Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DAFTAR ISI
37
43
TA. 2018-2019 1
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 2
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 3
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
ANAMNESIS
PEMBUKAAN
Menyapa pasien dan orang tua pasien, pemeriksa memperkenalkan diri.
Menanyakan identitas pasien:
Nama
Umur
1.
Jenis kelamin
Nama orangtua
Alamat
Umur, pendidikan dan pekerjaan orang tua
Agama dan suku bangsa
PENGGALIAN INFORMASI PENYAKIT / RIWAYAT PENYAKIT
2. Menanyakan keluhan utama
Menanyakan Riwayat penyakit sekarang
kronologis
3. pengobatan sebelumnya
perkembangan penyakit
apakah ada yang berpenyakit sama di rumah atau di lingkungan sekitar
Menganamnesa keluhan-keluhan yang sering terjadi
Demam
4. Batuk
Mencret
Kejang
Muntah
5. Menanyakan penyakit-penyakit yang pernah diderita
6. Menanyakan riwayat kehamilan ibu
7. Menanyakan riwayat kelahiran anak
8. Menanyakan riwayat makanan
Menanyakan riwayat perkembangan
9.
Umur berapa tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, berbicara
10. Menanyakan riwayat penyakit keluarga
TA. 2018-2019 4
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
PENUTUP
Menyimpulkan anamnesa
11. Mengakhiri anamnesa dengan mengatakan bahwa anamnesa telah selesai dan akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik
PEMERIKSAAN FISIK
PERSIAPAN
Pasien disiapkan berbaring senyaman mungkin selama proses pemeriksaan.
1. Membersihkan alat dan tangan pemeriksa
Jelaskan secara singkat dan jelas kepada pasien tentang proses pemeriksaan,
bahwa pemeriksaan ini tidak berbahaya atau menyakitkan.
PEMERIKSAAN
Keadaan umum
2. Menyebutkan kesan keadaan sakit, apakah sakit ringan, sedang atau berat.
Menilai tingkat kesadaran pasien
Menyebutkan kesan status gizi pasien
Tanda vital
Menilai laju, irama, kualitas dan ekualitas nadi.
3. Memeriksa tekanan darah
Menilai laju napas.
Mengukur suhu tubuh (aksila, rectal dan oral serta tau perbedaan derajatnya).
Pengukuran antropometrik
Mengukur berat badan
Mengukur tinggi badan
4. Mengukur lingkaran kepala
Mengukur lingkaran dada
Mengukur lingkaran lengan atas
Mengukur tebal lipatan kulit
5. Kulit
Menilai keadaan dan kelainan kulit
Rambut
6.
Menilai warna, kelebatan dan distribusi rambut.
Kelenjar Getah Bening
7.
Memeriksa KGB oksipital, retroaurikular servikal anterior dan inguinal.
Kepala
TA. 2018-2019 5
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Mata
TA. 2018-2019 6
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 7
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
III. Okulomotorius Gerak mata; konstriksi pupil, Diplopia, ptosis, midriasis, hilangnya
akomodasi akomodasi
Sensasi umum pada wajah, kulit Mati rasa pada wajah; kelemahan otot
V. Trigeminus kepala dan gigi, gerak mengunyah rahang
Fonasi, gerakan kepala, leher dan Suara parau, kelemahan otot kepala,
XI. Asesorius bahu leher dan bahu
TA. 2018-2019 8
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 9
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
ingus.
Melakukan pemeriksaan penghidu pada 1 lubang hidung dengan meminta pasien untuk
meghidu beberapa benda berbau khas
Meminta pasien untuk menyebutkan bau yang dirasakannya
Melakukan pemeriksaan pada lubang hidung lainnya
Kembali meminta pasien untuk menyebutkan bau yang dirasakannya
Lakukan hal serupa pada beberapa bahan lainnya (2-3 kali)
Melaporkan hasil pemeriksaan
TA. 2018-2019 10
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
2) Perimeter/ kampimeter
Biasanya terdapat di bagian mata dan hasil pemeriksaan diproyeksikan dalam
bentuk gambar di sebuah kartu
3) Tangent Screen
c. Refleks pupil
Saraf aferen berasal dari N.II (opticus) sedangkan saraf eferennya dari N.III
(occulomotorius) parasimpatiss.
