini menyebabkan jantung terletak stabil di tempatnya. Pericardium visceralis melekat

secara langsung pada permukaan jantung. Pericardium juga melindungi terhadap penyebaran

infeksi atau neoplasma dari organ-organ sekitarnya ke jantung. Jantung terdiri dari tiga lapisan.

Lapisan terluar (epicardium), lapisan tengah merupakan lapisan otot yang disebut miokardium,

sedangkan lapisan terdalam adalah lapisan endotel yang disebut endokardium. (Sherwood,2005)
Jantung mempunyai empat ruangan. Dua ruangan penerima di bagian superior adalah atrium,

sedangkan dua ruangan pemompa di bagian inferior adalah ventrikel. Atrium kanan membentuk

batas kanan dari jantung (Tortora, 2012) dan menerima darah dari vena kava superior di bagian

posterior atas, vena kava inferior, dan sinus koroner di bagian lebih bawah (Ellis, 2006). Atrium

kanan ini memiliki ketebalan sekitar 2 – 3 mm (0,08 – 0,12 in.). Dinding posterior dan

anteriornya sangat berbeda, dinding posteriornya halus, sedangkan dinding anteriornya kasar

karena adanya bubungan otot yang disebut pectinate muscles. Antara atrium kanan dan kiri ada

sekat tipis yang dinamakan septum interatrial. Darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel

kanan melewati suatu katup yang dinamakan katup trikuspid atau katup atrioventrikular (AV)

kanan.

Ventrikel kanan membentuk pemukaan anterior jantung dengan ketebalan sekitar 4 – 5 mm (0,16

– 0,2 in.) dan bagian dalamnya dijumpai bubungan - bubungan yang dibentuk oleh peninggian

serat otot jantung yang disebut trabeculae carneae. Ventrikel kanan dan ventrikel kiri dipisahkan

oleh septum interventrikular. Darah mengalir dari ventrikel kanan melewati katup pulmonal ke

arteri besar yang dinamakan trunkus pulmonal. Darah dari trunkus pulmonal kemudian dibawa

ke paru – paru. Atrium kiri memiliki ketebalan yang hampir sama dengan atrium kanan dan

membentuk hampir keseluruhan pangkal dari jantung. Darah dari atrium kiri mengalir ke

ventrikel kiri melewati katup bikuspid (mitral) atau katup AV kiri. Ventrikel kiri merupakan

bagian tertebal dari jantung, ketebalan sekitar 10 – 15 mm (0,4 – 0,6 in.) dan membentuk apeks

dari jantung. Sama dengan ventrikel kanan, ventrikel kiri mempunyai trabeculae carneae dan

chordae tendineae yang menempel pada muskulus papilaris. Darah dari ventrikel kiri ini akan
melewati katup aorta ke ascending aorta. Sebagian darah akan mengalir ke arteri koroner dan

membawa darah ke dinding jantung (Tortora, 2012).

Fisiologi Jantung

Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar, vena

kava, satu mengembalikan darah dari level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke atrium

kanan telah kembali dari jarinagn tubuh, dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi sistemik

masuk ke atrium kanan melalui vena besar, vena kava, satu mengembalikan darah dari level

dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh,

dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar,
vena kava, satu mengembalikan darah dari level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke

atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh, dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi

sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar, vena kava, satu mengembalikan darah dari

level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh,

dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar,

vena kava, satu mengembalikan darah dari level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke

atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh, dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi

sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar, vena kava, satu mengembalikan darah dari

level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh,

dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar,

vena kava, satu mengembalikan darah dari level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke

atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh, dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi

sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar, vena kava, satu mengembalikan darah dari

level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh,

dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar,

vena kava, satu mengembalikan darah dari level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke

atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh, dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi

sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar, vena kava, satu mengembalikan darah dari

level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh,

dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar,

vena kava, satu mengembalikan darah dari level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke

atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh, dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi

sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar, vena kava, satu mengembalikan darah dari
level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh,

dimana ODarah yang kembali dari sirkulasi sistemik masuk ke atrium kanan melalui vena besar,

vena kava, satu mengembalikan darah dari level dibawah jantug. Tetes darah yang masuk ke

atrium kanan telah kembali dari jarinagn tubuh, dimana O2 telah kembali darinya dan CO2

ditambahkan kedalamnya. Darah yang terdeoksigenasi parsial ini mengalir dari atrium kanan

kedalam ventrikel kanan, yang memompanya keluar menuju arteri pulmunalis yang segera

membentuk dua cabang, satu berjalan ke masing-masing dari kedua paru. Karena itu, sisi kanan

jantug menerima darah dari sirkulasi sistemik dan memompanya kedalam sirkulasi paru.

