Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh:
Penguji:
Alhamdulillaah, puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kepanitraan klinik ilmu
penyakit dalam RSUD H. Abdul Moeloek. Kepada dr. Juspeni Kartika, Sp. PD-
segala pengarahannya sehingga laporan ini dapat penulis susun dengan cukup
baik.
dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. Oleh karena itu, penulis meminta
maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini disebabkan karena masih terbatasnya
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis. Selain itu, kritik dan saran dari
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB II PENDAHULUAN.....................................................................................12
3.1 Definisi......................................................................................................13
3.2 Patofisiologi...............................................................................................14
3.3 Diagnosis...................................................................................................15
3.4 Penatalaksanaan.........................................................................................20
3.5 Prognosis....................................................................................................22
Daftar Pustaka........................................................................................................24
iii
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Bekri, Lampung Tengah
No RM : 54.93.55
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 04
Juni 2018.
Keluhan Utama
Badan Lemas
Keluhan Tambahan
Nyeri perut sebelah kiri, berat badan berkurang, demam hilang timbul 2 minggu
SMRS.
1
Keluhan lain berupa mual, mata berkunang, telinga mendenging, sakit
kepala, nafsu makan menurun, panas badan, berat badan menurun, berkeringat
malam, sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengeluh BAK bewarna kuning pekat
sudah lama dan semakin sering dalam 1 minggu terakhir. Pasien mengeluh
memiliki riwayat BAB berwarna hitam. Kemerahan pada kulit (+), perdarahan
spontan pada kulit, gusi, hidung ataupun telinga (-), nyeri tenggorokan (-).
Pasien mengatakan nyeri-nyeri pada tulang kaki dan bengkak sehingga pasien
sulit berjalan, tidak disertai nyeri pada pinggang dan nyeri tulang belakang.
Anamnesis Sistemik
Kulit : kuning
Kepala : dalam batas normal
Mata : sklera ikterik +/+, konjungtiva anemis +/+
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Tenggorokan : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
2
Dada (Jantung/Paru) : dalam batas normal
Abdomen (Lambung/Usus) : mual, muntah, nyeri perut, perut membesar.
Saluran kemih/Alat kelamin : BAK kuning pekat
Saraf/otot : otot lemah
Berat badan : turun
Riwayat Hidup
Tempat lahir : Rumah
Ditolong oleh : Dukun
Riwayat Imunisasi
- hepapitits (✓)
- BCG (✓)
- Campak (✓)
- DPT (✓)
- Polio (✓)
- Tetanus (✓)
Riwayat Makanan
Frekuensi/hari : 3x
Jumlah/hari : 3 piring sedang
Variasi/hari : bervariasi
Nafsu makan : menurun
Pendidikan
SLTA
Kesulitan
Tidak ada kesulitan keuangan, pekerjaan, keluarga, dan lain-lain
3
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
A. Status umum
a. Keadaan umum : Tampak sakit berat
b. Kesadaran : Composmentis, GCS : 15, E: 4, V: 5, M: 6
c. Kulit : Akral hangat, turgor cukup
B. Pemeriksaan fisik
1. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/60 mmHg
b. Pernafasan : 22 x/menit , reguler
c. Nadi : 97 x/menit , reguler, teraba kuat, isi cukup
d. Suhu : 37,3 0C axila
3. Leher
Kelenjar getah bening : Tidak terdapat pembesaran
Kelenjar tiroid : Dalam batas normal
JVP : Dalam batas normal
4. Dada (thorax)
Depan Belakang
4
Palpasi - Fremitus taktil Tidak dilakukan
teraba getaran suara pemeriksaan
dada kanan sama
dengan kiri.
- Ekspansi dinding
dada terasa pergerakan
dinding thorax kanan
dan kiri seimbang.