Ada 2 macam refleks pupil :
Langsung
Tidak langsung (konsensual)
d. Pemeriksaan fundus okuli
Mengguankan alat : oftalmoskop
Yang dilihat pada pemeriksaan fundus okuli adalah keadaan retina (terutama oleh
dokter mata), terutama adalah keadaan optic disc (papil N.Opticus) untuk melihat
adanya papil edema atau papil atrofi
e. Tes warna (colour vision testing)
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada nervus opticus
TA. 2018-2019 11
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 12
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
yang disebabkan oleh kelumpuhan M. Levator palpebrae. Pada keadaan normal bila
seseorang melihat ke depan, maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada
titik yang sama secara bilateral.
Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata atas memotong iris lebih rendah dari pada
mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang/ atas (untuk
kompensasi menurunnya kelopak mata) atau kadang terlihat dahi dikerutkan
(m.Frontalis) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.
c. Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi :
1) Bentuk dan ukuran pupil
2) Perbandingan pupil kanan dan kiri
Perbedaan diameter pupil sebesar 1 mm masih dianggap normal
Pada pupil anisokor kadang kita mengalami kesulitan untuk mengenal mana
yang patologis, yang besar (midriasis) yang patologis ataukah yang kecil (miosis)
yang patologis. Untuk itu diperlukan pemeriksaan refleks cahaya dan
pemeriksaan neurologis yang lain.
Bila pupil mengecil disebut miosis, bila membesar (melebar) disebut midriasis.
Miosis dijumpai pada waktu tidur, pada tingkat tertentu dari koma, pada iritasi
N.III dan pada kelumpuhan saraf simpatis (sindrom Horner)
Midriasis dilumpai pada kelumpuhan N. III, misalnya oleh desakan tumor atau
hematom, dan pada fraktur dasar tulang tengkorak.
Besarnya pupil disebabkan oleh banyak faktor, terutama intensitas cahaya.
Dalam gelap pupil lebih lebar dibanding dalam keadaan terang benderang.
3) Refleks pupil
Meliputi pemeriksaan :
a) Refleks cahaya langsung
Menyinari pupil mata sesisi dengan memberi batas penutup pada mata lain.
TA. 2018-2019 13
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 14
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Gambar : reaksi pupil pada lesi N,II kanan Gambar : reaksi pupil pada lesi N III kanan
4. Gerakan bola mata (bersama-sama dengan N. IV dan VI)
5.
Pemeriksaan meliputi :
a) Gerakan monokuler
b) Gerakan binokoler atas perintah
c) Gerakan binokuler mengikuti obyek/ jari
penderita diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa ke arah nasal, temporal atas
bawah, sekaligus dinyatakan adanya diplopia dan dilihat ada tidaknya nistagmus.
Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata ini (pada keadaan diam) sudah bisa
dilihat adanya strabismus (juling) dan deviasi conjugate ke satu sisi.
Bila ada keluhan diplopia (penglihatan ganda), tetapi ada pemeriksaan tidak
tampak suatu strabismus atau adanya gerakan disconjugate, maka mungkin saja
TA. 2018-2019 15
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
ada kelemahan otot ekstraokular atau salahsatu saraf III, IV, dan VI, cuma
kelemahan tersebut ringan sekali sehingga sulit untuk dilihat.
Untuk itu perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan yang lebih teliti (lanjutan)
seperti :
red lens test
cover uncover test
see saw test (untuk kelemahan N.III)
d) Doll head eye phenomenon
Pemeriksaan N. IV (N.Troklearis)
Kelumpuhan pada N.IV jarang dijumpai. Penyebab paling sering karena trauma.
Kelumpuhan N.IB menyebabkan terjadinya diplopia (penglihatan ganda, melihat
kembar) bila mata dilirikkan ke arah ini.
TA. 2018-2019 16
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 17
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
1. Cabang (ramus) oftalmik : mengurus sensibilitas dahi, mata, hidung, kening, selaput
otak, sinus paranasal, dan sebagian mukosa hidung
2. Cabang (ramus) maksilaris : mengurus sensibilitas rahang atas, gigi atas, bibir atas,
pipi, palatum durum, sinus maksilaris, dan mukosa hidung
3. Cabang/ ramus mandibularis : yang mengurus sensibilitas rahang bawah, gigi bawah,
mukosa pipi, dua-pertiga bagian depan lidah dan sebagian dari telinga (eksternal),
meatus dan selaput otak.
