Você está na página 1de 14

APLIKASIMODELCOMMUNITY AS PARTNER DALAM

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGKAJIAN KOMUNITAS DENGAN


MASALAH PENYALAHGUNAAN NARKOBAPADAREMAJA

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Filsafat dan Teori Keperawatan

Oleh:
ILMA WIDIYA SARI
NIM. 22020116410051

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan bahan adiktif
lain(narkoba)merupakan masalah yang urgent dan kompleks.World Drug
Report memperkirakan pada tahun 2014 terdapat 29,5 miliar orang dewasa
(usia 15-64 tahun) yang menyalahgunakan narkoba (United Nations Office on
Drugs and Crime [UNODC], 2016).Badan Narkotika Nasional (BNN) juga
melaporkan bahwa sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang di Indonesia
pernah pakai narkoba dalam setahun terakhir pada tahun 2014. Ironisnya,
27,32% pengguna narkoba tersebut adalah pelajar (BNN, 2015).
Masa remaja merupakan tahapan penting dalam proses perkembangan
dimana terjadi perubahan emosional, seksual, hubungan sosial dan perubahan
gaya hidup. Pada tahap ini remaja rentan terhadap perilaku tidak sehat, salah
satunya penyalahgunaan narkoba(Park & Kim, 2016). Penyalahgunaan
narkoba berhubungan dengan berbagai faktor, antara lain religiusitas,
keluarga, sosial ekonomi, konfromitas teman sebaya dan ketersediaan
narkoba (Jiloha, 2009; Rahmadona & Agustin, 2014).
Dampak penyalahgunaan narkoba dapatterlihat pada fisik, psikis
maupun sosialseseorang. Penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan
ketergantungan yang berakibat pada gangguan fisik, komplikasi penyakit,
hingga kematian. Dampak terhadap psikis antara lain menurunnya
produktivitas, hilangnya kepercayaan diri, menyakiti diri-sendiri hingga
risiko bunuh diri. Sedangkan dari segi sosial, penyalahgunaan narkoba dapat
menyebabkan gangguan mental, anti sosial dan asusila, menjadi beban
keluarga serta dikucilkan masyarakat (Muslihatun & Santi, 2015).
Kompleksitas masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja
memerlukan partisipasi aktif seluruh komponen bangsa dalam
penanganannya. Perawat komunitas sebagai bagian dari tenaga kesehatan
mutlak melaksanakan fungsi dan perannya dalam mengatasi masalah
penyalahgunaan narkoba pada remaja.Dalam hal ini, langkah awal yang harus

1
dilakukan perawat adalah melakukan pengkajian komunitas terkait masalah
tersebut.
Eksplorasi terkait epidemiologi penyalahgunaan narkoba pada suatu
komunitas dapat menjadi dasar dalam merancang kebijakan dan program
pengendalian penyalahgunaan narkoba pada remaja (Feinberg, 2012). Sejalan
dengan hal tersebut, model community as partner dapat diadopsisebagai
framework dalam pengembangan instrumen pengkajian komunitas dengan
masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja. Pandangan model community
as partner yang dikembangkan Anderson dan McFarlane (2011) ini berfokus
pada filosofi dasar dari perawatan kesehatan masyarakat.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menguraikan aplikasi model community as partnerdalam pengembangan
instrumen pengkajian komunitas dengan masalah penyalahgunaan
narkoba pada remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja.
b. Menjelaskan model community as partner.
c. Menguraikan aplikasi model community as partnerdalam
pengembangan instrumen pengkajian komunitas dengan masalah
penyalahgunaan narkoba pada remaja.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA


Penyalahgunaan narkoba pada remaja berhubungan dengan berbagai
faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal
yang bersumber dari remaja sendiri adalah keyakinan terhadap bahaya
narkoba. Remaja dengan keyakinan yang rendah terhadap bahaya narkoba
lebih berisiko menyalahgunakan narkoba. Selain itu, remaja yang tidak
mengetahui bahaya narkoba akan lebih cenderung menggunakan narkoba
(Birhanu, Bisetegn, & Woldeyohannes, 2014).
Tingkat religiusitas secara langsung berhubungan dengan
kecenderungan remaja terlibat penyalahgunaan narkoba(Safaria,
2007).Remaja yang memiliki tingkat religiusitas rendah lebih rentan terjerat
masalah penyalahgunaan narkoba. Keadaan jiwa yang tidak damai pada
tingkat religiusitas rendah menyebabkan perilaku anarkis, salah satunya
penyalahgunaan narkoba (Rahmadona & Agustin, 2014).Park dan Kim
(2016) juga menyebutkan suasana hati yang negatif, seperti stress dan depresi
dapat menyebabkan remaja menggunakan narkoba. Remaja berpikir bahwa
penggunaan narkoba dapat menjadi jalan keluar dari stress yang dirasakan.
Peran keluarga memiliki hubungan yang bermakna terhadap
penyalahgunaan narkoba. Keluarga dengan riwayat pemakaian narkoba
berisiko menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Peran keluarga
dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba juga memainkan peranan penting
dalam penyalahgunaan narkoba (Birhanu et al., 2014; Rahmadona & Agustin,
2014).
Tingkat sosial ekonomi memiliki hubungan negatif dengan risiko
penyalahgunaan narkoba. Remaja yang menggunakan narkoba umumnya
berasal dari status ekonomi rendah dengan penghasilan keluarga yang tidak
stabil. Ketidakharmonisan keluarga juga menyebabkan penyalahgunaan
narkoba pada remaja. Perhatian orang tua yang rendah terhadap remaja

