Você está na página 1de 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

STRES, ADAPTASI, KOPING, DAN KONSEP DIRI

A. PENGERTIAN

a) Pengertian Stress
Dalam pengertian umum, stress adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri
individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara harapan dan
kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah.
(Sukadiyanto, 2010)

b) Pengertian Adaptasi
Adapatasi adalah suatu proses perubahan terjadi dalam aktivitas aspek fisiologis dan psikososial dalam
berespon terhadap suatu stresor. Perubahan yang terjadi dalam rangka menyesuaikan diri melalui suatu
pertahanan diri yang di dapat sejak lahir atau diperoleh melalui pengalaman. (I Wayan Candra, dalam
Manajemen Stres, 2012)

c) Pengertian Koping
Pengertian coping menurut Sarafino dan Smith (2011) adalah proses dimana individu mencoba untuk
mengelola perbedaan yang dirasakan antara tuntutan dan sumber daya.

d) Pengertian Konsep Diri


Konsep diri merupakan nilai, sikap dan atribut perspektif lainnya yang ada di dalam diri individu yang
dilihat dari perspektif individu sendiri dan orang lain yang dirasakan oleh individu. (Fransisca, 2014)
B. PATHWAY FAKTOR KRISIS SITUASI
(menderita penyakit terminal, perubahan fisik,
kehilangan anggota tubuh, kehilangan orang terdekat,
kegagalan, dsb.)

- Koping keluarga Terjadi ketegangan fisik Merasa kecewa


menurun dan emosional
- Dijauhi
- Dikucilkan

Hipotalamus Stres
mengaktifkan sistem
berkepanjangan
saraf simpatis

Dukungan dan kasih


sayang berkurang
Sistem saraf  Gangguan pola tidur :
simpatis lebih banyak tidur
menstimulasi  Kurang berenergi
medula adrenal
 Merasa bersalah  Nafsu makan
 Merasa malu berkurang
 Enggan mencoba  Verbalisasi menurun
hal baru Epinefrin dihasilkan
 Afek menurun
 Kegagalan
berulang  Tidak mempunyai
 Menolak umpan ambisi, inisiatif, dan
Kadar epinefrin
balik positif minat
meningkat
tentang diri  Perilaku isolasi
sendiri
 Perilaku
 Respon terhadap
bimbang/ragu  Peningkatan frekuensi stimulus melambat
 Perilaku tidak jantung
asertif  Peningkatan tekanan
 Sering kali darah
mencari  Peningkatan frekuensi
penegasan napas Keputusasaan
 Melebih-lebihkan  Produksi keringat
umpan balik berlebihan (diforesis)
negatif tentang  Dilatasi pupil
diri sendiri  Insomnia
 Gelisah Abdul Nasir (2011), Akramawita Kadir
 Insomnia (2012), Lynda Juall (2012), NANDA
2015, Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia( 2017), Syarifudin (2016)

Harga diri rendah


kronik Ansietas
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

-Beberapa prosedur diagnostik yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Elektroensefalogram (EEG)

Elektroensefalogram (EEG) digunakan untuk mengukur aktivitas elektrik otak, mengidentifikasi


disritmia, asimetris atau penekanan irama otak. EEG juga digunakan untuk mendiagnosis epilepsi,
neoplasma, stroke, penyakit degeneratif dan metabolisme.

2. Computerized EEG Maping

Computerized EEG Maping digunakan mengukur aktivitas otak.

3. Computerized Axial Tomography (CT Scan)

CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil
dari tulang tengkorak dan otak, mengukur struktur otak untuk mendeteksi lesi, abses, daerah infark atau
aneurisma. CT Scan juga dapat mengidentifikasi perbedaan anatomi pasien skizofrenia, gangguan
mental organik, dan gangguan bipolar.

4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) ialah gambaran pencitraan bagian badan yang diambil dengan
menggunakan daya magnet yang kuat mengelilingi anggota badan tersebut. Berbeda dengan "CT Scan",
MRI tidak menggunakan radiasi sinar-x dan cocok untuk mendeteksi jaringan lunak, misalnya kista
ataupun tumor yang masih sedikit, tetapi pencitraan dengan MRI lebih mahal daripada menggunakan
CT Scan. MRI digunakan untuk mengukur anatomi dan status biokimia otak, mendeteksi edema otak,
iskemia, infeksi, neoplasma, trauma, dan lain-lain.

