Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstract
Kata Kunci : Pegawai Tidak Tetap, Pegawai Negeri Sipil, Sistem Merit,
1 Naskah diterima pada 05 September 2014, revisi pertama pada 06 Januari 2015, revisi kedua pada 27 Januari 2015, disetujui
terbit pada 02 April 2015
100 Jurnal Borneo Administrator/Volume 11/No. 1/2015
Analisa Status, Kedudukan dan Pekerjaan Pegawai Tidak Tetap
dalam UU No. 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara
A. PENDAHULUAN pemerintah.Adapunyang
Permasalahan pegawai tidak dimaksudkan dengan basis kemitraan
tetap selama ini memang menjadi adalah pegawai tidak tetap sekedar
polemik masalah kepegawaian di menjalankan fungsi asistensi maupun
Indonesia. Kedudukannya yang perbantuan baik yang sifatnya teknis
dilematisdanambiguantar maupun non teknis. Pola kerja itulah
a dibutuhkan maupun tidak diperlukan. yang sebenarnya secara kultural
Mengenai status dan posisi pegawai melanggengkan adanya hubungan
t i d ak t e t ap d al a m konstelasi hierarki dan patronase dalam sistem
pendayagunaan aparatur negara birokrasi modern kita yang telah
sangatlah dinamis, terlebih semenjak terbentuk melalui bentuk spoils
disahkannya Undang-Undang Nomor 5 system. Implikasi yang ditimbulkan
Tahun 2014 ini. Dikatakan sangatlah kemudian adalah semakin
dinamis, karena terdapat berbagai membengkaknya beban kerja pegawai
perubahan yang signifikan dalam tidak tetap daripada pegawai negeri
melihat posisi pegawai tidak tetap sipil. Hal inilah yang tentunya
dalam Manajemen Kepegawaian membuat ranah kinerja pegawai tidak
Negara kontemporer. Adapun berbagai tetap justru berada di dua ranah antara
macam perubahan tersebut meliputi informal maupun formal dengan porsi
adanya aspek pemberian tugas pokok tanggung jawab yang cukup besar
fungsi, relasi kedudukannya dengan pula. Maka tidaklah mengherankan
pegawai negeri sipil, mekanisme apabila pegawai tidak tetap sering kali
pengangkatan, maupun tunjangan mendapat sebutan the real civil
kesejahteraan yang selama ini menjadi service ketimbang pegawai negeri
krusial dalam membincangkan pegawai sipil yang selalu berdedikasi secara
tidak tetap ini. penuh dalam mengemban amanah
Maka ketiadaan adanya skema tugas. Meskipun hingga saat ini belum
kekaryaan dalam aturan kepegawaian ada kejelasan status kepegawaian
negara di Undang-Undang Nomor 43 maupun tunjangan dan gaji yang
Tahun 1999 seperti yang terdapat belum sesuai dengan beban kinerja.
dalam kasus pegawai swasta yang Semenjak disahkannya Undang-
berimplikasi pada skema rekrutmen Undang Kepegawaian Negara yang
pekerjaan bagi pegawai tidak tetap di baru dalam Undang-Undang Nomor 5
lingkungan instansi pemerintah Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
kemudian hanya berbasis pada Negara memunculkan berbagai
kemitraan yang sifatnya impersonal d diskursus mengenai reformasi birokrasi
a nin for mal.Ada ny amo del dalam sebuah instansi. Diantaranya
pengangkatan pegawai dalam pola adalah memunculkan kata “aparatur”
kinerja maupun perilaku berorganisasi untuk menggantikan “pegawai”. Hal itu
di lapangan bila melalui pegawai menjadi penting untuk mengurangi gap
swasta diposisikan setara dan terdapat antara pegawai negeri sipil dengan
adanya standar operasional prosedur pegawai tidak tetap dalam melakukan
yang jelas, lain halnya dengan prinsip kinerja dimana acap kali terjadi pola
kemitraan yang terdapat dalam sistem dominasi maupun subordinasi. Dengan
kerja para pegawai tidak tetap yang menjadi aparatur, relasi tersebut
berlaku di instansi lingkungan berlangsung secara
baik tingkat lokal maupun nasional oleh pegawai tidak tetap justru menjadi
dalam penentuan syarat maupun dilema tersendiri karena beban kerja
penentuan kuota nama bagi pegawai pegawai tidak tetap pada umumnya
tidak tetap merupakan cerminan lebih besar bila dibandingkan dengan
diskresi dan disposisi pejabat yang perlu pegawai negeri sipil. Hal tersebut yang
untuk direduksi atas nama transparansi. kemudian berimplikasi komitmen
Maka, adanya sistem perekrutan keprofesionalitaspegawaid
pegawai tidak tetap menjadi CPNS yang i lingkungan instansi pemerintah untuk
bermasalah menunjukkan bahwa terus memberikan pelayanan publik
pemerintah belum memiliki arah kepada masyarakat.