Perkusi Sonor (+/+) Tidak dilakukan
pemeriksaan
Auskultasi - vesikuler (+/+) Tidak dilakukan
- wh (-/-) pemeriksaan
- rh (-/-)
5. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pulsasi di ICS V midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan ICS IV linea parasternal dextra
Batas jantung kiri ICS V linea midclavicula sinistra
Batas pinggang jantung: ICS ll parasternal dextra
Auskultasi : BJ I dan II normal reguler, murmur (-), gallop (-)
6. Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-)
Palpasi :
: Nyeri perut (+) regio hipokondrium dextra, epigastrium,
hipokondrium sinistra, umbilikal sinistra, iliaca sinistra.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 15/05/2018
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,8 14,0 – 18,0 g/dL
5
Leukosit 281.000 4800 – 10.800 /μL
Eritrosit 3,1 4,7 – 6,1 juta/μL
Hematokrit 27 42 – 52 %
Trombosit 136.000 150.000 – 450.000 /μL
MCV 86 79 - 99 fL
MCH 34 27 – 31 Pg
MCHC 40 30 – 35 g/dL
Hitung Jenis
- basofil 0 0–1 %
- eosinofil 0 2–4 %
- batang 0 3–5 %
- segmen 50 50 – 70 %
- limfosit 44 25 – 40 %
- monosit 6 2–8 %
LED 30 0 – 10 mm/jam
Laboratorium 16/05/2018
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
KIMIA
Bilirubin total 9,4 0,3 – 1,2 mg/dL
Bilirubin direk 7,1 0,0 – 0,3 mg/dL
Bilirubin indirek 2,3 0,1 – 1,0
SGOT 106 < 31 U/L
SGPT 42 < 31 U/L
6
Laboratorium 04/06/2018 pukul 17:32
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 7,8 14,0 – 18,0 g/dL
Leukosit 298.000 4800 – 10.800 /μL
Eritrosit 2,0 4,7 – 6,1 juta/μL
Hematokrit 16 42 – 52 %
Trombosit 55.000 150.000 – 450.000 /μL
MCV 82 79 - 99 fL
MCH 40 27 – 31 Pg
MCHC 48 30 – 35 g/dL
Hitung Jenis
- basofil 0 0–1 %
- eosinofil 0 2–4 %
- batang 0 3–5 %
- segmen 61 50 – 70 %
- limfosit 31 25 – 40 %
- monosit 8 2–8 %
LED 85 0 – 10 mm/jam
7
Bilirubin direk 7,1 0,0-0,3 mg/dL
Bilirubin total 9,4 0,3-1,2 mg/dL
Bilirubin indirek 2,3 0,1-1,0 mg/dL
SGOT 93 < 31 U/L
SGPT 24 < 31 U/L
Ureum 33 13-43 mg/dL
Calsium 8,3 8,6-10,0 mg/dL
Chlorida 104 96-106 mmol/L
Gamma GT 59 < 38 U/L
Gula Darah Sewaktu 72 < 140 mg/dL
Alkaline Phosphatase 692 33-98 g/dL
8
Plasma Cell :0
Limfopoiesis : 429 (85,97%)
Limfoblast : 308 (71,79%)
Prolimfosit :0
Limfosit matur : 121 (28,20%)
Limfosit atipik :0
Eritropoiesis : tidak tampak
Pronormoblast : tidak tampak
N. Basofil : tidak tampak
N. Asidofil : tidak tampak
N. Polikromatofil : tidak tampak
Trombopoiesis
Megakariosit : ditemukan, ativitas (+)
Kesan:
- sumsum tulang tampak hiperseluler
- peningkatan aktivitas limfopoiesis
- tampak aktivitas eritropoiesis dan granulopoiesis tertekan
- ditemukan infiltrasi blast (limfoblast)
- Gambaran mengarah ke leukemia akut (ALL)
- DD: AML
Ringkasan
Os datang dengan keluhan perut terasa membesar nyeri di sebelah kiri, disertai
demam (+), lemas (+), mual (+), BAK kuning pekat (+), riwayat BAB hitam (+),
kulit kuning (+).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan: keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran
kompos mentis, TD 100/60 mmHg, N 97 x/m, RR 20 x/m, T 37,3 °C. Kulit
jaundice, sklera ikterik, konjungtiva anemis, nyeri tekan seluruh regio abdomen.