TA. 2018-2019 18
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Melakukan hal yang sama pada daerah pipi dan daerah sekitar rahang
Menggunakan benda runcing untuk melakukan pemeriksaan yang sama
Menyatakan hasil pemeriksaan
c. Fungsi motorik
Pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan meletakkan jari pada otot temporalis pasien
Meminta pasien untuk menggertakkan gigi/ menggigit, dan pemeriksa merasakan
kontraksi otot temporalis di bawah tangan pemeriksa pada kedua sisinya
Minta pasien untuk merapatkan giginya sekuat mungkin
Pemeriksa meraba M. Masseter dan M. Temporalis
Pemeriksa memperhatikan besarnya, tonus serta kontur (bentuknya)
Minta pasien untuk membuka mulut
Perhatikan apakah ada deviasi rahang bawah
Minta pasien untuk menggigit tongue spatel
Menilai kekuatan gigitan dengan jalan menarik tongue spatel tersebut
Menyatakan hasil pemeriksaan
Minta pasien untuk menggerakkan rahang bawahnya ke samping (menilai m.perigoideus
lateralis)
Bila terdapat parese di sebelah kanan, rahang bawah tidak dapat digerakkan ke samping
kiri.
Atau pesien disuruh mempertahankan rahang bawahnya ke samping.
Pemeriksa member tekanan untuk mengembalikan rahang bawah ke posisi tengah
Menyatakan hasil pemeriksaan
d. Jaw jerk refleks
Pemeriksa melakukan ketukan pada bagian anterior bawah rahang dengan
menggunakan hammer refleks
Menyatakan hasil pemeriksaan
Pemeriksaan N.VII (N. Fasialis)
PROSEDUR PEMERIKSAAN N.VII
a. Pemeriksaan fungsi motorik otot fasialis bawah :
6. Meminta pasien untuk menyeringai dan memperlihatkan gigi
Menyatakan hasil pemeriksaan :
Normal bila sudut mulut membentuk posisi simetris
b. Pemeriksaan fungsi motorik otot fasialis atas :
TA. 2018-2019 19
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 20
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 21
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 22
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
tumit yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem)
lengan dilipat pada mata dan mata kemudian ditutup.
orang normal mampu berdiri dalam sikap romberg yang dipertajam selama 30 detik atau
lebih
b. T es melangkah di tempat (stepping test)
penderita disuruh berjalan di tempat (minta penderita untuk tetap berusaha di tempat
dan tidak beranjak dari tempatnya selama tes ini)
mata penderita ditutup
berjalan sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa
tes ini dianggap abnormal bila kedudukan akhir dari penderita beranjak lebih dari 1
meter, atau badannya berputar lebih dari 30°.
c. Tes tunjuk (”past pointing”)
Penderita diminta untuk merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh
telunjauk pemeriksa
kemudian pesien diminta untuk menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi
(sampai vertikal) dan kemudian kembali ke posisi semula.
pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk (deviasi), demikian juga dengan
gangguan sereblar
tes ini dilakukan dengan lengan kanan dan lengan kiri, salain penderita disuruh
mengangkat lengannya tinggi-tinggi, dapat pula dilakukan dengan menurunkan lengan
ke bawah sampai vertikal dan kemudian kembali ke posisi semula
Pemeriksaan N.IX (N.Glosofaringeus) dan N.X (N.Vagus);
Gejala gangguan yang tepnting adalah disatria (cadel, pelo, gangguan pengucapan kata-kata)
dan salah telan (keselek, disfagia)
PROSEDUR PEMERIKSAAN N.IX (N.GLOSOFARINGEUS) DAN N.X (N.VAGUS);
Sensasi perasa 1/3 posterior lidah
8. Meminta pasien untuk menjulurkan lidahnya dan menahannya di luar selama proses
pemeriksaan, dengan menggunakan kapas yang telah dibubuhkan substansi perasa,
pemeriksa meletakkan substansi tersebut secara gentle pada daerah pemeriksaan
Menyatakan hasil pemeriksaan
Menyatakan melakukan pemeriksaan N.X (N.Vagus)
Kemampuan berbicara
TA. 2018-2019 23
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 24
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Gambar : pemeriksaan N. XI
Pasien disuruh mengagkat bahu dan kita tahan untuk menilai tenaganya
Menyatakan melakukan pemeriksaan N.XII (N.Hypoglosus)
PROSEDUR PEMERIKSAAN N.XII (N.HYPOGLOSUS)
Pemeriksa meminta pasien untuk membuka mulut dengan posisi lidah berada pada dasar
10.