3
cenderung menyababkan penyalahgunaan narkoba (Jiloha, 2009; Park &
Kim, 2016).
Orientasi sosial pada masa remaja lebih banyak berpusat pada
lingkungan sebaya. Pengaruh negatif dari kelompok sebaya dapat
menjerumuskan remaja dalam penyalahgunaan narkoba. Keinginan remaja
untuk diakui pada lingkungan sebaya salah satunya dengan mengikuti
pengaruh negatif dari teman sebaya (Safaria, 2007).
Monahan et al. (2011) menyatakan bahwa karakteristik masyarakat
dapat mempengaruhi individu. Karakteristik individu dalam suatu agregat
akan membentuk iklim sosial atau normatif yang dapat mempengaruhi
perilaku individu. Dalam hal penyalahgunaan narkoba, tingkat risiko
penyalahgunaan pada komunitas remaja juga akan mempengaruhi
penyalahgunaan narkoba pada remaja.
Ketersediaan dan aksesibilitas adalah faktor risiko penting dalam
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Remaja dengan akses yang
mudah dalam memperoleh narkoba akan cenderung menggunakan narkoba.
Akses yang mudah tersebut dapat diperoleh dari keluarga yang menggunakan
narkoba maupun teman sebaya (Jiloha, 2009).

B. COMMUNITY AS PARTNER
Model community as partner(Anderson & McFarlane,
2011)didasarkan pada model yang dikembangkan oleh Neuman dengan
menggunakan pendekatan manusia secara utuh dalam melihat masalah pasien.
Model community of client dikembangkan oleh Anderson dan McFlarlane
untuk menggambarkan definisi keperawatan kesehatan masyarakat sebagai
perpaduan antara kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut
dinamakan model “community as partner” untuk menekankan filosofi dasar
dari perawatan kesehatan masyarakat.

4
Empat konseptual yang merupakan pusat keperawatan dapat
memberikan sebuah kerangka kerja bagi model community as partner yang
didefinisikan sebagai berikut:
1. Individu
Individu dalam model community as partner adalah sebuah populasi atau
sebuah agregat. Setiap orang dalam sebuah komunitas yang didefinisikan
(populasi total) atau agregat (lansia, dewasa, remaja, anak, perawat)
mencerminkan individu.
2. Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan sebagai komunitas seperti jaringan
masyarakat dan sekelilingnya. Hubungan antara masyarakat dalam
komunitas dapat terjadi dimana masyarakat tinggal, pekerjaan, suku
bangsa dan ras, carahidup, serta faktor lain yang umumnya dimiliki
masyarakat.
3. Kesehatan
Kesehatan dalam model ini dilihat sebagai sumber bagi kehidupan sehari-
hari, bukan tujuan hidup. Kesehatan merupakan sebuah konsep positif
yang menekankan pada sumber sosial dan personal sebagai kemampuan
fisik.
4. Keperawatan
Keperawatan, berdasarkan definisi tiga konsep yang lain, merupakan
upaya pencegahan (prevention). Keperawatan terdiri dari pencegahan
primer yang bertujuan pada menurunkan kemungkinan yang berhadapan
dengan stressor atau memperkuat bentuk pertahanan, pencegahan
sekunder yang dilakukan setelah sebuah stressor memasuki garis
pertahanan dan menyebabkan sebuah reaksi serta tujuannya adalah pada
deteksi dini dalam mencegah kerusakan lebih lanjut, dan pencegahan
tersier yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembalikan status
kesehatan.
Model community as partner memiliki dua faktor sentral yaitu
berfokus pada komunitas sebagai partner (mitra) yang digambarkan dalam
roda assessment. Fokus sentral tersebut berhubungan dengan masyarakat

5
pada komunitas sebagai intinya dan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Model tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1. Model Community as Partner(Anderson & McFarlane, 2011).


