Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa adalah roh dalam keadaan
mengandalkan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dikatakan
inti dari kendali kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri. Psikologi juga
diartikan mengenai kehidupan mental (The Science of Mental Life), dan ilmu mengenai pikiran (the
science of mind).

Proses pendidikan yang sangat panjang semenjak kelahiran anak didik sampai tingkat puncak
dalam jejang pendidikan memerlukan perhatian dan kepedulian pada aspek psikologis atau kejiwaan.
Memahami aspek kejiwaan anak didik merupakan modal dasar tercapainya tujuan-tujuan pendidikan
yang telah direncanakan karena itu muncullah berbagai disiplin ilmu kejiwaan yang satu sama lainnya
saling keterkaitan secara kontinuitas.

Memahami kejiwaan anak sebagai anak manusia tidak akan lepas dari dua unsur yakni jasmani dan
rohani. Sedangkan jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Jiwa balita baru
berkembang sangat sedikit seiring dengan tubuhnya yang juga masih berkemampuan sangat sederhana.
Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya. Dengan melalui tahap-tahap tertentu akhirnya
anak itu mencapai kedewasaan, baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani.

Dalam perkembangan jiwa dan jasmani, anak-anak dapat belajar. Mereka peka untuk belajar,
punya waktu untuk belajar, belum berumah tangga, bekerja, bertanggungjawab terhadap kehidupan
keluarga dan masyarakat dengan fase perkembangan mereka. Sehingga layanan pendidikan mereka
dibuat bertingkat agar pelajaran dapat dipahaminya.

Oleh karena itu, kami membahas lebih mendalam mengenai “LANDASAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan psikologi perkembangan dalam pendidikan?

2. Apa pengertian psikologi belajar?

3. Bagaimana definisi psikologi sosial?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Psikologi Perkembangan

Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekan-pendekatan yang dimaksud
adalah:

a. Pendekatan pertahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.

b. Pendekatan Diferensial. Pendekatan ini memandang individu memiliki kesamaan dan


perbedaan,dan membuat kelompok berdasarkan perbedaan jenis kelamin, kemampuan intelek, bakat,
ras, agama, status social ekonomi, dan sebagainya.

c. Pendekatan Ipsatif. Pendekatan ini melihat perkembangan seseorang secara individual.

Psikologi perkembangan menurut J.J. Rousseau dibagi berdasarkan masa perkembangan anak atas
empat tahap, yaitu:

a. Masa bayi, dari usia 0-2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik.

b. Masa anak, dari usia 2-12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru hidup seperti manusia
primitif.

c. Masa pubertas, dari usia 12-15 tahun yang ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan
untuk bertualang.

d. Masa adolesen, dari usia 15-25 tahun yang ditandai dengan pertumbuhan seksual yang menonjol,
sosial, kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.

 KATEGORI

O
O
O

O
 TERPOPULER
 PILIHAN EDITOR
 TERBARU
 EVENT

Qurrota Ayuni M
FOLLOW

i stutendt in UIN MALIKI Malang in arabic department


EDUKASI

Faktor-faktor Mempengaruhi
Perkembangan Individu Manusia
7 Maret 2015 10:14 Diperbarui: 17 Juni 2015 10:02 2257 0 0

Setiap makhluk hidup yang di lahirkan di BumiAllah memiliki perbedaan perkembangan yang
beragam, mereka di lahirkan dengan fisik, kelamin, kecerdasan, karakteristik kepribadian,
kondisi tubuh yang berbeda, dan perkembangan itupun berjalan seiring dengan berjalan waktu
dan usia,cara hidup mereka juga berbeda lingkungan, komunitas pergaulan, hubungan, tempat
belajar, dengan cara yang di lakukan dalam menghabiskan waktu mereka.

