Você está na página 1de 51

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT HEPATITIS

I. KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta
seluler yang khas (Smeltzer, 2001).

B. Etiologi

Beberapa virus yang menyebabkan hepatitis adalah :


a. Hepatitis A Virus (HAV)

Merupakan virus RNA kecil yang dapat dideteksi di dalam feses pada akhir masa inkubasi

dan fase preikterik. HAV sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. HAV terutama

ditularkan melalui oral dengan menelan makanan yang sudah terkontaminasi. Penularan

ditunjang oleh adanya sanitasi yang buruk, kesehatan pribadi yang buruk, dan kontak intim

(tinggal serumah atau seksual). Masa inkubasi rata-rata adalah 28 hari. Masa infektif tertinggi

adalah pada minggu kedua segera sebelum timbulnya ikterus.

b. Hepatitis B Virus (HBV)


HBV termasuk virus DNA bercangkang ganda yang memiliki lapisan permukaan dan

bagian inti. Infeksi HBV merupakan penyebab utama dari hepatitis akut dan kronik, sirosis dan

kanker hati di seluruh dunia. Cara utama penularan HBV melalui parenteral dan menembus

membran mukosa, terutama melalui hubungan seksual. Masa inkubasi rata-rata adalah sekitar

120 hari. Hampir semua cairan tubuh –darah, semen, saliva, air mata, asites, susu ibu, kemih dan

juga feses– dari orang yang terinfeksi dapat menular, terutama 3 dari yang pertama.

c. Hepatitis C Virus (HCV)

HCV merupakan virus RNA kecil terbungkus lemak. HCV diduga terutama ditularkan

melalui jalan parenteral, kemungkinan melalui kontak seksual. Virus dapat menyerang semua

kelompok usia, tetapi lebih sering orang dewasa. Masa inkubasi berkisar 15–160 hari, rata–rata

50 hari.

d. Hepatitis D Virus (HDV)

HDV (delta) merupakan virus RNA. Penularannya terutama melalui serum. Masa

inkubasinya sekitar 2 bulan.

e. Hepatitis E Virus (HEV)

HEV adalah suatu virus RNA kecil. Infeksi HEV ditularkan melalui jalan fekal-oral, dan

telah dikaitkan lewat air di negara sedang berkembang. Paling sering menyerang orang dewasa

muda sampai setengah umur, dan pada wanita hamil didapatkan angka mortalitas yang sangat

tinggi (20 %). Masa inkubasinya sekitar 6 minggu. (Price S.A., 1995 : 440–442).
C. Tanda dan Gejala

a. Hepatitis A

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada

orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata

kuning dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.

b. Hepatitis B

Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, demam ringan, mual muntah, kurang

nafsu makan, mata dan kulit kuning, dan air kencing berwarna gelap.

c. Hepatitis C

Gejala yang dirasakan pada hepatitis C antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala,

sakit pada bagian atas sebelah kanan perut atau hilangnya nafsu makan. (Silalahi L.,

2004/03/26/).

D. Patofisiologi
Hati adalah salah satu organ tubuh yang paling penting. Organ ini berperan sebagai gudang

untuk menimbun gula, lemak, vitamin dan gizi; memerangi racun dalam tubuh seperti alkohol;

menyaring produk-produk yang tidak berguna lagi dari darah; dan bertindak sebagai semacam

pengaruh seluruh bagian tubuh yang menjamin terjadinya keseimbangan zat-zat kimia dalam

sistem itu. Kalau hati tidak sanggup berfungsi, tubuh akan rentan terhadap infeksi sekunder dan

organ pada umumnya akan gagal berfungsi. (Silalahi L.,

http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/ 2004/03/26/).

Hepatitis, penyakit hati yang biasanya sembuh sendiri dan tanpa komplikasi, disebabkan

oleh agen virus. Virus hepatitis dapat digolongkan menjadi lima jenis; hepatitis A (HAV),

hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis D (HDV), dan hepatitis E (HEV). Hepatosit (sel
epitelail hati) dirusak secara langsung oleh virus atau oleh respons imun tubuh terhadap virus;

pada penyakit ini terjadi perubahan fungsi seluler yang menimbulkan inflamasi, nekrosis, dan

autolisis hati. Regenerasi sel terjadi jika sel-sel yang rusak dibuang oleh fagositosis sel. Biasanya

penyembuhan terjadi dengan sedikit sekali meninggalkan kerusakan, meskipun dapat juga

berkembang menjadi hepatitis kronik dan sirosis. (Betz C.L., 2002 : 185).

Hepatitis A ditularkan terutama oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit

Hepatitis B menyebar melalui kontak dengan darah, air mani dan cairan vagina yang terinfeksi.

Hubungan seks dengan orang yang terinfeksi atau penggunaan bersama jarum obat dapat

menyebarkan penyakit ini. Hepatitis C ditularkan melalui kontak seksual, penggunaan obat-

obatan dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang

telah terinfeksi. (Silalahi L., http://www.tempointeraktif.com/ hg/narasi/2004/03/26/).