5. Positron Emission Tomography (PET)

Positron Emission Tomography, yang dikenal dengan sebutan penggambaran PET adalah pemeriksaan
diagnostik dengan cara visualisasi fungsi tubuh menggunakan radioisotop yang memancarkan positron.
Positron adalah partikel tipis yang diemisikan dari unsur radioaktif mengalir pada pasien, yang
dikembangkan dengan teknik radioaktif untuk menganalisa berbagai penyakit dalam kedokteran nuklir
menggunakan instrumen tomographic untuk menggambarkan sebagian organ tubuh dan
memfungsikannya dengan menyisipkan radio isotop ke dalam sistem vaskuler dan kemudian mencari
konsentrasi dari pengusut dalam berbagai organ tubuh. PET digunakan untuk mengukur fungsi otak
secara spesifik, seperti : metabolisme glukose, penggunaan oksigen, aliran darah, dll.

6. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)

SPECT adalah bagian dari kedokteran nuklir untuk mengukur aliran darah dan tingkat aktivitas otak
pada pasien dengan gangguan, dan membandingkannya dengan otak normal. sama dengan PET, tetapi
SPECT juga digunakan untuk melihat kesan dari aktivitas sirkulasi cairan serebrospinalis.
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Secara umum pada pengkajian pola ini, perawat akan mengetahui bagaimana pasien memandang
dirinya sendiri saat sebelum maupun setelah sakit, kemampuan dirinya, perasaan pasien, tanggapan
terhadap sakit yang diderita, sejauh mana pasien mengetahui tentang penyakitnya
Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien mengenai:
1) Pandangan pasien mengenai sehat dan sakit
2) Apakah pasien memahami keadaan kesehatan dirinya?
3) Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah menggunakan obat tradisional?
4) Apakah pasien sudah memeriksakan dirinya sebelum ke rumah sakit?

2. Pola nutrisi
Pada pola nutrisi kaji pasien mengenai:
1) Pola makan
a. Bagaimana nafsu makan pasien selama sakit?
b. Berapakah porsi makan pasien per sekali makan?
2) Pola Minum
a. Berapakah frekuensi minum pasien selama sakit?

3. Pola eliminasi
Pada pola eliminasi kaji pasien mengenai:
1. Buang air besar
A. Berapakah frekuensi setiap kali buang air besar?
B. Bagaimanakah konsistensi pasien dalam buang air besar?
2. Buang air kecil
a. Berapakah frekuensi serta jumlah urine pasien setiap buang air kecil?

4. Aktivitas dan Latihan


Pada pola aktivitas dan latihan pasien mengenai:
1) Kemampuan perawatan diri
S M R S M R S
A k t i v i t a s
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
M a n d i
Berpakaian/berdandan
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat tidur
B e r p i n d a h
B e r j a l a n
N a i k t a n g g a
B e r b e l a n j a
M e m a s a k
Pemeliharaan rumah
Tabel 1. Kemampuan perawatan diri
Skor 0 = mandiri 3 = dibantu orang lain &alat
1 = alatbantu 4 = tergantung/tidakmampu
2 = dibantu orang lain
2) Kebersihan diri
a. Berapakah frekuensi pasien mandi dan menggosok gigi per 1 hari saat sakit?
b. Berapakah frekuensi pasin memotong kuku dan keramas selama seminggu saat sakit?
3) Altivitas sehari-hari
a. Apakah pasien bisa mengikuti aktivitas shari-hari selama sakit?
4) Rekreasi
a. Apakah pasien selama sakit melakukan rekreasi?
5) Olah raga
a. Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga?

5. Tidurdan Istirahat
Pada pola tidur dan istirahat kaji pasien mengenai:
1) Polatidur
Bagaimanakah polatidur pasien selama sakit? Yang digambarkan dengan pukul berapa pasien
mulai tidur dan sampai pukul berapa pasien tidur saat malam hari?
2) Frekuensitidur
Bagaimana frekuensi tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan dengan berapa lama pasien
tidur malam?
3) Intensitas tidur
a. Apakah pasien mengalami pola tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement)? Ataukah pasien
mengalami pola tidur REM (Rapid Eye Movement)?

