Você está na página 1de 19

MAKALAH

LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA REPUBLIK


INDONESIA MENURUT UUD NRI TAHUN 1945

D
I

S
U
S
U
N

OLEH

RIKA WULANDARI
DILA KESUMA
NABILLA RAHAYU

KELAS : X3 ADP

TAHUN PELAJARAN 2018 / 2019


SMK HARAPAN STABAT
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan pencipta alam semesta yang

menjadikan bumi dan isinya dengan begitu sempurna. Tuhan yang menjadikan setiap apa

yang ada dibumi sebagai penjelajahan bagi kaum yang berfikir. Dan sungguh berkat

limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini demi

memenuhi tugas mata pelajaran PKn ini.

Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu kami mengucapakan banyak terimakasih.

Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,

sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapakan saran dan kritik yang

bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang.

Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi

yang bermanfaat bagi semua pihak.

Stabat, 02 November

2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pemerintah Pusat ............................................................................................ 2
B. Kedudukan Pemerintah Pusat ......................................................................... 2
C. Peran Pemerintah Pusat .................................................................................. 5
D. Fungsi Pemerntah Pusat Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah ...................... 7
E. Enam Fungsi Pemerintah Dalam Mengatur dan
Memberikan Perlindungan Kepada Masyarakat ............................................ 7
F. Fungsi Pemberdayaan ..................................................................................... 8

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................10
B. Saran ..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdirinya Negara ini tidak hanya ditandai oleh Proklamasi dan keinginan untuk
bersatu bersama, akan tetapi hal yang lebih penting adalah adanya UUD 1945 yang
merumuskan berbagai masalah kenegaraan. Atas dasar UUD 1945 berbagai struktur dan
unsur Negara mulai ada. Undang-undang dibuat harus sesuai dengan keperluan dan harus
peka zaman, artinya aturan yang dibuat oleh para DPR kita sebelum di sahkan
menjadi undang-undang sebelumnya harus disosialisasikan dahulu dengan rakyat,
apakah tidak melanggar norma-norma adat atau melanggar hak-hak asasi manusia. Salah
satu bukti bahwa undang-undang yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi zamanya
adalah undang-undang dasar 1945. Dengan mengalami empat kali perubahan yang
masing-masing tujuanya tidak lain hanya untuk bisa sesuai dengan kehendak rakyat dan
bangsa kita, dalam arti bisa mewakili aspirasi rakyat yang disesuaikan zamannya.
Dalam praktek bernegara pemerintahan, pembagian kekuasaan dalam Negara
(sharing of power) merupakan suatu hal yang tak terelakan, bahkan pembagian
kekuasaan itu tidak dapat dipisahkan dengan esensi hidup bernegara atau tujuan
didirikannya Negara.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui suprastruktur dan infastruktur politik di Indonesia.
b. Untuk mengetahui lembaga-lembaga Negara Republik Indonesia Menurut UUD NRI
Tahun 1945.
c. Untuk mengetahui tata kelola pemerintahan yang baik di Indonesia.
d. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi warga negara dalam sistem politik di
Indonesia.

1.3 Manfaat
a. Siswa dapat menambah wawasan tentang Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara
Menurut UUD NRI Tahun 1945.
b. Makalah ini dapat menjadi tambahan refrensi di perpustakaan sekolah.

