Você está na página 1de 12

PENGARUH PERBANDINGAN TEMPE KACANG MERAH (Phaseolus

vulgaris L.) DENGAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DAN


KONSENTRASI TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK BAKSO
NABATI KERING

ARTIKEL ILMIAH

Karya tulis sebagai salah satu syarat


Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Dari Universitas Pasundan

Oleh :
Eka Safutri Mulyastuti
12.302.0215

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2016
PENGARUH PERBANDINGAN TEMPE KACANG MERAH DENGAN
JAMUR TIRAM PUTIH DAN KONSENTRASI TAPIOKA TERHADAP
KARAKTERISTIK BAKSO NABATI KERING
(The Effect of Tempe ratio of red beans with white oyster mushrooms and tapioca
concentration on the characteristics of dried vegetable meatballs)

Eka Safutri Mulyastuti (123020215)

Abstrak
Bakso nabati kering merupakan produk olahan pangan berbahan dasar pangan
nabati yang dilumatkan, dicampur dengan bahan-bahan lainnya, dibentuk bulatan,
direbus kemudian dikeringkan. Metode penelitian menggunakan rancangan acak
kelompok pola faktorial dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah
perbandingan tempe kacang merah dengan jamur tiram putih (1:1, 1:5, 5:1) dan faktor
kedua adalah konsentrasi tapioka (10%, 15%, 20%). Hasil Penelitian terbaik ada pada
perbandingan tempe kacang merah dengan jamur tiram putih 1:5 dan konsentrasi
tapioka 10%, dengan kadar protein 15.75%, nilai tekstur sebelum rehidrasi 0.59
mm/detik/100 gram, nilai tekstur setelah rehidrasi 3.28%, rata-rata kadar air pada
konsentrasi tapioka 13.54-23.26%, kadar serat kasar pada perbandingan tempe
kacang merah dengan jamur tiram putih 10.19-14.28%, rata-rata daya serap air
127.21-251.72%.