6. Sensori, Presepsidan Kognitif


Pada pola sensori, persepsi, dan kognitif, kaji pasien mengenai:
1) Bagaimana cara pembawaan pasien saat bicara? Apakah normal, gagap, atau berbicara tak jelas?
2) Bagaimanakah tingkat ansietas pada pasien?
3) Apakah pasien mengalami nyeri ?
Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:
P (provoking atau pemacu) : factor yang memperparah atau meringankan nyeri
Q (quality atau kualitas) : kualitas nyeri (misalnya, tumpul, tajam, merobek)
R (region atau daerah) : daerah penjalaran nyeri
S (severity atau keganasan) : intensitasnya
T (time atau waktu) : serangan, lamanya, frekuensi, dan sebab

7. Konsep diri
Body image/gambaran diri
a. Adakah prosedur pengobatan yang mengubahfungsi alat tubuh?
b. Apakah pasien memiliki perubahan ukuran fisik?
c. Adakah perubahan fisiologis tumbuh kembang?
d. Adakah transplantasi alat tubuh?
e. Apakah pernah operasi?
f. Bagaimana proses patologi penyakit?
g. Apakah pasien menolak berkaca?
h. Apakah fungsi alat tubuh pasien terganggu?
i. Adakah keluhan karena kondisi tubuh?
Role/peran
a. Apakah klien mengalami overload peran?
b. Adakah perubahan peran pada pasien?
Identity/identitas diri
a. Apakah pasien merasa kurang percaya diri?
b. Mampukah pasien menerima perubahan?
c. Apakah pasien merasa kurang memiliki potensi?
d. Apakah pasien kurang mampu menentukan pilihan?
Self esteem/harga diri
a. Apakah pasien menunda tugas selama sakit?
b. Apakah pasien menyalahgunakan zat?
Self ideals/ideal diri
a. Apakkah pasien tidak ingin berusaha selama sakit

8. Seksual dan Repruduksi


a. Kapan pasien mengalami menstruasi terakhir ?
b. Apakah pasien mengalami masalah menstruasi ?
c. Apakah pasien pernah melakukan pap smear dankapan pap smear terakhir ?
d. Apakah pasien melakukan pemeriksaan payudara dan testis sendiri tiap bulan ?
e. Apakah pasien mengalami masalah seksual ?

9. Pola Peran Hubungan


Pada polaperan hubungan pasien mengenai:
1) Apakah pekerjaan pasien?
2) Bagaimanakah kualitas pekerjaan pasien?
3) Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain?

10. Manajemen Koping Setress


Menggambarkan bagaimana pasien menangani stress yang dimilikinya serta apakah kalien
menggunakan sistem pendukung dalam menghadapi stres

11. Sistem Nilai Dan Keyakinan


Mengenai bagaimana pasien memandang secara spiritual serta keyakinannya masing-masing
E. DIGNOSA KEPERAWATAN

a. Analisa data
NO DATA FOKUS DATA STANDAR POHON MASALAH MASALAH
1 DS: pasien/keluarga pasien - Pasien lebih berenergi Keputusasaan Keputusasaan
mengatakan bahwa pasien - Pola tidur pasien
merasa kurang berenergi dan normal
lebih banyak tidur. - Nafsu makan pasien  Gangguan pola
DO: tidak berkurang tidur : lebih banyak
Gangguan pola tidur : lebih - Verbalisasi pasien tidur
banyak tidur normal  Kurang berenergi
Nafsu makan berkurang - Afek pasien normal  Nafsu makan
Verbalisasi menurun - Pasien memiliki berkurang
Afek menurun ambisi, inisiatif, dan  Verbalisasi
Tidak mempunyai ambisi, minat menurun
inisiatif, dan minat - Tidak terjadi perilaku  Afek menurun
Perilaku isolasi isolasi pasien  Tidak mempunyai
Respon terhadap stimulus - Respon pasien ambisi, inisiatif,
melambat terhadap stimulus dan minat
cepat  Perilaku isolasi
 Respon terhadap
stimulus melambat

Stres berkepanjangan

Merasa kecewa

FAKTOR KRISIS
SITUASI
(menderita penyakit
terminal, perubahan
fisik, kehilangan
anggota tubuh,
kehilangan orang
terdekat, kegagalan,
dsb.)

2 DS: Pasien merasa - Pasien tidak merasa Harga diri rendah Harga diri rendah
bersalah, merasa malu, dan bersalah kronik kronik
mengatakan mengalami - Pasiean tidak merasa
kegagalan berulang. malu
- Pasien tidak
mengalami kegagalan  Merasa bersalah
DO: berulang  Merasa malu
Enggan mencoba hal baru - Pasien bersedia  Enggan mencoba
Menolak umpan balik mencoba hal baru hal baru
positif tentang diri sendiri - Pasien menerima  Kegagalan
Perilaku bimbang/ragu umpan balik positif berulang
Perilaku tidak asertif tentang diri sendiri  Menolak umpan
Sering kali mencari - Psien tidak balik positif
penegasan menunjukan perilaku tentang diri
Melebih-lebihkan umpan bimbang/ragu sendiri
balik negatif tentang diri - Pasien asertif  Perilaku
sendiri - Pasien tidak sering bimbang/ragu
mencari penegasan  Perilaku tidak
- Pasien tidak melebih- asertif
lebihkan umpan balik
 Sering kali
tentang diri sendiri.
mencari
penegasan
 Melebih-lebihkan
umpan balik
negatif tentang
diri sendiri