BAB II
1
PEMBAHASAN

2.1 Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia


Suprastruktur dan infrastruktur ada hubungannya dengan demokrasi. Demokrasi
atau lengkapnya sistem pemerintahan demokrasi berkaitan dengan faktor-faktor seperti
adanya sistem perwakilan, adanya pemilihan umum secara berkala, adanya keterbukaan
dan adanya pengawasan sosial dari rakyat atau masyarakat. Beberapa hal tersebut
merupakan bagian dari ciri khas demokrasi. Namun, hakikat dan prasyarat dari semua itu
adalah terdapatnya kondisi seimbang antara “suprastruktur politik” dengan “infrastruktur
politik”.
Sistem perwakilan dan juga sistem pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat
akan kurang berfungsi, jika berlangsung dalam suasana atau lingkungan tanpa
keseimbangan antara suprastruktur dengan infrastruktur. Demikian pula
penyelenggaraan pemilihan umum dan pengembangan kondisi keterbukaan akan kurang
mampu memberikan hasil (output) sebagaimana yang diharapkan, jika belum disertai
terdapatnya kondisi cukup seimbang dan saling mengisi antara suprastruktur dengan
infrastruktur.
Demokrasi dapat dikatakan sebagai pemerintahan dari bawah, pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Walaupun memang tidak semua rakyat atau setiap
orang ikut memerintah karena merupakan sesuatu yang mustahil dan justru merupakan
bentuk anarki jika setiap orang ikut menjalankan kekuasaan.
Pemerintah dari bawah artinya rakyat yang sebagian besar mempunyai suara untuk ikut
menentukan serta memengaruhi proses perumusan kebijakan pemerintah, melalui
saluran-saluran yang disediakan pada peringkat infrastruktur politik. Contohnya, melalui
partai-partai politik, kelompok kepentingan, kelempok penekan dan media massa serta
pendapat umum.
Suprastruktur di pegang oleh beberapa orang yang disebut pemerintah, dengan
disertai berbagai badan dan aparatur yang membantu pemerintah untuk terselenggaranya
pemerintahan. Sementara itu, yang tidak termasuk suprastruktur disebut rakyat yang
secara otomatis tergolong infrastruktur. Namun, perlu disadari bahwa dalam
sistem pemerintahan demokrasi, infrastruktur bukan sekedar rakyat yang sepenuhnya
tunduk dan patuh terhadap suprastruktur. Infrastruktur seharusnya ikut berpartisipasi dan
di dengar serta di perhatikan aspirasinya dalam perumusan kebijakan pemerintah.
Bahkan, infrastruktur di tempatkan pada posisi yang mampu memengaruhi apa yang
2
dilaksanakan oleh lembaga suprastruktur, termasuk pula untuk bersama-sama ikut
bertanggung jawab atas kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh suprastruktur.

2.1.1 Suprastruktur politik


Suprastruktur politik yaitu struktur politik pemerintahan yang berkaitan
dengan lembaga-lembaga negara yang ada serta hubungan kekuasaan antara
lembaga satu dengan lainnya. Hal ini terutama dapat diketahui dari UUD
dasarnya dan peraturan perundangan lainnya. Bagi Negara Republik Indonesia,
suprastruktur politik yaitu lembaga-lembaga Negara seperti MPR, DPR,
Presiden, BPK dan MA. Suprastruktur politik dapat pula dinyatakan sebagai
kelompok orang yang jumlah anggotanya hanya sedikit, terdiri atas tokoh politik,
tetapi memegang kekuasaan pemerintahan negara. Kelompok ini merupakan
mesin politik resmi dari suatu negara yang merupakan penggerak politik formal.
Suprastruktur berfungsi untuk menetapkan kebijakan. Namun, tidak
sepenuhnya serta berdaulat guna menetapkan kebijakan-kebijakannya tanpa
persetujuan mayoritas rakyat. Segi saling mengisi antara suprastruktur politik
dengan infrastruktur politik inilah, yang paling diandalkan sebagai keunggulan
serta kebaikan sistem pemerintahan demokrasi. Khususnya, jika dibandingkan
dengan interaksi antara suprastruktur dengan infrastruktur pada sistem-sistem
pemerintah yang lain (monarki, otoritarian dan otalitarian).