Beberapa etiologi yang mengakibatkan terjadinya Hepatitis diantaranya; komplikasi

infeksi, obstruksi traktusbilliaris, penyebaran dari visera saluran pencernaan, septikemia, trauma

pada hati dan abses amoeba. Yang menyebabkan kelainan yaitu abses hati, sehingga dari

gejalanya dapat terjadi gangguan citra tubuh dan harga diri rendah. Sedangkan luka tusuk

tembus, luka tumpul, kecelakaan mengakibatkan kelainan trauma pada hati, sehingga dilihat dari

gejalanya menjadikan perubahan perlindungan. Sedangkan adanya faktor resiko primer hepatitis,

sirosis, hepatotoksis, trauma metastase dari tempat lain umumnya dari visera abdomen,

payudara, ginjal, ovarium, testis, kulit yang menyebabkan kelainan karsinoma hati dan bisa

beresiko tinggi terhadap infeksi, dan yang mana gejalanya memunculkan masalah kurang

pengetahuan, intoleransi aktifitas (lemah badan), resiko tinggi terhadap kerusakan integritas

kulit.
Dari ketiga kelainan tersebut, menyebabkan peradangan hati, sehingga menimbulkan

beberapa gangguan yaitu necrosis hati yang mengakibatkan menurunnya metabolisme

(karbohidrat, lemak, protein, besi). Akibat menurunnya metabolisme tersebut, terjadi penurunan

fungsi hati. Peradangan hati juga menimbulkan nyeri sehingga muncul anoreksia. Akibatnya

anoreksia menyebabkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh maka terjadi penurunan

BB, timbul kelemahan pada pasien, yang disebabkan oleh yang lain yaitu hipoglikemia dan

menurunnya metabolisme tubuh (karbohidrat, lemak, protein, besi) yang nantinya mengakibatkan

kelelahan. Anoreksia juga timbul karena nausea dan vomitus yang merupakan gejala dari

gangguan gastrointestinal akibat peradangan hati. Peradangan hati juga memunculkan gejala

gastrointestinal yaitu disfungsi intestinal, penyebab kelemahan yang lain yaitu hipoglikemia.

Dan yang lebih parah lagi, peradangan hati bisa sampai ke gagal hati total.

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada hepatitis terdiri dari diit, istirahat, dan pengobatan medikamentosa.

a. Diet

Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika

sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30-35 kalori/kg BB) dengan

protein cukup (1 g/kg BB). Pemberian lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada

kecenderungan untuk membatasi lemak, karena disamakan dengan penyakit kandung empedu.

Dapat diberikan diit hati II-III.

b. Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak tidak

terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur

tua dan keadaan umum yang buruk.

c. Medikamentosa

1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah.

Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestasis yang berkepanjangan, dimana transaminase

serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat diberikan

prednison 3 X 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan tapering off.

2) Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.

3) Antibiotik tidak jelas kegunaannya.

4) Jangan diberikan antiemetik. Jika perlu sekali diberikan golongan fenotiazin.

5) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. (Mansjoer A., 1999 : 514-

515).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
- urobilirubin direk
- bilirubun serum total
- bilirubin urine
- urobilinogen urine
- urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
- protein totel serum
- albumin serum
- globulin serum
- HbsAG
c. Waktu protombin
- respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
- AST atau SGOT
- ALT atau SGPT
- LDH
- Amonia serum
2. Radiologi
- foto rontgen abdomen
- pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
- kolestogram dan kalangiogram
- arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
- laparoskopi
- biopsi hati

G. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan
jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada alkoholik.

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati
1. Aktivitas

 Kelemaha

 Kelelahan

 Malaise

2. Sirkulasi

 Bradikardi ( hiperbilirubin berat )

 Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

3. Eliminasi

 Urine gelap

 Diare feses warna tanah liat

4. Makanan dan Cairan

 Anoreksia

 Berat badan menurun

 Mual dan muntah

 Peningkatan oedema

 Asites

5. Neurosensori

 Peka terhadap rangsang

 Cenderung tidur
 Letargi

 Asteriksis

6. Nyeri / Kenyamanan

 Kram abdomen

 Nyeri tekan pada kuadran kanan

 Mialgia

 Atralgia

 Sakit kepala

 Gatal ( pruritus )

7. Keamanan

 Demam

 Urtikaria

 Lesi makulopopuler

 Eritema

 Splenomegali

 Pembesaran nodus servikal posterior

8. Seksualitas

 Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus.

C. INTERVENSI
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan
masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan


R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan tawarkan pagi
paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak sedap yang menurunkan
nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan pemasukan
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan,
menangis intensitas dan lokasinya)
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas
nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan
secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan
kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
b. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
- Akui adanya nyeri
- Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami
nyeri
c. Berikan informasi akurat dan
- Jelaskan penyebab nyeri
- Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan
dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat
penjelasan)
d. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap
inflamasi hepar.
Hasil yang diharapkan :
Tidak terjadi peningkatan suhu
a. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) untuk
mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu timbulnya dehidrasi

c. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur


R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang
kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
d. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis


a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung lebih tenang
b. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan
untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-kemampuan dan minat-
minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang kurang penting
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu puncak energi, waktu
kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang dapat menimbulkan
keletihan
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan pruritus sekunder
terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
Hasil yang diharapkan :
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
a. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
- Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril, lanolin)
- Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang ujung syaraf
b. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan dingin dan kelembaban
rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan sensitivitas melalui
vasodilatasi
c. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan kuat pada area
pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak pruritus
d. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites
penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Hasil yang diharapkan :
Pola nafas adekuat
Intervensi :
a. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi cairan dalam
abdomen

b. Auskultasi bunyi nafas tambahan


R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
c. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan
ukuran sekret
d. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari agent virus
Hasil yang diharapkan :
Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk menangani semua
cairan tubuh
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
- Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
- Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang tepat, jangan menutup
kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh dengan tepat untuk
membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi infeksius dan mencegah
transmisi penyakit
c. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan pengunjung lain
dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi infeksi
d. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber pemajanan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit, Gramedia
Pustaka Utama Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi

Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.


Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih bahasa Agung
Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I, jakarta,
Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai Penerbit FKUI,
jakarta.

A. DEFINISI
o Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau
alkohol (FKAUI, 2006).
o Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas (Wening Sari, 2008).
o Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin
termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwn Elizabeth J, 2001).
o Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel-sel
hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas. Hepatitis
virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E
mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan hepatitis B, C dan D
mempunyai banyak karakteristik yang sama (Smeltzer Suzanne C 2002).

B. ETIOLOGI

Hepatitis Virus

1. Hepatitis A

Nama virusnya HAV/Hepatitis infeksiosa dengan agen virus RNA untai tunggal dan
disebabkan oleh virus RNA dari famili enterovirus serta dapat terjadi pada usia anak-anak &
dewasa muda. Cara penularan fekal-oral, makanan, penularan melalui air, parenteral (jarang),
seksual (mungkin) dan penularan melalui darah. Masa inkubasi 15-45 hari, rata-rata 30 hari
pada usia anak-anak dan dewasa muda. Resiko penularan pada sanitasi buruk, daerah padat
seperti rumah sakit, pengguna obat, hubungan seksual dengan orang terinfeksi dan daerah
endemis. Tanda dan gejala dapat terjadi dengan atau tanpa gejala, sakit mirip flu.

Virus ini merupakan virus RNA kecil berdiameter 27 nm yang dapat dideteksi didalam
feses pada masa inkubasi dan fase praikterik. Awalnya kadar antibodi IgM anti-HAV meningkat
tajam, sehingga memudahkan untuk mendiagnosis secara tepat adanya suatu inveksi HAV.
Setelah masa akut antibodi IgG anti-HAV menjadi dominan dan bertahan seterusnya hingga
menunjukkan bahwa penderita pernah mengalami infeksi HAV di masa lampau da memiliki
imunitas sedangkan keadaan karier tidak pernah ditemukan.

Manifestasi kliniknya banyak pasien tidak tampak ikterik dan tanpa gejala. Ketika
gejalanya muncul bentuknya berupa infeksi saluran nafas atas dan anoreksia yang terjadi
akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak atau akibat kegagalan sel hati yang rusak untuk
melakukan detoksifikasi produk yang abnormal. Gejala dispepsia dapat ditandai dengan rasa
nyeri epigastium,mual, nyeri ulu hati dan flatulensi. Semua gejala akan hilang setelah fase
ikterus.

2. Hepatitis B

Nama virusnya HBV/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda yang
dapat terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama melalui
darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-180 hari
dengan rata-rata 60-90 hari. Resiko penularan pada aktivitas homoseksual, pasangan seksual
multipel, pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis, pekerja layanan kesehatan,
tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa
timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami penurunan selera makan, dispepsia, nyeri
abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai
dengan tinja berwarna cerah dan urin berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan
dan membesar hingga panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe
servikal posterior juga membesar.

Virus hepatitis B merupakan virus DNA yang tersusun dari partikel HbcAg, HbsAg,
HbeAg dan HbxAg. Virus ini mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum
selama periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan virus tersebut.

3. Hepatitis C
Nama virusnya RNA HCV/sebelumnya NANBH dengan agen virus RNA untai tunggal
yang dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama melalui darah hubungan seksual
dan perinatal. Masa inkubasinya 15-160 hari dengan rata-rata 50 hari. Resiko penularannya
pada pengguna obat suntik, pasien hemodialisis, pekerja layanan keehatan, hubungan seksual,
resipien infeksi sebelum Juli 1992, resipien faktor pembekuan sebelum tahun 1987 dan bayi
yang lahir dari ibu terinfeksi.

HCV merupakan virus RNA rantai tunggal, linear berdiameter 50-60 nm. Pemeriksaan
imun enzim untuk mendeteksi antibodi terhadap HCV banyak menghasilkan negatif-palsu
sehingga digunakan pemeriksaan rekombinan suplemental (recombinant assay, RIBA).

4. Hepatitis D

Nama virusnya RNA HDV/agen delta atau HDV (delta) dengan agen virus RNA untai
tunggal, dapat terjadi pada semua usia. Cara penularan terutama darah tapi sebagian melalui
hubungan seksual dan parenteral. Masa inkubasinya 30-60 hari, 21-140 hari rata-rata 40 hari
yang terjadi pada semua usia. Resiko penularan pada pengguna obat IV, penderita hemovilia
dan resipien konsentrat faktor pembekuan.

Hepatitis D terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen


permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang beresiko
terkenahepatitis D. Antibodi anti-delta dengan adanya BBAg pada pemeriksaan laboratorium
memastikan diagnosis tersebut. Gejala hepatitis D serupa hepatitis B kecuali pasiennya lebih
cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis
serta sirosis hati.

5. Hepatitis E

Nama virusnya RNA HEV/agen penyebab utama untuk NANBH dengan agen virus RNA
untai tunggal tak berkapsul. Cara penularan fekal-oral dan melali air, bisa terjadi pada dewasa
muda hingga pertengahan. Masa inkubasinya 15-60 hari, rata-rata 40 hari. Resiko
penularannya pada air minum terkontaminasi dan wisatawan pada daerah endemis.

HEV merupakan suatu virus rantai tunggal yang kecil berdiameterkurang lebih 32-34 nm
dan tidak berkapsul. HEV adalah jenis hepatitis non-A, non-B, pemeriksaan serologis untuk
HEV menggunakan pemeriksaan imun enzim yang dikodekan khusus.

