Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Share
Pokjatap mempunyai tugas: 1) Merumuskan langkah dan strategi, serta melaksanakan koordinasi
dan integrasi kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana secara lintas program di lingkungan
Departemen Kesehatan, 2) Meningkatkan mekanisme kerja lintas sektoral secara fungsional
dalam kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana atas koordinasi Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Bakornas-PBP), dalam melaksanakan tugas belum
diatur dalam Surat Keputusan ini(akan diatur lebih lanjut).
Pada tahun 2000 Departemen Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.130/Menkes/SK/I/2000 tanggal 26 Januari tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan RI dan disusuli Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.726/Menkes/SK/IV/2000
tanggal 24 April tentang pembubaran ketiga unit fungsional dan melimpahkan tugasnya ke unit
Struktural Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan(PPMK). Membentuk unit struktural yaitu
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan dengan bergabungnya Departemen Kesehatan,
Kantor Menteri Negara Permasalahan Kemasyarakatan dan Badan Koordinasi Sosial
Nasional(eks Departemen Sosial) menjadi Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.
Dengan terbentuknya Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan yang berdasarkan surat
keputusan tersebut diatas mempunyai tugas menyusun rancangan kebijakan umum, menyiapkan
rumusan kebijakan pelaksanaan, dan merumuskan kebijakan teknis, serta mengkoordinasiha
pelaksanaan, bimbingan dan pengendalian penanggulangan krisis dan masalah kesehatan lain
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan menyelenggarakan fungsi:(1) penyusunan rancangan kebijakan umum, penyiapan
rumusan kebijakan pelaksanaan, dan perumusan kebijakan teknis, serta koordinasi pelaksanaan
bimbingan dan pengendalian di bidang pemantauan krisis dan masalah kesehatan lain serta
mobilisasi sumber daya, (2) evaluasi pelaksanaan Kebijakan, peraturan, standar, dan program di
bidang pemantauan krisis dan masalah kesehatan lain serta mobilisasi sumberdaya, (3)
pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan.
Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan mempunyai susunan organisasi sebagai berikut (a)
Bagian Tata Usaha, (b) Bidang Pemantauan Penanggulangan Masalah Kesehatan, (c) Bidang
Mobilisasi Sumber Daya. Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan sebagai Kepala Pusat
adalah: Dr. Emil Agustiono, M kes.
Pada tahun 2001, diterbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
No.446/Menkes-Kesos/SK/V/2001 tanggal 27 Nopember tentang pembentukan“Direktorat
Jenderal Penanggulangan Masalah Sosial dan Kesehatan” yang terdiri dari 2 (dua) Direktorat
yaitu:1) Direktorat Kesiapsiagaan dan Mitigasi Kesehatan dan Sosial, 2) Direktorat Bantuan
Kesehatan dan Sosial Korban Bencana yang mempunyai tugas dan fungsi untuk
penanggulangan masalah kesehatan dan sosial akibat bencana.
Pada tahun 2001 Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial membentuk unit fungsional
Brigade Siaga Bencana (BSB) yang awalnya terdiri dari Tim Medis yang kemudian
dikembangkan menjadi Tim Teknis Medis, Tim Surveilans dan Tim Pekerja Sosial serta Tim
Manajemen.
Pada tahun 2001 Departemen Kesehatan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.1277/Menkes/SK/X/2001 tanggal 24 April tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan RI. Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan. Dengan terbentuknya Struktur
Organisasi baru Departemen Kesehatan (PPMK) adalah unsur penunjang Departemen Kesehatan
yang bertanggung jawab kepada Sekretariat Jenderal.sebagai kepala Pusat Penanggulangan
Masalah Kesehatan Dr. Dotti Indrasanto, MPH mulai Januari 2001 sampai dengan Maret 2005,
dan dilanjutkan oleh Dr. Mulya A.Hasjimy, Sp.B.Mkes mulai Maret 2005 sampai dengan
Desember 2005.