Kata kunci : bakso nabati kering, tempe kacang merah, jamur tiram putih, tapioka

PENDAHULUAN pangan. Penganekaragaman pangan


Pangan dan gizi merupakan salah merupakan salah satu cara yang tepat
satu komponen yang sangat penting untuk memperbaiki status gizi
dalam pembangunan. Pangan dan gizi masyarakat. Usaha penganekaragaman
dapat dianggap sebagai kebutuhan dan pangan dapat dilakukan dengan
modal dasar pembangunan serta mencari bahan makanan yang baru
dijadikan indikator atas keberhasilan atau bahan pangan yang sudah ada
dikembangkan menjadi bahan pangan selain sebagai sumber kalori, vitamin
yang beranekaragam. dan mineral (Suprapti, 2003). Menurut
Bakso merupakan jenis makanan Valentine (2010), kandungan protein
popular di Indonesia yang bisa ditemui pada tempe kacang merah adalah 24 g/
di pedagang keliling sampai restoran. 100 g.
Bakso biasanya terbuat dari bahan Jamur tiram putih merupakan
utama daging yang dilumatkan, salah satu jenis jamur kayu yang dapat
dicampur dengan bahan–bahan dikonsumsi selain itu nilai kandungan
lainnya, dibentuk bulat, dan gizi yang cukup tinggi yaitu
selanjutnya direbus. Konsumsi bakso karbohidrat, protein, lemak, serat
hanya terbatas pada konsumsi kasar, Ca, Fe, thiamin dan riboflavin.
vegetarian, karena komunitas Asam amino esensial yang
vegetarian memiliki pola makan terdapat pada jamur tiram ada
berbeda dari masyarakat pada sembilan jenis dari 20 asam amino
umumnya yaitu tidak mengonsumsi yang dikenal yaitu lysin, methionin,
sumber bahan pangan hewani. tryptofan, theonin, valin, leusin,
Makanan vegetarian rendah lemak isoleusin, histidin, dan fenilalain.
jenuh serta mengandung banyak Asam amino ini menyerupai derivat
vitamin. Atas dasar tersebut protein yang dihasilkan dari daging
pembuatan bakso memungkinkan hewan. Asam lemak jamur tiram
untuk dikembangkan dari bahan mengandung 86 persen lemak tidak
protein nabati. Bahan pangan nabati jenuh seperti asam oelat, fosmiat,
yang memiliki nilai kandungan gizi malat, asetat, dan asam sitrat. Jamur
yang cukup tinggi adalah kacang juga mengandung berbagai jenis
merah dan jamur tiram putih. vitamin, antara lain B1 dan B2. Selain
Kacang merah (Phaseolus itu jamur tiram mengandung beberapa
vulgaris L.) merupakan bahan pangan jenis mineral, antara lain K, P, Ca, Na,
yang memiliki protein tinggi. Mg, dan Cu. Setiap 100 gram jamur
Kandungan protein, vitamin, mineral tiram segar, mengandung abu 1,14
dan serat yang tinggi serta asam lemak persen, 8,9 miligram (mg) kalsium,
jenuh dengan indeks glikemik yang 11,9 mg besi (Fe), 17,0 mg phospor
rendah sangat baik bagi kesehatan. (P), 0,15 mg vitamin B-1, 0,075 mg
Karena aplikasi yang terbatas vitamin B-2, dan 12,40 vitamin C.
dan pendeknya umur simpan yang (Maulana, 2012).
dimiliki kacang merah dalam bentuk Penambahan tepung tapioka
mentah, maka perlu dilakukan proses pada pembuatan bakso berfungsi untuk
lanjutan yaitu pembuatan tempe menambah volume (substitusi daging),
kacang merah. Tempe kacang merah sehingga meningkatkan daya ikat air
adalah bahan pangan fermentasi yang dan memperkecil penyusutan.
berbahan baku kacang merah. Tempe Terjadinya pembengkakan pada
mengandung vitamin B12 yang pembuatan bakso disebabkan oleh
biasanya terdapat dalam daging dan proses gelatinisasi dari tepung tapioka
juga merupakan sumber protein nabati yang mempunyai sifat mudah
menyerap air dan air diserap pada saat HCl 0.1 N, NaOH 0.1 N, dan indikator
temperatur meningkat. Jika pati phenolptalein (PP).
dipanaskan, air akan menembus
lapisan luar granula dan granula ini Alat
mulai menggelembung saat temperatur Alat yang digunakan pada
