Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ANGKET PENELITIAN
Nama Responden :
Kelas :
Alasan :
LAPORAN PENELITIAN
Oleh :
Laelatul munawaroh
Elsa fhadila
Ratna sari
SMAN 3 KARAWANG
TAHUN AJARAN 2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
KAJIAN TEORI
Dalam kehidupan umum, yaitu pada saat seorang wanita keluar rumah atau
pun wanita di dalam rumah bersama pria yang bukan muhrimnya maka syara'
telah mewajibkan kepada wanita untuk berjilbab. Pakaian jilbab yang
diwajibkan tersebut adalah memakai khimar/kerudung, jilbab/pakaian luar dan
tsaub/pakaian dalam. Jika bertemu dengan pria yang bukan
mahromnya/keluar rumah tanpa menggunakan jilbab tersebut meskipun
sudah menutup aurat maka ia dianggap telah berdosa karena telah melanggar
dari syara'. Jadi pada saat itu wanita Muslimah harus mengenakan tiga jenis
pakaian sekaligus yaitu khimar/kerudung, jilbab/pakaian luar dan
tsaub/pakaian dalam.
Perintah syara' untuk mengenakan khimar bagi wanita yang telah baligh pada
kehidupan umum terdapat dalam QS An Nuur: 31. Kata juyuud dalam ayat
tersebut merupakan bentuk jamak dari kata jaibaun yang berarti kerah baju
kurung. Oleh sebab itu yang dimaksud ayat itu ''hendaklah wanita Mukminah
menghamparkan penutup kepalanya di atas leher dan dadanya agar
leher dan dadanya tertutupi''.
Berkaitan dengan ini Imam Ali Ash Shabuni dalam Kitab Tafsir Ayatil Ahkam
berkata: ''Firman Allah, hendaklah mereka mengulurkan kerudung mereka'' itu
digunakan kata Adh dharbu adalah mubalaghah dan di muta'adikannya dengan
harf bi adalah memiliki arti ''mempertemukan'', yaitu kerudung itu hendaknya
terhampar sampai dada supaya leher dan dada tidak tampak (juz 2: 237).
Wanita jahiliyah berpakaian berlawanan dengan ajaran Islam. Mereka
memakai kerudung tetapi dilipat ke belakang/punggung
dan bagian depannya menganga lebar sehingga bagian telinga dan dada
mereka nampak (lihat Asy Syaukani dalam Faidlul Qodir dan Imam Al Qurtubi
dalam Jaami'u lil Ahkam juz 12: 230). Di zaman jahiliyah apabila mereka
hendak keluar rumah untuk mempertontonkan diri di suatu arena mereka
memakai baju dan khimar (yang tidak sempurna) sehingga tiada bedanya
antara wanita merdeka dengan hamba sahaya (Muhammad Jalaluddin Al
Qasimi dalam Mahaasinut Ta'wil, juz 12:308).
2.3 Jilbab
Ada pun untuk mengenakan jilbab bagi wanita dalam kehidupan umum dapat
kita perhatikan QS Al Ahzab: 59. Allah
SWT memberikan batasan mengenai pakaian wanita bagian bawah. Arti lafadz
yudniina adalah mengulurkan atau memanjangkan sedangkan makna jilbab
adalah malhafah, yaitu sesuatu yang dapat menutup aurat baik berupa kain
atau yang lainnya. Dalam kamus Al Muhith disebutkan bahwa jilbab adalah
pakaian lebar dan longgar untuk wanita serta dapat menutup pakaian sehari-
hari (tsaub) ketika hendak keluar rumah. Ummu Atiya Ra: ''Rasulullah SAW
memerintahkan kepada kami untuk keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul
Adha, baik para gadis yang sedang haid maupun yang sudah menikah. Mereka
yang sedang haid tidak mengikuti shalat dan mendengarkan kebaikan serta
nasihat-nasihat kepada kaum Muslimin. Maka Ummu Athiyah berkata: Ya
Rasulullah, ada eseorang yang tidak memiliki jilbab maka Rasulullah SAW
bersabda: ''Hendaklah saudaranya meminjamkan kepadanya''(HR Bukhari,
Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan Nasa'i).