Dukungan dan kasih


sayang berkurang

Koping keluarga
menurun

FAKTOR KRISIS
SITUASI
(menderita penyakit
terminal, perubahan
fisik, kehilangan
anggota tubuh,
kehilangan orang
terdekat, kegagalan,
dsb.)
3 DS: pasien/keluarga pasien - Pasien tidak sulit tidur Ansietas Ansietas
mengatakan pasien sulit - Pasien tidak gelisah
tidur (Insomnia), gelisah. - Frekuensi jantung
pasien normal  Peningkatan
DO: - Tekanan darh psien frekuensi
Peningkatan frekuensi normal jantung
jantung - Frekuensi napas  Peningkatan
Peningkatan tekanan pasien normal tekanan darah
darah - Produksi keringat  Peningkatan
Peningkatan frekuensi pasien tidak frekuensi napas
napas berlebihan  Produksi
Produksi keringat - Pupil pasien tidak keringat
berlebihan (diforesis) berdilatasi berlebihan
Dilatasi pupil (diforesis)
 Dilatasi pupil
 Insomnia
 Gelisah

Kadar epinefrin
meningkat

Epinefrin dihasilkan

Sistem saraf simpatis


menstimulasi medula
adrenal

Hipotalamus
mengaktifkan sistem
saraf simpatis

Terjadi ketegangan
fisik dan emosional

FAKTOR KRISIS
SITUASI
(menderita peyakit
terminal, perubahan
fisik, kehilangan
anggota tubuh,
kehilangan orang
terdekat, kegagalan,
dsb.)

Abdul Nasir (2011), Akramawita Kadir (2012), Lynda Juall (2012), NANDA 2015, Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia( 2017), Syarifudin (2016)

b. Analisa masalah
1. Keputusasaan
 DS:
pasien/keluarga pasien mengatakan bahwa pasien merasa kurang berenergi
dan lebih banyak tidur.
 DO:
Gangguan pola tidur : lebih banyak tidur, nafsu makan berkurang, verbalisasi
menurun, afek menurun, tidak mempunyai ambisi, inisiatif, dan minat,
perilaku isolasi, respon terhadap stimulus melambat
 P: Keputusasaan
E: stres berkepanjangan
S: gangguan pola tidur ( lebih banyak tidur), kurang berenergi, nafsu makan
berkurang, verbalisasi menurun, afek menurun, tidak mempunyai ambisi,
inisiatif, dan minat, perilaku isolasi, respon terhadap stimulus melambat
 Proses terjadinya
Keputusasaan adalah kondisi subjektif ketika seorang individu memandang
keterbtasan atau tidak adanya alternatif atau pilihan pribadi serta tidak
mampu memobilisasi energi demi kepentingan sendiri. Krisis situasi
merupakan krisis yang terjadi sebagai respon terhadap kejadian yang tiba-tiba
dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang. Setiap indivisu mempunyai
respon yang berbeda-beda ketika mengalami krisis. Ada yang merasa bahwa
tekanan itu dapat diatasi dengan mudah, namu ada juga sebaliknya. Pada
kasus keputusasaan, akibat mengalami krisis situasi, seperti menderita peyakit
terminal, perubahan fisik, kehilangan anggota tubuh, kehilangan orang
terdekat, kegagalan, individu yang renta terhadap tekanan mengalami dapat
kekecewaan. Jika individu tersebut larut dalam perasaan kecewa yang
dialaminya dalam waktu yang lama, maka akan terjadi stres berkepanjangan.
Stres berkepanjangan apabila tidak diatasi dengan segera, memungkinkan
individu mengalami keputusasaan yang ditandai dengan gangguan pola tidur :
lebih banyak tidur, nafsu makan berkurang, verbalisasi menurun, afek
menurun, tidak mempunyai ambisi, inisiatif, dan minat, perilaku isolasi,
respon terhadap stimulus melambat. Hal ini dikarenakan individu hanya fokus
pada perasaan kecewa yang dialaminya.
 Akibat jika tidak ditangani
Jika tidak ditangani, indvidu yang mengalami keputusasaan rentan terinfeksi
mikroba akibat rendahnya daya tahan tubuh. Hal ini diakibatkan oleh
berkurangnya nafsu makan, sehingga sedikitnya asupan nutrisi penting bagi
peningkatan daya tahan tubuh. Selain itu individu tersebut juga berisiko
mengalami anoreksia. Secara psikologis, seseorang yang mengalami
keputsasaan berisiko melakukan bunuh diri dan perilaku melukai diri sendiri.

