Você está na página 1de 8

PENGGUNAAN DEKOK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) UNTUK TEAT DIPPING

KAMBING PERAH TERHADAP TOTAL MIKROBA DAN SEL SOMATIK SUSU


(THE USE OF RED BETEL LEAF (Piper crocatum) EXTRACT FOR DAIRY GOAT’S TEAT DIPPING ON
MILK’S TOTAL MICROBIAL AND SOMATIC CELL COUNT)

Eri Budi Pamungkas, Triana Yuni Astuti dan Muhamad Samsi


Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purokerto.
eripamungkas95@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dekok daun sirih merah (Piper
crocatum) untuk teat dipping kambing perah terhadap total mikroba dan sel somatik susu. Materi
penelitin adalah 24 ekor kambing perah, dekok daun sirih merah dan seperangkat alat untuk
perhitungan total mikroba dan sel somatik susu. Penelitian ini dilakukan dengan metode
eksperimen dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan terdiri dari 4 perlakuan
dan 6 ulangan kemudian dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur. Perlakuan yang diberikan adalah
P0 = teat dipping tanpa dekok daun sirih merah (sebagai kontrol); P1 = dekok daun sirih merah
10%; P2 = dekok daun sirih merah 20%; P3 = dekok daun sirih merah 30%. Hasil analisis variansi
menunjukkan bahwa penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat dipping
kambing perah tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap total mikroba, namun berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap total sel somatik. Uji lanjut beda nyata jujur terhadap total sel somatik
menunjukkan bahwa P0 berbeda nyata dengan P1, P2 dan P3. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat dipping kambing perah sampai
dengan konsentrasi 30% belum memberikan pengaruh terhadap total mikroba susu. Penggunaan
dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat dipping kambing perah sampai dengan
konsentrasi 30% memberikan pengaruh nyata terhadap total sel somatik susu. Penggunaan dekok
daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat dipping kambing perah dengan konsentrasi 30%
menghasilkan total sel somatik yang paling baik, karena mampu menurunkan sebanyak 35,84%.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar tercapai persentase konsentrasi yang
paling baik untuk dapat menurunkan total mikroba dan sel somatik susu kambing perah.

Kata kunci : Teat Dipping, Mikroba, Sel Somatik

ABSTRACT
This study was aimed to determine the effect of the use of red betel leaf (Piper crocatum) extract
to dairy goat’s teat dipping on milk’s total microbial and somatic cells count. The materials in this
experiment were 24 dairy goats, extract of red betel leaf and devices to measure the total
microbial and somatic cell count of the milk. The reasearch using experimental method with a
Completely Randomized Design with 4 treatments and 6 repeating for each treatment and
continued with honestly significant difference test. The treatments consisted of P 0 = teat dipping
without of red betel leaf extract (as control); P1 = teat dipping with 10% of red betel leaf extract; P2
= teat dipping with 20% of red betel leaf extract; P3 = teat dipping with 30% of red betel leaf
extract. The results of variance analysis showed the use of red betel leaf (Piper crocatum) extract
for dairy goats teat dipping had no significant (P>0,05) on total microbials, but had a significant
(P<0,05) on somatic cell count. The honestly significant difference test showed that P 0 significant
with P1, P2 and P3. The conclusion of the research is that the use of red betel leaf (Piper crocatum)
extract to dairy goats teat dipping to concentration of 30% has not giving effect to milks total
microbial. The use of red betel leaf (Piper crocatum) extract to dairy goats teat dipping to
concentration of 30% give a real effect to milks somatik cell count. The use of red betel leaf (Piper
crocatum) extract to diry goats teat dipping to a concentration of 30% yield the best somatic cell
count, because it can decreasing as much 35,84%. Therefore, further research is needed to
achieve the best percentage of concentration to decrease the amountoof total microbial and
somatic cell count in dairy goat milk.