2. Bukanlah pakaian tipis sehingga warna kulit dan lekuk tubuhnya tampak.
Dari Usamah bin Said Ra: ''Rasulullah SAW
pernah memberikan kain qibthi (sejenis kain tipis). Kain ini telah beliau terima
sebagai hadiah dari Dahtah Al Kalabi tetapi
kemudian kain tersebut akan aku berikan kepada istriku, maka tegur Rasulullah
kepadaku: ''Mengapa tidak mau pakai saja kain qibthi itu?'' Saya menjawab:
''Ya Rasulullah, kain itu telah saya berikan kepada istriku''. Maka sabda
Rasulullah: ''Suruhlah dia mengenakan pula baju di bagian dalamnya (kain tipis
itu) karena aku khawatir nampak lekuk-lekuk tubuhnya'' (HR Ahmad). Dan
diriwayatkan pula dari Aisyah Ra (HR Abu Daud).
Adapun mengenai model dan cara pemakaian dan jilbab haruslah sederhana
dan tidak mencolok baik dari segi warna maupun bentuknya sehingga menarik
perhatian laki-laki.
Perhatikan Firman Allah SWT: ''Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah
laku seperti orang jahiliyah dahulu (QS 33: 33). Dan diriwayatkan dari Ummu
Salamah Ra: Nabi SAW pernah menemui Ummu Salamah Ra yang pada waktu
itu sedang
memperbaiki letak kerudungnya, maka sabda beliau SAW, ''Lipatlah sekali
jangan dua kali'' (HR Abu Daud).
Jilbab, misalnya, dapat digunakan dengan memakai kancing, kain yang dilipat-
lipat dan sebagainya, asalkan syarat jilbab tersebut di atas terpenuhi. Jadi tidak
asal menutup aurat.
Dengan demikian jelaslah bahwa syara' telah menetapkan bentuk khimar dan
jilbab secara nyata. Khimar/kerudung adalah kain yang terhampar dapat
menutupi bagian kepala (termasuk telinga selain wajah) sampai menutupi
dada dan tidak menampakkan warna kulit. Sedangkan jilbab adalah baju
kurung atau jubah yang tidak terputus dari atas hingga bawah. Jika pakaian
penutup aurat berupa baju potongan, yang terdiri dari beberapa potongan
maka bukan termasuk dalam kategori jilbab. Jika wanita dalam kehidupan
umum dengan tidak memakai jilbab dalam pengertian tersebut maka ia
berdosa meskipun pakaiannya menutupi seluruh auratnya, sebab diwajibkan
menggunakan pakaian luar yang diulurkan ke bawah sampai menutupi kedua
kakinya.
Alasan pertama wanita memakai hijab adalah karena penyakit atau cacat yang
ia derita, entah cacat pada bagian kulit kepala, rambut, kening, atau bagian
yang lainnya. Dengan hijab maka kekurangan-kekurangan itu akan tertutupi,
sehingga ia akan tampil percaya diri dan ia pun akan memilih model yang cocok
untuk tujuannya.
Alasan kedua
Wanita berhijab agar mudah mendapatkan jodoh, hal ini dilandasi oleh suatu
kenyataan bahwa sebagian besar pemuda, baik yang taat menjalankan syariat
maupun tidak, akan memilih dan mengutamakan wanita berhijab, sebagian
pemudi yang sudah siap untuk menikah akhirnya memakai hijab untuk
mempermudah memperoleh pasangan hidup.
Alasan ketiga
Sebagian wanita yang lain berhijab untuk mengelabui orang lain bahwa dirinya
adalah wanita baik-baik. Padahal ia sebenarnya suka melanggar syariat Allah.
Dengan hijabnya, semua anggota keluarganya akan percaya dengan
keshalihannya, orangpun tidak akan ragu tentangnya. Akhirnya ia bisa keluar
rumah dan pergi kemanapun dan kapanpun ia suka, dan takkan ada
seorangpun yang menghalanginya.
Alasan keempat
Alasan keempat mungkin merupakan alasan yang sangat banyak kita jumpai, ia
memakai hijab lantaran mengikuti mode dan perkembangan tren. “Hijab ala
Prancis” mungkin tak asing ditelinga kita, mode ini biasanya menampakkan
sebagian jalinan rambutnya, memperlihatkan bagian atas dadanya, memakai
rok hingga pertengahan betis serta memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Terkadang dengan tidak malu mereka memakai kain yang tipis sekali sehingga
nampak jelas warna kuitnya. Dan terkadang dengan memakai celana panjang.