2.1.2 Infrastruktur politik


Infrastruktur politik yaitu suasana kehidupan politik rakyat yang
berhubungan dengan kehidupan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Dalam
kegiatannya dapat memengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap kebijakan lembaga-lembaga kenegaraan dalam menjalankan fungsi dan
kekuasaannya masing-masing. Kelompok ini jumlahnya sangat banyak, tetapi
dengan sukarela mereka bersedia diatur dan diperintah. Oleh karena jumlahnya
yang relatif sangat besar, mereka tidak dapat seluruhnya menjadi anggota
parlemen. Untuk menyalurkan aspirasi dan berbagai kepentingannya, dibentuklah
partai-partai politik yang membawa aspirasi mereka ke lembaga parlemen
(legislatif).
Selain partai politik resmi, ada pula organisasi abstrak yang tidak resmi,
tetapi sangat menguasai keadaan sebagai elite power. Kelompok ini disebut
3
kelompok penekan (prssure groups) dan kelompok yang mempunyai
kepentingan (interest groups) dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.
Kelompok-kelompok ini mengadakan kegiatan atau gerakan-gerakan politik
untuk merespons kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan atau
mengganggu kepentingan kelompok atau rakyat banyak. Aksi kelompok ini juga
sering didukung atau diikuti kelompok lain atau unsur masyarakat yang
bersimpati dengan tuntutan mereka. Semua tergantung pada tujuan dan
kepentingan masing-masing. Beberapa contoh organisasi yang termasuk
infrastruktur politik adalah organisasi pelajar, mahasiswa, serikat buruh, LSM,
PGRI, serikat tani dan partai politik.
Antara bagian-bagian suprastruktur politik dengan unsur-unsur
infrastruktur politik terdapat suatu hubungan yang saling memengaruhi sehingga
menumbuhkan suasana kehidupan politik yang serasi. Unsur-unsur infrastruktur
politik berfungsi memberi masukkan kepada suprastruktur politik. Dengan
memerhatikan masukan-masukan yang di terima dari infrastruktur politik,
suprastruktur politik atau bagiannya dapat menentukan kebijakan umum atau
keputusan politik.
Peranan politik sangat penting dalam memengaruhi kebijakan politik
adalah sekelompok warga negara yang terorganisir, wakil-wakil yang duduk
dalam lembaga legislatif (DPR, DPRD) dan lembaga eksekutif di pusat maupun
daerah. (Intan Pariwara, 2010: 232)

2.2 Lembaga-Lembaga Negara Republik Indonesia Menurut UUD NRI Tahun 1945
Menurut kamus hukum, Lembaga adalah badan atau organisasi yang bertujuan
untuk melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha. (Kamus
Hukum; Drs. Sudarsono, S.H., M.Si)
Sebagai negara demokrasi, pemerintahan Indonesia menerapkan teori trias
politika. Trias politika adalah pembagian kekuasaan pemerintahan menjadi tiga bidang
yang memiliki kedudukan sejajar. Ketiga bidang tersebut yaitu :
a. Legislatif bertugas membuat undang-undang. Bidang legislatif adalah Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
b. Eksekutif bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Bidang
eksekutif adalah Presiden dan Wakil Presiden.

4
c. Yudikatif bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Adapun unsur
yudikatif terdiri atas Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK).