Susunan Organisasi Pusat Penanggulangan Krisis terdiri dari: (a) Bagian Tata Usaha, (b) Bidang
Pencegahan, Mitigasi dan Kesiapsiagaan, (c) Bidang Tanggap Darurat dan Pemulihan, (d)
Bidang Pemantauan dan Informasi, (e) Kelompok Jabatan Fungsional.
Share
Visi , Misi, Kebijakan, dan Strategi PPK Depkes
Senin, 02 Oktober 2006 00:00
Share
VISI
Terwujudnya “Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain Secara Cepat, Tepat dan Terpadu
Menuju Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”
MISI
1. Menggerakkan upaya penanganan krisis dan masalah kesehatan lain yang lebih
bernuansa pencegahan,mitigasi dan kesiapsiagaan dari pada tanggap darurat dan
rehabilitasi.
2. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau secara profesional.
3. Meningkatkan keterpaduan penyelenggaraan penanganan krisis dan masalah kesehatan
lain
4. Menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam penanganan krisis dan masalah kesehatan
lain.
5. Menyediakan informasi secara cepat, tepat dan akurat untuk penanganan krisis dan
masalah kesehatan lain.
KEBIJAKAN
1. Penanganan krisis dan masalah kesehatan lain lebih menitik beratkan kepada upaya
sebelum terjadinya bencana.
2. Pengorganisasian penanganan krisis dan masalah kesehatan lain di tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota, dilaksanakan dengan semangat desentralisasi dan otonomi.
3. Penanganan krisis masalah kesehatan lain diselenggarakan dengan memperkuat
koordinasi dan kemitraan baik di tingkat Pusat maupun Daerah
4. Pemantapan jaringan lintas program dan lintas sektor dalam penanganan krisis dan
masalah kesehatan lain
5. Pemantapan sisitim Informasi dan komunikasi penanganan krisis dan masalah kesehatan
lain peningkatan kapasitas Sumber Daya Kesehatan dan Masyarakat guna menunjang
kemandirian masyarakat dalam panangana krisis dan masalah kesehatan lain
6. Pelayanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
obat, dan perbekalan kesehatan dalam penanganan krisis dan masalah kesehatan lain
diatur secara berjenjang
7. Setiap korban akibat krisis dan masalah kesehatan lain mendapatkan kesehatan pelayanan
kesehatan secara mungkin secara optimal dan manusiawi dan responsif gender.
8. Pada masa tanggap darurat, pelayanan kesehatan dijamin oleh pemerintah sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan pelayanan kesehatan pasca tanggap darurat disesuaikan
dengan kebijakan Menteri Kesehatan dan Pemerintah Daerah setempat.
9. Pemantapan regionalisasi penanganan krisis dan masalah kesehatan lain untuk
mempercepat respon.
STRATEGI
Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk Demam Berdarah (Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus) dan dapat menyebabkan
KEMATIAN.
Di tempat-tempat penampungan air bersih di dalam rumah maupun di sekitar lingkungan kita,
seperti : bak mandi/WC, tempayan, drum, tempat minum burung, vas bunga/pot tanaman air,
kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik yang dibuang di sembarang
tempat, talang air yang rusak dan saluran air hujan yang tidak lancar, pagar atau potongan
bambu yang berlubang, dsb.
Apa tanda/gejalanya?
2. Berantas jentik dan hindari gigitan nyamuk Demam Berdarah dengan cara 3M Plus yaitu :
Menguras tempat-tempat penampungan air (bak mandi/WC, tempayan, ember , vas bunga ,
dsb) seminggu sekali.
Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong dan drum.
Mengubur barang-barang bekas yang ada di sekitar atau di luar rumah yang dapat menampung
air hujan seperti kaleng bekas, botol, plastik dan tempurung kelapa.
Menaburkan bubuk abate atau altosid 2-3 bulan sekali di tempat air yang sulit dikuras atau
tempat sulit air.
Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk.
Cegah gigitan nyamuk dengan menggunakan obat nyamuk, memakai obat repelant, memasang
kawat kasa pada jendela dan ventilasi dsb.
