Você está na página 1de 4

UNDANG-UNDANG KEPAILITAN

Suatu perusahaan debaitur dianggap tidak mampu membayar (insolvent) apabila tidak
mampu membayar utangnya saat jatuh tempo, atau jika total utangnya melebihi nilai wajar
aktivanya. Ketidakmampuan membayar pada waktunya disebut sebagai ketidakmampuan ekuitas
(equity insolvency). Memiliki total utang yang melebihi nilai wajar total aktiva disebut
ketidakmampuan karena pailit (bankruptcy insolvency).

Ketidakmampuan perusahaan dalam soal equitas dapat menghindari pengajuan pailit


melalui negosiasi kesepakatan langsung pada krediturnya. Sedangkan perusahaan debitur yang
mengalami ketidakmampuan karena pailit umumnya akan direorganisasi atau dilikuidasi
menurut pengawasan pengadilan pailit.

Kepailitan merupakan suatu alat yang digunakan perusahaan untuk membantu mereka
dalam situasi sulit.

Dalam sejarahnya, peraturan kepilitan di Indonesia mengacu pada undang-undang


tentang kepailitan yang dimuat dalam staatsbald tahun 1905 nomor 217 juncto Staatbald tahun
1906 nomor 348. Pada tanggal 22 April 1998, pemerintah menetapkan dan mengundangkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan. Perpu ini berlaku aktif 120 hari sejak
tanggal diundangkan (20 Agustus 1988).

Kepailitan adalah sita umum yang mencakup seluruh kekayaan debitur untuk
kepentingan semua krediturnya.

Tujuannya adalah pembagian kekayaan debitur oleh kurator pada semua kreditur dengan
memperhatikan hak-hak mereka masing-masing.

Pembagian kekayaan debitur antara para krediturnya harus dilakukan secara pari passu
pro rata parte yang berarti bahwa proses pembagiannya dilakukan tanpa menentukan prioritas
atau dengan kata lain para kreditur mendapatkan kesempatan yang sama sesuai dengan besarnya
tagihan mereka masing-masing (proposional).

Proses kepailitan pada umumnya dimulai dengan adanya pernyataan pailit apabila suatu
perusahaan debaitur dianggap tidak mampu membayar (insolvent) apabila tidak mampu
membayar utangnya saat jatuh tempo, atau jika total utangnya melebihi nilai wajar aktivanya.
Ketidakmampuan membayar pada waktunya disebut sebagai ketidakmampuan ekuitas (equity
insolvency). Memiliki total utang yang melebihi nilai wajar total aktiva disebut ketidakmampuan
karena pailit (bankruptcy insolvency).

Ketidakmampuan perusahaan dalam soal equitas dapat menghindari pengajuan pailit


melalui negosiasi kesepakatan langsung pada krediturnya. Sedangkan perusahaan debitur yang
mengalami ketidakmampuan karena pailit umumnya akan direorganisasi atau dilikuidasi
menurut pengawasan pengadilan pailit.

Bagi debitur, kepilitan meliputi seluruh kekayaan milik debitur pada saat putusan
pernyataan pailit ditetapkan dan juga mencakup seluruh kekayaan yang diperoleh debitur selama
masa berlangsungnya kepailitan, misalnya karena hibah atau warisan. Pernyataan pailit
dinyatakan oleh Pengadilan Niaga, pengurusan dan pemberesan atas kekayaan debitur
ditugaskan kepada kurator dengan didampingi oleh Hakim Pengawas yang ditunjuk dari Hakim
Pengadilan yang bertugas mengawasi pengurusan dam pemberesan kurator.

Bila ada putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat kasasi atau peninjauan
kembali, maka kepailitan debitur berakhir. Pembatalan putusan pernyataan pailit tersebut tidak
mempengaruhi keabsahan perbuatan yang telah dilakukan oleh kurator sebelum atau tanggal
kurator menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan tersebut. Dengan berakhirnya
kepailitan, debitur sepenuhnya berhak untuk melakukan perbuatan pengurusan dan pengalihan
hak atas kekayaannya. Berakhirnya kepailitan tidak berarti membebaskan debitur dari hutang-
hutangnyayang belum dilunasi. Setiap kreditur yang piutangnya belum sepenuhnya dilunasi
berhak untuk menuntut pembayaran kepada debitur yang kepailitannya telah berakhir.