2. Harga diri rendah kronik


 DS: Pasien merasa bersalah, merasa malu, dan mengatakan mengalami
kegagalan berulang.
 DO: Enggan mencoba hal baru, Menolak umpan balik positif tentang diri
sendiri, Perilaku bimbang/ragu, Perilaku tidak asertif, Sering kali mencari
penegasan, Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
 P : Harga diri rendah kronik
E : Dukungan dan kasih sayang berkurang
S : Merasa bersalah, Merasa malu, Enggan mencoba hal baru, Kegagalan
berulang, Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri, Perilaku
bimbang/ragu, Perilaku tidak asertif, Sering kali mencari penegasan,
Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.
 Proses terjadinya
Ketika individu mengalami krisis situasi seperti mengidap penyakit terminal,
perubahan fisik, kehilangan anggota tubuh, kegagalan, atau yang lainnya,
masing-masing orang atau kelompok akan memiliki pandangan berbeda-beda
mengenai apa yang terjadi pada individu tersebut, termasuk keluarga individu
itu sendiri. Beberapa akan merasa berempati dengan individu tersebut dan
memberikan dukungan, dan beberapa lagi akan memandang hal tersebut
sebagai sesuatu yang buruk dan harus dijauhi. Pada individu yang mengalami
situasi kedua, dimana ia mengalami penurunan koping keluarga, dikucilkan,
dan dijauhi, tentu saja dukungan dan kasih sayang yang ia peroleh
sebelumnya akan berkurang. Jika hal dibiarkan begitu saja, akibatnya
individu tersebut akan mulai mengalami gangguan harga diri berupa harga
diri rendah kronik yang ditandai dengan merasa bersalah, malu, kegagalan
berulang, enggan mencoba hal baru, menolak umpan balik positif tentang diri
sendiri, perilaku bimbang/ragu, perilaku tidak asertif, sering kali mencari
penegasan, melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.
 Akibat jika tidak ditangani
Harga diri rendah kronis yang berlangsung lama tanpa adanya intervensi
terapiutik dapat menyebabkan pasien mengalami gangguan identitas pribadi.
Gangguan identitas pribadi adalah ketidakmampuan mempertahankan
persepsi diri yang utuh dan komplit (NANDA 2015).
3. Ansietas
 DS: pasien/keluarga pasien mengatakan pasien sulit tidur (Insomnia) dan
gelisah.
 DO: Peningkatan frekuensi jantung, Peningkatan tekanan darah, Peningkatan
frekuensi napas, Produksi keringat berlebihan (diforesis), Dilatasi pupil
 P : Ansietas
E : Kadar epinefrin meningkat
S : peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan
frekuensi napas, produksi keringat berlebihan (diforesis), dilatasi pupil,
insomnia, gelisah

 Proses terjdinya
Ansietas merupakan perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar
disertai respon otonom perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Krisis situasi dapat menyebabkan ketegangan dalam diri
individu, baik ketegangan secara fisik maupun emosional. Ketika hal tersebut
terjadi, hipotalamus dalam otak akan mengaktifkan salah satu dari sistem
saraf otonom, yaitu sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah bagian
dari sistem saraf otonom yang berfungsi untuk memacu dan mempercepat
kerja organ-organ tubuh (Syarifudin, 2011). Saraf simpatis akan memacu
kelenjar adrenal bagian medula adrenal untuk mensekresikan hormon
epinefrin yang juga dikenal sebagai adrenalin. Akibatnya, kadar hormon
epinefrin dalam tubuh meningkat dan menyebabkan terjadinya ansietas yang
ditandai dengan sulit tidur (insomnia), gelisah, peningkatan frekuensi jantung,
peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi napas, produksi keringat
berlebihan (diforesis), dilatasi pupil.

