Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Lanjut ke konten
HUBUNGI SAYA
Photo Gallery
TENTANG PENULIS
1 Vote
KASUS POSISI
Permasalahan ini dimulai ketika PT. Indah Raya Widya Plywood
Industries mengajukan permohonan kredit kepada PT. Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk pengajuan permohonan kredit tersebut itupun
disetujui oleh PT. BNI (persero) Tbk, dimana bentuk pinjaman kredit
terbagi dalam 2 bentuk mata uang, yaitu hutang dalam bentuk rupiah dan
US Dollar. Perjanjian kredit dalam bentuk rupiah pertama kali dibuat
pada tanggal 3 Februari 1994 dengan fasilitas pinjaman maksimal sebesar
Rp. 2.300.000.000,- dan telah diubah dalam perjanjian kredit terakhir yaitu
pada tanggal 28 Juli 2000.
2) Bunga = US $ 301.674,82
3) IBP = US $ 251.823,45
PUTUSAN PENGADILAN
Terhadap pengajuan Permohonan Pailit tersebut, telah dijatuhkan
putusan dengan putusan Nomor : OS/PKPU/2006/PN.Niaga,
Jkt.Pst.Jo Nomor :13/Pailit/2006/PN. Niaga. Jkt.Pst. Dari putusan
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tersebut telah menjatuhkan bahwa
Termohon Pailit (PT. Indah Raya Widya Plywood Industries) pailit
dengan segala akibat hukumnya.
PERTIMBANGAN HUKUM
Pertimbangan hukum dalam menjatuhkan putusan pailit terhadap
Termohon pailit adalah sebagai berikut:
1. Bahwa benar termohon pailit memiliki dua kreditor atau
lebih (Cansursus Creditorum), yaitu diantaranya :
2. Koperasi Karyawan Bumi Jaya, yang beralamat di Palembang
3. Utang terhadap karyawan, yang dalam hal ini diwakili oleh MR.
Soki, SH,Cs
1. Bahwa benar dari adanya beberapa kreditur, jelas terdapat satu
utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih yaitu utang
pihak Termohon pailit terhadap Pemohon Pailit yang jatuh
tempo pada tanggal 29 Desember 2000.
2. Bahwa pihak pemohon selaku kreditor telah memiliki iktikad baik
terhadap Termohon Pailit dengan melakukan beberapa kali
negoisasi untuk tetap menjamin terlaksananya/berjalannya
operasional usaha Termohon Pailit.
3. Bahwa pada Rapat Pemungutan Suara/Voting atas Rencana
Perdamaian Debitor (dalam PKPU) yang diselenggarakan
tanggal 14 Juni 2006, diperoleh hasil bahwa semua kreditor
yang hadir di dalam rapat tersebut, 100% menyatakan menolak
rencana perdamaian yang diajukan oleh debitor.
a Pemegang gadai;
d Pemegang hipotik;
ANALISIS
A. Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan
Putusan pada Perkara Permohonan Kepailitan PT. Indah Raya
Widya Plywood.
Dalam penyelesaian suatu kasus kepailitan, dianut suatu asas
pembuktian sederhana. Menurut penulis, hal tersebut sejalan dengan
tujuan dari hukum kepailitan yaitu untuk kepentingan dunia usaha dalam
menyelesaikan masalah utang-piutang secara adil, cepat, terbuka dan
efektif. Dengan dianutnya asas pembuktian sederhana seyogyanya salah
satu tujuan dari hukum kepailitan yaitu ”cepat” dapat tercapai. Kecepatan
dalam menyelesaikan suatu kasus kepailitan sangat penting, mengingat
adanya pembatasan waktu pengucapan putusan Pengadilan maksimal 60
hari sejak tanggal permohonan pernyataan pailit didaftarkan.
Rencana perdamaian dibahas oleh debitor dan para kreditor pada saat
rapat kreditor, selanjutnya para kreditor melakukan pemungutan suara
(voting) terhadap rencana perdamaian tersebut. Apabila
melalui voting rencana perdamaian tersebut ditolak oleh para kreditor,
maka hakim pengawas memberitahukan penolakan dengan cara
menyerahkan kepada Pengadilan Niaga salinan rencana perdamaian.
Akibat hukum yang timbul terhadap penolakan perdamaian yaitu proses
pailit dilanjutkan kembali dan perdamaian tidak dapat ditawarkan kembali
dan hal tersebut berdampak kepada semua Kreditor, Debitor dan semua
orang yang bersangkutan dengan perkara kepailitan terseut.