Keywords : Teat Dipping, Microbial, Somatic Cell Count

PENDAHULUAN
Kualitas susu kambing yang dihasilkan dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan ternak
dan penanganan yang baik pada saat setelah pemerahan pemerahan yang benar sebaiknya tidak
pada lingkungan yang kotor, hal tersebut akan mengkontaminasi baik susu yang dihasilkan
maupun pada puting ternaknya. Lubang pada puting ternak setelah selesai pemerahan tidak akan
cepat kembali menutup, oleh sebab itu biasanya akan terjadi mastitis kaerena adanya bakteri yang
masuk ke dalam ambing.
Penyebab yang paling sering dijumpai pada kejadian mastitis karena infeksi bakteri. Bakteri
yang paling banyak pada kasus mastitis klinis maupun sub klinis adalah bakteri Staphylococcus sp.
Menurut Suwito dan Indrajulianto (2013), menyatakan bahwa mastitis pada ternak kambing perah
disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri tersebut menghasilkan faktor virulensi
yang bersifat super antigen dan berperan dalam patogenesis. Menurut Suwito et. al (2013), bahwa
mastitis subklinis ditandai dengan peningkatan jumlah sel somatik (JSS) didalam susu dengan
tanpa pembengkakan pada ambing, jika diuji CMT maka susu akan terjadi koagulasi. Semakin
tinggi skor CMT maka semakin tinggi jumlah sel somatik dan jumlah bakteri di dalam susu ikut
meningkat (Adriani, 2010).
Pencegahan yang dilakukan untuk meminimalisir terjadinya mastitis ialah dengan
melakukan pencelupan puting kedalam bahan antiseptik atau teat dipping pasca pemerahan. Teat
dipping sangat penting dilakukan pasca pemerahan agar bakteri tidak masuk kedalam puting
kambing perah. Menurut Sudono (1990), bahwa selesai pemerahan puting kambing segera
dicelupkan pada larutan antiseptik (dipping) untuk mencegah masuknya bakteri penyebab mastits.
Penggunaan tanaman herbal merupakan salah satu alternatif untuk mencegah masuknya
bakteri penyebab mastitis dan menggantikan antiseptik berbahan kimia. Daun sirih merah (Piper
crocatum) merupakan salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai antiseptik ketika
melakukan teat dipping. Kandungan dalam daun sirih merah salah satunya yaitu minyak atsiri yang
dapat digunakan sebagai antibakteri. Menurut Kanifah., dkk (2015) bahwa sirih merah diketahui
mengandung fitokimia yakni saponin, flavonoid, alkoloid, dan minyak atsiri, yaitu senyawa yang
mempunyai khasiat antiseptik. Menurut Juliantina et al., (2009) menyatakan bahwa sirih merah
mengandung flavonoid, alcaloids, polyphenolates, tannins, dan minyak aster yang memiliki
kemampuan antibakteri untuk bakteri gram positif dan gram negatif. Penggunaan dekok daun sirih
merah (Piper crocatum) sebagai teat dipping pada kambing perah diharapkan mampu mencegah
bakteri penyebab mastitis masuk kedalam puting pasca pemerahan dapat dilihat pada total
mikroba dan sel somatik dalam susu. Berdasarkan SNI 3141.1: 2011 bahwa cemaran mikroba di
dalam susu segar maksimum 1×106 cfu/ml dan jumlah sel somatik di dalam susu segar maksimum
4×105 cfu/ml (BSN, 2011). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai teat
dipping pada kambing perah dengan menggunakan dekok daun sirih merah (Piper crocatum)
untuk melihat total mikroba dan sel somatik susu pada kambing perah.