Hepatitis Toksik
Mendapat riwayat pajanan atau kontak dengan zat-zat kimia, obat atau preparat lain
yang bersifat hepatotoksik. Gejala yang dijumpai adalah anoreksia, mual dan muntah.
Pemulihan cepat apabila hepatotoksin dikenali dandihilangkan secara dini atau kontak dengan
penyebabnya terbatas. Terapi ditujukan pada tindakan untuk memulihkan dan mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit, penggantian darah, memberikan rasa nyaman dan tindakan
pendukung.

Hepatitis yang Ditimbulkan oleh Obat

Setiap obat dapat mempengaruhi fungsi hati namun obat yang paling berkaitan denagn
cedera hati tidak terbatas pada obat anastesi tapi mencakup obat-obat yang dipakai untuk
mengobati penakit rematik seta muskuloskletal, obat anti depresan,, psikotropik, antikonvulsan
dan antituberkulosis.

Hepatitis

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Anatomi

Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsihati. Hati adalah
salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian teratas dalam rongga
abdomen disebelah kanan dibawah diafragma dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat
hati rata-rata sekitar 1500 gr 2,5% dari berat tubuh pada orang deawa normal, hati dibagi
menjadi 4 lobus, yaitu lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya 1/10 ditempati
oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat
yang membentang kedalam lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang
kecil dan unit-unit kecil itu disebut lobulus (Pearce, 2006).

Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta. Arteri
hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai kejenuhan
95–100% masuk ke hati akan akhirnya keluar sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta
terbentuk dari lienalis dan vena mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati
darah ini mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan kehati yang telah
diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri hepatica dan saluran
membentuk saluran porta (Syaifuddin, 2003).

Anatomi Hati (Hepar)

Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan elastis
yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar mengikuti
pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yang terdiri
dari sel-sel yang disusun di dalam lempengan-lempengan atau plate dimana akan masuk ke
dalamnya sistem pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap tumpukan
jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung cabang-cabang vena porta, arteri
hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya
langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya
ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran
empedu menuju kandung empedu (FKUI, 2006).

2. Fisiologi

Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta yang
menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam fisiologis hati, mengalirkan
darah yang kaya akan nutrisi dari traktus gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut
masuk dalam hati lewat arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena porta yang
terbentuk dari vena linealis dan vena mesenterika superior, mengantarkan 4/5 darahnya kehati
darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa oksigen telah diambil oleh
limpa dan usus. Darah ini membawa kepada hati zat makanan yang telah di absorbsi oleh
mukosa usus halus. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior.
Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi keseluruh hati, dua yang masuk yaitu
arteri hepatika dan venaporta, dan dua yang keluar yaitu vena hepatika dan saluran empedu.

Sinusoia mengosongkan isinya kedalam venulel yang berada pada bagian tengah
masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu
membentuk vena hepatika yang merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan
isinya kedalam vena kava inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan
darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (FKUI, 2006).

Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga sangat penting
untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap metabolik tubuh. Adapun fungsi hati
menurut (Pearce, 2006) sebagai berikut:

1. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah. Aliran darah melalui hati sekitar
1100 ml darah mengalir dari vena porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar
350 ml lagi mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450
ml/menit.

2. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem metabolisme


tubuh. Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidat, mengubah
galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis membentuk banyak senyawa
kimia penting dan hasil perantara metabolisme karbohidrat serta menyimpan glikogen.

3. Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang mengalir melalui
saluran empedu ke saluran pencernaan.

4. Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

5. Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.

6. Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K), mineral (termasuk zat besi).

7. Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.

8. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan menyerap zat
gizi penting.

9. Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi) serta memetabolisme


alkohol.

10. Membantu menghambat infeksi.


D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari
hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.
Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon
sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian
besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan
sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin
tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan
sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin
indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan
eksresi bilirubin.

Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi
dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-
gatal pada ikterus.

Pathway
PATHWAY HEPATITIS

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari:
1. Masa tunas
Virus A :15-45 hari (rata-rata 25 hari)

Virus B :40-180 hari (rata-rata 75 hari)

Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

2. Fase Pre Ikterik

Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7
hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati)
dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39 oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.

3. Fase Ikterik

Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan
bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa
seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4. Fase penyembuhan

Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul
bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine
tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

F. KOMPLIKASI
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan hati, kadar
bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma hepatikum.
Prognosis adalah kematian pada 60-80% pasien. Komplikasi tersering adalah perjalanan klinis
yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8 bulan. Sekitar 5-10% paasien heatitis virus mengalami
kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal.
Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi kortikosteroid dapat
memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap buruk. Komplikasi lanjut
hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma heatoseluler sekunder.
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia
serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini
lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh
jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras jaringan parut yang terbentuk
dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan pigmen
1) urobilirubin direk
2) bilirubun serum total
3) bilirubin urine
4) urobilinogen urine
5) urobilinogen feses
b. Pemeriksaan protein
1) protein totel serum
2) albumin serum
3) globulin serum
4) HbsAG
c. Waktu protombin
1) respon waktu protombin terhadap vitamin K
d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
1) AST atau SGOT
2) ALT atau SGPT
3) LDH
4) Amonia serum
2. Radiologi
a. foto rontgen abdomen
b. pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
c. kolestogram dan kalangiogram
d. arteriografi pembuluh darah seliaka
3. Pemeriksaan tambahan
a. Laparoskopi
b. biopsi hati

Laporan Pendahuluan Hepatitis


H. PENATALAKSANAAN
1. MEDIS

a. Pencegahan

1) Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi donor darah
karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
2) pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh yang baik.
Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.

b. Obat-obatan terpilih

1) Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun yang
berlebihan.
2) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4) Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
5) Roboransia.
6) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.

c. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.

d. ika penderita enak, tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup

e. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang mengubah
susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr. laktosa
dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces
berubah menjadi asam.