mulut, selanjutnya memeriksa keadaan lidah, apakah ada atrofi otot lidah
Meminta pasien untuk menjulurkan lidah, dan menilai adakah deviasi pada satu sisi lidah
Menyatakan hasil pemeriksaan
Menyatakan seluruh pemeriksaan telah selesai dan mengucapkan terimakasih atas kerjasama
11.
pasien
TA. 2018-2019 25
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
PEMBUKAAN
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Informed consent singkat
(Menyatakan akan melakukan pemeriksaan fungsi motorik pasien
2.
pada ekstremitas atas dan bawah, dan memianta pasein untuk aktif
dalam pemeriksaan tersebut)
PEMERIKSAAN KEKUATAN BATANG TUBUH/ THE STRENGTH OF LIMBS
3 Inspeksi :
minta pasien untuk duduk di tepi tempat tidur dengan menghadap
4
pemeriksa
5 memperhatikan apakah ada atrofi otot pada daerah ekstremitas
periksa gerakan jari-jari; bagaimana tenaga fleksi, ekstensi, abduksi
6
dan aduksi.
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS ATAS
Memeriksa kekuatan jari/ genggaman
minta pasien untuk menggenggam jari pemeriksa (pemeriksaan
7
tenaga menggenggam)
8 pemeriksa mencoba untuk menarik lepas jari tersebut
Memeriksa kekuatan lengan
periksa gerakan di pergelangan dan tentukan tenaganya pada
9
gerakan pronasi, dan supinasi
10 periksa pergerakan pada sendi siku, fleksi dan ekstensi
11 periksa gerakan pada sendi bahu, ekstensi dan rotasi
Pasien disuruh memfleksikan lengan bawahnya dan pemeriksa
12
menghalangi usahanya ini.
lengan bawah dalam posisi supinasi, diminta untuk memfleksikan
13
sambil pemeriksa memberi tahanan
Dengan demikian dapat dinilai kekuatan otot biceps (C5, C6, saraf
14
muskulokutaneus)
15 Bandingkan dengan sisi lain yang simetris
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS BAWAH
16 Pasien disuruh memfleksikan tungkai bawahnya dan pemeriksa
TA. 2018-2019 26
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 27
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
No Prosedur
A. PEMBUKAAN
1 Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
Refleks Triceps
Refleks Knee jerk/ refleks Patellar (nama lain : KPR/ Kniepeesrefleks, pemeriksaan tendon lutut)
Pemeriksa memfleksikan tungkai lutut dan mengatur dalam posisi menggantung pada tepi
14
tempat tidur.
Ketok pada tendon muskulus kuadriseps femoris, dibawah atau di atas patela (biasanya di
15
bawah patela)
TA. 2018-2019 28
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
bawah
Pusat refleks terletak di L2 – L3
17 Melakukan pada sisi tubuh lainnya
Pemeriksa memegang kaki pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada
20
kaki
C. PENUTUP
25 Menyatakan pemeriksaan telah selesai
PEMERIKSAAN NEUROPEDRIATIK
Tujuan Umum :
TA. 2018-2019 29
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Tujuan Khusus :
Jika diberikan kasus pemicu dan menggunakan pasien simulasi/manekin, mahasiswa mampu melakukan
prinsip komunikasi efektif dan mendemonstrasikan prosedural diagnosis sesuai dengan prosedur/langkah-
langkah dari panduan yang diberikan.
Metode :
Introduction : Demonstrasi dari pakar
Coaching : Latihan di laboratorium Skills Lab disertai oleh instruktur terlatih
Tempat :
Ruang Praktikum Skills Laboratory
Evaluasi :
Test tulis (pretest dan posttest)
Observasi instruktur
TA. 2018-2019 30
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 31
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Kepustakaan :
1. Saharso D, Y Achmad, Herjana, Erny. Pemeriksaan Neurologis pada bayi dan anak. Lokakarya
Tumbuh Kembang Anak. Divisi Neuropediatri FK Unair, RSAL Ramelan Surabaya. 2005
TA. 2018-2019 32
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
EKSTEROSEPTIF
Sentuhan ringan/ Light touch
1 Memposisikan pasien dan meminta pasien untuk menutup matanya
2 Menerangkan pesien bahwa untuk memberi tanda bila merasakan adanya suatu stimulus
Dengan menggunakan kapas pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan bermula pada
3 kulit secara bergantian pada kedua sisi, bermula dari daerah leher (C3) masing-masing
sisi menurun ke daerah bahu, sisi lateral lengan atas, lengan bawah dan tangan.