 Akibat jika tidak ditangani


Ketika kecemasan terjadi secara terus menerus tanpa adanya intervensi
terapiutik, maka individu tersebut akan masuk ke dalam wilayah anxiety
disorders. Dan apabila tetap tidak mendapatkan terapi, maka individu
tersebut dapat menderita depresi. Selain itu peningkatan kadar hormon
epinefrin dalam tubuh berisiko memicu timbulnya angina pektoris. (Abdul
Nasir dan Abdul Muhith, 2011)

c. Diagnosa keperawatan
1. Keputusasaan berhubungan dengan stres berkepanjangan, ditandai dengan gangguan
pola tidur ( lebih banyak tidur), kurang berenergi, nafsu makan berkurang,
verbalisasi menurun, afek menurun, tidak mempunyai ambisi, inisiatif, dan minat,
perilaku isolasi, respon terhadap stimulus melambat.
2. Harga diri rendah kronik berhubungan dengan berkuraangnya dukungan dan kasih
sayan, ditandai dengan merasa bersalah, merasa malu, enggan mencoba hal baru,
kegagalan berulang, menolak umpan balik positif tentang diri sendiri, perilaku
bimbang/ragu, perilaku tidak asertif, sering kali mencari penegasan, melebih-
lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.
3. Ansietas berhubungan dengan meningkatnya kadar epinefrin, ditandai dengan
peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
napas, produksi keringat berlebihan (diaforesis), dilatasi pupil, insomnia, gelisah

F. RENCANA KEPERAWATAN
a) Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Keputusasaan
 Berhubungan dengan : stres berkepanjangan
 Ditandai dengan :
gangguan pola tidur ( lebih banyak tidur), kurang berenergi, nafsu makan berkurang, verbalisasi
menurun, afek menurun, tidak mempunyai ambisi, inisiatif, dan minat, perilaku isolasi, respon
terhadap stimulus melambat.
2. Harga diri rendah kronik
 Berhubungan dengan : berkurangnya dukungan dan kasih sayang
 Ditandai dengan :
merasa bersalah, merasa malu, enggan mencoba hal baru, kegagalan berulang, menolak
umpan balik positif tentang diri sendiri, perilaku bimbang/ragu, perilaku tidak asertif,
sering kali mencari penegasan, melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri
sendiri.
3. Ansietas
 Berhubungan dengan : meningkatnya kadar epinefrin
 ditandai dengan :
peningkatan frekuensi jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi napas,
produksi keringat berlebihan (diforesis), dilatasi pupil, insomnia, gelisah