METODE
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing perah Peranakan Ettawa
sebanyak 24 ekor susu kambing sebanyak 4,8 liter, daun sirih merah 3.600 g, aquades 7,5 liter, air
3 liter, es batu 500 g, media PCA 26,25 g, alkohol 70% 1 liter, spirtus 1 liter dan pewarna loefler
methylen blue 100 ml, inkubator 2 buah, seperangkat alat perhitungan total mikroba dan sel
somatik.
Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode experimental dengan
menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dengan ulangan sebanyak 6 kali.
Perlakuan terdiri dari P0 = teat dipping tanpa dekok daun sirih merah (kontrol), P1 = teat dipping
dengan perlakuan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) 10%, P2 = teat dipping dengan
perlakuan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) 20%, P3 = teat dipping dengan perlakuan
dekok daun sirih merah (Piper crocatum) 30%. Peubah yang akan diukur adalah total mikroba dan
sel somatik pada susu yang diperah dari puting kambing. Data di analisis menggunakan analisis
variansi dan ui lanut menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
Penelitian dilakukan dengan pembuatan dekok daun sirih merah menurut Kurniawan., dkk
(2013). Tahap pelaksanaan meliputi perlakuan teat dipping pasca pemerahan selama 5 detik.
Setiap perlakuan dilakukan selama 3 hari. Pengambilan susu dilakukan pada hari ke 4 sebanyak
200 ml per ekor. Susu yang diperoleh hasil dari setiap perlakuan, kemudian dilakukan uji untuk
menghitung total mikroba menurut Fardiaz (1993) yaitu sterilisasi alat, pembuatan media PCA,
pengenceran susu dan inokulasi 2 x 24 jam, setelah inokulasi kemudian total mikroba dihitung
menggunakan colony counter. Total sel somatik di uji menurut SNI 01-2782 (1998) yaitu
pembuatan preparat, pengamatan secara mikroskopis dengan pembesaran 100x dan
menggunakan minyak imersi untuk melihat lebih jelas saat perhitungan total sel somatik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Total Mikroba Susu
Penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat dipping kambing perah
menghasilkan rata-rata total mikroba susu yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Total dan Rataan Total Mikroba Susu Kambing
Perlakuan Total (cfu/ml) Rataan (cfu/ml)
P0 1,8 x 10 7 3,0 x 106
P1 1,5 x 106 2,6 x105
P2 8,2 x 10 6 1,3 x 106
P3 6,9 x 105 1,1 x 105
Total rataan 7,1 x 106 1,1 x 106
Keterangan : P0 = teat dipping menggunakan air (kontrol), P1 = teat dipping menggunakan dekok
daun sirih merah (Piper crocatum) konsentrasi 10%, P2 = teat dipping menggunakan
dekok daun sirih merah (Piper crocatum) konsentrasi 20%, P3 = teat dipping
menggunakan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) konsentrasi 30%