(Sumber : Brosur WASPADA DEMAM BERDARAH CEGAH DENGAN 3M PLUS!, oleh : Pusat
Komunikasi Publik Setjend Depkes RI)
Flu Burung:
1. Jangan sentuh unggas yang sakit atau mati. Jika terlanjur, cepat-cepat cuci tangan pakai sabun
dan laporkan ke kepala desa.
2. Cuci tangan dan juga peralatan masak anda dengan menggunakan sabun, sebelum makan atau
memasak. Masak ayam dan telur ayam sampai matang.
3. Pisahkan unggas dari manusia dan pisahkan unggas baru dari unggas lama selama dua minggu.
4. Periksakan ke puskesmas jika mengalami gejala flu dan demam setelah berdekatan dengan
unggas.
5. Bagi yang beresiko tinggi (pemotong/penjual/pembeli unggas, pemelihara unggas, petugas
laboratorium/tenaga medis yang menangani pasien flu burung, pekerja peternakan, dsb) :
Agar selalu memakai pakaian pelindung, termasuk masker, jas laboratorium, sarung tangan dan
kaca mata (goggles) pada saat bekerja.
Setelah selesai, lepaskan semua pelindung kemudian cuci tangan dengan sabun/desinfektan dan
air.
Cucilah tangan dengan air dan sabun tiap kali sesudah bersentuhan dengan unggas.
Flu Babi:
Virus Influenza A H1N1 atau yang dikenal dengan Flu Babi ditularkan melalui kontak langsung
dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan
penderita. Saat ini sebagian besar kasus adalah ringan dan dapat sembuh dengan baik.
Masyarakat haruslah senantiasa mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, dan
mengeringkan dengan tisue atau lap bersih. Melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar.
Apabila sakit dengan gejala Influenza supaya mengenakan masker dan tidak berdekatan dengan
anggota keluarga yang lain dan segera menghubungi petugas kesehatan. Menghindari bepergian
apabila sakit dan berhati-hati bila berkunjung ke luar negeri.
(Sumber : Buku TANGGAP FLU BURUNG!!!, oleh : Pusat Komunikasi Publik Setjend Depkes
RI dan www.depkes.go.id)
1. Dengar dan simaklah siaran radio atau televisi menyangkut prakiraan terkini cuaca setempat
2. Waspadalah terhadap perubahan cuaca
3. Waspadalah terhadap angin topan yang mendekat.
4. Waspadalah terhadap tanda tanda bahaya sebagai berikut:
1. Langit gelap, sering berwarna kehijauan.
2. Hujan es dengan butiran besar
3. Awan rendah, hitam, besar, seringkali bergerak berputar
4. Suara keras seperti bunyi kereta api cepat
5. Bersiaplah untuk ke tempat perlindungan ( bunker ) bila ada angin topan mendekat
SEBELUM BANJIR
SAAT BANJIR
Sesudah Banjir
Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah
SEBELUM LETUSAN:
1. Cari tahu tentang system pengamanan di komunitas daerah masing-masing serta bagan alur
keadaan darurat
2. Waspadai mengenai bahaya yang menyertai letusan gunungapi yaitu :
- Lahar dan banjir bandang
- Longsor dan hujan batu (material gunung api)
- Gempa bumi
- Hujan abu dan hujan asam
- Tsunami
3. Lakukan rencana evakuasi
- Apabila anda tinggal di daerah rawan bencana gunung api,
harus ingat route mana yang aman untuk dilalui.
- Bentuk komunitas bahaya bencana gunungapi
- Apabila anggota keluarga tidak berkumpul ketika terjadi letusan (misalnya yang
dewasa sedang bekerja dan anak-anak sedang sekolah) usahakan untuk berkumpul
dalam keluarga jangan terpisah.
- Mintalah keluarga yang tinggal berjauhan untuk saling mengontak sebagai ‘hubungan
keluarga’ sebab sehabis terjadi bencana biasanya lebih mudah untuk kontak jarak jauh.
Tiap anggota keluarga usahakan untuk mengetahui nama, alamat dan nomor telepon
anggota keluarga yang lain.