Model community as partner digambarkan dalam gambaran yang jelas
untuk membantu pengguna model dalam memahami bagian-bagiannya yang
akan menjadi pedoman dalam praktik di komunitas. Anderson dan McFarlane
(2011) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as
partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan
proses keperawatan.

6
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner(Anderson &
McFarlane, 2011)terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan
subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Inti roda
pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas. Inti meliputi
demografi, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota
masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem
komunitas, dan sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan,
pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan
kesehatan dan sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi.
Garis tebal yang mengelilingi komunitas menggambarkan garis
pertahanan yang normal atau tingkat kesehatan komunitas yang telah dicapai
selama ini. Garis normal pertahanan dapat berupa karakteristik seperti nilai
imunitas yang tinggi, angka mortalitas infant yang rendah, atau tingkat
penghasilan yang sedang. Garis pertahann normal juga meliputi pola koping
yang digunakan, kemampuan memecahkan masalah yang mencerminkan
kesehatan komunitas. Fleksibilitas garis pertahanan digambarkan sebagai
sebuah garis putus-putus di sekitar komunitas dan garis pertahanan normal,
merupakan daerah (zona) penyangga (buffer) yang menggambarkan sebuah
tingkat kesehatan yang dinamis yang dihasilkan dari respon sementara
terhadap stressor. Respon sementara tersebut mungkin menjadi gerakan
lingkungan melawan sebuah stressor lingkungan atau sebuah stressor sosial.
Kedelapan subsistem tersebut dibagi dalam garis terputus untuk
mengingatkan bahwa subsistem tersebut saling mempengaruhi(Anderson &
McFarlane, 2011).

7
BAB III
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGKAJIAN KOMUNITAS DENGAN
MASALAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA
BERDASARKAN MODEL COMMUNITY AS PARTNER

Instrumen pengkajian komunitas dengan masalah penyalahgunaan narkoba


pada remaja dapat dikembangkan berdasarkanmodel community as partner.
Pengkajian komunitas pada model community as partner terdiri dari dua bagian
utama, yaitu pengkajian inti dan delapan subsistem. Pengembangan instrumen
pengkajian tersebut dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Pelayanan kesehatan
Lingkungan fisik Ekonomi
dan sosial

Riwayat
Demografi
komunitas

Penyalahgunaan narkoba Transportasi


Rekreasi dan
pada remaja
keamanan

Nilaidankep Statistik
ercayaan vital

Politik dan
Pendidikan Komunikasi
pemerintahan

Gambar 3.1. Pengembangan Instrumen Pengkajian Komunitas dengan Masalah


Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja.

8
Berdasarkan bagan di atas, kisi-kisi instrumen pengkajian komunitas
dengan masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja yang dikembangkan
berdasarkan model community as partnerdapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Pengkajian Komunitas dengan Masalah
Penyalahgunaan Narkoba pada Remaja

Metode
Variabel Sub Variabel Sumber data
S O W P
Pengkajian Inti Community as Partner
Riwayat - Sejarah perkembangan √ Tokoh
komunitas komunitas masyarakat
- Kekuatan komunitas √
- Pola perubahan √
komunitas √
Data - Usia remaja √ Remaja
demografi - Jenis kelamin remaja √
- Tipe keluarga √
Statistik - Prevalensi √ Petugas
vital penyalahgunaan kesehatan
narkoba atau
- Morbiditas √ Puskesmas
penyalahgunaan
narkoba
- Mortalitas √
penyalahgunaan
narkoba
Nilai dan - Agama remaja √ Remaja
kepercayaan - Tinjauan narkoba dari √ Tokoh
keyakinan remaja masyarakat
- Nilai dan norma √
masyarakat terkait
penyalahgunaan narkoba
Pengkajian Subsistem
Lingkungan - Luas komunitas √ √ Tokoh
fisik - Batas wilayah √ √ masyarakat
- Penerangan √
- Kebersihan √
Pelayanan - Fasilitas kesehatan yang √ √ √ Remaja
kesehatan ada Tokoh
dan sosial - Pemanfaatan fasilitas √ √ masyarakat
kesehatan oleh remaja
- Petugas kesehatan yang √
ada
- Kader kesehatan √
- Program kesehatan