meningkat dari 60° C sampai 85° C pembuatan tempe kacang merah dan
(Basuki, dkk, 2001). Pembuatan bakso bakso nabati kering adalah food
diperlukan penambahan tapioka processor, sendok, panci, kompor,
sebagai bahan pengisi, jumlah tepung tunnel dryer, mangkuk, dan neraca
tapioka yang digunakan sebaiknya digital. Alat yang digunakan untuk
tidak lebih dari 15% dari berat bahan rancangan respon organoleptik, respon
(Wibowo, 2006) kimia dan respon fisika adalah pisin,
Pengeringan adalah proses sendok, cawan , eksikator, oven, labu
penghilangan sejumlah air yang erlenmeyer, kompor gas, kertas
terkandung dalam bahan pangan lakmus, kertas saring, corong, pipet
sampai pada kadar air yang volume, pipet tetes, labu kjedhal, labu
dikehendaki. Pengeringan dapat takar, batu didih, alat destilat, buret
meningkatkan umur simpan karena dan statif.
terjadi pengurangan kadar air bahan,
sehingga perkembangan Metode
mikroorganisme dan enzim yang Penelitian ini dilakukan dengan
menyebabkan kerusakan menjadi menggunakan Rancangan Acak
terhambat. Kelompok pola faktorial, 2, faktor
Berdasarkan hal yang telah dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama
dijelaskan, perlu dilakukan penelitian perbandingan tempe kacang merah
pembuatan bakso nabati kering dengan jamur tiram putih dan faktor
berbahan dasar tempe kacang merah kedua penambahan konsentrasi
dengan jamur tiram dan pengaruh tapioka. Data yang diperoleh diolah
penggunaan konsentrasi yang berbeda- dan dianalisis dengan statistik
beda terhadap karakteristik bakso menggunakan anava. Adapun beda
nabati kering. pengaruh antar perlakuan yang
METODOLOGI berbeda nyata dilakukan uji lanjut
Bahan Duncan. Uji organoleptik
Bahan baku yang digunakan menggunakan metode uji kesukaan.
pada penelitian ini adalah kacang Prosedur kerja terbagi menjadi
merah, kapang, tempe kacang merah, tiga tahap meliputi pembuatan tempe
jamur tiram putih, tepung tapioka, kacang merah meliputi perendaman,
garam, merica bubuk, es batu dan pencucian, pengupasan kulit air, size
polipowder. reduction, pengukusan, perebusan,
Bahan kimia yang digunakan penirisan, penambahan kapang, dan
adalah aquadest, H2SO4 0.3 N, CHCl3, fermentasi.
NaOH 0.3 N, alcohol, air panas, garam Pengukusan tempe kacang
kjedhal, H2SO4 (pekat), granula zinc, merah untuk menghilangkan off-flavor,
lama pengukusan 15 menit, 20 menit dan konsentrasi tapioka (T) tidak
dan 25 menit dengan suhu pengukusan berpengaruh nyata terhadap warna
adalah 950C. bakso nabati kering, sehingga tidak
Pembuatan bakso nabati dilakukan uji lanjut Duncan.
meliputi tempe kacang merah dengan 2. Rasa
jamur tiram putih digiling dengan Hasil analisis sumber variansi
bumbu-bumbu (merica bubuk 2%, (ANAVA), menunjukan F hitung
garam 2% dan polipowder 1%), dan pada perlakuan perbandingan
tepung tapioka, sehingga dihasilkan tempe kacang merah dengan jamur
adonan yang siap dicetak. Bulatan tiram putih (A) dan konsentrasi
bakso kemudian direbus, setelah tapioka (T) tidak berpengaruh
bulatan bakso mengapung diatas air nyata, sehingga tidak dilakukan uji
rebusan, kemudian di rebus kembali lanjut Duncan.
selama 10 menit, bakso diangkat, 3. Tekstur
ditiriskan dan dikeringkan dengan Hasil uji kesukaan terhadap
suhu 650C selama 48 jam. Variabel tekstur bakso nabati kering,
bebas yang digunakan : menunjukan bahwa perbandingan
1. Tempe kacang merah dengan tempe kacang merah dengan jamur
jamur tiram putih : 1:1, 1;5 dan tiram (A) dan konsentrasi tapioka (T)
5:1 berpengaruh nyata. Berikut adalah
2. Tepung tapioka : 10%, 15%, tabel lanjut uji Duncan pada faktor
dan 20%. perbandingan tempe kacang merah
Parameter yang diamati meliputi : dengan jamur tiram putih (A) pada