4. Buatlah persediaan perlengkapan darurat seperti :
- Batere/ senter dan extra batu batere
- Obat-obatan untuk pertolongan pertama
- Makanan dan air minum untuk keadaan darurat.
- Pembuka kaleng
- Masker debu
- Sepatu
- Pakailah kacamata dan gunakan masker apabila terjadi hujan abu.
5. Hubungi pihak-pihak yang berwenang mengenai penanggulangan bencana.
6. Walaupun tampaknya lebih aman untuk tinggal di dalam rumah sampai gunungapi berhenti
meletus, tapi apabila anda tinggal di daerah rawan bahaya gunungapi akan sangat berbahaya.
Patuhi instruksi yang berwenang dan lakukan secepatnya
SELAMA LETUSAN:
PASCA LETUSAN:
Informasikan pada penumpang kapal untuk tetap tenang dan tidak panik.
Bila Anda berada di kapal yang besar di lautan dan mendengar adanya peringatan akan
terjadinya tsunami, segera informasikan kepada nakhoda kapal untuk gerakkan kapal
Anda menuju air yang lebih dalam. Jangan kembali ke pelabuhan karena Tsunami dapat
menyebabkan perubahan yang cepat pada ketinggian air dan bahaya yang tak terduga di
pelabuhan.
Mengingatkan pada nakhoda kapal untuk selalu melakukan kontak dengan pihak otoritas
pelabuhan untuk mendapatkan arahan mengenai pergerakan kapal. Dapat kembali ke
pelabuhan bila kondisi pelabuhan cukup aman untuk navigasi dan berlabuh
Namun bila Anda berada di dalam kapal yang kecil, segera menuju dermaga dan berlari
menuju tempat yang tinggi merupakan satu-satunya pilihan, karena gelombang tsunami
akan dengan mudah menghancurkan kapal-kapal kecil.
Ikuti instruksi/petunjuk dari petugas yang berwenang (polisi, hansip atau petugas lain)
Jauhi tempat-tempat rendah dan segera pergi menuju tempat yang lebih tinggi.
Bila Anda berada di rumah, pastikan seluruh keluarga Anda mengetahui adanya ancaman
bahaya ini dan segera pergi menuju tempat yang aman.
Bila Anda berada di pantai atau di dekat lautan dan merasakan adanya gempa bumi, segera
pergi ke lokasi yang lebih tinggi. JANGAN menunggu sampai peringatan tsunami di umumkan.
Bila Anda berada di hotel atau gedung tinggi yang terletak di tempat yang rendah, segera berlari
ke bagian atas hotel/gedung.
A
B
C
D
G
H
I
K
M
P
R
S
T
A
ACLS
Ancaman
Kejadian-kejadian, gejala atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian,
luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan.
APN
APRC
B
BAKORNAS PBP
BLS
BSB
BTLS
Buffer stock
Persediaan obat-obatan dan perbekalan kesehatan yang siap di setiap gudang penyimpanan dan
aman dari jangkauan bencana di provinsi dan kab/kota
C
CHN
Contingency Plan
Suatu perencanaan kedepan pada keadaan yang tidak menentu dengan skenario dan tujuan
yang telah disepakati, teknik, manajemen dan pelaksanaan yang ditetapkan bersama serta
sistem penanggulangan yang telah ditentukan untuk mencegah dan meningkatkan cara
penanggulangan keadaan darurat (sumber: UNHCR)
D
Daerah Rawan Bencana
Daerah yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman terjadinya bencana baik akibat kondisi
geografis, geologis, demografis, dan sosial karena ulah manusia
DVI
G
GELS
H
HELP Course
I
ICU
K
Kedaruratan Kesehatan
Suatu keadaan atau situasi yang mengancam sekelompok masyarakat dan atau masyarakat luas
yang memerlukan respon penanggulangan sesegera mungkin dan memadai diluar prosedur
rutin, dan apabila tidak dilaksanakan menyebabkan gangguan pada kehidupan dan penghidupan
Kedaruratan Kompleks
Situasi dimana penyebab kedaruratan dan bantuan kepada para korban terkait dengan
pertimbangan politik tingkat tinggi. Kedaruratan kompleks mempunyai ciri-ciri tingkat ketidak
stabilan yang beragam dan bahkan menurunnya kewibawaan negara. Ini mengakibatkan