4 Jari-jari diperksa secara khusus
Stimulus juga dilakukan pada sisi medial lengan bawah dan dari bagian atas lengan ke
5
arah dada
Sensasi lengan bawah diperiksa dengan cara yang sama pada sisi lateral paha, tungkai
6
dan kaki juga pada sisi medialnya
7 Melaporkan hasil pemeriksaan
Nyeri dan suhu/ pain & temperature
Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sama seperti pada pemeriksaan sentuhan
8
ringan/ light touch, dengan menggunakan air panas dan air dingin
9 Melaporkan hasil pemeriksaan
PROPRIOSEPTIF
Sensasi
10 Meminta pasien untuk memejamkan matanya
Pemeriksa menggenggam/ memegang salah satu sisi phalanges terminal dan dengan
11
lembut sedikit menggerakkan ke atas dan ke bawah
Meminta pasien untuk menunjukkan jari yang bersangkutan digerakkan ke arah atas
12
atau bawah
13 Membandingkan kedua sisi ekstrimitas
14 Melaporkan hasil pemeriksaan
Sensasi Vibrasi
15 Pemeriksa meminta pasien untuk memutup matanya
16 Pemeriksa menempatkan pemegang garputala pada daerah tulang prominensia
17 Pasien diminta untuk menyatakan bila adanya sensasi dari vibrasi
18 Melakukan tes serupa pada sisi lainnya
19 Membandingkan kedua sisi
TA. 2018-2019 33
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 34
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Refleks babinski
Melakukan pemeriksaan refleks babinski dengan cara yang benar :
1 Penderita diminta untuk berbaring dengan tungkai diluruskan
2 Pemeriksa memegang pergelangan kaki supaya kaki tetap tempatnya
3 Goreskan kayu geretan atau benda yang agak runcing dengan perlahan, hindari rasa nyeri
4 Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai tumit, menuju pangkal jari
5 Pemeriksa memelihat reaksi yang ditimbulkan
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi yang akan yang timbul
6
pada pasien dewasa
Refleks Chaddock
Melakukan pemeriksaan refleks Chaddock dengan cara yang benar :
7 Rangsang diberikan dengan jalan menggoreskan bagian lateral maleolus
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi akan yang timbul pada
8
pasien dewasa
Refleks Oppenheim
Melakukan pemeriksaan refleks Oppenheim dengan cara yang benar :
9 Mengurut dengan kuat tibia dan otot tibialis anterior. Arah mengurut ke bawah (distal)
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi akan yang timbul pada
10
pasien dewasa
Refleks Gordon
Melakukan pemeriksaan refleks Gordon dengan cara yang benar :
11 Memencet/ mencubit otot Memencet/ mencubit ototbetis
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi akan yang timbul pada
12
pasien dewasa
Refleks Scheiffier
Melakukan pemeriksaan refleks Scheiffier dengan cara yang benar :
13 Memencet/ mencubit tendon Achilles
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi akan yang timbul pada
14
pasien dewasa
Refleks Rossolimo
Melakukan pemeriksaan refleks Rossolimo dengan cara yang benar :
15 Pemeriksa melakukan pukulan pada telapak kaki bagian depan
TA. 2018-2019 35
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi akan yang timbul pada
16 pasien dewasa
hasil : fleksi jari-jari kaki
Refleks Mendel Bechterew
Melakukan pemeriksaan refleks Mendel Bechterew dengan cara yang benar :
17 melakukan pukulan pada bagian dorsal kaki pada tulang cuboid
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi akan yang timbul pada
18 pasien dewasa
hasil : fleksi jari-jari kaki
Refleks Hoffman Tromner
Melakukan pemeriksaan refleks Hoffman Tromner dengan cara yang benar :
19 Pemeriksa memegang tangan penderita pada pergelangan
20 Jari-jari enderita diminta untuk di- fleksi-entengkan
21 Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan jari tengah kita
22 Dengan ibu jari kita gores kuat (snap) ujung jari tengah penderita
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi akan yang timbul pada
23 pasien dewasa
Positif bila fleksi jari telunjuk , serta fleksi dan aduksi ibu jari
Pemeriksaan refleks primitif
Refleks Glabelar
Melakukan pemeriksaan refleks Glabelar dengan cara yang benar :