kebijakan pengadaan pegawai yang Komitmen kepegawaian dalam
jelas. Yang nampak justru pemerintah manajemen pelay
memanfaatkan kebijakan pengadaan anan publik
PNS sebagai upaya untuk mendapatkan pemerintah dapat dianalisa sebagai
dukungan politis daripada calon-calon bentuk suatu keyakinan salah satu
pegawai yang kompeten dan handal. pihak bahwa membina hubungan
Pola rekrutmen pada akhirnya hanya dengan pihak lain merupakan hal yang
menjadi basis patronase dan loyalitas penting yang berpengaruh terhadap
bagi pejabat tinggi birokrasi untuk manfaat optimal yang didapat oleh
memperkuat pengaruhnya di salah satu kedua belah pihak dalam berhubungan.
instansi. Implikasinya kemudian adalah Masalahnya yang timbul adalah
pola kinerja sebagai birokrat yang tidak ketiadaan legalitas yang dialami oleh
profesional dalam menjalankan tugas pegawai tidak tetap sendiri seringkali
pokok fungsinya (tupoksi) dalam dianaktirikan oleh pegawai tetap.
bertugas di instansi tersebut sehari-hari. Misalnya dalam perbedaan proporsi
tugas pokok fungsi yang berbeda,
tunjangan, maupun pelaksanan hal
Selain masalah rekrutmen, teknis di lapangan lainnya yang
masalah yuridis-sosiologis yang muncul menunjukkan adanya diferensiasi
dalam permasalahan status dan posisi status antara pegawai tidak tetap
pegawai tidak tetap adalah melebarnya dengan pegawai tetap. Ketiadaan
kesenjangan (gap) antara pegawai legalitas juga menjadikan pegawai
negeri sipil maupun pegawai tidak tetap tidak tetap terjebak dalam dua hal yakni
dalam jenjang karir di instansi tersebut perbudakan modern (modern slavery)
yang cenderung tetap dan tidak tetap. maupun liyan (othering). Adapun
Bagi pegawai negeri sipil, gaji pegawai pengertian pertama merujuk pada
negeri sipil sudah ditanggung oleh konsepsi bahwa hadirnya pegawai
pemerintah melalui skema tidak tetap dalam birokrasi modern
APBN/APBD sedangkan gaji pegawai sejatinya hanyalah menjadi asistensi
tidak tetap disesuaikan dengan bagi birokrasi tetap. Adanya model
kemampuan anggaran masing-masing asistensi tersebut tentu saja jika
instansi pemerintah . Meskipun dikaitkan dengan penciptaan
demikian, bila masalah ketimpangan hubungan p a t r o n - c l i e n t y a n g
gaji dikaitkan dengan masalah besarnya h e n d a k dilanggengkan dalam
beban kerja yang dilakukan sistem reformasi birokrasi (Jati,2012).
Hal tersebut sangatlah khas
kultur birokrasi tradisional yang dan posisi pegawai tidak tetap sendiri
terbangun atas kultur ngenger (pengikut masih menjadi pertanyaan tersendiri.
dan pengabdi) yang selama ini kental Adanya konversi menjadi CPNS
dalam mewarnai sistem perekrutan mungkin bagian dari penegas
birokrasi kita dimana calon pegawai keabsahan tersebut. Hal tersebut tidak
harus menjadi pembantu bagi atasan cukup karena biasanya kebijakan yang
pegawai atau pegawai lainnya untuk dibuat bersifat insidental dan
mendapatkan legitimasi surat sakti seremonial. Maka dalam konteks ini
untuk menjadi seorang pegawai. Harus perlu diperhatikan konteks pegawai
diakui bahwa menjadi pegawai negeri tidak tetap sebagai bagian dari
sipil adalah suatu keniscyaan maupun manajemen kepegawaian yang tidak
harapan bagi sebagian besar m a s y a r bisa dipisahkan.