hilangnya kontrol pemerintahan dan ketidakmampuan menyediakan pelayanan vital dan
perlindungan terhadap penduduk sipil. Suatu ciri utama dari kedaruratan kompleks adalah
kekerasan umum yang nyata atau potensial: terhadap manusia, lingkungan, infrastruktur dan
harta benda. Kekerasan mempunyai dampak langsung berupa kematian, trauma fisik dan
psikososial serta kecacatan. (sumber: WHO
Kerentanan
Kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu masyarakat terhadap dampak ancaman
Korban Massal
Korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak oleh karena sebab yang sama dan perlu
mendapatkan pertolongan kesehatan segera dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga
yang lebih dari yang tersedia sehari-hari
M
Mitigasi
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang terjadi akibat bencana dengan
menggunakan teknologi inovatif
Satuan ukuran kekuatan gempa, dimana besarnya efek yang dirasakan oleh pengamat dimana
dia berada tanpa memperhatikan sumbernya. (sumber: BMG
P
PAEL
Penanggulangan Bencana
Suatu proses yang dinamis, terpadu dan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-
langkah yang berhubungan dengan penanganan, merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan pembangunan kembali
Pencegahan
Upaya yang dilakukan untuk menghalangi terjadinya bencana dan mencegah bahaya yang
ditimbulkannya
Pengungsi
Setiap orang yang berada diluar negara tempatnya berasal dan yang diluar kemauannya atau
tidak mungkin kembali ke negaranya atau menggunakan perlindungan bagi dirinya sendiri
karena: a. ketakutan mendasar bahwa dia akan dituntut karena alasan ras, agama, kebangsaan,
keanggotaan pada kelompok social tertentu atau pendapat politik; atau b. ancaman terhadap
nyawa atau keamanannya sebagai akibat pertikaian bersenjata dan bentuk-bentuk lain dari
kekerasan yang meluas dan sangat mengganggu keamanan masyarakat umum. (sumber:
UNHCR)
PMK-AB
PONEK
Pos Komando
Pos Komando merupakan unit control multisektoral yang dibentuk dengan tujuan
mengkoordinasikan berbagai sector yang terlibat dalam pelaksanaan di lapangan.
PPGD
PPK
Pusat Penanggulangan Krisis, unit dari Depkes yang bertugas untuk menangani maslah bencana
PSC
PTC
R
RHA
Risiko
Suatu peluang dari timbulnya akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian,
luka-luka, kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan mata pencaharian dan
ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana
dan kerentanan
S
Safe Community
Keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan untuk masyarakat
SATKORLAK
SATLAK
Satuan Pelaksana
SI PMK-AB
Sistem (rangkaian proses) pengumpulan dan analisis data serta diseminasi informasi tentang
keadaan darurat atau kedaruratan
Skala Richter
Suatu sistem pelayanan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan Pra Rumah Sakit,
pelayanan di Rumah Sakit dan pelayanan antar Rumah Sakit. Pelayanan berpedoman pada
respon cepat yang menekankan pada time saving is live and limb saving, yang melibatkan
pelayanan oleh masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan ambulan
gawat darurat dan sistem komunikasi
T
Tanggap Darurat
Serangkaian kegiatan dan upaya pemberian bantuan kepada korban bencana berupa
pertolongan kesehatan, bahan makanan, obat-obatan, penampungan sementara, serta
mengatasi kerusakan secara darurat supaya dapat berfungsi kembali
Tim yang terdiri dari Dokter, Perawat mahir, Apoteker, Bidan, Sanitarian, Ahli Gizi Tenaga
Surveilan yang berangkat berdasarkan kebutuhan setelah Tim Reaksi Cepat dan Tim RHA
kembali dengan laporan hasil kegiatan mereka dilapangan
Tim ini terdiri dari dokter umum, Epidemiologi dan sanitarian yang berangkat bersamaan