Rasanya tidak akan lengkap bila ia tidak memoles wajahnya dengan berbagai
macam make-up dan menyemprotkan parfum sehingga menebarkan
keharuman pada setiap orang yang ia lewati, itu semua untuk mengimbengi
mode ini. Dia lebih mengutamakan mode hijab buatan manusia yang
memperturutkan hawa nafsunya ketimbang syariat Allah.
Alasan kelima
Sebagian lagi berhijab karena paksaan dari orang tua yang mendidik mereka
dengan keras dibidang agama, atau karena melihat semua anggota
keluarganya yang wanita berhijab, sehingga ia terpaksa memakainya.
Sementara hatinya menolak hal itu dan tidak menyukainya. Dia takut akan
mendapat teguran dan hardikan dari keluarganya jika tidak mengenakannya.
Wanita seperti ini, jika melihat tidak ada keluarga dan kerabatnya yang
mengawasinya serta merta ia akan melepas hijabnya, sebab ia merasa belum
mantap dgn hijab.
Alasan keenam
Wanita terakhir memilih untuk mengenakan hijab karena mengikuti aturan dan
syariat allah. Dia percaya dan yakin bahwa hijab adalah suatu kewajiban
sehingga ia enggan dan takut untuk melepaskannya dari hidupnya. Dia berhijab
hanya karena mengharap keridhaan Allah semata dan bukan karena makhluk.
Wanita yang seperti ini akan selalu memperhatikan ketentuan dan aturan
berhijab, diantaranya :
Dari data diatas dapat diketahui bahwa 65% remaja karawang menggunakan
hijab karena ingin menutup auratnya, 20% menyatakan kurang penting karena
pemakaiannya dan 15% menyatakan tidak setuju berhijab karena tidak
modern.
4.2 Pembahasan
Islam telah mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk menutup aurat demi
menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Aurat merupakan anggota tubuh yang
harus ditutupi dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang yang bukan mahramnya,
terutama kepada lawan jenis agar tidak membangkitkan nafsu birahi serta tidak
menimbulkan fitnah.
Aurat laki-laki yaitu anggota tubuh antara pusar dan lutut sedangkan bagi
perempuan yaitu seluruh anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Disamping
aurat, pakaian yang dikenakan jug a tidak boleh ketat, transparan atau tipis sehingga
tembus pandang tidak memperlihatkan lekuk tubuh.
Dalam (QS. An Nur [24] : 31): "Janganlah mereka menampakkan perhiasannya
selain yang biasa tampak pada dirinya. Hendaklah mereka menutupkan kerudung (khimar) ke
bagian dada mereka"
Hijab adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam memelihara dan menjaga
keselamatan sosial dan kemasyarakatan dan jikalau hijab tidak ada, kerusakan-kerusakan
fatal akan terjadi di dalam masyarakat; di antaranya meluasnya kerusakan-kerusakan akhlak
dan menciptakan ketidakamanan akhlak, sosial dan budaya dan dengan berkembangnya hal-
hal seperti ini, maka secara perlahan-lahan kenyamanan, keamanan manusia dan masyarakat
akan terambil. Keinginan semua manusia adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan
sejahtera. Sebuah kota yang berilmu dan memiliki peradaban manusia Ilahi adalah merasakan
keamanan dan ketenangan pada seluruh sektornya dan dalam hal ini tidaklah mungkin terjadi;
kecuali dengan berhijab dan menjaga batas-batas dan norma-norma akhlak.
Jika di antara dua lawan jenis tidak ada pembatasan dan tidak pula ditentukan batasan-
batasannya, maka tidak diragukan bahwa ke dua lawan jenis tersebut akan mengalami
kerusakan, sama halnya dengan dua kabel listrik positif dan negatif yang jika tanpa
penghalang dan rintangan dan ditemukan adanya penyambungan, maka akan terjadi
kebakaran serta menemukan kerusakan yang tidak dapat terganti. Oleh karena itu dengan
hilangnya kelembutan dan kasih sayang, dan menurunnya rasa kepemimpinan dihadapan
keluarga serta juga berubahnya satu masyarakat insani ke satu masyarakat hewani yang
bebas, diantaranya ketidakberhijaban dan ketidakterbatasan yang sekarang banyak menarik
negara-negara Barat kepada kekeruhan sampai pada titik puncaknya mereka sendiri telah
lelah dan jenuh dengan semua kerusakan tersebut.