9
remaja √ √
Ekonomi - Pekerjaan orang tua √ Remaja
- Tingkat pendapatan orang √
tua
- Jaminan kesehatan yang √
dimiliki
Transportasi - Alat transportasi √ √ Tokoh
dan - Akses komunitas √ √ masyarakat
keamanan - Fasilitas keamanan √ Remaja
- Tindakan kriminal √
Politik dan - Organisasi √ Tokoh
pemerintahan kemasyarakatan √ masyarakat
- Kebijakan terkait narkoba √
Komunikasi - Pola komunikasi keluarga √ √ Remaja
- Alat komunikasi √ √
- Pola komunikasi dengan √ √
sebaya
Rekreasi - Program rekreasi √ √ Remaja
- Tempat bermain √ √
Keterangan :
S : Survey
O : Observasi
W : Wawancara
P : Studi pustaka

10
BAB IV
PENUTUP

A. SIMPULAN
Usia remaja merupakan salah satu agregat yang harus diperhatikan
karena merupakan masa dimana remaja mengalami ketidakstabilan dengan
perubahan yang terjadi pada dirinya. Masalah yang sering terjadi adalah
kenakalan remaja, salah satunya risiko penyalahgunaan narkoba.
Penyalahgunaan narkoba berhubungan dengan berbagai faktor, antara lain
religiusitas, keluarga, sosial ekonomi, konfromitas teman sebaya dan
ketersediaan narkoba.
Menyikapi masalah penyalahgunaan narkoba pada remaja, peran
perawat komunitas dalam penanganan risiko penyalahgunaan narkoba sangat
diperlukan.Dalam melakukan pengkajian komunitas tentang masalah
penyalahgunaan narkoba pada remaja, perawat dapat mengadopsi model
community as partneryang berfokus pada filosofi dasar dari perawatan
kesehatan masyarakat. Dengan penerapan model community as partner dan
model family centered nursingdiharapkan mampu mengkaji masalah yang
terjadi pada remaja khususnya penyalahgunaan narkoba.

B. SARAN
1. Perawat komunitas diharapkan dapat mengaplikasikan pendekatan
community as partnerdalam pengkajian komunitas dengan masalah
penyalahgunaan narkoba pada agregat remaja.
2. Perawat komunitas diharapkan mampu mengembangkan aplikasi model
atau teori lain dalam mengembangkan instrumen pengkajian komunitas
dengan masalah penyalahgunaan narkoba pada agregat remaja.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., McFarlane, J. (2011). Community as partner: theory and practice


in nursing. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Badan Narkotika Nasional (BNN). (2015). Laporan akhir survey nasional
perkembangan penyalagunaan narkoba tahun anggaran 2014. Jakarta:
BNN. Diunduh dari http://www.bnn.go.id
Birhanu, A.M., Bisetegn, T.A., Woldeyohannes, S.M. (2014). High prevalence of
substance use and associated factors among high school adolescents in
Woreta Town, Northwest Ethiopia: multi-domain factor analysis.BMC
Public Health, 14. doi:10.1186/1471-2458-14-1186
Feinberg, M.E. (2012). Community epidemiology of risk and adolescent
substance use: practical questions for enhancing prevention.American
Journal of Public Health, 102(3),457–468. doi:10.2105/AJPH.2011.300496
Jiloha, R.C. (2009). Social and cultural aspects of drug abuse in adolescents.
Delhi Psychiatry Journal, 12(2),167–175. Diakses dari http://medind.nic.in
Monahan, K., Egan, E.A., Horn, M.L.V., Arthur, M., Hawkins, D. (2011).
Community-level effects of individual and peer risk and protective factors on
adolescent substance use.Journal of Community Psychology, 39(4), 478–498.
doi:10.1002/jcop
Muslihatun, W.N., Santi, M.Y. (2015). Antisipasi remaja terhadap bahaya
penyalahgunaan narkoba dalam triad kesehatan reproduksi remaja di Sleman.
Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 11(1),41–50. Diakses dari
http://ejournal.unisayogya.ac.id/ejournal
Park, S., & Kim, Y. (2016). Prevalence, correlates, and associated psychological
problems of substance use in Korean adolescents. BMC Public Health, 16(1),
79. doi:10.1186/s12889-016-2731-8
Rahmadona, E., Agustin, H. (2014). Faktor yang berhubungan dengan
penyalahgunaan narkoba di RSJ Prof. HB. Sa’anin. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas, 8(2),59–65. Diakses dari http://jurnal.fkm.unand.ac.id

12
Safaria, T. (2007). Kecenderungan penyalahgunaan napza ditinjau dari tingkat
religiusitas, regulasi emosi , motif berprestasi , harga diri , keharmonisan
keluarga dan pengaruh negatif teman sebaya.Humanitas, 4(1),13–24. Diakses
dari http://journal.uad.ac.id/index.php
United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC). (2016). World drug report.
New York: UNODC. Diakses dari http://www.unodc.org

13

Você também pode gostar