Tabel 1 menunjukkan hasil rataan total mikroba pada susu kambing perah dengan
perlakuan P0 sebagai kontrol tanpa menggunakan dekok daun sirih merah adalah 3,0 x 106 cfu/ml,
perlakuan P1 menggunakan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) 10% rata-rata yang diperoleh
sebesar 2,6 x 105 cfu/ml, P2 (20%) sebesar 1,3 x 106 cfu/ml, P3 (30%) sebesar 1,1 x 105 cfu/ml.
Rataan total mikroba yang diperoleh sebesar 1,1 x 106. Hasil tersebut masih di atas dari cemaran
mikroba di dalam susu segar berdasarkan SNI 3141.1: 2011 maksimum 1×10 6 cfu/ml (BSN, 2011),
sehingga susu tersebut tidak layak untuk dikonsumsi karena melebihi angka 1×10 6 cfu/ml.
Tingginya angka total mikroba dikarenakan sanitasi lingkungan yang kurang bersih. Kontaminasi
dan masuknya mikroba kedalam puting melalui streak canal disebabkan oleh sanitasi yang kurang
bersih pada lingkungan sekitar. Hal ini sesuai pendapat Cahyono, dkk., (2013) bahwa Pencemaran
mikroba kedalam susu terjadi disebabkan oleh kurang bersihnya keadaan lingkungan sekitar
kandang. Lukman et al., (2009) dalam Aryana (2011) menambahkan Jumlah mikroorganisme
dalam susu akibat kontaminasi melalui udara sekitar 100-1.500 koloni/ml, melalui kontaminasi
ambing dan sekitarnya ditemukan 300-4.000 koloni/ml, dan melalui sanitasi yang buruk
pertambahan mikroorganisme mencapai 500-15.000 koloni/ml.
Standar kualitas susu segar untuk kambing di Indonesia belum ada sampai saat ini,
sehingga untuk susu kambing menggunakan standar kualitas susu segar untuk sapi. Total mikroba
merupakan banyaknya mikroba di dalam susu segar tiap ml susu. Menurut Suwito (2010) total
mikroba yang melebihi 1 x 106 cfu/ml dalam susu menyebabkan mikroba cepat berkembang dan
susu menjadi lebih cepat berkembang dan susu menjadi lebih cepat rusak.
Hasil analisis variansi penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat
dipping kambing perah tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap total mikroba susu. Hal
tersebut karena konsentrasi yang digunakan dalam perlakuan dekok daun sirih merah (Piper
crocatum) untuk teat dipping kambing perah sampai konsentrasi 30% belum optimal sehingga
senyawa antibakteri pada daun sirih merah (Piper crocatum) belum mampu untuk menurunkan
total mikroba susu. Pembuatan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) sudah mengikuti standar
operasional prosedur yang ada, namun belum optimalnya senyawa antibakteri diduga untuk
pembuatan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) tidak merebus dalam suhu tinggi mencapai
100°C dan waktu yang lama, dikarenakan perebusan dengan suhu tinggi menyebabkan penguapan
pada pelarut dan ada senyawa antibakteri yang terkandung dalam daun sirih merah seperti
minyak atsiri dan fenol tidak kuat panas, sehingga senyawa tersebut akan berkurang bahkan
hilang. Nisa, dkk., (2014) menyatakan bahwa konsentrasi yang hilang dikarenakan saat merebus
dalam waktu yang lama menyebabkan banyak pelarut yang menguap bahkan hilang dan
kandungan yang terdapat dalam minyak atsiri dapat berkurang dimana ada kandungan minyak
atsiri yang tidak tahan panas jika terlalu lama. Julianta, dkk., (2009) menambahkan bahwa pada
perlakuan dekok yang memiliki kadar zat aktif yang berbeda, serta jumlah mikroorganisme yang
juga mungkin berbeda pada ternak tiap kali perlakuan. Dekok daun sirih merah untuk teat dipping
kambing perah diharapkan mampu untuk menurunkan total mikroba susu, karena di dalamnya
memiliki senyawa antibakteri fenol yang mampu menghambat masuk dan merusak ikatan protein
penyusun dinding sel bakteri seperti Staphylococcus aureus, hal ini akan menyebabkan lisis dan
matinya sel bakteri. Namun, kandungan senyawa pada daun sirih merah yang belum optimal
diduga karena perebusan dengan suhu tinggi mengakibatkan senyawa antibakteri belum bekerja
secara optimal untuk mebunuh sel bakteri, sehingga baru mampu untuk menghambat
pertumbuhan sel bakteri. Cahyono (2013) menyatakan bahwa senyawa antibakteri yang terdapat
di dalam ekstrak daun sirih merah ada yang memiliki sifat bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan bakteri) dan bakterisidal (membunuh bakteri).
Pemerahan kambing yang dilakukan di Tasripin Farm menerapkan sistem pemerahan
tradisonal yaitu dengan menggunakan tangan. Sebelum pemerahan dilaksanakan, pemerah tidak
mencuci tangan dan ambing kambing tidak dibersihkan terlebih dahulu, sehingga diduga
menimbulkan cemaran mikroba dalam susu. Peralatan untuk menampung susu saat pemerahan
mengunakan botol bekas air mineral. Botol tersebut setelah digunakan memang dicuci dengan
sabun, namun tidak sampai bersih. Berdasarkan hal tersebut, meningkatnya total mikroorganisme
dalam susu diduga akibat pemerah yang tidak mencuci tangan, ambing tidak dibersihkan dan
peralatan yang kurang bersih. Hal ini sesusai dengan pendapat Aryana (2011) bahwa peningkatan
total mikroorganisme dalam susu dapat dipengaruhi oleh peralatan yang tidak dibersihkan terlebih
dahulu sebelum digunakan, pemerah yang tidak mencuci tangan, ambing yang tidak dibersihkan
atau dicuci sebelum diperah. Zain (2013) menambahkan bahwa tingginya total mikroba pada susu
segar yang diperoleh kemungkinan disebabkan oleh adanya kontaminasi yang bersumber dari
udara, tubuh pemerah dan sanitasi peralatan pemerah yang masih sangat minim.
Total Sel Somatik Susu
Penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat dipping kambing perah
menghasilkan rataan total sel somatik susu yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Hasil rataan total sel somatik pada susu kambing perah dengan perlakuan P 0 sebagai kontrol tanpa
menggunakan dekok daun sirih merah adalah 1,1 x 106 sel/ml, sedangkan perlakuan P1
menggunakan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) 10% rataan yang diperoleh sebesar 9,4 x
105 cfu/ml, P2 (20%) sebesar 7,5 x 105 sel/ml, P3 (30%) sebesar 7,0 x 105 cfu/ml. Berdasarkan hasil
analisis variansi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan teat dipping kambing perah
menggunakan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) sampai konsentrasi 30% menunjukkan
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total sel somatik susu kambing. Hal tersebut karena dalam
kandungan daun sirih merah terkandung senyawa flavonoid, polyphenol dan fenol yang mampu
menurunkan total sel somatik susu.
Tabel 2. Total dan Rataan Jumlah Sel Somatik Susu Kambing
Perlakuan Total(sel/ml) Rataan (sel/ml)
P0 6,6 x 10 6 1,1 x 106
P1 5,6 x 106 9,4 x 105
P2 4,5 x 10 6 7,5 x 105
P3 4,2 x 106 7,0 x 105
Total Rataan 5,2 x 106 8,7 x 105
Keterangan : P0 = teat dipping menggunakan air (kontrol), P1 = teat dipping menggunakan dekok
daun sirih merah (Piper crocatum) konsentrasi 10%, P2 = teat dipping menggunakan
dekok daun sirih merah (Piper crocatum) konsentrasi 20%, P3 = teat dipping
menggunakan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) konsentrasi 30%