2.2.1 Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Anggota MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih
melalui pemilihan umum untuk masa jabatan selama lima tahun dan berakhir
bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang
dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR. Sebelum
UUD 1945 di amandemen, MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara.
Namun, setelah UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak ada yang ada
hanya lembaga negara. Dengan demikian, sesuai dengan UUD 1945 yang telah
di amandemen maka MPR termasuk lembaga negara. Sesuai dengan Pasal 3 Ayat
1 UUD 1945 MPR amandemen mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut
:
a. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
b. Melantik presiden dan wakil presiden;
c. Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya
menurut undang-undang dasar.
MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara. Dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya, anggota MPR mempunyai hak berikut ini:
a. Mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar;
b. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;
c. Memilih dan dipilih;
d. Membela diri;
e. Imunitas;
f. Keuangan dan administratif.
Anggota MPR mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Mengamalkan Pancasila;
b. Melaksanakan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan;
c. Menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Kerukunan
Nasional;
d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok
dan golongan;
e. Melaksanakan peranan sebagi wakil rakyat dan wakil daerah.
5
2.2.2 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai
lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu
yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat,
sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang
berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota. Berdasarkan UU Pemilu
Nomor 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:
a. Jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;
b. Jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-
banyak 100 orang;
c. Jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-
banyaknya 50 orang.
Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR
berdomisili di ibu kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan
berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang
dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna DPR.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) lahir pada tanggal 1 Oktober 2004, ketika 128
anggota DPD yang terpilih untuk pertama kalinya dilantik dan diambil
sumpahnya. Pada awal pembentukannya, masih banyak tantangan yang dihadapi
oleh DPD. Tantangan tersebut mulai dari wewenangnya yang dianggap jauh dari
memadai untuk menjadi kamar kedua yang efektif dalam sebuah parlemen
bikameral, sampai dengan persoalan kelembagaannya yang juga jauh dari
memadai. Tantangan-tantangan tersebut timbul terutama karena tidak banyak
dukungan politik yang diberikan kepada lembaga baru ini.
2.2.3 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga negara baru yang
sebelumnya tidak ada. DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang
berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari
provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum.
Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak sama, tetapi ditetapkan sebanyak-
banyaknya empat orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah
anggota DPR. Keanggotaan DPD diresmikan dengan keputusan presiden.
Anggota DPD berdomisili di daerah pemilihannya, tetapi selama bersidang
6
bertempat tinggal di ibu kota Republik Indonesia. Masa jabatan anggota DPD
adalah lima tahun.
Sesuai dengan Pasal 22 D UUD 1945 maka kewenangan DPD, antara lain sebagai
berikut:
a. Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan
pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya.
b. Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya.
c. Dapat memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan rancangan
undang-undang, RAPBN, pajak, pendidikan dan agama.
d. Dapat melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-
undang otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya.
2.2.4 Presiden dan Wakil Presiden
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu
presiden mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden
mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai
kepala negara. Sebelum adanya amandemen UUD 1945, presiden dan wakil
presiden dipilih oleh MPR, tetapi setelah amandemen UUD1945 presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum.
Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan
sesudahnya dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan. Presiden
dan wakil presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah atau mengucapkan
janji dan dilantik oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah dilantik, presiden
dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan program yang telah
ditetapkan sendiri. Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dan wakil
presiden tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Presiden dan wakil
presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan tujuan negara yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945.
7
Sebagai seorang kepala negara, menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Presiden mempunyai wewenang sebagai berikut:
a. Membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
b. Mengangkat duta dan konsul. Duta adalah perwakilan negara Indonesia di
negara sahabat. Duta bertugas di kedutaan besar yang ditempatkan di ibu kota
negara sahabat itu. Sedangkan konsul adalah lembaga yang mewakili negara
Indonesia di kota tertentu di bawah kedutaan besar kita.
c. Menerima duta dari negara lain
d. Memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga
negara Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa mengharumkan
nama baik Indonesia.
2.2.5 Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan
kehakiman. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Mahkamah
Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa
peradilan di Indonesia dapat dibedakan peradilan umum, peradilan agama,
peradilan militer dan peradilan tata usaha negara (PTUN). Kewajiban dan
wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang
dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;
b. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;
c. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi
dan rehabilitasi.
2.2.6 Mahkamah Konstitusi
Keberadaan Mahkamah Konstitusi diatur dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.
2.2.7 Komisi Yudisial
Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:
a. Mengusulkan pengangkatan hakim agung;

8
b. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di
bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan
persetujuan DPR. Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap
anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Masa
jabatan anggota Komisi Yudisial lima tahun.
2.2.8 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Kedudukan BPK sejajar dengan lembaga negara lainnya. Untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksan Keuangan yang bebas dan mandiri. Jadi, tugas BPK adalah
memeriksa pengelolaan keuangan negara.
Hasil pemeriksaan BPK diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 23 F maka anggota BPK dipilih
oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan oleh
presiden. BPK berkedudukan di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di
setiap provinsi.

2.3 Tata Kelola Pemerintah Yang Baik


Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosakata ilmu
politik. Ia muncul pada awal 1900-an. Secara umum istilah good and
governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau
memengaruhi urusan public untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.
2.3.1 Pengertian Good Governance
Pengertian Good Governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi,
dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan
kewenangan tersebut dapat dikatakan baik (good atau sound) jika dilakukan
dengan efektif dan efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana
demokratis, akuntabel, serta transparan. Prinsip-prinsip tersebut tidak hanya
terbatas dilakukan dikalangan birokrasi pemerintahan, tetapi juga disektor swasta
dan lembaga-lembaga nonpemerintah.