Dalam prinsip perkembangan terdapat perbedaan dalam setiap individu dalam berkembang
,seseorang perlu penyesuaian diri dalam berkembang dalam rentang waktu yang lama dan
memerlukan bimbingan serta perlindungan dalam tahap perkembanganya, karna perkembangan
itu bersifat sistematis saling ketergantungan meskipun perkembangan itu berjalan sesuai dengan
norma norma yang ada, berikut faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu :
-Hereditas

(heredity) merupakan karakteristik bawaan yang di turunkan dari orang tua biologis(papalia olds
Feldman-2009), dalam kata lain hereditas berarti sifat keturunan yang di pengaruhi oleh faktor
genetik yang terdiri dari kromoson ayah dan ibu dari setiap individu, contoh: seorang ayah dalam
keluarga mempunyai kebiasaan yang suka humoris , otomatis kemungkinan besar si anak akan
mewarisi keturunan dari si ayah.

-lingkungan

Dalam psikologi lingkungan adalah segala sesuatau yang ada dalam lingkungan individu
meliputi sikap, tingkah laku dan perkembangannya. lingkungan itu mencakup segala sesuatu
yang ada disekitar manusia, meliputi alam, benda ataupun kehidupan matria manusia, lingkungan
sendiri bisa mempengaruhi keadaan fisik setiap individu ,maupun psikologisnya, pengaruh
secara fisiologis meliputi kesehatan lingkungan, kebersihan lingkungan, udara, yang nantinya
berdampak pada keadaan jasmani setiap individu contoh seorang individu yang berkembembang
di lingkungan yang kumuh dan tidak bersih maka nantinya akan mengganggu kesehatan individu
sehingga menyebabkan sakit kurangnya gizi dan vitamindan menghambat berkembangan
seseorang, begitupun sebalknnya jika seseorang yang hidup di lingkungan yang bersih maka
akan berkembang baik karna kebutuhan lingkungan yang sehat dan bersih sudah terpenuhi.
Faktor lingkungan sendiri terdiri dari berbagai hal yang meliputi ;

-keluarga

Keluarga mempunyai peran penting dalam hal perkembgan setiapa individu, keluarga bisa
memiliki arti yang berbeda-beda sesuia dengan masanya. Keluarga ini dalam bukunya papilia di
jelaskan bahwa keluarga ini merupakan sebuah unit keluarga, ekonomi, rumah tangga dua
generasi yang terdiri dari satu atau dua orang tua dan anak anak kandungnya, anak anak
angkatnya atau anak-anak tirinya. Sedangkan keluarga besar terdiri dari banyak generasi dari
kakek, nenek, bibi, paman, sepupu, kerabat yang lainnya. Keluraga memiliki tanggung jawab
besar dalam mengasuh anak anak mereka misalnya keluarga yang berpendidikan juga
berpengaruh besar dalam berkembangan individu dalam membentuk karakter kepribadiaanya.

-sekolah

Sekolah merupakan tempat belajar di mana sekolah itu tempat kedua setelah individu mendapat
didikan dari keluarga, sekolah sendiri bisa berpengaruh dalam mencerdaskananak, serta sosialiasi
dengan temannya juga mempengaruhi cara kembangnnya

-Masyarakat

Masyarakat sendiri merupakan sekelompok orang yang tinggal di dalam suatu lingkungan,
dimana individu bergaul, besosialisasi, dengan masyarakat, lingkungan masyarakat yang hidup
dengan damai ramah tamah yang otomatis perilakunya akan mempengaruhi tingkah lakunya.

-Peran kematangan

Dalam setiap individu akan mengalami proses perubahan secara terus menerus, seperti halnya
perubahan yang di alami oleh bayi, masa anak-anak ,masa dewasa seperti kemampuan berbicara,
berjalan, semua itu elau berkaitan dengan proses kematangan individu, seorang individu
memiliki perbedaan dalam karakteristik dan kondisi hidupnya dalam memainkan peranan yang
lebih besar, seperti berinteraksi, beradaptasi dengan kondisinya.