Kadar air, kadar serat kasar, kadar tabel 1.
protein (AOAC, 1995), daya serap air
(Dewi, 2008), uji penetrometer, uji Tabel 1. Perbandingan Tempe
organoleptik : warna, rasa, aroma, Kacang Merah dengan Jamur
tekstur, dan aftertaste. Tiram Putih
HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan Taraf
Hasil Uji Organoleptik Tempe Kacang Nilai Nyata
Tempe Kacang Merah Merah dengan Rata – 5%
Berdasarkan pada hasil analisis Jamur Tiram Rata
variansi (ANAVA) bahwa lama Putih (A)
pengukusan yang berbeda-beda tidak a3 (1:5) 2.68 a
berpengaruh terhadap penghilangan a2 (5:1) 3.29 ab
off-flavor pada tempe kacang merah. a1 (1:1) 3.41 b
Hasil Uji Organoleptik Keterangan : Huruf yang sama pada
Bakso Nabati Kering tabel menunjukan tidak berbeda nyata
1. Warna Berikut adalah tabel lanjut uji
Hasil analisis sumber variansi Duncan pada faktor konsentrasi
(ANAVA), menunjukan F hitung pada tapioka (T) pada tabel 2.
perlakuan perbandingan tempe kacang
merah dengan jamur tiram putih (A)
Tabel 2. Pengaruh Perbedaan memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu
Konsentrasi Tapioka Terhadap 3.51. Untuk menghasilkan bakso
Tekstur daging yang lezat dan bermutu tinggi
Nilai Taraf jumlah tepung tapioka yang digunakan
Konsentrasi
Rata – Nyata sebaiknya 15% dari berat daging.
Tapioka (T)
Rata 5% Idealnya, tepung tapioka yang
t3 (20%) 2.80 a ditambahkan sebanyak 10% dari berat
t2 (15%) 3.20 ab daging (Wibowo, 2009).
t1 (10%) 3.51 b Menurut penelitian yang telah
Keterangan : Huruf yang sama pada dilakukan oleh Nuraidah (2013) dalam
tabel menunjukan tidak berbeda nyata studi pembuatan daging tiruan kacang
Berdasarkan pada tabel 1 merah bahwa kelebihan menggunakan
menunjukan bahwa penggunaan tempe kacang-kacangan seperti kacang
kacang merah dengan jamur tiram merah, sebagai bahan baku pembuatan
saling berpengaruh terhadap tekstur daging tiruan adalah pengolahan
bakso nabati hal ini disebabkan jamur daging tiruan dilakukan dengan
tiram putih memiliki kadar serat yang perebusan untuk mendapatkan tekstur
tinggi dibandingkan dengan tempe serat yang menyerupai daging hewani.
kacang merah. Menurut Novita (2014) Menurut penelitian yang dilakukan
menyatakan bahwa semakin tinggi oleh Novita (2014) tekstur bakso
jamur tiram yang digunakan maka nabati dengan proporsi gluten dan
akan semakin rendah air yang diserap jamur tiram putih dengan proporsi
sehingga membuat tekstur permukaan gluten dan jamur tiram putih 50%:50%
adonan cukup berserat dan berongga. menghasilkan bagian permukaan halus
Penambahan jamur tiram lebih dan cukup rata sedangkan bakso nabati
sedikit dari pada tempe kacang merah dengan proporsi gluten dan jamur
akan menghasilkan adonan yang tiram putih 75%:25% menghasilkan
kompak dan mudah dibentuk. Menurut bagian permukaan halus dan tidak rata.
Widjaksono, (2013) bahwa stabilitas Semakin meningkat penambahan
emulsi adonan dipengaruhi oleh jamur tiram putih makan akan
kapasitas pengikatan air dan lemak meningkatkan tekstur bakso nabati
oleh protein. Stabilitas tercapai bila yang baik yaitu bagian permukaan
globula lemak yang terdispersi halus dan rata.
didalam emulsi diselubungi oleh Menurut penelitian yang dilakukan
emulsifier (protein). oleh Basuki, dkk (2001) dalam kajian
Pada tapioka, pembentukan gel penambahan tepung tapioka dan
atau pengikatan air dan minyak terjadi kuning telur pada pembuatan bakso
karena kandungan amilosa yang tinggi daging sapi menyatakan semakin
dan ukuran granula pati yang besar meningkat penambahan kuning telur
(Winarno, 2004). Berdasarkan pada dan tapioka yang digunakan, maka
tabel 2 menunjukan bahwa nilai tekstur bakso semakin menurun