Data yang sangat menggoncang bahwa telah banyak terjadi pemerkosaan kepada anak-anak
dan kecelakaan serta nasib malang (di negara-negara Barat) yang tidak dapat diungkapkan,
semua ini adalah hasil dari budaya pergaulan bebas, kenakalan (kecabulan), keleluasaan dan
tidak adanya pembatas dan hijab. Apabila pemberlakuan hijab atau pembatasan dan norma-
norma diberlakukan, dunia sampai pada hari ini tidak akan terancam dengan bahaya
kerusakan akhlak.
Masalah hijab di tengah kaum muslimin khususnya seorang muslim yang hidup di negara
Barat telah sampai pada batas pelaksanaan dan hanya dengan hijabnya mereka dapat di
bedakan dengan orang lain; tetapi sebagian dari para pemikir kita yang telah tertawan dengan
budaya Barat giat meneriakkan bahwa untuk apa berhijab? Apakah ada dalam Al-Quran atau
tidak?! Apakah berhijab adalah aturan-aturan dari Islam atau apakah yang terkandung di
dalamnya itu dapat di perbaharui?! Untuk menjernihkan pemikiran kita, kami sedikit
menjelaskan topik pada khususnya para remaja yang tercinta.
Hijab adalah faktor yang paling besar dan paling berpengaruh dalam memelihara keamanan
masyarakat yang dalam uraian ini telah kami berikan sebagian dari karya hijab dengan penuh
berkah dan bernilai.
Nilai yang paling tertinggi dalam berhijab adalah karena hijab merupakan satu perintah Ilahi
dan seorang yang berhijab berarti telah mengedepankan perintah Tuhan dari pada perintah
setan dan hawa nafsunya, dan tidak ada satupun nilai yang paling tinggi serta paling mulia
selain melaksanakan perintah Tuhan. Wanita yang berhijab, berarti lebih memilih Tuhannya
dari pada dirinya, dan di antara hukum-hukum agama dan hawa nafsu, dia lebih bercermin
dari hukum agama dari pada hawa nafsunya. Betapa pilihan yang sangat maknawi, hasil
berpikir, dan memberikan sebuah perbuatan yang lain dari biasanya. Dengan pakaiannya,
telah memberikan makna dan itu berarti satu perbuatan yang sesuai dengan akal sehat serta
Tuhan menerimanya dalam bentuk gerakan-gerakan kesempurnaan dirinya.
Imam Baqir berkata: Allah SWT berkata: Saya bersumpah dengan kemuliaan, keindahan,
kebesaran dan ketinggian maqam-Nya, bahwa tidak ada seorangpun hamba mukmin yang
mengedepankan saya dalam perkara dunia atas hawa nafsunya kecuali bahwa dia akan
diberikan kekayaan, menjadikan hawa nafsunya dalam menuntut akhirat dan saya
memberikan rezekinya seluas langit-langit dan bumi.
Wanita yang berhijab adalah menampakkan wujud nyata ketakwaannya dan dia senang
membangun karya-karya ketakwaan serta melepaskan beribu-ribu dosa dari pundaknya.
Al-Quran Karim dalam surah Al-Anfal ayat 29 berkata: “Wahai orang-orang yang beriman!
Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqaan (kemampuan
membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan
mengampuni (dosa-dosa) mu. Allah memiliki karunia yang besar.”
Ketika seorang wanita bertakwa menjaga dan menutup dirinya dari non muhrim, janji-janji
Ilahi akan diberikan bagi mereka yang bertakwa, yang pasti dia pun termasuk di dalamnya,
demikian juga dia termasuk orang yang dapat membedakan antara yang hak dan batil dan
keberhasilan-keberhasilan lain dalam mencerna manisnya ibadah, keberanian berbicara,
tugas-tugas hukum, meninggalkan yang haram dalam segala kondisi dan membina potensi-
potensi dirinya.