2. KEPERAWATAN

a. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran hati kenaikan
bilirubin kembali normal.

b. Nutrisi yang adekuat


c. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga sehingga
diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam persepsi sensori.

d. Pengendalian dan pencegahan

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati

1. Aktivitas
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Malaise
2. Sirkulasi
a. Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
b. Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
a. Urine gelap
b. Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
a. Anoreksia
b. Berat badan menurun
c. Mual dan muntah
d. Peningkatan oedema
e. Asites
5. Neurosensori
a. Peka terhadap rangsang
b. Cenderung tidur
c. Letargi
d. Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
a. Kram abdomen
b. Nyeri tekan pada kuadran kanan
c. Mialgia
d. Atralgia
e. Sakit kepala
f. Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
a. Demam
b. Urtikaria
c. Lesi makulopopuler
d. Eritema
e. Splenomegali
f. Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
a. Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

Laporan Pendahuluan Hepatitis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu
dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interna ; perubahan kondisi metabolik,


perubahan sirkulasi.

4. Cemas berhubungan dengan perubahan peran dalam lingkungan sosial


C. RENCANA KEPERAWATAN

Tujuan dan
NO Diagnosa Keperawatan Intervensi
Kriteria Hasil

1. Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


berhubungan dengan
kelemahan menyeluruh. Emergency Energy Management
conservation
- Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
Self Care :
ADLs - Dorong untuk mengngkapkan perasaan terhadap keterbatasan

Kriteria Hasil ; - Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelalahan

- Berpartisipasi - Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat


dalam aktivitas - Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik da emosi secara berlebih
fisik tanpa
disertai - Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
peningkatan
tekanan darah, - Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
nadi dan RR
Activity Therapy
- Mampu
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
melakukan
aktivitas - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan k
sehari-hari psikologi dan sosial
(ADLs) secara
mandiri - Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas

- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

- Bantu klien untuk membuat jadwal layihan di waktu luang

- Bantu keluarga/pasien untuk mengidentivikasi kekurangan dalam be

- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan

- Monitor respon fisik,emosi, sosial dan spiritual

2. Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak Nutritional Nutrition Management
mampu dalam memasukkan, Status ; food
mencerna, mengabsorbsi and fluid intake - Kaji adanya alergi makanan
makanan karena faktor biologi. Kriteria Hasil : - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutr
yangdibutuhkan pasien
- Adanya
penngkatan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
berat badan
sesuai dengan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein da vitamin C
tujuan - Berikan substansi gula
- Berat badan - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk menceg
ideal sesuai
dengan tinggi - Berikan makanan yang terpilih
badan
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makaan harian
- Mampu
mengidentifika - Monitor julahnutrisi dan kandungan kalori
si kebutuhan
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
nutrisi
- Kaji kemampuanpasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Tidak ada
tanda-tanda Nutrition Monitoring
malnutrisi
- BB pasien dalam batas normal
- Tidak terjadi
penurunan - Monitor adanya penurunan beratbadan
berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
yang berarti
- Monitor lingkungan selama makan

- Jadwalkan pengobatan datindakan tidak selama jam makan

- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

- Monitor turgor kulit

- Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah

- Monitor mual dan muntah

- Monitor kadar albumin, total protein, Hb dan kadar Ht

- Montor makanan esukaan

- Monitor pertumbuhan dan perkembangan

- Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan konjungtiva

- Monitor kalori dan intake nutrisi


- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas o

- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

3. Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue NIC : Pressure Management


berhubungan dengan interna ; Integrity ; Skin
perubahan kondisi metabolik, and Mucous - Anjrkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
perubahan sirkulasi. Membranes - Hindari kerutan pada tempat tidur
- Integritas kulit - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
yang baik bias
dipertahankan - Mobilisasi pasien (ubah poasisi pasien) setiap 2 jam sekali
9sensasi,
elastisitas, - Monitor kulit akan adanya kemerahan
temperature,
- Oleskan lotion atau minyak pada daerah yang tertekan
hidrasi,
pigmentsi) - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

- Tidak ada - Monitor status nutrisi pasien


luka/lesi pada
kulit - Anjurkan pasien mandi dengan sabun dan air hangat

- Perfusi jaringan
baik

- Menunjukkan
pemahaman
dalam proses
perbaikan kulit
danmencegah
terjadinya
cedera
berulang

- Mampu
melindungi klit
dan
mempertahank
an kelembaban
kulit dan
perawatan
alami
4. Cemas berhubungan dengan NOC ; NIC :
perubahan peran dalam
lingkungan sosial Anciety control Anxiety Reduction

Coping - Gunakan pendekatan yang menyenangkan

Impulse control - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien

Kriteria Hasil : - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

- Klien mampu - Pahami perspektif faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis


mengidentifika
si dan - Lakukan back/neck rub
mengungkapka - Dengarkan dengan penuh perhatian
n gejala cemas
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Mengientifikasi,
mengungkapka - Dorong pasien untuk mengungkapkanperasaan, ketakutan persepsi
n dan
menjukkan - Insruksikanpasien menggunakan teknik relaksasi
teknik untuk
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
mengontrol
kecemasan

- Vital sign dalam


batas normal

- Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Corwm, Elizabeth J,2001, Buku Saku Patofisiologi; alih bahasa Brahm U. Pendit...(et. Al.) ; Editor
Endah P, Jakarta : EGC

Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC), Mosby.

Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius.

Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby.

Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proes-proses Penyakit.; alih bahasa,
Brahm U. Pendit…(et. Al.) edisi 6, Jakarta : EGC

Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC.

Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification 2005-2006, NANDA
International.

Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Jakarta, EGC.
H. Asuhan keperawatan hepatitis
1. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Meliputi :Nama, Usia : bisa terjadi pada semua usia,Alamat,Agama,Pekerjaan,Pendidikan.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan nyeri perut kanan atas
2. Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan

atas
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya,

kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah

sakit.
4. Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan

dengan penyakit pencernaan.

2. Pemeriksaan Fisik
1. Review Of Sistem (ROS)
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan,

konjungtiva anemis, Suhu badan 38,50 C


b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya

sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O 2, tidak ada ronchi,

whezing, stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran

jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.


d. Sistem urogenital : Urine berwarna gelap
e. Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi (anoreksia)
f. Abdomen :
Inspeksi : abdomen ada benjolan
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi : pada hepar teraba keras
Perkusi : hypertimpani
2. Pengkajian fungsional Gordon

a) Persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka

akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

b) Pola nutrisi dan metabolik

Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual

muntah .

Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc


c) Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : Diare feses warna tanah liat

d) Pola aktivitas dan latihan

Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di atas

tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

dasarnya,

e) Pola istirahat tidur

Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia,

atralgia, sakit kepala dan puritus.

f) Pola persepsi sensori dan kognitif

Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat

g) Pola hubungan dengan orang lain

Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas

untuk keluar dan memilih untuk istirahat.

h) Pola reproduksi / seksual

pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual aktif/biseksual pada

wanita).

i) Pola persepsi diri dan konsep diri


Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi

j) Pola mekanisme koping

Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan

k) Pola nilai kepercayaan / keyakinan

Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari

Allah SWT.

3. Pemeriksaan Penunjang

1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)

Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.

SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan

jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati

2. Darah Lengkap (DL)

SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau

mengakibatkan perdarahan.

3. Leukopenia

Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)

4. Diferensia Darah Lengkap

Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.

5. Alkali phosfatase

Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)

6. Feses

Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)


7. Albumin Serum

Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena

itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

8. Gula Darah

Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).

9. Anti HAVIgM

Positif pada tipe A

10. HbsAG

Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)

11. Masa Protrombin

Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat

absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.

12. Bilirubin serum

Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan

peningkatan nekrosis seluler)

13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)

Kadar darah meningkat.

BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam

satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.

14. Biopsi Hati

Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis

15. Skan Hati

Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.


16. Urinalisa

Peningkatan kadar bilirubin.

Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin

terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: Pasien mengatakan bahwa nyeri Pembengkakan hepar Gangguan rasa

pada daerah perut kanan atas nyaman (Nyeri)


Do :
P : Nyeri pada saat ditekan
Q : Seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri pada kuadran kanan atas
S : Skala : 6-8
T: Menetap
2Do : pasien mengatakan mual tidak nafsu Anoreksia Nutrisi kurang dari

makan kebutuhan
Ds : klientampak lemah dan lemas,

porsi makan tidak habis hanya

habis 3 sendok
A : BB turun
B : Hb < 12
C : Konjungtiva anemis
D : Diet makan tinggi serat dan

protein

3 Ds : Pasien mengatakan bahwa dia Penurunan kekuatan / Intoleransi Aktivitas

malas untuk beraktivitas ketahanan tubuh

Do : Tonus Otot 4 4
4 4
- Aktivitas sehari hari memerlukan
bantuan
- Pasien nampak terkulai lemas di

atas tempat tidur


4Ds : pasien mengatakan bahwa tubuhnya Gatal sekunder dengan Resiko tinggi terhadap

gatal -gatal akumulasi garam kerusakan integritas


Tanda garukan pada kulit
empedu pada jaringan kulit
5Ds :Pasien mengatakan bahwasering Mual – muntah Resiko tinggi

muntah kekurangan volume


pasien muntah 1x/ lebih sehari
Turgor Kulit kembali > 2 Detik cairan
Mukosa Bibir Kering
Mata Cowong
Konjungtiva Anemis
6 pasien mengatakan tubuhnya panas infasi agen dalam Hipertermi
a. Do : suhu tubuh pasien 38,50 C
sirkulasi darah

sekunder terhadap

inflamasi hepar

4. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.
4. Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal sekunder

dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.


5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual – muntah.
6. Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap

inflamasi hepar

5. Intervensi Keperawatan
DX 1 : Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 diharapkan pasien nyeri hilang,

dengan
KH :
- TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :

36,5- 37,50.C ).
- Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
- Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
- Skala nyeri 0-3
- Wajah pasien rileks

Intervensi Rasional
1) Kolaborasi dengan individu untuk
1) nyeri yang berhubungan dengan

menentukan metode yang dapat digunakan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh

untuk intensitas nyeri karena terdapat peregangan secara

kapsula hati, melalui pendekatan kepada

individu yang mengalami perubahan

kenyamanan nyeri diharapkan lebih

efektif mengurangi nyeri.


2) Observasi TTV 2) Untuk mengetahui keadaan umum klien
3) Tunjukkan pada klien penerimaan tentang
3. klienlah yang harus mencoba

respon klien terhadap nyeri meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan

bahwa ia mengalami nyeri.