penggunaan konsentrasi tapioka 10% (tekstur kenyal). Terbentuknya ikatan
antara molekul protein dapat
memperkokoh tekstur bakso yang Tabel 3. Pengaruh Penggunaan %
dihasilkan. Pada pemanasan granula Tapioka
tepung tapioka membengkak Taraf
Konsentrasi Nilai Rata
mengalami proses gelatinisasi, Nyata
Tapioka (T) – Rata
membentuk jaringan mikro kristal. 5%
4. Aroma t3 (20%) 13.54 a
Hasil analisis sumber variansi t2 (15%) 17.89 b
(ANAVA), menunjukan F hitung pada t1 (10%) 23.27 c
perlakuan perbandingan tempe kacang Keterangan : Huruf yang sama pada
merah dengan jamur tiram putih (A) tabel menunjukan tidak berbeda nyata
dan konsentrasi tapioka (T) tidak Analisis kadar air pada bakso
berpengaruh nyata, sehingga tidak nabati kering menunjukan bahwa
dilakukan uji lanjut Duncan. penggunaan konsentrasi tapioka yang
5. Aftertaste bervariasi mempengaruhi kadar air
Hasil analisis sumber variansi produk. Semakin banyak penggunaan
(ANAVA), menunjukan F hitung pada tepung tapioka yang ditambahkan
perlakuan perbandingan tempe kacang maka kadar air pada produk semakin
merah dengan jamur tiram putih (A) sedikit. Hal tersebut disebabkan karena
dan konsentrasi tapioka (T) tidak sifat dari tapioka yang mengandung
berpengaruh nyata, sehingga tidak dua fraksi yaitu terlarut (amilosa) dan
dilakukan uji lanjut Duncan. tidak terlarut (amilopektin).
Hasil Kimia Penggunaan tepung tapioka berfungsi
1. Kadar Air sebagai filler (bahan pengisi) dan
Parameter analisis kimia pada binder (bahan pengikat). Tapioka
bakso nabati kering diantaranya kadar mengandung karbohidrat 86,55%, zat
air. Pengukuran kadar air dilakukan patinya terdiri dari dua fraksi terlarut
pada bakso nabati kering yang amilosa dan fraksi tidak larut
dikeringkan dan dipanggang. amilopektin yang menyebabkan
Diketahui pada hasil perhitungan tapioka lekat saat dipanaskan (Usmiati,
analisis variansi (ANAVA) 2009, dan Winarno, 2002).
menunjukan bahwa penggunaan Tepung tapioka dibuat dari
tapioka berpengaruh nyata terhadap hasil penggilingan ubi kayu yang
kadar air bakso nabati kering. dibuang ampasnya. Ubi kayu
Perbedaan penggunaan konsentrasi tergolong polisakarida yang
tapioka terhadap kadar air bakso nabati mengandung pati dengan kandungan
kering yang memberikan pengaruh amilopektin yang tinggi tetapi lebih
nyata maka dilakukan uji lanjut rendah dari pada ketan yaitu
Duncan dengan hasil dapat dilihat amilopektin 83% dan amilosa 17%,
pada tabel 3. sedangkan buah-buahan termasuk
polisakarida yang mengandung
selulosa dan pektin (Winarno, 2004).
Syarat mutu bakso daging kering. Adapun hasil pengujian kadar
menurut SNI 01-3818-1995 adalah serat masing-masing perlakuan dapat
kadar air maksimal 70%, abu dilihat pada tabel 4.
maksimal 3%, protein minimal 9, Tabel 4. Pengaruh Perbandingan
lemak minimal 2%, sehingga bisa Tempe Kacang Merah dengan
dikatakan bakso mengandung nutrisi Jamur
yang cukup tinggi, dan merupakan Tempe
media yang baik bagi pertumbuhan Kacang
Nilai Taraf
mikroorganisme yang Merah
Rata – Nyata
mengkontaminasi bakso, dan dapat dengan
Rata 5%
menyebabkan kerusakan Jamur Tiram
mikrobiologis. Putih (A)
Menurut penelitian yang a2 (5:1) 10.19 a
dilakukan Novita (2014) dalam a1 (1:1) 13.82 b
proposi gluten dan jamur tiram putih a3 (1:5) 14.28 c
terhadap bakso nabati menyatakan Keterangan : Huruf yang sama pada
bakso nabati dengan proporsi jamur tabel menunjukan tidak berbeda nyata
tiram putih 75% membuat bakso Pada tabel menunjukan
nabati cukup kenyal karena kadar air penggunaan tempe kacang merah
yang diserap rendah. dengan jamur tiram putih (1:5)
Menurut penelitian yang memiliki nilai rata-rata tertinggi, hal