Di dalam paru, tetes darah tersebutt kehilangan CO2 ekstra dan menyerap pasokan segar O2

sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis yang dating dari kedua paru.

Darah kaya O2 yang kembali ke atrium kiri ini selanjutnya mengalir kedalam ventrikel kiri,

rongga pemompa yang mendorong darah ke seluruh sostem tubuh kecuali paru; jadi, sisi kiri

jantung menerima darah dari sirkulasi paru dan memompanya kedalam sirkulasi sistemik. Satu

arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri adalah aorta. Aorta bercabang-

bercabang menjadi arteri-arteri besar yang mendarahi berbagai organ tubuh. (Sherwood, 2007)

Definisi

Koartasio aorta adalah suatu penyakit jantung bawaan berupa penyempitan pada arkus aorta

distal atau pangkal aorta desendens torakalis, diatas duktus arteriosus (pre-ductal), didepan

duktus arteriosus (juxta ductal) atau dibawah duktus arteriosus (post ductal). Pada neonatus

sering disertai hipoplasi segmen isthmus atau arkus aorta bagian distal, akibat aliran yang kurang

melalui arkus selama masa janin. Pada anak yang lebih besar ditemukan kolateral antara aorta

bagian proksimal koartasio aorta dengan bagian distal koartasio aorta.


Korktasio aorta adalah obstruksi pada aorta akibat penyempitan aorta yang sebagian besar

terletak di distal percabangan a.subclavia sinistra. Lokasi koarktasio aorta hampir selalu ditempat

selalu ditempat masuknya duktus arteriosus tetapi dapat juga di pra- atau pascaductus.

Epidemiologi

Di Amerika Serikat, insiden koartasio aorta cukup banyak, yaitu sekitar 6-8% dari seluruh pasien

dengan kelainan jantung congenital. Sekitar 90% kematian akibat koarktasio aorta yang tidak

dikoreksi terjadi pad usia 50 tahun dengan usia rata-rata 35 tahun. Ras tidak berpengaruh

terhadap prevalensi koarktasio aorta. Perbandinagn antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1,

tetapi pada koarktasio aorta abdominal, perempuan memiliki resiko lebih tinggi. Rasio antara

koarktasio aorta toraks da abdominal adalah 1000:1. Dari segi usia, sebagian besar penderita

sudah menunjukkan gejala dan tanda pada tahun-tahun pertama kehidupan akibat gagal jantung

kongestif, atau jika pada usia yang lebih tua karena hipertensi

Etiologi

Seperti pada penyakti jantung bawaan yang lain, etiologi koartasio aorta adalah multifaktorial,

walaupun genetik berperan pada sindrom tertentu9 ¸tetapi diduga etiologi koartasio aorta

berhubungan dengan dua teori yaitu teori jaringan duktus (ductal tissue theory) dan reduced flow

theory.

Teori jaringan duktal (Ductal tissue theory)

Jaringan yang berasal dari duktus arteriosus menginvasi aorta desenden hanya distal dari istmus

aorta. Ketika duktus arterious menyempit, maka koartatio terjadi. Hal yang mendukung teori ini

adalah bahwa koarktasio neontus terjadi hanya setelah penutupan duktus (tipe infantil), dan
biasanya memiliki gejala yang lebih berat. Obstruksi terlihat sebagai sebuah lekukan (posterior

shelf) pada sisi postero-lateral aorta descenden pada lokasi yang berlawanan dengan perlekatan

duktus arteriosus. Namun teori ini gagal menerangkan kejadian koarktasio aorta pada beberapa

tempat lainnya.