9
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia (+), leukositosis (+),
trombositopenia (+), LED memanjang (+), bilirubin meningkat (+).
Daftar Masalah:
1. Jaundice, demam, nyeri peru, lemas
2. Pemeriksaan fisik: sklera ikterik, konjungtiva anemis, kulit jaundice, purpura,
nyeri tekan abdomen, perbesaran pada lien.
3. Pemeriksaan penunjang: anemia, trombositopenia, bilirubin meningkat,
leukositosis.
Diagnosis Kerja
Akut Limfoblastik Leukemia (ALL) + anemia
Diagnosis Banding
Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL)
Rencana Pengelolaan
Rdx/:
Konsul supervisor
Cek darah setiap habis transfusi
o Trombosit
o HB
o Bilirubin
Leukoparesis
Rencana kemoterapi
RTh/:
Non Farmakologi
o Tirah baring
o Pasang jalur IV
o Hindari trauma/benturan
o Transfusi PRC, TC, FFP
Farmakologi
o Demam : PCT 500 mg
o Mual, muntah : Omeprazole, sucralfat syr
o Perdarahan : Asam traneksamat, vit K
o Induksi Remisi pada pasien dewasa :
- Vinkristin 1,5 mg/m2 IV hari 1 (maksimal 2 minggu)
- Daunorubisin 30 mg/m2 IV hari 1,2,14.21,48
10
- Prednison 40 mg/m2 PO hari 1-28, tappering off 2 minggu
- L-asparaginase 10.000 U/m2 diberikan jika mendekati remisi
komplit selama 4 hari sebelum radiasi kranial.
- Aspirasi sumsum tulang dilakukan minggu ke 5 jika trombosit
> 100.000/mm3
Prognosis
Qua ad vitam : dubia ad malam
Qua ad sanationam : dubia ad malam
Qua ad fungsionam : dubia ad malam
11
BAB II
PENDAHULUAN
Leukemia dapat dibagi menjadi 2 yaitu, leukemia akut dan Kronis, yang
masing-masing lebih lanjut dibagi menjadi limfoid atau mieloid. Kelainan
mieloproliferatif, sekelompok keadaan yang ditandai dengan proliferasi
abnormal satu atau leih sel-sel hemopoetik dalam sumsum tulang dan pada
banyak kasus juga di hepar, limpa. Sel-sel hemopoetik yaitu, eritroid,
granulosit dan monosit, serta Megakariosit. Sedangkan Kelainan
Limfoproliferatif, sekelompok keadaan yang ditandai oleh proliferasi
abnormal sistem limforetikuler (limfosit, plasmosit, histiosit). 1
Leukemia akut didefinisikan sebagai adanya leih dari 30% sel blas dalam
sumsum tulang pada saat manifestasi klinis. Leukemia akut selanjutnya
dibagi menjadi leukemia mieloid akut (AML) dan Leukemia Limfoblastik
akut (ALL) berdasarkan apakah sel blasnya terbukti sebagai mieloblas atau
limfoblas. 1,2
12
Leukemia Limfositik Akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak usia di
bawah 14 tahun, ditandai dengan berkembangnya sel darah putih yang tidak
normal sehingga menyebabkan pucat, pusing, pembesaran kelenjar getah
bening, demam, nyeri, dan perdarahan sebagai manifestasi klinis. LLA
merupakan salah satu masalah penting pada kanker anak.Sebagai strategi
untuk meningkatkan manajemen masalah kanker anak, khususnya LLA,
diperlukan gambaran epidemiologi dan hasil pengobatan pasien.