dilakukan Nuraidah (2013) pada studi tersebut disebabkan akibat jamur tiram
pembuatan daging tiruan dari kacang putih memiliki kadar serat yang lebih
merah menyatakan perbedaan tinggi dari pada tempe kacang merah.
konsentrasi tepung terigu dantepung Kandungan kadar serat yang dimiliki
kacang merah yang diberikan, dimana jamur tiram putih mencapai 7.4-24.6%
semakin banyak penambahan (Novita, 2014). Semakin banyak
konsentrasi tepung terigu maka penggunaan jamur tiram putih maka
semakin tinggi kadar air pada daging kandungan serat kasar nya akan
tiruan. Hal ini sesuai dengan pendapat semakin tinggi.
Hartati (2003), bahwa penurunan Terdapat dua macam serat
kadar air disebabkan oleh berdasarkan kelarutanya didalam air,
berkurangnya penggunaan tepung yaitu serat tidak larut dan serat larut.
terigu. Contoh serat tidak larut dalam air yaitu
2. Kadar Serat Kasar selulosa dan lignin, yang merupakan
Hasil perhitungan analisis bagian dari dinding sel pangan nabati
variansi (ANAVA) menunjukan dan banyak ditemukan pada bekatul,
bahwa perlakuan perbandingan tempe kacang-kacangan, kulit buah dan
kacang merah dengan jamur tiram sayuran. Contoh serat larut dalam air
putih berpengaruh terhadap kadar serat yaitu pectin dan gum, yang merupakan
kasar. Perbedaan konsentrasi tapioka bagian dalam dari sel pangan nabati
juga memberikan pengaruh nyata dan banyak terdapat pada buah dan
terhadap kadar serat kasar bakso nabati
sayur. Begitupun pada penggunaan konsentrasi tapioka 10% didapatkan
konsentrasi tapioka, memberikan kadar protein adalah 15.75%.
pengaruh nyata terhadap kadar serat Kadar protein pada bakso nabati
kasar bakso nabati kering sehingga kering mengalami peningkatan seiring
dilakukan uji lanjut Duncan dengan dengan penambahan tempe kacang
hasil dapat dilihat pada tabel 5. merah. Pada penelitian bakso nabati
Tabel 5. Pengaruh Penggunaan % dengan proporsi gluten dan jamur
Tapioka Terhadap Respon Kimia tiram didapatkan kadar protein bakso
Kadar nabati jamur tiram putih adalah
Serat Kasar Bakso Nabati 16.15% dan kadar protein daging
Kering tiruan berbahan baku kacang merah
Nilai Taraf 10.48% sehingga produk bakso nabati
Konsentrasi
Rata – Nyata kering dengan perbandingan tempe
Tapioka
Rata 5% kacang merah dengan jamur tiram
t3 (20%) 10.55 a memiliki kadar protein yang hampir
t2 (15%) 12.91 b sama dengan penelitian daging tiruan
t1 (10%) 14.82 c berbahan baku kacang merah dengan
proporsi gluten dan jamur tiram putih.
Berdasarkan tabel 5 diatas maka Namun protein nabati merupakan
dapat diketahui bahwa kadar serat protein yang tidak lengkap, yaitu
kasar bakso nabati kering dengan protein yang hanya mengandung
penggunaan tapioka dengan beberapa asam amino esensial,
konsentrasi 10% memiliki nilai tinggi sehingga untuk melengkapi kandungan
yaitu 14.82 . Kemudian dengan adanya asam amino esensial dilakukan dengan
penambahan jamur tiram putih, pada cara konsumsi beberapa jenis sumber
tabel 5 pun menyatakan penggunaan makanan nabati secara bersamaan.
tapioka dengan konsentrasi yang telah Protein hewani merupakan protein
ditetapkan memberikan pengaruh lengkap, yaitu protein yang
nyata terhadap kadar serat bakso mengandung semua jenis asam amino
nabati kering. Hal ini disebabkan esensial yang berjumlah sembilan buah
karena tapioka mengandung (Novita, 2014).
karbohidrat 86,55%, zat patinya terdiri Kemungkinan adanya pengurangan
dari dua fraksi terlarut amilosa dan protein pada pertumbuhan tempe
fraksi tidak larut amilopektin yang adalah selama proses perendaman dan
menyebabkan tapioka lekat saat perebusan kacang kedelai. Kemudian
dipanaskan (Usmiati, 2009, dan selama fermentasi, karena adanya
Winarno, 2002). sejumlah protein yang digunakan oleh