Teori Reduced-flow

Pada konsep ini, defek terbentuk sekunder terhadap gangguan hemodinamik yaitu aliran yang

berkurang pada lokasi yang terkena. Pada fetus yang normal, ventrikel kiri mengkontraksikan

30% dari kombinasi output ventrikel namun istmus aorta yaitu proksimal aorta descenden antara

LSCA (Left Subclavian artery) dan PDA, hanya menerima 10% menyebabkan diameter yang

lebih kecil daripada aorta descenden. Jika kemudian aliran ventrikel kiri berkurang, maka

penyempitan lebih lanjut dari istmus kembali terjadi. Teori ini menerangkan hubungannya

dengan tipe obstruksi ventrikel kiri lainnya. Penelitian oleh Fishman dkk. mendukung teori ini,

model biri-biri dari sindrom hipoplastik ventrikel kiri (HPLS) dan stenosis aorta kongenital

dilakukan dengan mempengaruhi pre dan after load dari ventrikel kiri. Preload yang normal

menghasilkan dari pertumbuhan ventrikel kiri namun mengikat aorta ascenden menyebabkan

katup aorta stenosis hipoplasia dan sangat tebal menyebabkan ventrikel kiri mengecil. Akhir-

akhir ini Loscalzo memperlihatkan hubungan antara limfedema dan koarktasio aorta pada

sindrom Turner, ketika terjadi obstruksi limfatik jugular pada fetus menekan dan mengurangi

aliran ke aorta ascenden, menyebabkan beberapa lesi obstruksi ventrikel kiri meliputi Koartasio

aorta, katup aorta bikuspid, dan HLHS.


Patofisiologi

Efek hemodinamik koartasio aorta bervariasi tergantung derajat obstruksi, lesi jantung dan

mekanisme kompensasi. Koartasio aorta menyebabkan kenaikan afterload pada ventrikel kiri,

menyebabkan tekanan dinding yang meningkat, hipertrofi ventrikel kiri kompensata, disfungsi

ventrikel kiri dan pembentukan arteri kolateral.

Pada fetus, gangguan hemodinamik yang terjadi ringan dikarenakan hanya 10% dari cardiac

output yang melewati istmus. Namun setelah lahir, akibat penutupan duktus menyebabkan

obstruksi aorta hingga terjadi pengurangan output ventrikel kiri, peningkatan tekanan pada

diastolik akhir dari ventrikel kiri, dilatasi miokard, gejala dari gagal jantung. Pada obstruksi berat

akan terjadi disfungsi miokard, pengurangan stroke volume dan terjadi syok kardiogenik.

Mekanisme kompensasi untuk membantu dan memperkuat kontraksi jantung diaktivasi meliputi

mekanisme Frank Starling, sistem renin angiotensin, dan aktivasi sistem simpatis. Namun

mekanisme ini mungkin tidak efektif pada miokard neonatus yang masih imatur, dikarenakan

berkurangnya reseptor saraf β adrenergik dan komplians ventrikel kiri yang lebih rendah

dibandingkan miokard dewasa.

Pada bayi dan anak yang lebih tua dengan adanya obstruksi yang kronis dan berkelanjutan, maka

mekanisme lainnya turut diaktivasi yaitu hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa abnormalitas

vaskular yang terjadi pada ventrikel kiri dengan Koartasio aorta dengan pembuluh darah

proksimal dan distal dari obstruksi. Neonatus dan anak dengan Koartasio aorta juga terjadi

pengurangan distensibilitas dan peningkatan reaktivitas terhadap norepinephrin pada pembuluh

darah proksimal dari letak obstruksi. Aktivitas renin plasma meningkat dan reflek baroreseptor

diatur pada tekanan darah yang lebih tinggi. Kondisi ini akan menetap cukup lama setelah
dilakukan repair operasi dan berkontribusi pada hipertensi sistemik, dan kematian disebabkan

penyakit koroner dan serebrovaskular.

Manifestasi Klinik

Penderita koarktasio aorta tipe penyempitan isthmus aorta pada minggu-minggu awal kehidupan

akan malas minum, takipneu, letargi, dan berkembang progresif kearah gagal jantung kongestif.

Koarktasio aorta tipe diskret pada anak-anak biasanya tidak menimbulkan gejala karena adanya

pembentukan pembuluh darah kolateral. Dengan bertumbuhnya anak, koarktasio aorta menjadi

relative lebih sempit sehingga anak mengeluh lemah, sakit dada, sakit kepala, dan claudicatio

intemitten.

Diagnosis

Pemeriksaan fisik

Bayi dan anak

Gejala meliputi takipnea, dengan retraksi intercostal, bila terdapat kardiakoutput yang rendah,

akan menunjukkan skin mottling, capillary refill time yang memanjang dan sianosis perifer.