Rataan total sel somatik yang diperoleh dari seluruh perlakuan teat dipping dekok daun
sirih merah adalah sebesar 8,7 x 105 sel/ml. Hasil tersebut masih tinggi di atas batas maksimum
total sel somatik susu segar berdasarkan SNI 3141.1: 2011 yaitu sebesar 4×10 5 cfu/ml (BSN, 2011).
Hal tersebut dikarenakan standar kualitas susu segar untuk kambing di Indonesia belum ada
sampai saat ini, sehingga untuk susu kambing menggunakan standar kualitas susu segar untuk
sapi. Paape et al (2001) menyatakan bahwa kambing yang menderita mastitis subklinis
mempunyai total sel somatik lebih dari 1.500.000 sel/ml.
Rendahnya total sel somatik yang terkandung dalam susu selama penelitian berlangsung
mengindikasikan bahwa bakteri penyebab mastitis yaitu Staphylococcus aureus yang masuk
kedalam ambing tidak parah. Suwito dan Indrajulianto (2013) menyatakan bahwa penyebab
mastitis yaitu oleh infeksi bakteri. Pada kasus mastitis klinis maupun subklinis yang terjadi, bakteri
Staphylococcus sp adalah bakteri yang paling banyak diisolasi. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Purwantiningsih, dkk., (2017) bahwa infeksi bakteri dapat menyebabkan peradangan
pada ambing dan kenaikan sel somatik, terutama leukosit susu.
Hasil rataan total sel somatik yang masih diatas SNI dikarenakan tipe sekresi sel somatik
ternak kambing dan sapi berbeda, sehingga sel somatik yang dihasilkan kambing perah lebih tinggi
dibandinkan sel somatik sapi perah. Efendi (2017) menyatakan bahwa kambing perah memiliki
tipe sekresi sel somatik yang disebut apokrin, yaitu sel somatik yang sudah dilepaskan tidak dapat
mengalami regenerasi. Sedangkan pada sapi perah tipe sekresi sel somatiknya disebut sekresi
merokrin, yaitu sel somatik yang dilepaskan akan mengalami regenerasi. Sehingga tidak semua sel
somatik terbawa saat susu diperah. Hal tersebut diperkuat oleh Schneiderova (2004) bahwa
jumlah sel somatik pada susu kambing PE secara umum diperoleh lebih tinggi dibandingkan total
sel somatik susu sapi. Tingginya total sel somatik pada susu kambing bisa juga disebabkan oleh
perbedaan tipe sekresi, pada kambing dinamakan sekresi apokrin, sedangkan sekresi merokrin
pada sapi.
Hasil analisis variansi penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat
dipping kambing perah berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap total sel somatik susu. Selanjutnya,
untuk mengetahui respon terbaik antar perlakuan dengan total sel somatik dilakukan uji beda
nyata jujur. Data hasil uji beda nyata jujur dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Beda Nyata Jujur Total Sel Somatik
Perlakuan P0 (1,1 x 106) P1 (9,4 x 105) P2 (7,5 x 105) P3 (7,0 x 105)
Rataan 6,04 5,97 5,87 5,83
6
P0 (1,1 x 10 )
P1 (9,4 x 105) 0,07b
P2 (7,5 x 105) 0,17ab 0,10ab
P3 (7,0 x 105) 0,21a 0,14ab 0,03ab
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada tabel diatas menunjukkan hasil yang berbeda (P<0,05)