4) Berikan informasi akurat dan 4. klien yang disiapkan untuk mengalami

a) Jelaskan penyebab nyeri nyeri melalui penjelasan nyeri yang

b) Tunjukkan berapa lama nyeri akan sesungguhnya akan dirasakan (cenderung

berakhir, bila diketahui lebih tenang dibanding klien yang

penjelasan kurang/tidak terdapat

penjelasan)
5) Bahas dengan dokter penggunaan
5) kemungkinan nyeri sudah tak bisa

analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk mengurangi
hepatotoksi nyeri.

DX 2 :Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia


Tujuan : Setelah dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi, dengan
KH : - Nafsu makan pasien meningkat
- Porsi makan habis
- Pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara mengatasi malas makan
- Pasien tidak lemas
- BB naik

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi pemasukan diet / jumlah kalori.
1. Makan banyak sulit untuk mengatur bila

Berikan makan sedikit dalam frekuensi pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk

sering dan tawarkan makan pagi paling selama siang hari, membuat masukan

besar makanan yang sulit pada sore hari


2. Berikan perawatan mulut sebelum makan2. Menghilangkan rasa tak enak dapat

meningkatkan nafsu makan


3. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak3. Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan

dapat meningkatkan nafsu makan


4. Dorong pemasukan sari jeruk, minuman
4. Bahan ini merupakan ekstra kalori dan

karbonat dan permen berat sepanjang hari dapat lebih mudah dicerna / toleran bila

makanan lain ini


Kolaborasi
5. Konsul pada ahli gizi, dukung tim nutrisi
5. Berguna dalam membuat program diet

untuk memberikan diet sesuai kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan individu.

pasien, dengan masukan lemak dan protein Metabolisme lemak bervariasi tergantung

sesuai toleransi pada produksi dan pengeluaran empedu dan

perlunya masukan normal atau lebih protein

akan membantu regenerasi hati


6. Berikan obat sesuai indikasi : Antiematik,
6. Diberikan ½ jam sebelum makan, dapat

contoh metalopramide (Reglan) ; menurunkan mual dan meningkatkan


trimetobenzamid (Tigan) toleransi pada makanan.

DX 3:Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.

Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam pasien diharapkan mampu

beraktivitas dengan baik, dengan

KH :
- Tonus otot 5 5
- Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri
- Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Tingkatkan tirah baring / duduk. Berikan
1. Meningkatkan istirahat dan ketenangan.

lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai Menyediakan energi yang digunakan

keperluan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi

duduk tegak diyakini menurunkan aliran

darah ke kaki, yang mencegah sirkulasi

optimal ke sel hati


2. Ubah posisi dengan sering. Berikan
2. Meningkatkan fungsi pernafasan dan

perawatan kulit yang baik meminimalkan tekanan pada area tertentu

untuk menurunkan resiko kerusakan

jaringan
3. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai
3. Memungkinkan periode tambahan

toleransi istirahat tanpa gangguan


4. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu
4. Tirah baring lama dapat menurunkan

melakukan latihan rentang gerak sendi pasif / kemampuan. Ini dapat terjadi karena

aktif keterbatasan aktivitas yang mengganggu

periode istirahat.
5. Dorong penggunaan teknik manajemen
5. Meningkatkan relaksasi dan

stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi, penghematan energi, memusatkan

bimbingan imajinasi, berikan aktivitas kembali perhatian, dan dapat

hiburan yang tepat, contoh menonton TV, meningkatkan koping

radio, membaca
6. Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri
6. Menunjukkan kurangnya resolusi /

tekan pembesaran hati eksaserbasi penyakit, memerlukan

istirahat lanjut, mengganti program terapi


Kolaborasi
7. Berikan antidot atau bantu dalam prosedur
7. Membuang agen penyebab pada

sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis, hepatitis toksik dapat membatasi derajat

hiperventilasi) tergantung pada pemajanan kerusakan jaringan


8. Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen
8. Membantu dalam manajemen

antiansietas, contoh diazepam (Valium); kebutuhan tidur. Catatan : penggunaan

lorazepam (Ativan) berbiturat dan tranquilizer seperti

Compazine dan Thorazine,

dikontraindikasikan sehubungan dengan

efek hepatotoksik
9. Awasi kadar enzim hati 9. Membantu menentukan kadar aktivitas

tepat, sebagai peningkatan prematur pada

potensial risiko berulang

Dx 4 : Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan denganGatal sekunder

dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.


Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gatal pada pasien

hilang.
KH :
- Pasien merasa nyaman
- Tubuh pasien tidak gatal lagi
- Tubuh pasien tidak lecet

Intervensi Rasional
Mulai tindakan kenyamanan : 1. Tindakan ini meningkatkan istirahat.
Mandi pancuran dingin
Gosokan punggung Istirahat menurunkan kebutuhan energi
Air hangat
Aktivitas hiburan rendah (membaca, yang menghasilkan tegangan pada hepar.

menonton TV, permainan papan)


Kompres dingin pada dahi untuk sakit

kepala
Lingkungan tenang
2. Berikan antipiretik yang diresepkan dan
2. Untuk mengatasi demam. Demam

evaluasi keefektifan berhubungan dengan peningkatan

kehangatan dan berkeringat saat demam

membaik. Hangat disertai dengan lembab

meningkatkan rasa gatal.