SIMPULAN
1. Permohonan pailit kepada PT. Indah Raya Widya Plywood
berdasarkan keputusan Pengadilan Niaga yang diajukan oleh PT BNI
(Persero) Tbk secara sederhana telah terpenuhi dalam pasal 2 ayat (1)
UU Nomor 37 Tahun 2004 sehingga asas pembuktian sederhana dalam
perkara ini telah terpenuhi.
2. Rencana perdamaian dibahas oleh debitor dan para kreditor pada saat
rapat kreditor, selanjutnya para kreditor melakukan pemungutan suara
(voting) terhadap rencana perdamaian tersebut. Apabila
melalui votingrencana perdamaian tersebut ditolak oleh para kreditor,
maka hakim pengawas memberitahukan penolakan dengan cara
menyerahkan kepada Pengadilan Niaga salinan rencana perdamaian.
Akibat hukum yang timbul terhadap penolakan perdamaian yaitu proses
pailit dilanjutkan kembali dan perdamaian tidak dapat ditawarkan
kembali dan hal tersebut berdampak kepada semua Kreditor, Debitor
dan semua orang yang bersangkutan dengan perkara kepailitan
tersebut.
Penulis adalah mahasiswi semester akhir Progam Magister Hukum Bisnis
UNPAD angkatan 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi Subhan, Hukum Kepailitan: Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan,
Kencana Prenada Media Group. Jakarta.2008.
Jono, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008
Lilik Mulyadi, Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (PKPU) Teori dan Praktik, Alumni, Bandung, 2010
Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, Alumni, Bandung, 2006
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bahti,
Bandung, 2005
Munir Fuady, Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999
Rahayu Hartini, Hukum Kepailitan, Universitas Muhammadiyah Malang
Press, Malang, 2008
Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum
Kepailitan di Indonesia (studi Putusan-Putusan Pengadilan), Total Media,
Jakarta, 2008.
Sutan Remy Sjahdeni, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang
No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Grafiti, Jakarta, 2008
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek)
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
[1] Munir Fuady,Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bahti,
Bandung, 2005, hlm.8.
[2] Loc cit
[3] Man S. Sastrawidjaja, Hukum Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, Alumni, Bandung, 2006, hlm. 88-89
[4] Sutan Remy Sjahdeni, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang
No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan, Grafiti, Jakarta, 2008, hlm. 53
[5] Jono, Hukum Kepailitan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 4
[6] Sutan Remy Sjahdeny, loc cit.
[7] Loc cit.
[8] Man S. Sastrawidjaja, op cit, hlm. 18
[9] Jono, loc cit.
[10] Munir Fuady.op.cit, hlm.171
[11] loc.cit.
[12] Sutan Remy Sjahdeni, op cit, hlm. 149
[13] Ibid, hlm. 150
[14] Widiarso, Pembuktian Sederhana dalam Perkara
Kepailitan, http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2010-arwakhudin
11139&PHPSESSID=e99ecec43aeb91a73c0e368ce140cf5f, Diakses pada
Rabu, tanggal 27 Juli 2011 pukul 22:40 WIB
Navigasi pos
← OLDER POST
NEWER POST →
1.
selain itu, Dimana saya bisa mendapatkan Putusan Pailit nomor 13 ini ?
Balas
2.
thx before..
Balas
3.
Januari 8, 2015
sofyah adriani
terimakasih karena sudah membuat blog tentang analisa putusan
pengadilan ini
ini sangat membantu saya
terima kasih kak yasmin
Balas
Tinggalkan Balasan
Jumlah Pengunjung
Tautan-tautan Pribadi
Tampilkan Profil Lengkap →
Kategori
enang-wenang!
Daftar!
Top Rated
Posts | Pages | Comments
All | Today | This Week | This Month
How to Establish a Company in Indonesia
5/5 (6 votes)
Form of Business Organizations in the World and in Indonesia
5/5 (5 votes)
Potential Benefits and Risks of Agreeing to Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights (TRIPS) Plus Standard (Case Study “Impact on Thailand Public
Health”)
5/5 (4 votes)
How to Make a Contract, Including Explanation of Obligations in Contract Law
5/5 (4 votes)
Transparansi dalam Hal Penunjukan dan Pembentukan Organ BUMN dengan
Para Pihak yang Menjabat secara Kompetitif.
5/5 (3 votes)