Berdasarkan hasil penelitian di RS Kanker Dharmais (2000-2008), LLA
banyak ditemukan pada anak laki-laki dengan usia 1-5 tahun. LLA L1
dengan risiko biasa adalah jenis LLA terbanyak.Dari penelitian, 44,9%
pasien meninggal dan 27,5 % hidup.
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Leukemia merupakan keganasan hematologik yang terjadi akibat
proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest)
pada berbagai tingkatan sel induk hemopoetik sehingga terjadi ekspansi
progresif dari kelompok (clone) sel ganas tersebut dalam sumsum tulang,
yang kemudian beredar secara sistemik. Leukemia akut merupakan
leukemia dengan perjalanan klinis yang cepat dan dibagi atas leukemia
limfoblastik akut (LLA) dan leukemia mieloblastik akut (LMA).1
Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan klonal dari sel-sel
prekursor limfoid. Lebih dari 80% kasus, sel-sel ganas berasal dari limfosit
B dan sisanya berasal dari sel T. Sementara itu, leukemia mieloblastik akut
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan transformasi neoplastik dan
gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri myeloid. Leukemia ditanda
dengan kelainan mieloproliferatif yang ditandai dengan peningkatan
proliferasi sel granulositik, dengan prevalens 20% dari kejadian leukemia.16
Leukemia akut merupakan keganasan yang paling sering ditemukan
pada anak, yaitu mencapai 30-40% dari seluruh keganasan dan merupakan
97% dari semua leukemia pada anak. Insidens rata-rata leukemia akut yaitu
4-4,5 kasus/tahun/100.000 anak dibawah usia 15 tahun dan lebih banyak
ditemukan pada anak kulit putih dibandingkan anak kulit hitam.8
Di negara berkembang, leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan
82% dari seluruh kasus leukemia akut pada anak dengan insidensi tertinggi
pada usia 3-5 tahun dan lebih banyak ditemukan pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Sementara itu, leukemia mieloblastik akut (LMA)
lebih sering ditemukan pada dewasa dan berjumlah 18% dari seluruh kasus
leukemia akut pada anak dengan insidensi yang tetap dari lahir hingga usia
10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja. Pada leukemia akut, rasio
laki-laki dan perempuan adalah 1,15 untuk LLA dan mendekati 1 untuk
LMA.
14
Klasifikasi Morfologi
Berdasarkan morfologi sel dan pengecatan sitokimia, gabungan ahli
hematologi Amerika, Perancis dan Inggris pada tahun 1976 menetapkan
klasifikasi LMA yang terdiri dari 8 subtipe. Klasifikasi ini dikenal dengan
nama klasifikasi FAB (France, American and British) dan sampai saat ini
masih menjadi diagnosis dasar LMA. Klasifikasi morfologik menurut FAB
adalah seperti berikut :
M-0 Leukemia mielositik akut dengan diferensiasi minimal
M-1 Leukemia mielositik akut tanpa maturasi
M-2 Leukemia mielositik akut dengan maturasi
M-3 Leukemia promielositik hipergranuler
M-4 Leukemia mielomonositik akut
M-5 Leukemia monositik akut
M-6 Leukemia eritroblastik (eritroleukemia)
M-7 Leukemia megakariositik akut
Sementara itu, untuk LLA, penelitian yang dilakukan pada leukemia
limfoblastik akut menunjukkan bahwa sebagian besar LLA mempunyai
homogenitas pada fenotip permukaan sel blas dari setiap pasien. Hal ini
memberi dugaan bahwa populasi sel leukemia itu berasal dari sel tunggal.