Sianosis sentral hanya berhubungan dengan lesi jantung yang sianosis. Adanya pulsasi femoralis

pada hari 1 atau ke dua tidak dapat menyingkirkan adanya k,oartasio aorta, karena duktus

arteriosus yang belum menutup. Jika bayi memiliki kardiak ouput yang sangat rendah dan tidak

terdapat pulsasi, resusitasi dapat mengembalikan pulsasi pada tangan kanan, prekordium

biasanya aktif, kecuali otot jantung telah terdepresi. Pada bayi dengan kardiogenik syok, murmur

bisa saja tidak didapatkan, sekunder dikarenakan kardiak ouput dan aliran yang minimal

melewati terjadinya koarktasio aorta. Bunyi murmur sistolik ejeksi yang lembut yang menyebar
hingga punggung dapat terdengar ketika dimulainya pemberian infus prostaglandin. Selain itu

didapatkan pula tanda dari gagal jantung dan perfusi yang buruk dapat terlihat yang sering kali

merupakan alasan dirujuk ke ahli jantung.

Anak dengan usia lebih tua dan remaja

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan usia yang lebih tua berdasarkan berkurangnya atau

terlambatnya aliran pulsasi arteri femoral dibandingkan dengan pulsasi daerah lengan. Pulsasi

arteri femoralis secara normal lebih awal dengan radialis dengan karakteristik yang sama, bentuk

dan volumenya. Pemeriksaan fisik yang lebih terpercaya adalah pengukuran tekanan darah pada

keempat tungkai. Tanda yang lainnya adalah tekanan vena jugularis dan ukuran hepar yang

normal. Sering juga ditemukan tanda tidak langsung dari hipertrofi ventrikel kiri yaitu daerah

apek yang bergeser. Pada pemeriksaan aukultasi bunyi jantung ke-satu dan ke-2 biasanya

normal, namun dapat disertai dengan suara jantung ke-4 dari daerah apek jika ventrikel kiri tidak

compliance. Murmur dari Koartasio aorta didengar paling baik pada daerah fossa infraclavikular

kiri yang menyebar ke pungung di daerah scapula kiri. Bersifat kontinyu, puncak pada sistol dan

berlanjut hinggu diastol, murmur kontinyu ini disebabkan oleh arteri kolateral yang besar, yang

dapat menyediakan aliran darah yang cukup ke segmen bawah tubuh, hingga pulsasi femoralis

tetap ada.

Foto Rontgen Toraks

Koarktasio aorta sering didiagnosis melalui rontgen toraks. Pada bayi dan anak rontgen toraks

biasanya tampak normal. 2 tanda patognomonis dari rontgen toraks adalah lekukan pada iga (rib

notching) dan gambaran tanda 3 pada aorta descenden proksimal. Rib notching disebabkan

karena aliran kolateral arteri interkostal posterior yang berdilatasi dan berliku-liku menyebabkan
penekanan ekstrinsik pada iga. Biasanya hal ini terjadi pada batas bawah iga ke-3 hingga iga ke-

8. Hal ini secara bervariasi terjadi pada 75% dewasa namun jarang terjadi, pada anak biasanya

pada usia lebih dari 5 tahun. Lekukan dari tanda “3” atas menggambarkan arteri subklavia kiri

atau aorta tepat proksimal dari segmen yang menyempit, sedangkan lekukan yang kedua

menggambarkan dilatasi post stenotik aorta distal terhadap koartasio.

Elektrokardiogram

Sebagian besar Koartasio aorta akan menunjukkan dominasi ventrikel kanan yang normal pada

bayi, dengan deviasi aksis kanan yang ekstrim, kemudian terjadi hipertrofi ventrikel kiri, terdapat

dominasi ventrikel kiri dan strain pada beberapa bayi, hal ini disebabkan oleh subendokardial

iskemia. Selain itu dikarenakan Koartasio aorta sering disertai gejala lainnya maka abnormalitas

pada gambaran EKG dapat menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan, kiri, keduanya, atau bahkan

normal. Pada beberapa kesempatan pemanjang QT interval menunjukkan efek sekunder

hipokalsemia pada sindrom di George.