9
Di Indonesia, substansi wacana good governance dapat dipadankan dengan
istilah pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Pemerintah yang baik
adalah sikap dimana kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang diatur oleh
berbagai tingkatan pemerintahan Negara yang berkaitan dengan sumber-sumber
social, budaya, politik, serta ekonomi. Dalam praktiknya pemerintahan yang
bersih, adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan
bertanggung jawab.
2.3.2 Prinsip-prinsip Pokok Good & Clean Governance
Untuk merealisasikan pemerintahan yang professional dan akuntabel yang
bersandar pada prinsip-prinsip good governance, Lembaga Administrasi Negara
(LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental (asas) dalam good
governance yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Partisipasi (participation)
b. Penegakan hukum (rule of law)
c. Transparansi (transparency)
d. Responsif (responsiveness)
e. Orientasi kesepakatan (consensus orientation)
f. Kesetaraan
g. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency)
h. Akuntabilitas (accountability)
i. Visi strategis
2.3.3 Good and Clean Governance dan Kontrol Sosial
Kontrol masyarakat akan berdampak pada tata pemerintahan yang baik dan
efektif (Good Governance) dan bersih (Clean Governance), bebas dari KKN.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih berdasarkan prinsip-
prinsip pokok good governance, setidaknya dapat dilakukan melalui pelaksanaan
prioritas program.
2.3.4 Good and clean Governance dan Gerakan Anti Korupsi
Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan
guna meraih keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan Negara
secara spesifik. Korupsi menjadi penyebab ekonomi menjadi berbiaya tinggi,
politik yang tidak sehat dan kemerosotan moral bangsa yang terus-menerus
merosot.
2.3.5 Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik
10
Pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swata atas
nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat. Pelayanan public
kepada masyarakat bisa diberikan secara cuma-cuma ataupun disertai dengan
pembayaran.
2.3.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Birokrasi
Faktor-faktor yang mememngaruhi kinerja birokrasi antara lain: manajemen
organisasi dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan birokrasi; budaya
kerja; dan organisasi pada birokrasi; kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
birokrasi; Kepemimpinan birokrasi yang efektif; koordinasi kerja pada birokrasi;
Kinerja birokrasi dimasa depan akan dipengaruhi oleh factor-faktor berikut :
a. Struktur birokrasi sebagai hubungan internal yang berikatan dengan fengsi
yang menjalankan aktivitas birokrasi.
b. Kebijakan pengelolaan, berupa visi, misi, tujuan dalam perencanaan strategis
pada birokrasi.
c. Sumber daya manusia, yang berkaitan dengan kualitas kerja dan kapasitas diri
untuk bekerja dan berkarya secara optimal.
d. Sistem informatikan manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaan
database dalam kerangka mempertinggi kinerja birokrasi.

2.4 Partisipasi Warga Negara dalam Sistem Politik di Indonesia


Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta
secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan negara atau upaya-upaya
mempengaruhi kebijakan pemerintah. Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau
sekelompok orang ikut untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti
memilih pimpinan negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Menurut Myron Weiner, terdapat lima penyebab timbulnya gerakan ke arah partisipasi
lebih luas proses politik.
a. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan masyarakat makin
banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik.
b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial. Masalah siapa yang berhak berpartisipasi
dan pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan dalam pola
partisipasi politik.

11
c. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern. Ide demokratisasi
partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru sebelum mereka mengembangkan
modernisasi dan industri yang cukup matang.
d. Konflik antarkelompok pemimpinpolitik, jika timbul konflik antar elit, maka yang
dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas penantang melawan laum
aristokrat yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
e. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan soisal, ekonomi, dan
kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang
timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi akan kesempatan untuk ikut serta
dalam pembuatan keputusan politik.
Dengan demikian Partisipasi politik erat kaitanya dengan kesadaran politik, karena
semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak
bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah.
Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat dimana
mereka mengambil bagian secara aktif, dalam proses pemilihan penguasa dan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukkan kebijakan umum.
Di Indonesia berpartisipasi politik dijamin oleh Negara, tercantum dalam UUD 1945
pasal 28 yang berbunyi “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang” dan diatur secara jelas
dalam dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil
dan politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh Negara mengenai hak
berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum dan
pemerintahan, hak mendapatkan keadilan dan sebagainya.
Sedangkan, bentuk partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum adalah merupakan
salah satu implementasi nilai-nilai demokrasi di Indonesia yang mencerminkan nilai
Kebebasan, dimana masyarakat diberi kebebasan penuh untuk memilih dan mendukung
calon yang di inginkan.
Disisi yang lain, masyarakat Indonesia juga menunjukkan nilai kebebasan demokrasi
dalam hal melakukan protes terhadap pemerintah. Ini menunjukkan bahwa partisipasi
masyarakat dalam politik di Indonesia mengalami peningkatan. Tingginya partisipasi
atau peran serta masyarakat, dianggap sebagai satu hal yang positif. Didalam konteks
pemikiran ini, tingginya tingkat partisipasi masyarakat, ditunjukkan pada sikap warga
negara untuk mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam
kegiatan itu. Sebagai bentuk pelaksanaan nilai demokrasi, partisipasi masyarakat dalam
12
politik memiliki peran penting. Karena demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan
atau kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Disertai nilai-niai yang terkandung
dalam demokrasi, yaitu Kebebasan dan Kesetaraan.