Oleh karena homogenitas itu maka dibuat klasifikasi LLA secara morfologik
untuk lebih memudahkan pemakaiannya dalam klinik, klasifikasi LLA
menurut FAB adalah sebagai berikut:
L-1 Terdiri dari sel-sel limfoblas kecil serupa, dengan kromatin
homogeni, anak inti umumnya tidak tampak dan sitoplasma sempit
L-2 Pada jenis ini sel limfoblas lebih besar tetapi ukurannya bervariasi,
kromatin lebih kasar dengan satu atau lebih anak inti
L-3 Terdiri dari sel limfoblas besar, homogeni dengan kromatin
berbercak, banyak ditemukan anak inti serta sitoplasma yang basofilik dan
bervakuolisasi
15
Gambar 1. Klasifikasi LLA secara morfologik menurut FAB (French,
American, British). Kiri atas gambaran morfologi L1. Kanan atas gambaran
morfologi L2. Bawah gambaran morfologi L3.3
16
3.3 Patofisiologi
Sel-sel ganas leukemia lymphoblastic akut (ALL) adalah prekursor
sel-sel limfoid (yaitu, limphoblas) yang ditahan di tahap awal
pengembangan. Penahanan ini disebabkan oleh abnormal ekspresi gen,
seringkali sebagai akibat dari translokasi kromosom. Limphoblas
menggantikan elemen sumsum normal, mengakibatkan penurunan tajam
dalam produksi sel darah normal Akibatnya, anaemia, trombositopenia, dan
neutropenia terjadi pada derajat yang bervariasi. Limphoblas juga bisa
berproliferasi di organ lain dari sumsum, khususnya hati, limpa, dan
kelenjar getah bening.
17
Leukemia Limfoblastik Akut terjadi dikarenakan oleh adanya
perubahan abnormal pada progenitor sel limfosit B dan T. Pada LLA,
kebanyakan kasus disebabkan oleh adanya abnormalitas dari sel limfosit B.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya LLA seperti faktor genetika,
imunologi, lingkungan, dan obat-obatan. LLA terjadi karena pada sel
progenitornya mengalami abnormalitas.
1. Anemia
18
Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel
darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang,
akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan
kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan
3. Terserang Infeksi
Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama
melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih
yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak
berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi
virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan
adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow)
mendesak padat oleh sel darah putih.
5. Nyeri Perut.
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana
sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang
menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah
nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita
leukemia.
19
lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini
dan menyebabkan pembengkakan.
3.3 Diagnosis
Diagnosis LLA ditegakkan melakukan anamnesis yang terarah dan
pemeriksaan lab. Pada pemeriksaan lab, hasil yang didapatkan adalah:
20
3) Sitokimia : Pada LLA, pewarnaan Sudan black dan mieloperoksidase
akan memberikan hasil yang negatif. Mieloperoksidase adalah enzim
sitoplasmik yang ditemukan pada granula primer dari prekusor
granulositik, yang dapat dideteksi pada sel blas LMA. Sitokemia juga
berguna untuk membedakan precusor B dan B-ALL dari T-ALL.
Pewarnaan fosfatase asam akan positif pada limfosit T yang ganas,
sedangkan sel B dapat memberikan hasil yang positif pada pewarnaan
periodic acis Schiff (PAS). TdT yang diekspresikan oleh limfoblas
dapat dideteksi dengan pewarnaan imunoperoksidase atau flow
cytometry.
21
Penyakit ini disebabkan oleh akumulasi limfoblas
1) Klasifikasi immunologi:
Pra-B
i. µ+intrasitoplasma
22
- L2 : sel blas berukuran besar heterogen dengan nukleoli yang jelas dan
ALL adalah bentuk leukemia yang paling lazim dijumpai pada anak. Insiden
tertinggi terdapat pada usia 3-7tahun, dan menurun pada usia 10 tahun. Tipe
prekusor B yang lazim dijumpai (CD10+), paling sering ditemukan pada
anak dan mempunyai insidensi yang sama untuk kedua jenis kelamin.
Terdapat predominasi pria yang menderita ALL-T. Frekuensi kejadian ALL
lebih rendah setelah usia 10 tahun dengan peningkatan sekunder usia 40
tahun.11,13
Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada penyakit LLA terjadi akibat hal-hal berikut :
23
b. Leukopenia, dengan gambaran klinis : demam, malaise, gambaran
infeksi mulut, tenggorok, kulit, pernapasan, perianal atau infeksi
lain
b. Limfadenopati superfisial
c. Splenomegali sedang
d. Hepatomegali
24
terutama karena anemia; demam yang mencerminkan infeksi akibat
tidak adanya leukosit matang; dan perdarahan (ptekie, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi) akibat trombositopenia.