dengan Tim Reaksi Cepat atau menyusul dalam waktu kurang dari 24 jam
Tim yang terdiri dari dokter umum, Dokter Sp bedah, dokter sp anestesi, Perawat mahir, tenaga
Disaster victims identification (DVI) Apoteker dan as.Apoteker Sopir ambulan, Surveilans
Epidemiologi/Sanitarian, petugas komunikasi yang bergerak dalam waktu 0-24 jam setelah ada
informasi kejadian bencana
Tim Rescue
Adalah tim yang terdiri dari tenaga medis , petugas pemadam kebakaran dan SAR tim ini
dibentuk untuk menyelamatkan korban bencana
Triase
Triase adalah melakukan indentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan stabilisasi
segera. Pemberian tanda / lebel yang digunakan secara internasional yaitu warna (Merah,
Kuning , dan Hijau) o Lebel Merah : sebagai penanda korban yang butuh stabilisasi segera o
Lebel Kuning : sebagai penanda yang memerlukan pengawasan ketat, tapi perawatan dapat
ditunda o Lebel Hijau :Sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan dapat ditunda o Lebel Hitam : Sebagai penanda korban telah
meninggal dunia
Triase ditempat
Triase yang dilakukan ditempat korban ditemukan atau pada tempat penampungan yang
dilakukan pada penemu pertama
Triase Evakuasi
Triase yang diitujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke rumah sakit yang telah siap
menerima korban bencana massal
Triase Medik
Triase yang dilakukan pada saat korban memasuki pos medis lanjutan dan dilakukan oleh tenaga
medis yang berpengalaman
Share
Kini informasi awal kejadian bencana sudah dapat dikirim melalui SMS ke Pusat
Penanggulangan Krisis sesuai format yang telah ditentukan dengan Nomor 0813-8590-4444.
Jumlah Korban
Catatan : Titik titik diisi dengan angka atau huruf sesuai dengan data-data yang ada
Contoh :
Semua orang sudah tahu dan bahkan sudah familiar kalau Indonesia merupakan negara
kepulauan. Konsekuensi dari negara kepulauan adalah dikelilingi oleh banyak perairan seperti
laut maupun samudera. Selain itu Indonesia juga diberi anugerah dengan banyaknya pegunungan
dan tentu saja ada pegunungan yang aktif dan ada yang tidak aktif. Dilain pihak lagi, secara
geologis Indonesia dilewati oleh lempeng bumi yang terus menerus bergerak tiap detiknya.
Kemudian secara iklim, Indonesia memiliki Iklim tropis dengan ada dua musim yaitu musim
kemarau dan hujan.
Yap..anugerah yang diberikan Tuhan kepada Indonesia tersebut memiliki konsekuensi positif
dan negatif. Kalau konsekuensi saya yakin semua orang juga sudah dapat menyebutkannya
dengan lancar. Yang mau saya tuliskan disini adalah konsekuensi negatif yang akan sering
dihadapi oleh Indonesia akibat anugerah tersebut. Salah satunya adalah Indonesia sangatlah
rentan terhadap terjadinya bencana!!Banjir, gempa bumi, tsunami, erupsi gunung vulkanik
merupakan nama yang menurut saya tidak asing lagi di telinga seluruh warga Indonesia.
Berbagai bencana yang telah di sebutkan diatas banyak menimbulkan dampak secara sosial,
mental, spiritual maupun kesehatan secara fisik. Dalam hal ini saya akan banyak membahas
mengenai bidang kesehatan. Lalu bagaimana bidang kesehatan sendiri menyikapi hal tersebut??
Ada slogan yang menyatakan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Hal tersebut juga
sangat bisa diterapkan dalam bidang penanggulangan bencana sendiri. Lebih mudah untuk
mencegah terjadinya bencana daripada menanggulangi efek dari bencana tersebut. Tapi di sisi
lain, bencana alam sendiri sangat sulit diprediksi dan mencegahnya juga sangat amat sulit. Oleh
karena itu, yang mampu dilakukan adalah melakukan persiapan dan perencanaan dalam
penanggulangan bencana itu sendiri.