3. Kadar Protein kapang Rhizopus sebagai sumber
Berdasarkan hasil penelitian pada nitrogen untuk pertumbuhannya
bakso nabati kering sampel a3t1, (Suryana, dkk. 1993).
perbandingan tempe kacang merah
dengan jamur tiram putih (1:5) dengan
Hasil Fisika material. Penetrometer adalah alat
1. Daya Serap Air untuk mengukur sifat fisik produk.
Daya serap air adalah kemampuan Prinsip kerja dari penetrometer adalah
partikel bahan pangan untuk mengikat mengukur kedalaman tusukan dari
air. Berdasarkan hasil analisis, rata- jarum penetrometer per bobot beban
rata daya serap air bakso nabati kering tertentu dalam waktu tertentu
berkisar antara 127.21-251.72%. Pada (mm/detik/gram).
hasil perhitungan analisis variansi Berdasarkan hasil penelitian
(ANAVA) menunjukan bahwa tekstur sebelum rehidrasi pada sampel
perlakuan perbandingan tempe kacang a3t1 dengan perbandingan tempe
merah dengan jamur tiram putih dan kacang merah dengan jamur tiram
konsentrasi tapioka tidak berpengaruh (1:5) dan konsentrasi tapioka 10%
nyata. memiliki nilai rata – rata 0.59
Perbandingan tempe kacang merah mm/detik/100 gram pada tekstur
dengan jamur tiram putih dan tepung sebelum rehidrasi sedangkan tekstur
tapioka memiliki daya serap air yang setelah rehidrasi adalah 3.27
berbeda sehingga hal tersebut mm/detik/100 gram. Hal ini
mengakibatkan tidak adanya pengaruh disebabkan karena perbedaan
perlakuan perbandingan dan penggunaan jamur tiram putih pada
konsentrasi tapioka tersebut. Menurut bakso nabati kering. Maka semakin
Adeleke dan Odedeji (2010), jika tinggi penambahan jamur tiram putih
kedua jenis tepung memiliki daya maka tekstur akan semakin lembek
serap air yang berbeda maka jumlah begitupun dengan penggunaan tepung
air yang dibutuhkan dalam pembuatan tapioka, semakin tinggi penggunaan
adonan disamakan dengan kebutuhkan tepung tapioka maka semakin keras
air untuk tepung terigu tanpa pula bakso nabati kering.
perlakuan substitusi. Tentu saja hal ini PENUTUP
menyebabkan tidak optimalnya Kesimpulan
interaksi antar komponen dalam 1. Perbandingan tempe kacang merah
pembentukan adonan pada campuran dengan jamur tiram putih
tepung. berpengaruh terhadap tekstur
Kemampuan daya serap air bakso nabati kering
bakso nabati kering pun dipengaruhi 2. Penggunaan tepung tapioka dengan
oleh adanya penambahan tepung konsentrasi yang berbeda
tapioka pada pembuatan bakso. berpengaruh terhadap tekstur
Dimana pada tapioka terdapat dua bakso nabati kering
fraksi yaitu amilosa dan amilopektin. 3. Tidak ada interaksi antara
Dimana komponen amilosa berfungsi perbandingan tempe kacang merah
dalam daya serap air dan dengan jamur tiram putih dan
kesempurnaan proses gelatinisasi. konsentrasi tapioka terhadap
2. Uji Penetrometri karakteristik bakso nabati kering
Kekerasan (Hardness) adalah 4. Sampel terpilih pada pembuatan
salah satu sifat mekanik dari suatu bakso nabati kering adalah a3t1,
perbandingan tempe kacang merah Alternatif. Skripsi. Fakultas
dengan jamur tiram putih (1:5) dan Teknologi Perrtanian. Bogor
konsentrasi tapioka (10%).
Maulana, Erie. 2012. Panen Jamur
Saran Tiram Musim Panduan
Saran yang diperlukan pada Lengkap Bisnis dan Budaya
penelitian pembuatan bakso nabati Jamur Tiram. Lily Publisher.
kering, perbandingan tempe kacang Yogyakarta
merah dengan jamur tiram putih dan
konsentrasi tapioka adalah perlu Nuraidah. 2013. Studi Pembuatan
diadakan penelitian lebih lanjut Daging Tiruan Dari Kacang
mengenai suhu pengeringan pada Merah (Phaseolus vulgaris
bakso nabati sehingga didapat L.). Skripsi. Fakultas Pertanian.
karakteristik bakso nabati yang lebih Universitas Hasanudin.
baik. Makassar.