24 Pemeriksa memberikan pukulan singkat pada glabela atau sekitar daerah supraorbitalis
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi akan yang timbul pada
25 pasien dewasa
Hasil : mengakibatkan kontraksi singkat pada kedua otot orbikularis okuli
Refleks Polmo mental
Melakukan pemeriksaan refleks Polmo mental dengan cara yang benar :
26 Pemeriksa menggaruk telapak tangan pasien
Positif bila menimbulkan kontraksi M.Mentalis ipsi lateral (lesi UMN di atas inti saraf VII
27
kontralateral)
Snout refleks
Melakukan pemeriksaan Snout refleks dengan cara yang benar :
TA. 2018-2019 36
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Ada 2 varian :
1. Ketukan refleks hamer pada tendon insersio otot orbcularis oris menimbulkan gerakan
28 mencucu/ menyusu
2. Bibir penderita diraba/ digaruk dengan tongue blade/ spaltel atau diketuk dengan ujung
jari
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi akan yang timbul pada
29 pasien dewasa
Positif bila : timbul gerakan seperti mencucu (lesi UMN bilateral)
Grasp refleks
Melakukan pemeriksaan Grasp refleks dengan cara yang benar :
31 Pemeriksa menggores telapak tangan pasien
Melaporkan hasil pemeriksaan dan mengetahui reaksi refleks pathologi akan yang timbul pada
pasien dewasa
32
Positif bila : gerakan fleksi jari-jari, kadang fleksi enteng
Keadaan diatas normal pada bayi 4 bulan
Penutup
Menyatakan bahwa pemeriksaan telah selesai dan mengucapkan terimakasih atas kerjasama
33
pasien
A. TINGKAT KESADARAN
Seseorang disebut “sadar” bila ia sadar terhadap diri dan lingkungannya. Dalam memeriksa tingkat
kesadaran, seorang dokter melakukan inspeksi, konversasi, dan bila perlu memberikan rangsangan
nyeri.
1. Inspeksi : perhatikan apakah pasein berespon secara wajar terhadap stimulus visual,
auditoar dan taktil yang ada di sekitarnya
2. Konversasi : apakah pasien memberikan reaksi wajar terhadap suara konversasi, atau
dapat dibangunkan oleh suruhan atau pernyataan yang disampaikan dengan suara yang
kuat
3. Nyeri : bagaimana respon pasien terhadap rangsang nyeri
Perubahan Patologis Tingkat Kesadaran
Delirium
Penurunan kesadaran disertai peningkatan yang abnormal dari aktivitas psikomotor dan siklus
tidur-bangun yang terganggu. Pada keadaaan ini pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi,
berteriak, aktivitas motornya meningkat, meronta-ronta. Penyebabnya beragam, diantaranya
kurang tidur oleh berbagai obat, dan gangguan metabolic toksik, dan penyebab lainnya. Pada manula
biasanya didapatkan pada malam hari.
Secara sederhana tingkat kesadaran dapat dibagi menjadi :
Somnolen : Keadaan mengantuk. Keadaan ini dapat pulih penuh bila dirangsang. Tingkat
kesadaran ini ditandai dengan mudahnya penderita dibangunkan, mampu memberikan
jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.
Spoor (stupor) : kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dinangunkan bila diberikan
rangsang kuat, tetapi kesadarannya segera menurun lagi. Masih mengikuti suruhan singkat
dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsan g nyeri penderita tidak dapat
dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap pertintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat
diperoleh jawaban verbal dari penderita. Gerak morotik untuk menangkis nyeri masih baik.
Koma ringan (semi koma) tidak ada respon terhadap rangsangan verbal. Refleks kornea
(pupil, dsb) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respon terhadap rangsangan nyeri.
Reaksi rangsang nyeri tidak terorganisir, merupakan jawaban (primitive). Penderita sama
sekali tidak dapat dibangunkan.
Koma (dalam atau komplit) : tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban samasekali
tehadap rangsang nyeri bagaimana kuatnya.
TA. 2018-2019 38
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Pembagian tingkat kesadaran di atas merupakan pembagian dalam pengertian klinis, dan batas
antara tingkatan ini tidak tegas.