Tabel 3 menunjukkan bahwa P0 (sebagai kontrol tanpa dekok daun sirih merah) berbeda
nyata dengan P1 (dekok daun sirih merah 10%), P2 (dekok daun sirih merah 20%) dan P3 (dekok
daun sirih merah 30%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan dekok daun sirih merah
(Piper crocatum) yang terbaik adalah P3 (dekok daun sirih merah 30%) karena menghasilkan
persentase penurunan total sel somatik susu yang paling tinggi. Persentase penurunan total sel
somatik antara perlakuan P0 sebagai kontrol tanpa dekok daun sirih merah dengan perlakuan P1
(dekok daun sirih merah 10%), mampu menurunkan total sel somatik sebesar 13,74%. P0 dengan
perlakuan P2 (dekok daun sirih merah 20%), mampu menurunkan total sel somatik sebesar
31,75%. P0 dengan perlakuan P3 (dekok daun sirih merah 30%), mampu menurunkan total sel
somatik sebesar 35,84% atau lebih baik dari P1 dan P2.
Hal ini menunjuknan bahwa penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) sampai
dengan konsentrasi 30% efektif menurunkan total sel somatik dalam susu kambing dan dapat
digunakan sebagai teat dipping pada kambing perah, dikarenakan pada daun sirih merah (Piper
crocatum) terdapat kandungan senyawa Polyphenol, flavonoid dan fenol yang dapat mencegah
masuknya mikroorganisme kedalam ambing melalui puting pasca pemerahan dan menghambat
pertumbuhannya, sehingga mampu menurunkan total sel somatik. Sesuai dengan pendapat
Prayitno, dkk., (2016) bahwa siirih merah (Piper crocatum) memiliki kemampuan metabolit
sekunder yaitu polyphenol lebih spesifiknya flavonoid yang berfungsi menghambat pertumbuhan
mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Mekanisme kerja antibakteri pada daun sirih
merah terhadap bakteri gram positif dan gram negatif menurut Juliantina, dkk., (2009) bahwa
flavonoid mengganggu integritas membran inti sel bakteri akibat terbentuknya senyawa kompleks
terhadap protein ekstraseluler.
Masih tingginya sel somatik dikarenakan sel epitel di dalam alveoli ambing berbeda,
sehingga ketika pemerahan dilakukan maka sel alveoli di dalam ambing tersebut ikut keluar
bersama sel somatik. Sesuai dengan pendapat Schalm et al (1971) bahwa alveoli ambing memiliki
sel epitel yang berbeda. Sel akan berbentuk kuboid ketika tidak laktasi dan akan berbentuk
silindris ketika aktif menghasilkan susu. Sel epitel yang sehat akan dapat bertahan lebih lama.
Reruntuhan sel epitel ini dalam susu dapat dihitung dan dinyatakan sebagai total sel somatik yang
merupkan salah satu indikator kesehatan ambing dan berkaitan dengan mastitis subklinis.
Meningkatnya sel somatik pada susu yang diperah tidak lepas dari adanya faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap jumlah sel somatik susu baik langsung maupun tidak langsung. Sanitasi
kandang yang tidak bersih diduga menyebabkan masuknya mikroorganisme kedalam ambing yang
mengakibatkan total sel somatik meningkat. Selain itu pemerah yang tidak mencuci tangan,
ambing tidak dibersihkan dan peralatan yang kurang bersih juga diduga mengakibatkan
meningkatnya total sel somatik.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat
dipping kambing perah terhadap total mikroba dan sel somatik susu disimpulkan, yaitu :
1. Penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat dipping kambing perah sampai
dengan konsentrasi 30% belum memberikan pengaruh terhadap total mikroba susu.
2. Penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat dipping kambing perah sampai
dengan konsentrasi 30% memberikan pengaruh terhadap total sel somatik susu.
3. Penggunaan dekok daun sirih merah (Piper crocatum) untuk teat dipping kambing perah
dengan konsentrasi 30% menghasilkan total sel somatik yang paling baik, karena mampu
menurunkan sebanyak 35,84%.

SARAN
Perlu dulakukan penelitian lebih lanjut agar tercapai persentase konsentrasi dekok daun sirih
merah (Piper crocatum) yang paling baik untuk dapat menurunkan total mikroba dan sel somatik
susu kambing perah.

DAFTAR PUSTAKA
Adriani. 2010. Penggunaan Somatic Cell Count (SCC), Jumlah Bakteri dan California Mastitis Test
(CMT) untuk Deteksi Mastitis pada Kambing. Jurnal Ilmial Ilmu-Ilmu Peternakan. 13 (5):
229-234.