3
LANDASAN PSIKOLOGIS DALAM PENDIDIKAN PENDAHULUAN Latar Belakang
Makalah ini kami susun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas
mata kuliah Landasan Pendidikan dengan pokok bahasan Landasan Psikologis
dalam Pendidikan. Sehubungan dengan pentingnya mengetahui tentang landasan
psikologis dalam pendidikan maka pembahasan yang kami lakukan sangat perlu
untuk dibincangkan. Pendidikan selalu melibatkan kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologi merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang
pendidikan. Sementara itu keberhasilan pendidik dalam melaksanakan berbagai
peranannya akan dipengaruhi oleh pemahamannya tentang seluk beluk landasan
pendidikan termasuk landasan psikologis dalam pendidikan.
Perbedaan individual terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek
kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan
bakat tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan cita-
cita bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh
sebab itu, pendidik perlu memahami perkembangan individu peserta didiknya
baik itu prinsip perkembangannya maupun arah perkembangannya. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah agar pendidik dapat
memahami perkembangan peserta didiknya berdasarkan tahapan usia
perkembangannya sehingga diharapkan tidak ada kekeliruan dalam mengenali dan
menyikapi peserta didiknya. Dengan demikian proses pendidikan pun akan berjalan dengan lancar.
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
Bagaimanakah pengertian landasan psikologis dalam pendidikan?
Bagaimanakah implikasi landasan psikologi dalam pendidikan? 1 PEMBAHASAN
Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan
Pemahaman peserta didik yang berkaitan dengan aspek kejiwaan
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian
dan penemuan psiologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan. Misalnya pengetahuan tentang aspekaspek pribadi, urutan, dan ciriciri
pertumbuhan setiap aspek, dan konsep tentang caracara paling tepat untuk
mengembangkannya. Untuk itu psikologi menyediakan sejumlah informasi
tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta berkaitan dengan aspek
pribadi. Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan serta tempo, dan
irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang lain. Sebagai implikasinya
pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik,
sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa persamaan. Penyusunan kurikulum perlu berhati-
hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-
garis besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar yang digariskan.
Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses
pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada
umumnya serta gejalagejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada
setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi
manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk
memudahkan proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan
pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikit, dan belajar (Tirtarahardja, 2005: 106).
Perkembangan Individu dan Faktor yang Mempengaruhinya 2.1 Perkembangan Individu
Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik
secaara fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai
manusia tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi
dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke
waktu. Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan
adanya pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak
menjadi dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya. Sedangkan belajar adalah sebua
h proses yang berkesinambungan dari
sebuah pengalaman yang akan membuat suatu individu berubah dari tidak tahu
menjadi tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif) dan dari tidak bisa
menjadi bisa (psikomotorik), misalnya seseorang anak yang belajar mengendarai
sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak
tersebut mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa. Proses kematangan dan belajar aka
n sangat menentukan kesiapan belajar
pada seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik
akan memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang
proses kematangan dan belajarnya buruk.
Manusia dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam berbagai
aspek yang ada pada manusia dan aspekaspek tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Aspek-
aspek dalam perkembanga tersebut diantaranya adalah aspek
fisik, mental, emosional, dan sosial. Semua manusia pasti akan mengalami perkembangan dengan tingk
at perkembangan yang berbeda, ada yang berkembang dengan cepat dan ada pula
yang berkembang dengan lambat. Namun demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-
nilai universal yang dimiliki oleh semua orang yaitu prinsip