Tingkat kesadaran menurut Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Scale/ GCS)
Tanggapan/ respon penderita yang perlu diperhatikan adalah :
a. Membuka mata
b. Respon verbal (bicara)
c. Respon motorik (gerakan)
a. Respon mata
Spontan 4
Terhadap bicara 3
(suruh pasien membuka mata)
Dengan rangsang nyeri 2
(tekan pada saraf supraorbita atau kuku jari)
Tidak ada reaksi 1
(dengan rangsang nyeri pasien tidak membuka mata)
b. Respon verbal
Baik dan tidak ada disorientasi 5
(dapat menjawab dengan kalimat yang baik dan tahu
dimana ia berada, tahu waktu, hari, bulan)
Kacau (“convused”) 4
(dapat bicara dalam kalimat namun ada disorientasi waktu dan tempat)
Tidak tepat 3
(dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat dan tidak tepat)
Mengerang 2
(tidak mengucap kata, hanya suara mengerang)
Tidak ada jawaban 1
TA. 2018-2019 39
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Bila kita menggunakan Skala Glasglow sebagai patokan untuk koma = tidak didapatkan respon
membuka mata, bicara dan gerakan dengan jumlah nilai = 3
Selain itu, rangsang selaput otak dapat memberikan gejala diantaranya :Kaku kuduk, Lasegue,
Kernig, Brudzinski I (Brudzinski’s neck sign), Brudzinski II (Brudzinski’s collateral leg sign)
TA. 2018-2019 40
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
No Prosedur
TINGKAT KESADARAN
Mampu menjelaskan dan melaporkan tingkat kesadaran/ Level of Consciousness dari
1
pasien secara sederhana (Kompos mentis – Koma)
Mampu menjelaskan dan melaporkan tingkat kesadaran/ Level of Consciousness dari
2
pasien menurut Skala Koma Glasgow dengan :
3 Melakukan penilaian respon mata
4 Melakukan penilaian respon verbal
5 Melakukan penilaian respon motorik (gerakan)
6 Menyebutkan berapa GCS dari pasien yang bersangkutan
PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGEAL
Menyapa keluarga penderita dan menperkenalkan diri, lalu melakukan informed consent
1.
singkat
2. Melakukan pemeriksaan kaku kuduk dengan teknik yang benar :
3. Pasien dalam posisi berbaring
4. Pemeriksa di sebelah kanan pasien
5. Menempatkan tangan pemeriksa di bawah kepala pasien
6. Kepala pasien ditekukkan (fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada
Melaporkan hasil pemeriksaan kaku kuduk (nuchal (neck) rigidity)
7.
Positif bila : Adanya tahanan selama penekukan
Melakukan pemeriksaan Laseque dengan teknik yang benar
8.
TA. 2018-2019 41
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
Positif bila: sudah timbul rasa sakit sebelum kita mencapai 70° (pada pasien
lanjut usia diambil patokan 60°)
Dijumpai pada : rangsang selaput otak, isialgia, iritasi pleksus lumbosakral
Melakukan pemeriksaan Kerniq dengan teknik yang benar
15.
22.
TA. 2018-2019 42
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
NO PROSEDUR KETERANGAN
1 Menyapa pasien dan memperkenalkan diri pemeriksa
2 Meminta pasien untuk duduk dengan nyaman
Menanyakan identitas pasien dengan baik
3 (Nama, Umur, Pendidikan terakhir, Status Pernikahan, Pekerjaan,
Tempat tinggal )
RIWAYAT PSIKIATRI
4 Keluhan utama (yang menyebabkan pasien datang)
Riwayat penyakit
Onset (Bermula sejak kapan)
Pertanyaan terbuka mengenai keluhan utama (jelaskan mengenai
sulit tidur, jelaskan mengenai sakit kepala, dll)
Menyingkirkan penyebab organik (sakit kepala karena hipertensi,
dll)
Pencetus keluhan utama (Apakah ada hal yang mengganggu
pasien sebelum hal ini bermula)
Menanyakan pertanyaan kunci sesuai hierarki diagnosis, yang
berhubungan dengan keluhan utama
5 - F0 (organik): gejala penyebab organik yang berhubungan
dengan keluhan utama
- F1 (NAPZA): riwayat penggunaan NAPZA
