Você está na página 1de 4

KHOIRUNNISA HASNA N.

142160165

TEORI-TEORI ETIKA
Etika Absolut Versus Etika Relatif

Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan diantara etikawan
tentang apakah etika bersifat absolut atau relatif. Para penganut paham etika absolut meyakini
bahwa ada prinsip-prinsip etika yang bersifat mutlak, berlaku universal kapan pun dan
dimanapun. Sementara itu, para penganut etika relatif dengan berbagai argumentasi yang juga
tampak masuk akal membatah hal ini.

Perkembangan Perilaku Moral

Teori perkembangan moral banyak dibahas dalam ilmu psikologi. Salah satu teori yang
sangat berpengaruh di kemukakan oleh Kohlberg (dalam Atkinson et.al., 1996) dengan
mengemukakan tiga tahap perkembangan moral dihubungkan dengan pertumbuhan usia anak,
antara lain :

1. Perilaku moral (moral behavior) Adalah berilaku yang mengikuti kode moral kelompok
masyarakat tertentu. Moral dalam hal ini berarti adat kebiasaan atau tradisi.
2. Perilaku tidak bermoral (immoral behavior) Berarti peilaku yang gagal mematuhi harapan
kelompok sosial tersebut.
3. Perilaku diluar kesadaran moral (unmoral behavior) Adalah perilaku yang menyimpang
dari harapan kelompok sosial yang lebih di sebabkan oleh ketidakmampuan yang
bersangkutan dalam memahami harapan kelompok sosial.
4. Perkembangan moral (moral development)

Beberapa Teori Etika

Suatu pengetahuan tentang suatu objek baru bisa dianggap sebagai disiplin ilmu
bilapengetahuan tersebut telah dilengkapi dengan seperangkat teori tentang objek yang
dikaji.Jadi, teori merupakan tulang punggung suatu ilmu. Ilmu pada dasarnya adalah
kumpulanpengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam dan sosial yang
memungkinkanmanusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut
berdasrkanpenjelasan yang ada, sedangkan teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup
penjelasanmengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan (Suriasumantri,
2000).Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dngan kajian secara kritis tentang adatkebiasaan,
nilai-nilai, dan norma-normaperilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik.Sebagi ilmu,
etika belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Dalam etika masihdijumpai banyak teori
yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek parilaku yang sama dari sudut
pandang atau perspektif yang berlainan.

1. Egoisme

Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungn dengan egoisme,yaitu:


egoisme psikologis dan egoisme etis.

Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakanmanusia
dimotivasi oleh kepentingan berkuwat diri (selfish). Menurut teori ini, orang bolehsaja yakin
bahwa ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang
terkesan luhur dan tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah ilusi.Egoisme etis adalah
tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-interest). Munculnya paham egoisme
etis memberikan landasan yang sangat kuat bagimunculnya paham ekonomi kapitalis dalam ilmu
ekonomi.

2. Utilitarianisme

Utilitarisme besasal dari kata latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris Utility yang berarti
bermanfaat ( Bertens, 2000 ). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika
membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat
terkenal: “the greatest happiness of the greatest numbers”. Jadi, ukuran baik tidaknyasuatu
tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu apakah memberimanfaat
atau tidak.Itulah sebabnya, paham ini disebut juga paham teleologis. Teleologisberasal dari kata
yunani telos yang berarti tujuan.Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis
adalah melihat darisudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme
melihat dari sudutkepentingan orang banyak ( kepentingan bersama, kepentingan masyarakat ).

3. Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban ( Beterns,2000 ).
Paham ini dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan kembali mendapatdukungan dari
filsuf abad ke-20, Anscombe dan suaminya .Peter Geach (Rachels, 2004).Paham deontologi
mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya samasekali dengan tujuan,
konsekuensi, atau dari akibat dari tindakan tersebut. Untuk memahami lebih lanjut tentang
paham deontologi ini, sebaiknya dipahamiterlebih dahulu dua konsepn penting yang
dikemukakan oleh Kant, yatu konsep imperativehypothesis dan impertive categories

Imperative hypothesis adalah perintah-perintah (ought)yang bersifat khusus yang harus


diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan.
Imperative categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat
apa pun. Dalam hal ini, kewajiban moral bersifat mutlak tanpa ada pengecualian apa pun
dantanpa dikaitkan dengan keiginan atau tujuan apa pun.