Pada dasarnya manusia diberikan kekuatan dalam mengalahkan segala hawa nafsunya dan
menghindarkan manusia agung dan besar dari segala kelezatan haram yang menakutkan dan
menyeramkan. Wanita berhijab adalah wanita yang berjihad akbar; sebab di balik itu dia
menundukkan dan menaklukkan nafsu amarahnya. Wanita yang berhijab ditinjau dari satu
dimensi dia termasuk dimensi irfani yang tinggi dan mengetahui segala hakikat ini. Bahkan
para ilmuan selain muslim juga mengakui bahwa hijab bagi wanita adalah memberikan
keagungan dan kebesaran dan hal ini bagi orang lain dijadikan sebagai penghormatan yang
terbaik.
Wanita yang menjual diri, pada hakikatnya dia menginginkan jati diri, akan tetapi nilai
popularitasnya telah tertutup dari dirinya sendiri. Terdapat dua poin tentang kebagaimanaan
kesenangan atau kegemaran lelaki terhadap wanita:
Pertama, kegemarannya terhadap seorang wanita berdasarkan kegemaran apabila wanita itu
menjual dirinya atau lelaki senang apabila wanita itu memakai pakaian mini, yang di
dalamnya disertai dengan penampakan syahwat dan kegembiraan;
Kedua, akan tetapi kegemaran lelaki terhadap wanita berhijab adalah kegemaran yang di
sertai dengan rasa hormat dan kemuliaan hati. Pada dasarnya para lelaki tidak mempunyai
kudrat untuk melanjutkan pandangannya kepada wajah wanita yang berhijab; sebab hijab
Islami adalah mematahkan pandangan dan lelaki yang menundukkan kepala ketika sedang
berbicara dengan wanita juga adalah satu jenis penghormatan dan kemuliaan terhadap
mereka. Jenis atau model pakaian wanita adalah mencerminkan kepribadian sucinya atau
pemikirannya, sehingga dapat memberikan posisi tertentu terhadap lelaki dalam berhadapan
dengannya. Keindahan panorama hijab Islami bersumber dari kedalaman dan kekuatan iman
serta kesucian wanita, yang membuat setiap lelaki menghormati dan memuliakannya.
Dikatakan bahwa hijab ini adalah pakaian yang telah di pilih oleh rabb al- ‘alamin, tetapi
pakaian-pakaian merangsang, adalah hasil pilihan dari seseorang yang telah terusir dari sisi
Tuhan.
Keamanan dan ketenangan Pikiran adalah dampak nyata dari hijab islami. Manusia yang
berada di bawah lindungan akan merasakan lebih banyak ketenangan dan keamanan apabila
sewaktu-waktu akan terjadi bahaya atau bencana. Bagi wanita, memakai hijab memberikan
keamanan dari pandangan-pandangan tercemar dan sesuatu yang mungkin terjadi kecelakaan
dan memberikan keamanan dan ketenangan kepada wanita itu sendiri dan apabila hijab ini
semakian sempurna maka juga akan semakin lebih tinggi rasa keamanan dan ketenangannya.
Barat yang telah menenggelamkan dirinya dalam api kerusakan dan kebinasaan dan berjalan
menuju pada kehancuran total, berusaha sungguh-sungguh dalam menarik manusia pada
kehancuran. Dia menginginkan orang lain juga seperti dirinya yang terperangkap dalam
kehancuran dan kebinasaan untuk mencapai tujuan-tujuan buruknya. Memusuhi hijab adalah
salah satu dari sekian banyak tujuan-tujuan penting serangan budaya Barat. Simbol-simbol
keagamaan di antaranya hijab senantiasa merupakan tujuan anak-anak panah berbisanya, dan
dari dahulu sampai sekarang selalu menjadi tujuan serangan budaya Barat. Mereka senantiasa
bersungguh-sungguh dan serius untuk membumihanguskan hijab. Sebab pakaian-pakaian
keagamaan, merupakan bendungan atau penghalang dalam tujuan serangan-serangan budaya
baratnya. Oleh karena itu mereka senantiasa tertinggal dalam menggapai keinginannya dalam
bidang kebudayaan dan ekonomi. Jika benteng kuat yaitu hijab wanita muslim terbuka dan
terampas, maka jalan perbudakan akan senantiasa mewarnai masyarakat Islam. Wanita-
wanita berhijab tidak akan pernah menjadikan dirinya sebagai lahan penjajahan dan
perbudakan; bahkan merupakan senjata kekuatan dalam melawan kebudayaan Barat,
menciptakan benteng kuat sebagai fenomena dalam berhadapan dengan mereka atau boleh di
katakan bahwa: Pakaian keagamaan, adalah serangan batu gemala budaya Barat. Wanita
berhijab bagi kolonisasi kebudayaan digambarkan sebagai suatu keterbelakangan dan
ketertutupan. Perancis yang menamakan dirinya sebagai tempat lahir atau buaian kebebasan,
hari ini hadir untuk memuji kerudung seorang putri muslim dan menyalahi kaidah-kaidah hak
dan undang-undang dasar dan masyarakat madani mereka yang menetapkan pelarangan
pemakaian hijab dan sampai saat ini lebih dari satu juta wanita muslim tinggal dan hidup di
negara ini dengan masalah ini, menyampaikan bahwa kebesaran dan ketinggian nilai terhadap
hijab.