- F2 (psikotik): gejala psikotik halusinasi, waham,
depersonalisasi, derealisasi
- F3 (mood): mood depresi, hipomanik, manik, iritabel
- F4 (neurotik, stress, somatoform): gejala cemas atau panik,
gejala stress akut atau kronik, gejala disosiasi, somatisasi
- F5 (gangguan makan , tidur, seksual, dan yang berhubungan
dengan puerperium): keluhan makan/muntah, kesulitan
tidur tanpa sebab lain, keluhan seksual, hubungan keluhan
utama dengan kehamilan/melahirkan
- Riwayat penyakit dahulu
6 - Riwayat keluarga
- Riwayat sosial (termasuk penggunaan NAPZA)
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (sesuai keluhan utama dan karakteristik pasien)
Orientasi
Tempat : Mengetahui saat ini tengah berada di mana (apakah pasien
tahu berada di klinik apa)
7
Waktu : Mengetahui saat ini siang atau malam hari
Jam berapa saat ini
Orang : mengenali pemeriksa sebagai dokter
Memori :
Memori yang baru terjadi (apa sarapan pasien, meminta pasien
8 mengulang nama pemeriksa)
Memori lama (meminta pasien menjelaskan riwayat penyakit
sekarang dan identitasnya)
Atensi: apakah pasien mampu mengikuti jalannya wawancara tanpa
9
terdistraksi
TA. 2018-2019 44
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
TA. 2018-2019 45
Clinical Skills Practice Blok NBS-Semester V
Medical education Unit 2018-2019
dll)
Tilikan derajat 4: pasien berpikir dirinya sakit, namun tidak tahu
sebabnya
Tilikan derajat 5: pasien berpikir dirinya sakit, mengetahui
sebabnya, dan bersedia menerima pengobatan
Tilikan derajat 6: tilikan penuh, pasien berpikir dirinya sakit,
mengetahui sebab bio-psiko-sosialnya, termasuk yang
berhubungan dengan dunia internalnya, bersedia menerima
pengobatan dan mengetahui alasannya, dan patuh dengan
pengobatan tersebut
Daya nilai: kemampuan pasien menilai apakah perilakunya
sebaiknya dilakukan atau tidak
19 Misal: pasien mengetahui bahwa tidak boleh memukul ibunya,
namun tetap ia lakukan dengan berbagai alasan, maka daya nilai
pasien terganggu
PSIKOTERAPI SUPORTIF
- Validasi empati: mencoba memahami perasaan pasien
”Sepertinya tidak mudah untuk bapak/ibu”
- Reassurance: meyakinkan pasien agar pasien merasa lebih
tenang
”Bapak/ibu telah melakukan hal yang tepat dengan
berkonsultasi ke profesional”
- Praise: memuji pasien atas kemajuan proses sekecil apapun
19 ”Bapak/ibu sudah berusaha bersosialisasi lagi, itu hal yang baik”
- Ventilasi: membiarkan pasien mengeluarkan isi hatinya, tanpa
interupsi
- Encouragement: mendukung kegiatan positif yang sudah
dilakukan pasien, bukan memberikan nasihat
”Karena sekarang bapak/ibu sudah mulai bersosialisasi lagi dan
ternyata membuat bapak/ibu merasa lebih baik, sebaiknya
kegiatan tersebut dilanjutkan”
Kepustakaan :
1. Standar Kompetensi Dokter. Konsil Kedokteran Indonesia 2006
2. Bickley L S, Szilagyi PG in Bates Guide To Physical Examination And History Taking.
Nieginski E, Gagliardi R, etal (Eds). 5th Ed. Philadelphia, Baltimore, New York, Lomndon,
Buenos Aires, Hong Kong, Sydney, Tokyo; Lippincott Williams & Wilkins. 2007.
3. Swartz M H dalam Buku Ajar DIagnostik Fisik. Effendi H, hartanto H (Ed). Jakarta ,EGC, Ed I.
1995.
4. Lumban Tobing, S.M dalam Neurologi Klinik. Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta Balai
Penerbit FKUI. Ed 11. 2008.
5. Juwono T. Pemeriksaan Klinik Neurologik dalam Praktek. RSPAD Gatot Subroto. Jakarta, EGC.
Cetakan IV. 1996.
6. Mardjono M, Sidharta P, Neurologi Klonis Dasar.Jakarta. Dian Rakyat. Ed 8. 2000
7. Harjono R M, Oswari J, Ronardy D H, dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta EGC. Ed. 26
1996.
TA. 2018-2019 46