Aryana, S. 2011. Kondisi Sanitasi Peralatan dan Air terhadap Peningkatan Jumlah Total
Mikroorganisme Susu Individu – Susu Kandang – Susu Tempat Pengumpul Susu di Peternak
Kanak Bogor. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak
Dipublikasikan.

Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01-2782-1998 Metode Pengujian Susu Segar. Badan
Standardiasi Nasional. Jakarta.

______. 2011. SNI 3141.1:2011 Susu Segar. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Cahyono, D., M. C. Padaga dan M. E. Sawitri. 2013. Kajian Kualitas Mikrobiologis Total Plate Count
(TPC) Enterobacteriae dan Staphylococcus aureus Susu Segar di Kecamatan Krucil
Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 8 (1) : 1-8.

Cahyono, W. 2013. Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz and Pav) dan Kloramfenikol terhadap Bakteri Salmonella typhi, Shigella
dysenteriae, dan Staphylococcus aureus beserta Bioautografinya. Naskah Publikasi.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Tidak Dipublikasikan.

Efendi, F. P. 2017. Penggunaan Dekok Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) sebagai Teat Dipping pada
Kambing Perah terhadap Total Mikroba dan Total Sel Somatik Susu. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Tidak Dipublikasikan.

Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Juliantina, F., D. A. Citra., B. Nirwani., T. Nurmasitoh and E. T. Bowo. 2009. Benefit of Red Betel
(Piper Crocatum) as Antibacteria Agent against Gram Positive and Negative Bacteria. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 1 (1): 1-5.
Kanifah, U., M. Lutfi., dan B. Susilo. 2015. Karakteristik Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum)
dengan Metode Ekstraksi Non-Thermal Berbantukan Ultrasonik (Kajian Perbandingan Jenis
Pelarut dan Lama Ekstraksi). Jurnal Bioproses Komoditas tropis. 3 (1): 73-79.

Kurniawan, I., Sarwiyono dan P. Surjowardojo. 2013. Pengaruh Teat Dipping Menggunakan Dekok
Daun Kersen (Muntinga calabura L.) terhadap Tingkat Kejadian Mastitis. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. 23 (3) : 27-31.

Lukman, D. W, Sudarwanto M., Sanjaya A. W., Purnawarman T., Latif H dan Soejoedono R. R. 2009.
Pemerahan dan Penanganan. Di dalam : Pisetyani H, editor. Higiene Pangan. Bogor:
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. 51-56.

Nisa, G. K., Wahyunanto A. N dan Yusuf H. 2014. Ekstraksi Daun Sirih Merah (Piper crocatum)
dengan Metode Microwave Assisted Extraction (MAE). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. 2
(1) : 72-78.

Paape, M. J. Poutrel B., Contreras A., Marco J. C., and Capuco A. V. 2001. Milk Somatic Cells and
Lactation in Small Ruminant. Journal Dairy Science. 84 : 237-244.

Prayitno, H. C., Suwarno., D. Sarwanto., D. Hidayatun and M. Solihah. 2016. Supplementation of


Red Betel Leaf (Piper crocatum) in Dairy Cattle Feed on Fermentation Characteristics by In
Vitro. Journal Animal Production. 18 (2) : 66-74.

Purwantiningsih, T. I., Y. Y. Suranindyah dan Widodo. 2017. Efektivitas Celup Puting Menggunakan
Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap Hasil Uji California Mastitis Test
(CMT). Sains Peternakan. 15 (2): 66-69.

Schalm, O. W., Caroll E. J., and Jain N. J. 1971. Bovine Mastitis. Philadelphia (US) : Lea and Febiger.

Schneiderova P. 2004. Goat milk and productions of lactoferrin. Animal Science Paper and Reports.
22: 17-25.

Sudono, A. 1990. Pedoman Beternak Sapi Perah. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Direktorat
Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Suwito, W dan S. Indarjulianto. 2013. Staphylococcus aureus Penyebab Mastitis pada Kambing
Peranakan Etawah : Epidemiologi, Sifat Klinis, Patogenesis, Diagnosis dan Pengendalian.
Wartazoa. 23 (1) : 1-7.

Zain, W. N. H. 2013. Kualitas Susu Kambing Segar di Peternakan Umban Sari dan Alam Raya Kota
Pekan Baru. Jurnal Peternakan. 10 (1) : 24-30.

Você também pode gostar