Pada neonates dengan koartasio aortarctation aorta severe, pada EKG akan menunjukkan

hipertrofi ventrikel kanan, karena ventrikel kanan yang secara dominan memompa darah menuju

ke aorta desending. Terlihat gelombang qR dari kompleks QRS pada V1. Penigkatan tekanan

sistemik pada aorta bagian proksimal akan menyebabkan overload pada ventrikel kiri, yang akan

menimbulkan gambaran hipertrofi ventrikel kiri yang ditandai dengan gelombang R yang tinggi

dan gelombang S yang dalam pada V1.

Ekokardiogram

Ekokardiografi memberikan informasi mengenai lokasi, struktur dan luasnya Koartasio aorta,

fungsi dan hipertrofi ventrikel kiri, hubungannya dengan abnormalitas jantung, diameter

pembuluh darah aorta dan supraaortic. Pada ekokardiogram 2 dimensi akan terlihat arkus aorta
terlihat pada pandangan suprasternal, terdapat penyempitan segmen distal arteri subclavia kiri,

menyebabkan shelf di dinding posterior arkus serta hipoplastik arkus aorta distal9 . Pada

ekokardiogram berwarna dan Doppler menunjukkan gambaran khas: aliran turbulensi sistolik

dan diastolik di aorta desendens seperti gigi gergaji (seesaw).


MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Walaupun ekokardiografi merupakan modalitas yang lebih superior untuk mendiagnosis kelainan

jantung kongenital pada bayi dan anak, MRI terbatas untuk anak yang lebih kecil karena

perlunya sedasi dan anestesi. Teknik terbaru yang memadukan dengan fase velocity mapping

dapat digunakan untuk melengkapi alat diagnostik meliputi kelaian morfologi dan informasi

fisiologi Koartasio aorta. MRI juga merupakan alat yang sempurna untuk pemeriksaan post

operatif, tidak saja dapat menemukan patologi utama dan aliran kolateral, namun juga dapat

memeriksa patologi sekunder, contohnya cangan aorta untuk dilatasi bila terdapat katup aorta

bikuspid.

Tatalaksana

Penanganan bayi yang muncul dengan gagal jantung meliputi pemberian infuse prostaglandin E,

intravena (akan membuka duktus arteriosus melalui proses kimiawi), obat inotropik, diuretic,

dan perawatan suportif lainnya. Angiplasti balon telah dilakukan, terutama pada bayi yang sakit

kritis namun koreksi bedah merupakan tindakan yang paling sering dilakukan. Tindakan balon

dan pemasangan stent pada anak besar dengan koarktasio aorta juga tekah dilakukan, tetapi

tindakan operasi tetap menjadi tatalaksana yang paling sering dilakukan


Kajian Islam

Al-Qur’an dan hadits merupakan pegangan hidup manusia. Di dalamnya, terdapat petunjuk

tentang berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk bidang medis. Di dalam al-Qur’an dan

hadits, kita dapat menemukan penggambaran yang akurat mengenai struktur anatomi, fisiologi,

prosedur operasi, pengobatan, pencegahan, maupun kesehatan dari segi spiritual. Salah satunya

adalah penjelasan tentang jantung, darah, sistem sirkulasi, dan betapa pentingnya hal-hal

tersebut.

Darah dan Sistem Sirkulasi

Dalam surat Al-Qaaf: 16 kita bisa lihat bagaimana deskripsi tentang dekatnya Allah dengan

manusia. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang

dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” Urat leher

yang dimaksudkan dalam ayat tersebut ialah pembuluh darah yang terdapat di leher yaitu Vena

Jugular.
Pertanyaan yang kemudian timbul dari ayat ini ialah mengapa harus menganalogikan kedekatan

Allah dengan pembuluh darah? Lalu kenapa harus yang di leher? Sebegitu pentingkah pembuluh

darah tersebut?

Jika kita lihat secara anatomis, vena jugular membawa darah dari bagian kepala (otak,

kranium/tempurung kepala, wajah) dan leher untuk kembali ke jantung jadi bisa disimpulkan

betapa penting dan vitalnya pembuluh ini.

Bisa kita lihat dari ayat ini kalau pencipta Al-Qur’an (Allah SWT) benar-benar mengetahui

betapa pentingnya darah, pembuluh darah, serta sirkulasi darah di seluruh tubuh. Jika Allah tidak

mengetahui pentingnya darah, pasti analogi yang digunakan bukanlah pembuluh darah yang

notabenenya berfungsi untuk mengalirkan darah. Lalu jika Allah tidak mengetahui sirkulasi

darah di seluruh tubuh, buat apa Allah men-spesifikasi-kan analoginya dengan pembuluh darah

di leher?