3. Pertahankan linen dan pakaian kering 3. Pakaian basah dari berkeringat adalah

sumber ketidaknyamanan
4. Dorong kunjungan dari keluarga dan
4. Isolasi dapat menyebabkan kebosanan

teman yang mencetuskan depresi dan

meningkatkan ketidaknyamanan.
5. Mulai tindakan untuk menghilangkan
5. Suhu dingin membatasi vasodilatasi jadi

puritus : menurunkan pengeluaran garam empedu


Berikan mandi pancuran dingin
Gunakan soda kue atau tepung sagu pada ke permukaan kulit. Soda kue dan sagu

air membantu menetralkan asam pada


Hindari sabun alkalin
Berikan losin Caladryl permukaan kulit. Sabun alkalin
Gunakan pakaian yang longgar
Pertahankan suhu kamar dingin mempunyai efek mengeringkan, yang

meningkatkan rasa gatal. Losion Caladryl


mengandung antihistamin, benadryl yang

juga menetralkan keasaman permukaan

kulit, dan menekan ujung saraf sensori

yang mencetuskan sensasi gatal


6. Pertahankan kuku pasien terpotong
6. Untuk menurunkan resiko kerusakan

pendek. Instruksikan pasien menggunakan kulit bila buruk

bantalan jari untuk menggaruk kulit atau

menggunakan ujung jari untuk menekan

pada kulit bila sangat perlu menggaruk.

Dx 5 : Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan denganmual – muntah.


Tujuan : Setelah dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan pasien terpenuhi,

dengan
KH :
- TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :

36,5- 37,50.C ).
- Turgor Kulit kembali < 2 Detik
- Mukosa Bibir lembab
- Mata tidak Cowong
- Konjungtiva tidak Anemis
- Muntah tidak terjadi

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1. Awasi masukan dan haluaran, bandingkan
1. Memberikan informasi tentang

dengan berat badan harian. Catat kehilangan kebutuhan penggantian / efek terapi.

melalui usus, contoh muntah dan diare


2. Kaji tanda vital, nadi periver, pengisian
2. Indikator volume sirkulasi / perfusi

kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa


3. Periksa asites atau pembentukan edema. 3. Menurunkan kemungkinan perdarahan

Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi kedalam jaringan


4. Biarkan pasien menggunakan lap katun 4./ Menghindari trauma dan perdarahan
spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi gusi
5. Observasi tanda perdarahan, contoh 5. Kadar protombin menurun dan waktu

hematuria / melena, ekimosis, perdarahan koagulasi memanjang bila absorbsi

terus menerus dari gusi / bekas injeksi vitamin K terganggu pada traktus GI dan

sintesis protrombin menurun karena

mempengaruhi hati
Kolaborasi
6. Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht,
6. Menunjukkan hidrasi dan

Na+ albumin, dan waktu pembekuan mengidentifikasi retensi natrium / kadar

protein yang dapat menimbulkan

pembekuan edema. Defisit pada

pembekuan potensial beresiko perdarahan


7. Berikan cairan IV (biasanya glukosa),
7. Memberikan cairan dan penggantian

elektrolit elektrolit

Dx 6 : Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap

inflamasi hepar

Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal, dengan
KH:
- Klien tidak mengeluh panas
- Suhu tubuh Normal 36,50 – 37,50C
- Keluarga pasien mampu mengatasi panas dengan melakukan kompres hangat.

Intervensi Rasional
1. Kaji adanya keluahan tanda – tanda
1. sebagai indikator untuk mengetahui

peningkatan suhu tubuh status hypertermi


2. menghambat pusat simpatis di
2. Berikan kompres hangat pada lipatan
hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi
ketiak dan femur
kulit dengan merangsang kelenjar keringat

untuk mengurangi panas tubuh melalui


penguapan
3. keluarga mampu melakukan kompres

kepada pasien secara mandiri

4. kondisi kulit yang mengalami lembab


3. Berikan HE kepada keluarga pasien
memicu timbulnya pertumbuhan jamur.
tentang pemberian kompres yang benar
Juga akan mengurangi kenyamanan klien,
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian
mencegah timbulnya ruam kulit.
yang menyerap keringat
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
a) Definisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat

disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan

kimia. (Sujono Hadi, 1999).


b) Etiologi
a. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis : Hepatitis A, B, C, D, E
b. Hepatitis Non Virus : alkohol, obat – obatan, bahan beeracun, akibat penyakit lain
c) Klasifikasi dan penyebab
 Hepatitis A : masa inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral
 Hepatitis B :masa inkubasi 30-180 hari, cara penularan melalui pereteral
 Hepatitis C :masa inkubasi 15-150 hari, cara penularan melalui pereteral
 Hepatitis D :masa inkubasi 35 hari, cara penularan melalui pereteral
 Hepatitis E :masa inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral

4.2. Saran
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah

agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.


Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa

keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hernia.


DAFTAR PUSTAKA

Sylvia Anderson Price dan Lorrine Mccarty Wilson. 1981 “Patofisiologi, Konsep Klinis Proses –

Proses Penyakit”. Edisi 2. Jakarta : EGC

Charlene J. Reeves, Gayle Roux dan Robin Lackhart. 2001 “Keperawatan Medikal Bedah”.

Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia Anderson. 2005 : 485 “Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit”.

Edisi 6, Vol 1. Jakarta : EGC

Lynda Juall Carpenito. 2009 “Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis”. Jakarta :

EGC

Doenges. “Rencana Asuhan Keperawatan” Edisi 3

Dienstag, 1990

Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990

Bradley,1990; Purcell, 1990

Sujono Hadi, 1999

Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145

Smeltzer, 2001

Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131

Você também pode gostar