a k a t I n d o n e s i a y a n g Masalah yang berkembang m e n
mendambakan untuk menjadi bagian jadikronisdalamsistem
penting korps baju dinas coklat tersebut. kepegawaian kita dimana rekrutmen
Adanya prestice maupun previliege pegawai tidak tetap semakin membesar
yang timbul menjadi seorang pegawai daripada rekrutmen pegawai negeri sipil
akan berdampak pada status diri melalui jalur formal. Terhadap pola
maupun status keluarga yang otomatis rekrutmen dan keberadaan pegawai
akan terdongkrak secara instan dan tidak tetap di instansi pemerintah
cepat. Meskipun pemerintah tidak memang menjadi dilema. Adanya
menerima pembukaan resmi mengenai kebutuhan pegawai yang besar namun
rekrutmen pegawai negeri sipil, namun anggaran negara yang terbatas
selalu saja ada celah untuk menjadi menjadikan kebutuhan akan pegawai
bagian dari pegawai negeri tersebut tidak tetap menjadi siasat dan solusi
salah satunya adalah dengan menjadi tersendiri. Namun demikian semakin
pegawai tidak tetap di lingkungan membengkaknya jumlah pegawai tidak
instansi pemerintah tertentu dengan tetap justru menimbulkan fenomena
harapan akan segera diangkat menjadi birokrasi miskin fungsi dikarenakan
pegawai negeri tetap. Hal ini pegawai tidak tetap pada umumnya
menunjukkan adanya kultur tradisional belum memiliki kemampuan yang
yang kemudian dilegalkan dalam dibuktikan dengan kualifikasi
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974, pendidikan yang dibutuhkan. Pada
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 akhirnya kemudian, beban kerja instansi
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pemerintah semakin berat seiring
yang mengatakan kebutuhan akan dengan dinamika kebutuhan masyarakat
pegawai tidak tetap, maupun Undang- yang ingin dilayani maupun
Undang Aparatur Sipil Negara Tahun perkembangan teknologi dan informasi.
2014 ini. Artinya kebutuhan pegawai Keberadaan pegawai tidak tetap justru
tidak tetap menjadi kebijakan sampiran semakin tidak dibutuhkan jika memakai
yang diundangkan oleh pemerintah analogi tersebut. Namun SKPD maupun
untuk memenuhi kebutuhan berbagai pemerintah juga tidak tega apabila harus
dinas di daerah. Meskipun demikian, memecat massal para pegawai tidak
pertanyaan mengenai keabsahan tetap tersebut karena lamanya
terhadap status pengabdian dan
dengan kompetensi yang dimiliki, dan menjadi terobosan sendiri dalam sistem
4) Struktur gaji belum/tidak dapat kepegawaian kita mengingat, pegawai
berfungsi sebagai pemicu peningkatan pemerintah tidak tetap biasanya hanya
kinerjakarena tidak terkait dengan berkutat pada masalah administrasi
kinerja, kompetensi dan tanggung maupun jabatan asistensi lainnya.
jawab. Maka yang menjadi core Mengingat, sistem yang diberlakukan
analysis dalam membahas kedudukan adalah meritokrasi. Sebenarnya pegawai
dan status pegawai tidak tetap dalam tidak tetap dengan perjanjian k o n t r a
Undang-Undang Nomor 5 Tahun k b i s a d e n g a n s e n d i r i
2014 sendiri adalah meritokrasi mendapatkan hasil lebih dari sekedar
berbasis kompetensi maupun prestasi. menjadi pegawai administrasi saja.
Dalam hal ini, kompetisi Misalnya saja, memiliki kreativitas
dibuka secara terbuka dan melebar dalam bidang lain yang intinya bisa
antara pegawai negeri sipil dengan menjadi subtitusi pada bidang lainnya.
pegawai pemerintah dengan perjanjian Maka seiring dengan prestasi yang
kontrak sendiri dibuka dengan diraih oleh pegawai pemerintah
menyeluruh. Artinya kedudukan egaliter perjanjian kontrak, semakin tinggi pula
dan setara terjadi dalam kinerja maupun reward yang akan didapatkan. Adapun
pekerjaan di luar maupun lapangan. besar kecilnya materi maupun prestasi
Selain itu pula, hal menarik lainnya yang akan diukir oleh pegawai kontrak
adalah dimungkinkannya pegawai tidak sangatlah tergantung pada pengukuran
tetap sendiri memegang jabatan kinerjadi setiap lini, sebagaimana dalam
fungsional sebagai bentuk tugas tabel berikut ini.
kreativitas pegawai. Tentu itu
Tabel 1.
Indikator Kinerja Pegawai Berbasis Kompetensi dalam UU ASN
Sumber : Agustinus(2007:15)