LIKUIDASI

Likuidasi merupakan aktivitas lanjutan apabila debitur pailit tidak dapat menunjukkan
pada pengadilan niaga yang memiliki otoritas untuk menghentikan kepailitan. Tujuan utama dari
likuidasi adalah melakukan pengurusan dan pemberesan atas harta pailit. Proses likuidasi juga
mengacu pada Perpu No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang tentang
Kepailitan.
Dalam pernyataan pailit yang ditentukan oleh pengadilan niaga sudah harus ditentukan
adanya Hakim Pengawas dan Kurator. Sebelum melakukan pengurusan dan pemberesan,
pengadilan wajib untuk mendengar nasihat dari Hakim Pengawas karena Hakim Pengawas
adalah pihak yang memiliki tugas untuk mengawasi proses pengurusan dan pemberesan harta
pailit. Hakim Pengawas perlu melakukan penahanan terhadap debitur pailit, dan penahanannya
dapat ditangguhkan apabila ada jaminan bahwa debitur akan selalu hadir apabila ada panggilan
dari pengadilan. Kemudian Balai Harta Peninggalan melakukan uraian mengenai harta pailit dan
melakukan penilaian terhadap harta tersebut. Operasional pengurusan dan pemberesan harta
pailit dilakukan oleh kurator. Kurator adalah perorangan atau persekutuan perdata yang
berdomisili di wilayah Indonesia yang memiliki keahlian khusus untuk melakukan pengurusan
dan pemberesan harta pailit dah telah terdaftar di Departemen Kehakiman. Tiap 3 bulan kurator
wajib untuk menyampaikan laporan kepada hakim pengawas yang berisi keadaan harta pailit dan
kemajuan dari pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta pailit.
Para kreditur yang memiliki piutang pada debitur pailit dapat membentuk suatu panitia
sementara. Panitia para kreditur ini memberikan nasihat kepada Balai Harta Peninggalan
(kurator) dan membantu proses pengawasan. Meskipun panitia para kreditur tersebut dapat
memberikan nasihat kepada kurator tetapi kurator tidak terikat dengan nasihat tersebut.
Debitur pailit berhak untuk menawarkan perdamaian kepada semua kreditur secara
bersamaan. Perdamaian ini dapat diterima apabila disetujui dalam rapat kreditur oleh lebih dari
50% jumlah kreditur yang hadir dalam rapat yang mewakili 2/3 dari jumah seluruh piutang yang
diakui atau yang untuk sementara diakui dari kreditur. Apabila perdamaian yang ditawarkan oleh
debitur ditolak maka debitur tidak boleh menawarkan lagi perdamaian baru.
Bila dalam rapat pencocokan hutang-piutang tidak ditawarkan perdamaian, atau bila
perdamaian yang ditawarkan telah ditolak atau pengesahan perdamaian tersebut pasti ditolak,
maka harta pailit berada dalam keadaan tidak mampu membayar. Kondisi ini menuntut
dilanjutkannya proses pailit dengan proses likuidasi. Sebelum melakukan likuidasi, kurator
melakukan inventarisasi terhadap kekayaan dan kewajiban debitur pailit. Kurator melakukan
inventarisasi terhadap kekayaan dan kewajiban berdasarkan neraca penutupan per tanggal izin
usaha dicabut dan diaudit oleh akuntan publik. Setelah proses inventarisasi selesai maka tim
likuidasi yang dibentuk akan menyusun rencana likuidasi dan tata cara pencairan harta.
Dalam melakukan penjualan aset hal-hal berikut ini harus diperhatikan:
 Aset tidak memiliki cacat hukum dan marketable
 Harga patokan adalah penilaian dari independen appraisal
 Diupayakan lebih dari satu penawar
 Penawaran secara tertulis
 Keputusan penjualan di pusat dan diputuskan setelah mendapatkan persetujuan dari
seluruh anggota tim likuidasi
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproses kepailitan tersebut dibebankan pada tiap
bagian harta pailit.

Você também pode gostar