Pembuluh darah besar lainnya yang disebutkan dalam Qur’an ialah Al-Aatiin (aorta). Aorta

merupakan pembuluh darah besar yang mengalirkan darah langsung dari jantung untuk

disebarkan ke seluruh tubuh. Dalam Surat Al Haqqah ayat 45 dan 46 Allah berfirman:

“Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami

potong urat tali jantungnya.”

Maksud dari ayat tersebut ialah jika Rasulullah SAW berdusta terhadap Allah maka sanksi yang

akan diberikan ialah pemotongan pembuluh darah yang keluar dari jantungnya (aorta) sehingga

kematian adalah hasil akhirnya.


Aorta memiliki aliran darah yang cepat karena tekanannya langsung berasal dari kontraksi

jantung, selain itu volume darahnya masih sangat banyak (hanya punya 1 percabangan kecil

yaitu koroner) oleh karena itu ketika aorta dipotong maka konsekuensinya ialah akan terjadi

pendarahan yang sangat hebat lalu syok dan dengan mudahnya dapat menimbulkan kematian.

Ayat ini menjelaskan bahwa: 1. Darah dipandang sebagai suatu “kendaraan” untuk hidup, 2.

Arteri yang langsung berasal dari jantung (aorta) penting untuk mempertahankan hidup.

Jantung

Jantung disebutkan beberapa kali di Al-Qur’an dan hadits. Perbedaan keadaan jantung

(seringkali kata “heart” diartikan sebagai “hati” dalam teks Indonesia) digambarkan di Al-Qur’an

menjadi tiga: keadaan jantung orang mukminin, kafirun, dan munafiqun. Orang-orang mukminin

digambarkan memiliki jantung yang hidup, orang kafir memiliki jantung yang mati, sedangkan

orang munafik memiliki jantung yang sakit.

Dua tipe jantung yang dijelaskan dalam Qur’an yaitu jantung secara spiritual dan fisik.

Para ulama menyatakan terdapat 2 tipe dari jantung spiritual: syubhat (keragu-raguan karena

suatu hal yang dalilnya masih dalam pembicaraan atau masih ada perselisihan, maka lebih baik

menghindari hal tersebut sebagai bentuk kehati-hatian) dan syahwat/nafsu yang ketika berlebihan

maka akan membawa keburukan. Emosi, tingkah laku, pengetahuan, penyakit, keinginan,

kejujuran, aksi dan reaksi semuanya berakar pada jantung. Dengan demikian, peranan jantung di

dalam Islam tidak hanya dipandang secara fisiologi tetapi juga dari sisi psikologi.

Al-Qur’an dan hadits menganalogikan jantung sebagai pengatur emosi sehingga menjadikan

jantung memiliki banyak karakteristik yang pada kedokteran modern dianggap berasal dari otak.
Selain memandang jantung dari sisi psikologis, Islam juga memandang jantung dari segi

anatomis dan fisiologis.

“There is in the body a clump of flesh – if it becomes good, the whole body becomes good and if

it becomes bad, the whole body becomes bad. And indeed it is the heart.”

-Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka

akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya.

Segumpal daging itu bernama qolbu!- (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari hadits diatas dapat diketahui bahwa ternyata jantung merupakan kumpulan otot (segumpal

daging) dan bukannya cair seperti darah ataupun padat dan keras seperti tulang.

Terdapat juga hadits yang menggambarkan tentang proses operasi jantung, ekstraksi

(pengeluaran) gumpalan darah/trombus, dan juga penanganan penyakit jantung.

“Ketika aku sedang berada di belakang rumah bersama saudaraku (saudara angkat)

menggembalakan anak kambing, tiba-tiba aku didatangi dua orang lelaki-mereka mengenakan

baju putih- dengan membawa baskom yang terbuat dari emas penuh dengan es (zam-zam).

Kedua orang itu menangkapku, lalu membedah dadaku. Keduanya mengeluarkan hatiku dan

membedahnya, lalu mereka mengeluarkan gumpalan hitam darinya dan membuangnya.

Kemudian keduanya membersihkan dan menyucikan hatiku dengan air itu sampai bersih.”

Pendeskripsian mengenai proses operasi ini membutuhkan keilmuan di bidang anatomi jantung,

fisiologi jantung, dan efek buruk trombus/gumpalan darah.