2.4.1 Ciri-ciri masyarakat politik


a. Adanya pendidikan politik bagi warga
b. Adanya Kesadaran Politik warga negara yang tinggi.
c. Adanya Budaya Politik yang berkembang di masyarakat suatu negara.
d. Bagaimana cara sosialisasi politik masyarakatnya.
e. Adanya peran aktif warga Negara dalam sistem politik.
f. Adanya loyalitas warga Negara terhadap negaranya.
g. Tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani.
2.4.2 Bentuk Partisipasi Politik
Partisipasi politik warga Negara yang umum terjadi di berbagai negara, bisa
dibedakan dalam berbagai kegiatan politik, dengan mengambil bentuk
"konvensional" dan "non konvensional".
Bentuk partisipasi politik warga Negara dalam segala tingkatann politiknya,
dapat dijadikan pedoman dan ukuran untuk menilai stabilitas negara dalam suatu
sistem politik, tingkat integritas dalam kehidupan politik, serta tingkat kepuasan
warga negara terhadap sistem politik.
Kegiatan politik yang berbentuk "konvensional" adalah kegiatan politik yang
sesuai dengan aturan yang diterapkan di suatu negara. Sedangkan kegiatan politik
dengan bentuk "non konvensional" adalah kegiatan politik warga negara yang
tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
2.4.3 Contoh Peran Serta Warga Negara Dalam Sistem Politik
a. Bentuk Konvensional
1. Ikut dalam Pemilu, baik menggunkan hak aktif maupun pasifnya.
2. Ikut memberikan kritikan dan masukan lewat berbagai media, semisal
media social seperti facebook, twitter, dsb.
3. Berkomunikasi dengan para pejabat penyelengggara negara, dalam
penyesuaian sebuah kebijakan publik, semisal lewat demonstrasi yang
sesuai dengan aturan berlaku.
b. Bentuk Non Konvensional
1. Demonstrasi tanpa meminta izin dulu kepada pihak yang berwajib.
13
2. Menghina pejabat publik.
3. Membakar simbol-simbol Negara dan sejenisnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja
dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan

14
penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi
tiga institusi pokok, yaitu eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara.
Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada dalam satu sistem
pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk
terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Dalam sistem pemerintahan negara republik, lembaga-lembaga negara itu berjalan sesuai
dengan mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara monarki,
lembaga itu bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda.

3.2 Saran
Dalam hal ini Presiden dan Menteri Negara merupakan bagian yang paling berperan
dalam kekuasaan pemerintahan Negara. Maka dari itu Presiden harus bisa mengambil
keputusan yang tepat dalam pembuat kebijakan kekuasaan, karena keputusan tersebut
tentunya akan memiliki peranan besar dalam Pembangunan di daerah-daerah di
Indonesia. Sistem pemerintah harus saling bekerja sama membangun Indonesia agar
indonesia lebih sejahtera dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Unsur-unsur demokrasi yang kadang menjadi akar permasalahan harus bisa diselesaikan
dan diperbaiki, karena konsep demokrasi bukan hak paten yang tidak bisa diubah. Ia
harus bersifat dinamis dan bisa mengikuti kultur sosial-politik-budaya Negara yang
menggunakannya sebagai asas Negara.

DAFTAR PUSTAKA

http://arifin-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/10/makalah-lembaga-lembaga-
kenegaraan.html

15
https://id.scribd.com/document/365195558/Makalah-Kewenangan-Lembaga-Lembaga-
Negara-Menurut-UUD-1945

16

Você também pode gostar