Dibandingkan dengan data kejahatan pemerkosaan pada musim panas dan menurunnya data
tersebut pada musim dingin menunjukkan bahwa para wanita pada musim dingin gemar
memakai lebih banyak pakaian yang dengan pakaiannya tersebut memiliki dampak dan
pengaruh terhadap menurunnya kerusakan sosial; sebab kebanyakan dari kerusakan sosial
berhubungan dengan nafsu syahwat yang angka ini dapat menurun dan bahkan akan hilang
dengan pemakaian yang tertutup atau berhijabnya para wanita. Ketika mata tidak melihat dan
hati tidak menginginkan, rangsangan syahwat, kegembiraan dan juga kecintaan bohong,
semuanya akan hilang dan keselamatan akhlak akan berkuasa di dalam masyarakat sosial.
Berhijab buruk adalah sebuah neraka jahannam yang kebanyakan apinya membakar nilai dan
norma-norma, dan hijab adalah pencegah dari halangan dan rintangan yang tarikan-
tarikannya sangatlah menyala.
Nafsu manusia adalah lautan dari segala keinginan, di saat nafsu tidak cenderung kepada
sesuatu maka ketenangan akan menguasainya; tetapi apabila menginginkan dan mencintai
sesuatu, seumpama laut yang di terpa badai topan dan hanya dengan sampai pada keinginan
tersebutlah yang mampu menenangkan lautan yang sedang dilanda badai topan. Seorang
wanita yang menutup secara sempurna kediriannya sebagai wanita dari kerakusan mata-mata
lelaki, maka lautan nafsu mereka akan menjadi tenang; tetapi apabila dia menjual dirinya dan
mata-mata lelaki tertuju kepadanya dan hati-hati mereka akan berangan-angan, ketenangan
dan keamanan batinnya juga akan tercerai-berai, dan dari sini dimaklumi bahwa wanita yang
menjual diri mempunyai pengaruh terhadap terciptanya gangguan-gangguan jiwa dan
ketidaktenangan batin seorang lelaki. (Bersambung….. Diterjemahkan oleh Ummu Jausyan)
Ber-hijab adalah ibadah, dengan ber-hijab berarti sang wanita telah telah melaksanakan
perintah Allah. Melaksanakan perintah ber-hijab sama dengan melaksanakan perintah shalat
dan puasa.
Artinya : ‘…. dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah
yang dahulu …’ [Qs. al-Ahzab : 33].
BELUM MANTAP BERHIJAB
Karena ber-hijab adalah kewajiban dari Allah, maka tidak dibenarkan seorang wanita
muslimah menyatakan dirinya tidak mantap atau belum siap ber-hijab. Karena sikap ini
berarti mengambil sebagian perintah Allah dan mencampakkan yang lainnya. Padahal Allah
berfirman :
Artinya : ‘Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan
yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
rasul-Nya. Maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata [Qs.Al-Ahzab: 36]
Seseorang yang bersumpah palsu saja dimuka pengadilan adalah berat hukumannya, apalagi
seorang yang berjanji palsu dihadapan Allah, tentu berat hukuman didalam neraka, yaitu
sampai di gantung dengan rambutnya hingga mendidih otaknya.[1] Kaum wanita menyangka
bahwa tidak memakai jilbab adalah dosa kecil yang tertutup dengan pahala yang banyak dari
shalat, puasa, zakat dan haji yang mereka lakukan.Ini adalah cara berpikir yang salah harus
diluruskan.Kaum wanita yang tak memakai jilbab, tidak saja telah berdosa besar kepada
Allah, tetapi telah hapus seluruh pahala amal ibadahnya sebagai bunyi surat Al-Maidah ayat 5
baris terakhir yang artinya sbb:
“….. Barang siapa yang mengingkari hukum-hukum syariat Islam sesudah beriman, maka
hapuslah pahala amalnya bahkan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi”.