Penyakit kardiovaskular
Walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di Al-Qur’an dan hadits, gaya hidup yang diajarkan

disana dapat menurunkan secara drastis kemungkinan seseorang mendapatkan penyakit

kardiovaskular seperti penyakit jantung, penggumpalan darah, atherosklerosis, maupun

arteriosklerosis dengan cara meningkatkan aktivitas spiritual, makan tidak berlebihan (cukup),

kegiatan fisik yang cukup, mengurangi marah dan dengki, menghindari sifat rakus, dan tidak

memakan makanan dan minuman yang diharamkan.

Muslim melakukan shalat wajib 5x sehari, terdiri dari gerakan berdiri, sujud, dan duduk. Ketika

melakukan shalat, Allah menyuruh kita untuk tidak melakukannya dengan bermalas-malasan.

Orang yang melakukan shalat secara bermalas-malasan tidak akan mendapatkan keuntungan

apapun baik dari sisi spiritual maupun fisik untuk kesehatannya. Jumlah sujud bervariasi dari

waktu sahalat satu dengan yang lain sehingga jumlah gerakan fisik pun menjadi turut berbeda.

Terdapat peningkatan jumlah sujud dari pagi-malam sesuai dengan aktivitas yang dilakukan

manusia. Ketika siang-sore seseorang biasanya makan dengan porsi lebih banyak, dengan

melakukan aktivitas yang cukup pada saat tersebut dapat membantu mempercepat pencernaan

makanan dan dalam jangka panjang dapat mengurangi peluang terbentuknya trombus. Rasulullah

SAW menasehati kita untuk tidak segera tidur dan melakukan aktivitas yang berlebihan setelah

makan.

Gerakan ketika shalat juga dapat mencegah terjadinya pembentukan thrombosis pada vena dalam

(Deep Vein Thrombosis). Gerakan berdiri dan duduk yang dilakukan berulang-ulang sepanjang

hari dapat mengaktifkan muscle pump (otot rangka yang membantu memberikan tekanan ke

pembuluh darah untuk mengembalikan darah ke jantung) di bagian kaki (seperti gastrocnemius

dan soleus) yang mampu meningkatkan venous return (kembalinya darah dari vena ke jantung)
ketika berdiri dan memindahkan darah dari vena perifer (tepi) ke vena sentral sehingga dapat

mencegah terjadinya edema (pembengkakan) dan pembentukan trombus.

Selain itu Rasulullah SAW juga menyarankan kepada kita untuk mengkonsumsi makanan-

makanan seperti ikan yang rendah lemak dan dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, dan

juga biji-bijian yang memiliki serat yang tinggi.

Kolesterol yang tinggi dapat memicu timbulnya kerusakan pada pembuluh darah, seperti

penyakit jantung koroner akibat atherosklerosis.

Allah melarang kita untuk memakan daging babi dan alkohol. Dengan mengkonsumsi daging

babi, seseorang beresiko terkena penyakit seperti trichinella dan taeniasis, selain itu kandungan

lemak dan kalorinya juga tinggi. Walaupun Allah mengakui adanya manfaat dari alkohol, tapi

Allah menyatakan bahwa mudharat/keburukannya lebih banyak daripada manfaatnya jika

dikonsumsi. Alkohol dapat mengakibatkan efek buruk pada banyak organ, seperti liver, usus,

lambung, pankreas, jantung, dan otak.

Jadi, dengan mengikuti gaya hidup yang disarankan oleh Qur’an dan hadits dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya berbagai penyakit kardiovaskular.

Kesimpulan yang dapat diambil ialah:

– Al-Qur’an dan hadits tidak hanya bersifat religious dan spiritual tapi juga keilmiahan.

– Jantung digambarkan di Qur’an dan hadits sebagai organ secara psikologi dan fisik.

– Jantung, darah dan pembuluhnya, dan sistem sirkulasi sudah tercantum dengan begitu

apiknya dengan pemahaman tingkat tinggi di Al-Qur’an jauh sebelum penelitian para ilmuwan.
– Banyak terdapat cara untuk menghindari penyakit kardiovaskular yang sudah diketahui sejak

dulu kala bahkan sebelum para ilmuwan mengetahui penyakit tersebut terlebih patomekanisme

penyakit itu.

Você também pode gostar