perkembangan. Prinsip perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Perkembangan terjadi secara terus menerus hingga manusia meninggal dunia
Kecepatan perkembangan setiap individu berbedabeda 3
Semua aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya
Arah perkembangan individu dapat diprediksi Perkembangan terjadi secara bertahap dan tiap tahapan
mempunyai karakteristik tertentu. 2.2. Pengaruh Heriditas dan Lingkungan Terhadap Perkembangan
Individu Nativisme Teori nativisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu
dilahirkan kedunia dengan membawa faktorfaktor turunan dari orang
tuanya dan faktor tersebut yang menjadi faktor penentu perkembangan individu.
Tokoh teori ini adalah Schoupenhauer dan Arnold Gessel
Implikasi teori nativisme terhadap pendidikan yaitu kurang memberikan
kemungkinan bagi pendidik untuk mengubah kepribadian peserta didik. Empirisme
Teori empirisme adalah teori yang berasumsi bahwa setiap individu yang
terlahir ke dunia adalah dalam keadaan bersih sedangkan faktor penentu
perkembangan individu tersebut adalah lingkungan dan pengalaman
Tokoh teori ini adalah John Lock dan J.B.Watson
Implikasinya teori empirisme terhadap pendidikan yaitu dapat memberikan
kemungkinan sepenuhnya bagi pendidik untuk dapat membentuk kepribadian peserta didik Konvergensi
Teori konvergensi adalah teori yang berasumsi bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan serta
pengalaman, atau dengan kata lain teori ini adalah gabungan dari teori
empirisme dan teori konvergensi. Tokoh teori ini adalah Wiliam Stern dan Robert J Havighurst
Implikasinya teori konvergensi terhadap pendidikan yaitu dapat
memberikan kemungkinan kepada pendidik untuk membentuk kepribadian
individu sesuai yang diharapkan akan tetapi tetap memperhatikan faktorfaktor
heriditas yang ada pada individu.
Tahapan dan Tugas Perkembangan Serta Implikasinya Terhadap Perlakuan Pendidik
3.1. Tahap dan tugas perkembangan individu.
Asumsi bahwa anak adalah orang dewasa dalam skala kecil (anak adalah
orang dewasa mini) telah ditinggalkan orang sejak lama, sebagaimana kita maklumi bahwa masa anak-
anak adalah suatu tahap yang berbeda dengan orang
dewasa. Anak menjadi dewasa melalui suatu proses pertumbuhan bertahap
mengenai keadaan fisik, sosial, emosional, moral dan mentalnya. Seraya mereka
berkembang, mereka mempunyai caracara memahami bereaksi, dan mempresepsi
yang sesuai dengan usianya. Inilah yang oleh ahli psikologi disebut tahap perkembangan.
Robert Havighurst (1953) membagi perkembangan individu menjadi empat
tahap, yaitu masa bayi dan kanakkanak kecil (06 tahun), masa kanakkanak (6
12 tahun), masa remaja atau adoselen (1218 tahun), dan masa dewasa (18 …
tahun). Selain itu, Havighurst mendeskripsikan tugastugas perkembangan
(development task) yang harus diselesaikan pada setiap tahap perkembangan sebagai berikut:
Tugas Perkembangan Masa Bayi dan Kanakkanak kecil (06 tahun):
Belajar berjalan Belajar makan makanan yang padat Belajar berbicara/berkatakata
Belajar mengontrol pembuangan kotoran tubuh
Belajar tentang perbedaan kelamin dan kesopanan / kelakuan yang sesuai dengan jenis kelaminnya. 5
Mencapai stabilitas fisiologis / jasmaniah
Pembentukan konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan kenyataan fisik.
Belajar berhubungan diri secara emosional dengan orang tua saudara saudaranya, dan orang lain
Belajar membedakan yang benar dan yang salah dan pengembangan kesadaran diri / kata hati
Tugas perkembangan Masamasa kanakkanak (612 tahun):
Belajar keterampilan fisik yang perlu untuk permainan seharihari
Pembentukan kesatuan sikap terhadap dirinya sebagai suatu organisme yang tumbuh
Belajar bermain dengan temanteman mainnya Belajar memahami peranan-
peranan kepriaan atau kewanitaan
Pengembangan kemahiran dasar dalam membaca , menulis, dan berhitung Pengembangn konsep-
konsep yang perlu untuk kehidupan seharihari
Pengembangn kesadaran diri moralitas, dan suatu skala nilainilai Penembangn kebebasan pribadi
Pengembangan sikapsikap terhadap kelompok sosial dan lembaga.
Tugas perkembangan masa Remaja / adoselen (1218 tahun) :
Mencapai peranan sosial dan hubungan yang lebih matang sebagai lakilaki /
perempuan serta kebebasan emosional dari orang tua
Memperoleh jaminan kebebasan ekonomi dengan memilih dan
mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. Mempersiapkan diri untuk berkeluarga
Mengembangkan kecakapan intelektual serta tingkah laku yang bertanggungjawab dalam masyarakat.
Tugas perkembangan pada masa Dewasa (18…) Masa dewasa awal:
Memilih pasangan hidup dan belajar hidup bersama Memulai berkeluarga
Mulai menduduki suatu jabatan/pekerjaan Masa dewasa tengah umur:
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara yang dewasa.
Membantu anak belasan tahun menjadi dewasa
Menghubungkan diri sendiri kepada suami/isteri sebagai suatu pribadi
Menyesuaikan diri kepada orang tua yang semakin tua Tugas perkembangan usia lanjut :