Selain ada juga syarat yang harus dimiliki rumah sakit yang menangani korban bencana:
Namun kalau saya lihat dan dari pengalaman penanggulangan bencana sendiri selama 5 tahun
terakhir di rumah sakit, masih belum efektif dan efisien dan belum terkoordinasi dengan baik.
Padahal di sisi lain rumah sakit yang memiliki dokumen Hospital Disaster Plan sendiri sudah
banyak. Mengapa hal ini dapat teradi?
1. Perencanaan penangulangan bencana kalalu dipikir-pikir lebih lagi tidaklah sama dengan
perencanaan hal-hal yang lain. Kalau misalnya kita merencanakan sesuatu maka kita juga akan
memiliki jadwal kapan hal tersebut dilakukan. Namun perencanaan dalam penanggulangan
bencana tidak memiliki jadwal untuk dilakukan karena bencana sendiri datang secara tiba-tiba.
Sehingga mungkin muncul dalam pemikiran “Sampai kapan untuk bersiap-siap??”
2. Perbedaan lain dari perencanaan penanggulangan bencana dari perencanan hal-hal lain
yaitu kalau perencanaan hal lain itu kita belum melakukan kegiatannya, untuk perencaanaan
penanggulangan bencana kita harus secara teratur mesimulasikannya dan dievaluasi agar dapat
secara optimal bekerja saat bencananya terjadi.Mungkin untuk sekedar membuat dokumen
mengenai Hospital Disaster Plan itu gampang tapi yang sulit adalah mensimulisasikan secara
teratur. Kenapa sulit??Karena dalam proses simulasi membutuhkan banyak pihak (termasuk juga
masyarakat) dan dana yang banyak sementara bencana sendiri kita juga tidak tahu kapan
munculnya sehingga sama seperti poin pertama, “sampai kapan kita harus melakukan simulasi ?”
3. Di Indonesia sendiri, daerah terjadinya bencana itu tidak semua wilayah sehingga mungkin
pada daerah-daerah tertentu yang jarang terjadi bencana tidak akan pernah terpikir untuk
membuat Hospital Disaster Plan karena akan sangat menguras dana dan tenaga dan mungkin
akan lebih baik jika dialihkan ke penanganan kasus lain. Namun semuanya itu pilihan masing-
masing rumah sakit karena kalau mereka tidak membuat sistem perencanaan yang baik, jika
terjadi bencana akan menanggung akibat dari morbiditas dan mortalitas yang tinggi serta
penggunaan sumber daya yang tidak efektif serta efisien.
Ya itulah proses pembuatan Hospital Disaster Plan yang sangat dilematis. Di satu sisi kita harus
selalu tanggap dan siap sedia menghadapi bencana. Namun disisi lain pertimbangan lain adalah
mengenai dana, koordinasi dalam persiapan bencana sendiri serta bencana sendiri yang kita tidak
pernah tahu kapan akan terjadi.
TERKAIT:
Perlu Sinergi Wujudkan Rumah Sakit yang Aman
Saat Bencana, Masyarakat Sekitar Andalannya
Hadapi Bencana, Amankan Fasilitas Kesehatan
"Dan rencana itu harus sinergis dengan rencana kesiapsiagaan bencana di tingkat kota, provinsi
serta nasional," kata Ketua Yayasan Ambulans 118 Prof. Aryono D. Pusponegoro di sela seminar
tentang peran fasilitas kesehatan dalam kondisi gawat darurat bencana di Jakarta, Selasa.
Rencana kesiapsiagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana tersebut, kata dia, sebaiknya
dibuat berdasarkan potensi bencana di wilayah kerja rumah sakit.
"Harus dilihat apa saja potensi bencana yang mungkin terjadi, kalau gempa bumi berarti
bangunan harus dibikin yang tahan gempa dan kalau berpotensi banjir konstruksi bangunan juga
mesti disesuaikan," jelasnya.