4. Teori hak

Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atautindakan
tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Namun senagaimana dikatakanoleh Bertens
(2000), teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontology (kewajiban)karena hak tidak dapat
dipisahkan dengan kewajiban bagaikan satu keping mata uang logamyang sama dengan du sisi.
Teori hak sebenarnya di dasarkan atas asumsi bahwa manusiamempunyai martabat dan semua
manusia mempunyai martabat yang sama.Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber
otoritas (Weiss, 2006), yaitu:1) Hak hukum (legal right)Adalah hak yang didasarkan atas
sistem/yurisdiksi hukum suatu negara,dimana sumber hukum tertinggi suatu negara adalah
Undang-Undang Dasarnegara yang bersangkutan.2) Hak moral atau kemanusiaan (moral, human
right)Dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapakasus
dihubungkan dengan kelompok bukan dengan masyarakat dalam artiluas. Hak moral berkaitan
dengan kepentingan individu sepanjang kepentinganindividu itu tidak melanggar hak-hak orang
lain.3) Hak kontraktual (contractual right)Mengikat individu-individu yang membuat
kesepakatan atau kontrak bersamadalam wujud hak dan kewajiban masing-masing pihak.

5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Teori keutamaan sebenarnya telah lahir sejak jaman dahulu yang didasarkan ataspemikiran
Aristoteles (384-322 SM) yang sempat tenggelam. Teori keutamaan berangkat darimanusianya (
Bertens, 2000). Teori keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etisdan tindakan mana
yang tidk etis. Tidak seperti kedua teori yang pernah dijelaskansebelumnya, dasar teori
keutamaan sangat berbeda.

Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pernyataan
mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki seseorang agar bisa disebut
sebagaimanusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina.
Dengandemikian, karakteristik/sifat utama dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak
yangtelah melekat dan dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu
bertingkahlaku yang secara moral bernilai baik.

6. Teori Etika Teonom

Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat Kristen. Teori ini mengatakan bahwakarakter moral
manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengankehendak Allah. Perilaku
manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia
dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan perintah

Etika Abad Ke-20

1. Arti Kata “Baik” Menurut George Edward Moore


2. Tatanan Nilai Max Scheller
3. Etika Situasi Joseph Fletcher
4. Pangdangan Penuh Kasih Iris Murdoch
5. Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner
6. Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas
7. Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre

Teori Etika Dan Paradigma Hakikat Manusia

1. Tampaknya sampai saat ini telah muncul beragam paham atau teori etika, dimana
masing-masing teori mempunyai pendukung dan penentang yang cukup berpengaruh.
2. Munculnya beragam teori etika karena adanya perbedaan paradigma, pola pikir atau
pemahaman tentang hakikat hidup sebagai manusia.
3. Hampir semua teori etika yang ada didasarkan atas paradigma tidak utuh tentang hakikat
manusia.
4. Semua teori yang seolah-olah saling bertentangan tersebut sebenarnya tidaklah
bertentangan.
5. Teori-teori yang tampak bagikan potongan-potongan terpisah ini dapat dipadukan
menjadi satu teori tunggal berdasarkan paradigm hakikat manusia secara utuh.
6. Inti dari etika manusia utuh adalah keseimbangan pada :

 Kepentingan pribadi, kepentingan masyarakat dan kepentingan Tuhan.


 Keseimbangan moral materi (PQ dan IQ), modal sosial (EQ) dan modal spiritual (SQ).
 Kebahagiaan lahir (duniawi), kesejahteraan masyarakat dan kebahgiaan batin surgawi.
 Keseimbangan antara hak (individu) dengan kewajiban kepada masyarakat dan Tuhan.

Tantangan Ke Depan Etika Sebagai Ilmu

Ilmu etika ke depan hendaknya didasarkan atas paradigma manusia utuh, yaitu suatu pola
pikir yang mengutamakan integrasi dan keseimbangan pada :

1. Pertumbuhan PQ, IQ, EQ dan SQ.


2. Kepentingan individu, kepentingan masyarakat dan kepentingan Tuhan.
3. Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah (spiritual).

Hakikat utuh manusia adalah keseimbangan yang bisa diringkas sebagai berikut :

1. Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontologi).


2. Keseimbangan tujuan duniawi (teori teologi) dan rohani (teori teonom).
3. Kesiembangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan kepentingan masyarakat
(teori utilitarianisme).
4. Gabungan ketiga butir di atas akan menentukan karakter seseorang (teori keutamaan).
5. Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran.

Você também pode gostar