No Hari DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


/
Tgl/
KRITERIA HASIL
Jam
1 Keputusasaan NOC NIC 1. Dengan rasa
Berhubungan saling percaya,
dengan: stres Setelah dilakukan 1. Bangun klien dapat
berkepanjangan tindakan keperawatan kepercayaan dan mengungkapkan
selama …x24 jam, empati peduli perasaannya
Ditandai diharapkan pasien enggunakan sehingga akan
dengan: memenuhi indikator komunikasi mempermudah
gangguan pola sebagai berikut: terapiutik melakukan
tidur ( lebih 1. laporan tidur yang 2. Monitor dan tindakan
banyak tidur), cukup evaluasi keperawatan.
kurang berenergi, 2. laporan kesejahteraan 2. Kesejahteraan
nafsu makan
meningkatnya nafsu rohani pasien yang rohani
berkurang,
makan sesuai mencerminkan
verbalisasi
menurun, afek
3. berpartisipasi dalam 3. Memperlakukan kesehatan
menurun, tidak aktivitas positif individu dengan psikologis pasien.
mempunyai 4. mentaati jadwal bermartabat dan 3. Perlakuan hormat
ambisi, inisiatif, terapi hormat dan bermartbat
dan minat, 5. berkomunikasi 4. Mendorong menimbulkan
perilaku isolasi, dengan jelas dan partisipasi dalam perasaan
respon terhadap tepat sesuai usia interaksi dengan dihargai.
stimulus
6. pasien dapat anggota keluarga, 4. Berpartisipasi
melambat.
mengungkapkan teman, dan lain- dalam interaksi
harapan masa depan lain. dengan keluarga
yang positif 5. Membantu pasien menyebabkan
7. pasien dapat atau keluarga pasien lebih
mengungkapkan pasien untuk terbuka.
keinginan untuk mengidentifikasi 5. Mengenali
hidup daerah-daerah daerah-daerah
8. pasien harapan hidup harapan hidup
mengungkapkan 6. Menghindari dapat mendorong
alasan untuk hidup tindakan menutup pasien agar tetap
9. pasien kebenaran melanjutkan
mengungkapkan niat 7. Membantu pasien hidup.
untuk bertindak mengembangkan 6. Tindakan
10. pasien dapat mencari spiritual diri menutup
bantuan ketika perlu 8. Menciptakan kebenaran dapat
lingkungan yang merusak
memfasilitasi kepercayaan
pasien berlatih pasien.
agama yang sesuai 7. Spiritual diri
9. Mengajarkan diperlukan agar
metode relaksasi seseorang dapat
dan meditasi menemukan
10. Libatkan keluarga kebijaksanaan
dalam perawatan dalam memaknai
pasien. hidup.
11. Berkolaborasi 8. Lingkungan yang
dengan tim medis memfasilitasi
dan layanan pasien berlatih
keagamaan jika agama yang
diperlukan sesuai dapat
mendorong
pasien agar rutin
berlatih
keagamaan yang
sesuai.
9. Relaksasi dan
meditasi dapat
mengurangi
ketegangan
sehingga
perasaan dan
pikiran lebih
tenang, rileks dan
positif.
10. Keluarga
merupakan
pendukung utama
bagi individu
11. Kolaborasi
menjadikan
terapi berjalan
lebih efektif.
2 Harga diri NOC NIC 1. perilaku pasien
rendah kronik 1. Obesrvasi perilaku dapat dijadikan
Setelah dilakukan pasien indikator untuk
Berhubungan tindakan keperawatan 2. Monitor pernyatan penilaian harga
dengan: selama …x24 jam, pasien tentang diri pasien.
berkuraangnya
diharapkan pasien harga diri 2. Pernyataan
dukungan dan
memenuhi indikator 3. Dorong pasien mengenai harga
kasih sayang
sebagai berikut: untuk diri merupakan
Ditandai dengan: 1. pasien dapat mengungkapkan indikator
merasa mempertahankan perasaanya perkembangan
bersalah, kontak mata 4. Eksplorasi harga diri.
merasa malu, dengan lawan keberhasilan yang 3. Ungkapan
enggan bicara pernah dicapai perasaan
mencoba hal 2. mempertahankan klien diperlukan untuk
baru, kegagalan postur tubuh tegak 5. Berikan pujian menentukan
berulang, 3. menerima kritik atas keberhasilan tidakan
menolak umpan orang lain pasien selanjutnya
balik positif 4. pasien dapat 6. Hindari tindakan terhadap pasien.
tentang diri menerima yang dapat 4. Eksplorasi
sendiri, perilaku keterbatasan diri mengusik pasien keberhasilan
bimbang/ragu, 5. kepercayaan diri 7. Bentu pasien pasien dapat
perilaku tidak pasien mengalami menyusun tujuan mengalihkan
asertif, sering peningkatan hidup yang pasien dari
kali mencari 6. pasien menerima realistik untuk situasinya
penegasan, pujian dari orang mencapai tujun sekarang.
melebih- lain hidup yang lebih 5. Pujian dapat
lebihkan umpan 7. pasien dapat baik meningkatkan
balik negatif berkomunikasi 8. Libatkan klien rasa percaya diri
tentang diri secara lebih dalam suatu karena merasa
sendiri. terbuka kegiatan diargai.
9. Beri informasi 6. Tindakan yang
tentang mengusik pasien
pentinganya menyebabkan
konseling dan pasien merasa
ketersediaan tidak nyaman dan
sumber-sumber di mengingatkan
komunitas pasien terhadap
10. Ajarkan pasien kedaannya yang
keterampilan sekarang.
untuk bersikap 7. Tujuan hidup
positif menjadi alasan
11. Anjurkan keluarga agar pasien
untuk memberikan termotivasi agar
dorongan kepada tetap hidup.
pasien 8. Pikiran pasien
12. Kolaborasi dengan akan terlaihkan
tim medis dalam jika terlibat
pemberian dalam suatu
medikasi kegiatan, dan
13. Kolaborasi dengan pasien juga dapat
petugas dinas menemukan hal
sosial dan layanan baru yang
keagamaan bila mungkin akan
perlu disukainya.
9. Pemberian
informasi kepada
klien tentang
pentingnya suatu
kegiatan dapat
mendorong
pasien untuk
tetap mengikuti
kegiata tersebut.
10. Sikap yang
positif akan
memicu
pemikiran yang
positif.
11. Dorongan dan
dukungan dpat
meningkatkan
rasa percaya diri,
dihargai, aman
dan nyaman.
12. Kolaborasi
menjadikan
terapi berjalan
lebih efektif.
13. Dinas sosial
memberikan
kegiatan yang
dapat
meningkatkn
harga diri pasien.
Layanan
keagamaan
membantu
menumbuhkan
pikiran positif
terhadap pasien.
3 Ansietas NOC NIC 1. Pendekatan yang
Berhubungan menenangkan
dengan : Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan mengurangi rasa
meningkatnya tindakan keperawatan yang menenangkan cemas.
kadar epinefrin selama …x24 jam, 2. Monitor tanda-tanda 2. Manifestasi
diharapkan pasien vital pasien adanya ansietas
Ditandai memenuhi indikator 3. Identifikasi tingkat adalah terjadinya
dengan: sebagai berikut: kecemasan peningkatan nilai
peningkatan 1. perasaan gelisah 4. Dengakan penuh tanda-tanda vital
frekuensi pada pasien perhatian kecuali suhu
jantung, menghilang 5. Bantu pasien tubuh.
peningkatan 2. menyingkirkan mengenali situasi 3. Tingkat
tekanan darah, tanda kecemasan yang menimbulkan kecemasan
peningkatan 3. menurunkan kecemasan berhubungan
frekuensi napas, stimulus 6. Dorong pasien untuk dengan tindakan
produksi lingkungan ketika mengungkapkan yang akan
keringat cemas perasaan, ketakutan, dilakukan
berlebihan 4. merencanakan persepsi selanjutnya.
(diaforesis), strategi koping 7. Instruksikan pasien 4. Mendengarkan
dilatasi pupil, untuk situasi menggunakan teknik penuh perhatian
insomnia, penuh stres relaksasi dapat
gelisah 5. menggunakan 8. Berikan pasien menimbulkan
teknik relakssi dukungan emosional perasaan dihargai
untuk mengurangi 9. Berikan pasien terapi dan aman.
cemas musik 5. Pasien dapat
6. frekuensi nadi 10. Tenangkan pasien menghindari
kembali normal dengan teknik situasi yang
7. frekuensi pengalihan menyebabkan
pernapasan pasien 11. Ajarkan pasien kecemasan, atau
kembali normal teknik relaksasi menyusun
8. Pasien tidak lagi 12. Kolaborasi dengan strategi untuk
mengalami tim medis untuk menghindari
diaforesis tidakan lebih lanjut. kecemasan jika
9. Pasien tidak berada pada
mengalami situasi tersebut.
gangguan tidur 6. Ungkapan
perasaan
mengenai
ketakutan,
perasaan, dan
persepsi dapat
membantu
mengenali hal-
hal yang
membuat pasien
cemas.
7. Teknir relaksasi
mengurangi
ketegangan
dalam diri
sehingga
menyebabkan
perasaan dan
pikiran lebih
tenang, rileks dan
positif.
8. Dukungan
emosional
memberikan rasa
aman nyaman
kepada pasien.
9. Musik dapat
membantu
perubahan
perilaku,
perasaan dan
fisiologi.
10. Pengalihan dapat
menekan emosi
dan pikiran
negatif jauh dari
sensasi yang
tidak diinginkan.
11. Pasien dapat
menerapkan
teknik relaksasi
secara mandiri
ketika perasaan
cemas muncul.
12. Kolaborasi
menjadikan
terapi berjalan
lebih efektif.
G. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai intervensi