3. Nyeri tekan dan nyeri pada tulang. Hal ini terjadi akibat ekspansi
sumsum tulang disertai infiltrasi subperiosteum. Gejala ini lebih sering
ditemuka pada LLA dibandingkan LMA.
4. Limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali. Ketiganya
mencerminkan penyebaran sel leukemia; keadaan tersebut terjadi pada
semua leukemia akut, tetapi lebih mencolok pada LLA. Pada LLA,
limfadenopati biasanya nyata dan splenomegali dijumpai pada lebih
kurang 66% kasus namun hepatomegali jarang ditemukan. Sementara
pada LMA, hepatoslenomegali sering ditemukan dan limfadenopati
mungkin ada. Hipertrofi gingival atau pembengkakan kelenjar parotis
terkadang ditemukan pada LMA.
5. Manifestasi susunan saraf pusat. Keadaan tersebut mencakup nyeri
kepala, muntah dan kelumpuhan saraf akibat penyebarab ke meningen.
Kondisi ini lebih sering ditemukan pada LLA daripada LMA.
6. Keadaan hiperkatabolik. Keadaan ini ditandai dengan kaheksia,
keringat malam dan hiperurisemia.
3.4 Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan adalah dengan kemoterapi di mana terdapat
penggunaan bermacam-macam gabungan obat antaranya dari golongan
sitostatik dan kortikosteroid. Pemberiaan obat-obatan ini umummnya
mempunyai protokol yang telah ditetapkan oleh ahli-ahli hematologi,
onkologi dan pediatrik. Berikut adalah pembagiaan terapi.
25
vincristine, prednisone, anthracycline, cyclophosphamide dan L-
asparaginase.
26
yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan berikatan
dengan sel leukemia sehingga memungkinkan sel kekebalan tubuh
membunuh sel leukemia tersebut. Untuk beberapa pasien dengan
leukemia mieloid kronik, terapi biologi yang dapat digunakan adalah
interferon.1-3,5-11
Kromosom Philadelphia
Hiperleukositosis
27
Kebanyakan pasien dengan leukemia akut dapat disembuhkan.
Sedangkan leukemia kronik lebih sulit disembuhkan. Selain terapi
untuk mengatasi leukemianya, mungkin juga dibutuhkan terapi untuk
mengurangi nyeri dan gejala lainnya, yang disebut terapi paliatif.5
2. Terapi Intratekal
HC ( hidrokortison )
Ara-C ( sitarabin )
4. Penambahan ( Reinforcement )
3.5 Prognosis
Sebelum adanya pengobatan untuk leukemia, penderita akan meninggal
dalam waktu 4 bulan setelah penyakit terdiagnosis. Lebih dari 90%
penyakitnya bisa dikendalikan setelah menjalani kemoterapi awal. Banyak
penderita yang mengalmi kekambuhan, tetapi 50% anak-anak tidak
28
memperlihatkan tanda-tanda leukemia dalam 5 tahun setelah pengobatan.
Anak berusia 3-7 tahun memiliki prognosis paling baik. Pada pasien anak-
anak maupun dewasa yang jumlah sel darah putih awalnya kurang dari
25.000 sel/mikro L darah cenderung memilik prognosis yang lebih baik
daripada penderita yang memiliki jumlah sel darah putih lebih banyak.10
29
DAFTAR PUSTAKA
6. Panji IF, Leukemia Limfoblastik Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
jilid 2, edisi 5. Jakarta : ECG, 2009. Hal.1266 – 1275.
30
10. Karen S, Clarence SA, Francisco T, Ronald AS, Emmanual CB, Acute
Myelogenous Leukemia, 2011.
31