DAFTAR PUSTAKA Novita. 2014. Pengaruh Proporsi


Adeleke, R.O dan Odedeji, J.O. 2010. Gluten dan Jamur Tiram
Functional Properties of Putih terhadap Mutu
Wheat and Sweet Potato Organoleptik Bakso Nabati.
Flour Blends. Pakistan Journal Jurnal. Volume 3. No. 1, tahun
of Nutrition 9 (3) : 166-180. 2012 hal 111 – 119.
Universitas Negeri Surabaya.
AOAC. 1995. Official Methods Of Surabaya.
Analysis Of The Association
of Official Analytical Standar Nasional Indonesia No. 01-
Chemist. Association Of 3818. 1995. Bakso Daging.
Official Analytical Chemist, Dewan Standarisasi Indonesia.
Washington D. C. Jakarta.

Basuki, Erni Karti S., Latifah., dan Suprapti, L. 2003. Pembuatan


Wulandari, Ika Erni. 2001. Tempe. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Kajian Penambahan Tepung
Tapioka dan Kuning Telur Suryana, Purawisastra., Slamet, Dewi
Pada Pembuatan Bakso S., Soetrisno, Uken.S. 1993.
Daging Sapi. FTI UPN Perubahan Kandungan
“Veteran”. Jawa Timur Protein Dan Komposisi Asam
Amino Kedelai Pada Waktu
Dewi, S. K. 2008. Pembuatan Pembuatan Tempe dan Tahu.
Produk Nasi Instan berbasis Penelitian Gizi Makan 1993,
Fermented Cassava Flour 16 : 117-124)
sebagai Bahan Pangan
Usmiati, S. 2009. Bakso Sehat. Warta vulgaris L.). Institut Pertanian
Penelitian dan Pengembangan Bogor
Pertanian. Vol. 31. Bogor.
Winarno. F. G. 2002. Kimia Pangan
Wibowo, Singgih. 2006. Pembuatan dan Gizi. Jakarta : PT.
BAkso Ikan dan Bakso Gramedia Pustaka Utama.
Daging. Jakarta: Penebar
Swadaya. Winarno. F. G. 2004. Kimia Pangan
dan Gizi. Jakarta : PT.
Widjaksono, A.T., 2013. Pengaruh Gramedia Pustaka Utama.
ketebalan dan persen aerasi
kemasan terhadap sifat Valentine. 2010. Tempe.
fisikokimia tempe grits http://id.shvoong.com. Diakses 03
kacang merah (Phaseolus Maret 2016.

Você também pode gostar