H. EVALUASI
1. Evaluasi formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien terhadap respon
langsung pada intervensi keperawatan)

2. Evaluasi sumatif (merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisis mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu)

I. REFERENSI

Bulechek, Gloria M. dkk.2013.Nursing Interventions Clssification (NIC).Yogyakarta: Mocomedia


Candra. 2012. Manajemen Stres. Denpasar : Poltekkes Denpasar jurusan Keperawatan
Carpenito, Lynda Juall, dan Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC
Kadir, Akramawita.2012. Perubahan Hormon Terhadap Stres.
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal.pdf. Diakses pada 24 September 2017.
Lynda Juall Carpenito-Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13.Jakarta : EGC
Moorhead, Sue dkk.2013.Nursing Outcomes Classification (NOC).Yogyakarta: Mocomedia
NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta: EGC
NANDA,NIC-NOC. 2015. Panduan Penyusuhan Asuhan Keperawatan Profesional. Jogjakarta : MediAction
Nasir, Abdul dan Abdul Muhith.2011.Dasar-dasar Keperawtan Jiwa.Jakarta:Penerbit Salemba Medika
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Sukadiyanto. 2010. Stress dan Cara Menguranginya. http://eprins.uny.ac.id/3706/1/06/sukadiyanto.pdf.
Diakses pada tanggal 20 Agustus 2017.
Syarifudin.2016.Anatomi Fisiologi Edisi 4.Jakarta:EGC
Vivi Shintaviana, Fransisca. 2014. Konsep Diri Serta Faktor-Faktor Pembentuk Konsep Diri Berdasarkan
Teori Ineraksionisme Simbolik. http://e-jurnal.uajy.ac.id/5781/1/jurnal.pdf. Diakses pada tanggal 20
September 2017.
Wilkinson, Judith M..2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.Jakarta : EGC

Você também pode gostar