Menyesuaikan diri pada kekuatan dan kesehatan jasmani
Menyesuaikan diri pada saat pensiun dan pendapatan yang semakin berkurang.
Menyesuaikan diri terhadap kematian,terutama banyak beribadah.
Yelon dan Weinstein (1977) sepakat bahwa perkembangan individu
berlangsung secara bertahap .Pernyataan ini didasarkan pada karya tokohtokoh
sebelumnya yang menerangkan perkembangan jenisjenis tingkah laku dalam
kebudayaan Barat pada umur yang bervariasi, perkembangan tingkah laku tersebut diantaranya yaitu:
Perkembangan jenis tingkah laku masa anak kecil (toddler)
Perkembangan fisiknya sangat aktif terutama untuk belajar menggerakan anggota tubuhnya.
Perkembangan bahasa pengucapan kalimat,serta belajar konsepkonsep dari benda yang dilihatnya.
Mulai menyukai anakanak lain, tetapi tidak bermain dengan mereka.
Memberikan respon dan mulai tergantung pada orang tua.
Perkembangan jenis tingkah laku masa Pra sekolah (Prescholler)
Perkembangan otot yang mantap disertai koordinasi anggota tubuh.
Bahasa yang berkembang dengan baik, ditandai dengan pemahaman terhadap 7 pandangan orang lain.
Mulai bisa mentaati aturanaturan dan menghormati kekuasaan.
Memusatkan diri pada perbedaan gender dan kecakapan masingmasing
dengan menekspresikan semua perasaan. Perkembangan jenis tingkah laku masa Kanak-
kanak (Childhood) Keterampilan anggota tubuh cukup baik dan turut serta dalam permainanpermainan
kelompok Menggunakan simbol/bahasa untuk memecahkan masalah.
Mulai berorientasi pada kelompok yang mempengaruhi konsep dirinya.
Banyak menggunakan waktu untuk membebaskan diri dari rumah.
Perkembangan jenis tingkah laku masa Remaja awal (Early adolescense)
Pertumbuhan tubuhnya cepat ditandai dengan kematangan seksual. Mulai dapat berpikir abstrak.
Menyesuaikan diri pada normanorma kelompok dan berteman dekat dengan sebaya dan sejenis.
Mengusahakan untuk lebih bebas,dan emosional tidak stabil
Perkembangan jenis tingkah laku masa Remaja akhir (late Adolescense) Mencapai kematangan fisik.
Egosentrisme hilang dan dapat berpikir abstrak
Berminat kepada lawan jenis dan mulai mengadakan hubungan pribadi.
Identitas dirinya mapan dilingkungan masyarakat.
Implikasi Perkembangan Individu terhadap perlakuan Pendidik (Orang Dewasa) yang diharapkan
Sebagaimana dikemukakan Yelon dan Weinstei (1977), implikasi
perkembangan individu terhadap perlakuan pendidik (orang dewasa) yang
diharapkan dalam rangka membantu penyelesaian tugastugas perkembangannya
adalah sebagai berikut :
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta
didik pada masa kanakkanak kecil : Menyelenggarakan disiplin secara lemah lembut secara konsisten.
Menjaga keselamatan tanpa perlindungan yang berlebihan. Bercakap-
cakap dan memberikan respon terhadap perkataan peserta didik.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan bereksplorasi. Menghargai hal-
hal yang dapat dikerjakan peserta didik.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta
didik pada masa prasekolah : Memberikan tanggung jawab dan kebebasan kepada peserta didik secara
berangsurangsur dan terusmenerus.
Latihan harus ditekankan pada koordinasi: kecepatan, mengarahkan keseimbangan, dsb.
Menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan peserta didik. Menyediakan benda-
benda untuk diekplorasi. Memberikan kesempatan untuk berinteraksi sosial dan kerja kelompok kecil.
Menggunaka program aktif, seperti ; bernyanyi dengan bergerak, dll.
Memperbanyak aktivitas berbahasa seterti bercerita, mengklasifikasikan,
diskusi masalah, dan membuat aturan-
aturan. Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta
didik pada masa kanakkanak : Menerima kebutuhankebutuhan akan kebebasan anak ; dan menambah
tanggung jawab anak. Mendorong pertemanan dengan menggunakan projekprojek dan permainan
kelompok. Membangkitkan rasa ingin tahu.
Secara konsisten mengupayakan disipilin yang tegas dan dapat dipahami. 9
Menghadapkan anak pada gagasangagasan dan pandanganpandangan baru. Bersama-
sama menciptakan aturan dan kejujuran. Memberikan contoh model hubungan social.
Terbuka terhadap keritik.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta
didik pada masa remaja awal :
Memberikan kesempatan berolahraga secara tim dan perorangan, tetapi tidak
mengutamakan tenaga fisik yang besar. Menerima makin dewasanya peserta didik.
Memberikan tanggung jawab secara berangsurangsur. Mendorong kebebasan dan tanggung jawab.
Perlakuan pendidik (orang dewasa) yang diharapkan bagi perkembangan peserta
didik pada masa remaja akhir : Menghargai pandanganpandangan peserta didik.
Menerima kematangan peserta didik.
Memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk berolahraga dan bekerja secara cermat.
Memberikan kesempatan yang luas untuk pendidikan karir.
Menggunakan kerjasama kelompok untuk memecahkan masalah. Berkreasi bersama dan bersama-
sama menegakan berbagai aturan. Teori Belajar dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme berasumsi bahwa hasil dari sebuah
pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi dan
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dengan faktor penentunya adalah
penguatan atau dorongan dari luar. Teori behaviorisme memiliki
komponen yang terdiri dari rangsangan (stimulation), tanggapan
(response), dan akibat (consequence). Tokoh teori ini adalah B.F.Skinner
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :
Perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan
sesuai dengan tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan
Motivasi belajar berasal dari luar (external) dan harus terus menerus dilakukan
agar motivasi tetap terjaga Metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu
tertentu Tujuan kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta
tingkah laku sosial Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana
untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.
Untuk mengefektifkan belajar maka dilakukan dengan cara menyusun
program secara rinci dan bertingkat sesuai serta mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan
Peserta didik cenderung pasif Kegiatan peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui
pembiasaan setahap demi setahap demi setahap secara rinci Kognitif
Teor belajar kognitif berasumsi bahwa belajar adlah proses internal yang
kompleks berupa pemrosesan informasi dikarenakan setiap individu
memiliki kemampuan untuk memproses informasi sesuai faktor kognitif
berdasarkan tahapan usianya sehingga hasil belajar adalah perubahan
struktur kognitif yang ada pada individu tersebut. Tokoh teori ini adalah Jerome Bruner 11
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :
Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
Motivasi berasal dari dalam diri individu (intrinsik) yang timbul berdasarkan
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
Tujuan kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan
kognitif, bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat
untuk mengembangkan kecerdasan
Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator
Mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa pengetahuan-
pengetahuan terpadu secara hierarkis
Partisipasi peserta didik sangat dominan guna meningkatkan sisi kognitif peserta didik
Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar untuk memahami dengan cara insight learning
Tujuan umum dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan sisi kognitif
secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksanan Humanisme
Teori belajar humanisme berasumsi bahwa belajar adalah fungsi seluruh
kepribadian suatu individu dikarenakan suatu individu merupakan pribadi
utuh yang mempunyai kebebasan memilih untuk menentukan
kehidupannya, juga memiliki keinginan untuk mengetahui sesuatu, juga
memiliki keinginan untuk bereksplorasi dan mengasimilasi pengalamanpengalamannya.
Tokoh teori ini adalah Carl Rogers Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :
Perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik
Motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk mengetahui
Metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada ilmu-
ilmu sosial Tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangandari segi sosial,
keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang lain
Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai
kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu
Untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk topik-
topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik Partisipasi peserta didik sangat dominan
Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan
pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan
Tujuan umum pendidikan adalah untuk memaksimalkan kemampuan diri dan pemahaman PENUTUP
Kesimpulan Landasan psikologis pendidikan merupakan salah satu landasan yang
penting dalam pelaksanan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam
menjalankan tugasna sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta
didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan
kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda mulai dari banyi hingga dewasa.
Saran Karena begitu pentingnya landasan psikologis dalam pendidikan maka 13
seluruh calon pendidik dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta
mengaplikasikan landasan psikologis dalam pendidikan agar proses pendidikan berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Hadikusumo, Kunaryo dkk. 1996. Pengantar Pendidikan. Semarang: IKIP
Semarang Press Satmoko, R.S. 1989. DasarDasar Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press
....................... 1999. Landasan Kependidikan (Pengantar ke arah Ilmu
Pendidikan Pancasila).Semarang: IKIP Semarang Press Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta
psikologi
hanya sekedar kumpulan tugas-tugas psikologi mahasiswa biasa
Thursday, February 18, 2010