Sebagaimana telah diterangkan dimuka, memakai jilbab bagi kaum wanita adalah hukum
syariat Islam yang digariskan Allah dalam surat An-Nur ayat 59.Jadi kaum wanita yang tak
memakainya, mereka telah mengingkari hukum syariat Islam dan bagi mereka berlaku
ketentuan Allah yang tak bisa ditawar lagi, yaitu hapus pahala shalat, puasa, zakat dan haji
mereka?.
Sikap Allah diatas ini sama dengan sikap manusia dalam kehidupan sehari-hari sebagai
terlambang dari peribahasa seperti:“Rusak susu sebelanga, karena nila setitik,”. Contoh
segelas susu adalah enak diminum. Tetapi kalau dalam susu itu ada setetes kotoran manusia,
kita tidak membuang kotoran tersebut lalu meminum susu tersebut, tetapi kita membuang
seluruh susu tersebut.
Begitulah sikap manusia jika ada barang yang kotor mencampuri barang yang bersih. Kalau
manusia tidak mau meminum susu yang bercampur sedikit kotoran, begitu juga Allah tidak
mau menerima amal ibadah manusia kalau satu saja perintah-Nya diingkari.
Di dalam surat Al A’raaf ayat 147, Allah menegaskan lagi sikapNya terhadap wanita yang
tak mau memakai jilbab, yang berbunyi sbb.:
Sungguh-sungguh betul harus dikasihani wanita seperti ini dengan menyadarkan mereka
supaya patuh kepada Allah, yaitu keharusan memakai jilbab didalam hidup mereka. Kaum
wanita yang tak mau memakai jilbab, mengucapkan “Allahu Akbar” didalam shalat mereka,
yang artinya “Allah Yang Maha Besar”, Dialah yang Maha Kuasa dan pemimpin tertinggi
yang harus dipatuhi seluruh perintahNya, sedang dia adalah hamba Allah yang lemah dan
hina dina yang tak berdaya sama sekali.
Tetapi diluar shalat dia tak mau memakai jilbab yang melambangkan ciri khas seorang wanita
muslimah. Kalau begitu ucapan “Allahu Akbar” didalam shalat mereka adalah kosong tidak
berbekas dihati mereka.
Jadi dapat dimengerti kenapa shalat mereka tidak ada nilainya disisi Allah, atau telah hapus
pahalanya sesuai dengan bunyi surat Al Maidah ayat 5 baris terakhir dan surat Al A’raaf ayat
147 di atas tadi.
Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab berada dalam neraka sebagaimana bunyi hadits
Nabi Muhammad SAW diatas, juda ditegaskan Allah sebagaimana firmanNya di dalam surat
Al A’raaf ayat 36 yang artinya seperti:
Kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, adalah mendustakan ayat Allah surat An Nur
ayat 31 dan Al Ahzab ayat 59 dan menyombongkan diri terhadap perintah Allah tersebut,
maka sesuai dengan bunyi ayat tersebut diatas mereka kekal didalam neraka.
Ummat Islam selama ini menyangka tidak kekal didalam neraka, karena ada syafaat atau
pertolongan Nabi Muhammad SAWyang memohon kepada Allah agar ummat yang berdosa
dikeluarkan dari neraka.Mereka yang dikeluarkan Allah dari neraka, mereka yang dalam
hidupnya ada perasaan takut kepada Allah. Tetapi kaum wanita yang tak mau memakai
jilbab, tidak ada perasaan takutnya akan siksa Allah, sebab itulah mereka kekal didalam
neraka.