Teori-Teori Kepribadian

Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja berbeda, yakni teori kepribadian
psikoanalisis, teori-teori sifat (trait), teori kepribadian behaviorisme, dan teori psikoligi kognitif.

1. Teori Kepribadian Psikoanalisis


Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun model kepribadian yang
saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem
kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink
individu yang menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego.

Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls biologis; ego mematuhi
prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat, dan
superego (hati nurani;suara hati) memiliki standar moral pada individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori
psikoanalisis Freud, ego harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan agresif yang
selalu minta disalurkan) dan super ego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri itu).
Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum menampilkan perilaku
tertentu.

Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi konflik antara id dan
superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidak sadaran kolektif
(yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan
ketidaksadaran pribadi yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda
dengan Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks.

Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan superego, menurutnya, yang
terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula koflik antara id dan superego. Bagi Erikson, manusia
adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan, dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu
aktif, bukan pasif seperti pada teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih
banyak dipengarihi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.

2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)


Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan aspek kepribadian yang
bersifat relatif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki
sifat atau sifat-sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu.
Sifat-sifat yang stabil ini menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi.

Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal
disposition). Sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya.
Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri
individu. Dua orang mungkin sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan dengan
sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan orang lain, kadang-kadang menceritakan
“kebohongan putih” bagi orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran. Adapun
orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan mengatakan apa adanya walaupun hal itu
melukai orang lain. Orang mungkin pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda.
Seseorang mungkin berhati-hati karena ia takut terhadap pendapat orang lain, dan orang lain mungkin
hati-hati karena mengekspresikan kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.

Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori dari Willim Sheldom. Teori Sheldom
sering digolongkan sebagai teori topologi. Meskipun demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan
menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan dalam tipe ini atau tipe itu. Akan
tetapi, setidak-tidaknya seseorang memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan
tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini menimbulkan berbagai kemungkinan tipe
fisik yang isebutnya sebagai somatotipe.

Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain
suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifat seperti berpetualang
dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang
peka dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia dikatakan bersifat tertutup dan senang
menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki kesadaran diri yang
tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.

3. Teori Kepribadian Behaviorisme


Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui
belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang
faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah
laku) yang khas pula pada individu tersebut.

Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan
antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya.
Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku.
Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1) Pengekangan fisik (psycal restraints)
Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik.
Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan
orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan bentuk lain, seperti berjalan menjauhi
seseorang yang tealh menghina ita agar tidak kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut secara
fisik.
2) Bantuan fisik (physical aids)
Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang tidak dinginkan.
Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak mengatuk saat menempuh perjalanan
jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada
orang yang memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.
3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab. Misalnya, orang yang
berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya sehingga dapat mengekang diri
sendiri.
4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam diri kita untuk mengontrol
diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi stess.
5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)
Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang membawa hukuman
dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak
kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang
mereka.
6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)
Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut Skinner, adalah positive
self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang
pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik,
dengan menonton film yang bagus.
7) Menghukum diri sendiri (self punishment)
Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai tujuan diri sendiri.
Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan baik
dengan cara menyendiri dan belajar kembali dengan giat.

4. Teori Psikologi Kognitif


Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt.
Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan
diri pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling
dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu
perilaku.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-
elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori
ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia.
Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam
lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.
di 4:16 AM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Label: kepribadian

Newer PostOlder PostHome

Labels

 artikel (2)
 emosi (1)
 kepribadian (5)
 makalah (7)
 motivasi (2)
 psikologi klinis (1)
 psikologi perkembangan (2)
 psikologi sosial (1)

Blog Archive

 ► 2012 (2)
 ▼ 2010 (13)
o ► March (3)
o ▼ February (10)
 ► Feb 27 (1)
 ► Feb 20 (2)
 ▼ Feb 18 (7)
 Kesadaran
 Gangguan kepribadian
 PENGUKURAN KEPRIBADIAN
 psikologi sosial
 Teori-Teori Kepribadian
 KEPRIBADIAN
 pengantar psikologi kepribadian
 ► 2009 (10)

Featured Video

Followers

Categories Friends

 artikel (2)
 emosi (1)
 kepribadian (
5)
 makalah (7)
 motivasi (2)
 psikologi
klinis(1)
 psikologi
perkembangan(2)
 psikologi
sosial(1)
Labels

 artikel (2)
 emosi (1)
 kepribadian (5)
 makalah (7)
 motivasi (2)
 psikologi klinis (1)
 psikologi perkembangan (2)
 psikologi sosial (1)
Simple theme. Powered by Blogger.
Pengertian dan Ruang Lingkup
Psikologi Pendidikan
Oleh

Rudi Art

Kembali kami lagi melanjutkan pembahasan tentang psikologi. Pada kesempatan sebelumnya
kami telah membahas tentang psikologi perkembangan dan psikologi sosial dan pada
kesempatan kali ini kami akan membahas pembagian psikologi khusus yang ketiga yaitu
psikologi pendidikan. Baiklah kita langsung saja masuk pada pembahasan psikologi pendidikan.

Pengertian psikologi pendidikan


Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang proses yang dijalani oleh manusia
dalam upaya mendapatkan ilmu pengetahuan. Fokus kajiannya adalah perkembangan manusia
secara psikologis dengan kaitannya dengan pendidikan. Untuk lebih jelasnya berikut ruang
lingkup kajian psikologi pendidikan.

Ruang lingkup psikologi pendidikan


Ada tiga ruang lingkup dari kajian psikologi pendidikan yaitu belajar, proses belajar, situasi
belajar dan konsep belajar. Dari ketiga hal inilah perkembangan manusia dapat diukur dengan
menggunakan metode tertentu.

1. Belajar
Sebagaimana kita pahami bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku, kemampuan
kognitif dan juga sikap terhadap sesuatu yang didapat dari proses latihan dan pengalaman. Oleh
karena itu keberadaan psikologi pendidikan adalah untuk mengkaji tentang teori-teori belajar,
prinsip-prinsip belajar, dan ciri-ciri khas peserta didik dalam perilaku belajarnya. Intinya bahwa
fokus kajian psikologi pendidikan terkait dengan belajar adalah pada manusianya (peserta didik).

Populer : Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Seseorang

2. Proses belajar
Pada proses belajar fokus kajian psikologi pendidikan adalah pada kemampuan peserta didik
menerima pelajaran dengan konsep belajar yang digunakan serta minat peserta didik pada
pelajaran dan juga terkait pada metode yang digunakan dan materi pelajaran yang dipelajari.
Melalui psikologi pendidikan, pendidik dan peserta didik mampu mengukur kelebihan dan
kekurangan dari proses belajar yang telah dijalani. Hal yang dapat diukur adalah terkait minat
terhadap metode pembelajaran dan juga materi pelajaran yang diajarkan/dipelajari.

3. Situasi belajar
Melalui psikologi pendidikan situasi belajar di desain sedemikian rupa agar sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. Psikologi pendidikan menciptakan proses pendidikan yang tidak
memberikan tekanan secara psikologis kepada peserta didik. Tenaga pendidik akan mampu
mengetahui desain atau metode pembelajaran yang baik agar mampu membangkitkan semangat
belajar peserta didik nya.
4. Konsep belajar
Muara dari ketiga ruang lingkup dari kajian psikologi pendidikan diatas adalah sebuah desain
yang cocok untuk konsep belajar. Bagaimana peserta didik dan tenaga pendidik merasa nyaman
dalam menjalani proses pendidikan. Melalui konsep belajar yang tepat maka harapan akan
tercapainya proses pendidikan yang kondusif akan tercapai.

Você também pode gostar