Seseorang yang sadar akan dosanya digambarkan Nabi Muhammad SAW seperti bunyi
hadits yang artinya seperti:
“Sesungguhnya seorang mukmin dosanya itu bagaikan bukit besar yang kuatir jatuh padanya,
sedang orang kafir memandang dosanya bagaikan lalat yang hinggap diatas hidungnya”.
(Riwayat: ……………………)
Sekarang kaum wanita yang tak mau berjilbab, dapat menanya hati nurani mereka masing-
masing. Apakah terasa berdosa bagaikan gunung yang sewaktu-waktu jatuh menghimpitnya
atau bagaikan lalat yang hinggap dihidung mereka?.
Kalau kaum wanita yang tak mau memakai jilbab, menganggap enteng dosa mereka bagaikan
lalat yang hinggap dihidungnya, maka tak akan bertobat didalam hidupnya. Atau dalam
perkataan lain tidak ada perasaan takutnya kepada Allah, sebab itu mereka kekal didalam
neraka sebagaimana bunyi surat Al-A’raaf ayat 36 di atas. Jadi mereka tak mendapat syafaat
atau pertolongan Nabi Muhammad SAW nanti di akhirat.
Banyak sekali kaum wanita yang tak berjilbab sungguhpun mereka mendirikan shalat, puasa,
zakat dan haji, tetapi telah hapus nilai pahalanya disisi Allah telah terjadi di zaman kita ini
dan akan berketerusan sampai hari kiamat, kecuali dakwah menghidupkan risalah jilbab ini
dikerjakan bersama-sama oleh seluruh ummat Islam, yaitu dengan mencetak ulang buku yang
tipis ini dengan jumlah yang banyak dan disebarkan secara cuma-cuma ketengah-tengah
ummat Islam.
Sesungguhnya banyak kaum wanita yang hapus pahala shalatnya yang hidup di zaman ini
dan di zaman yang akan datang, semata-mata karena mereka tidak memakai jilbab didalam
hidup mereka, telah diisyaratkan Nabi Muhammad SAW dikala hidup beliau sebagaimana
bunyi hadits dibawah ini yang artinya sbb:
“Ada satu masa yang paling aku takuti, dimana ummatku banyak yang mendirikan shalat,
tetapi sebenarnya mereka bukan mendirikan shalat, dan neraka jahanamlah bagi
mereka”.(Riwayat: ……………………)
Tafsir “…sebenarnya bukan mendirikan shalat…” dari hadits diatas, ialah nilai shalat mereka
tidak ada disisi Allah karena telah hapus pahalanya disebabkan kaum wanita mengingkari
ayat jilbab. Begitulah Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada kita semua, bahwa
banyak ummatnya dari kaum wanita yang masuk neraka biarpun mereka mendirikan shalat,
tetapi tidak memakai jilbab didalam hidup, apakah kita yang mengaku mencintai sesama
ummat Nabi Muhammad SAW akan diam berpangku tangan membiarkan kaum wanita
berada berketerusan dalam dosa ?.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Ber-hijab yang memenuhi syarat adalah apabila hijab tersebut menutupi seluruh tubuh
melainkan kecuali apa yang dikecuali oleh syariat (dan akan datang penjelasan secara
lengkap tentang busana muslimah yang sesuai dengan agama).
5. Terhindar dr pelecehan.
5.2 Saran
METODE PENELITIAN
http://hendrysuwarno.wordpress.com/2011/06/01/terhapusnya-
pahala-akibat-tidak-memakai-jilbab/
http://www.google.com/#hl=id&sclient=psy
ab&q=PENGERTIAN+HIJAB&oq=PENGERTIAN+HIJAB&gs_l=serp.3.
..8260.18209.0.18956.72.31.0.1.1.6.997.8308.5-
1j9.10.0...0.0...1c.1.12.psy-
ab.u2A1YsPl0lY&pbx=1&bav=on.2,or.r_qf.&fp=a161224aea5511c
3&biw=1366&bih=648
http://www.google.com/#hl=id&gs_rn=12&gs_ri=psy-
ab&pq=pengertian%20hijab&cp=5&gs_id=1e9&xhr=t&q=Berhija
b&es_nrs=true&pf=p&sclient=psy-
ab&oq=Berhi&gs_l=&pbx=1&bav=on.2,or.r_qf.&fp=a161224aea5
511c3&biw=1366&bih=648