Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Definisi
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah kondisi penekanan saraf perifer yang paling
sering terjadi. Kecenderungan umum dari kondisi ini adalah memburuk secara
progresif, walaupun pengurangan keluhan secara spontan bisa saja terjadi. Pasien
dapat didiagnosa secara cepat dan merespon dengan baik terhadap penanganan tetapi
cara terbaik untuk mengintegrasikan informasi klinis, fungsional, dan anatomi untuk
memilih pilihan pengobatan belum diidentifikasi. [1],[2]
2. Anatomi
a. Dinding Pembungkus
Terowongan karpal terbentuk dari dinding osteofibrous yang
membungkus isinya. Dinding dari terowongan ini terdiri dari tulang karpal,
kapsul sendi, ligament karpal, tendon flexor karpi radialis dan flexor
retinakulum. Tulang karpal membentuk sebuah lengkungan seperti bentuk
terowongan. Flexor Retinakulum membentang dari tulang pisiformis dan
hamulus dari tulang hamate ke Skapoid dan Trapezium dan menutup
terowongan. [3],[4]
Delapan tulang karpal berorientasi dalam dua baris antara ulna,
radius dan tulang metacarpal. Ini membentuk artikulasi antara lengan bawah
dan tangan
b. Isi
Terowongan Karpal memungkinkan lewatnya beberapa struktur antara
tangan dan segmen proksimal tubuh. Tendon fleksor digitorum profundus,
fleksor digitorum superfisialis dan otot fleksor pollicis longus dan saraf median
membentuk isi terowongan karpal. Saraf Medianus lewat dari lengan atas ke
sisi palmar dari tangan, akson sensorik saraf medianus menyampaikan
stimulasi sensorik ke sisi palmar dari jari ke 1, 2, 3 dan setengah jari ke 4. Akson
motorik dari saraf median menginervasi otot-otot eminensia thenar.[5]
Estimasi prevalensi CTS adalah 4-5% dari populasi. Ada dua frekuensi usia
yang paling banyak mengalami CTS: Yang pertama dan terbesar adalah
antara 45 dan 59 tahun dimana 75% adalah wanita. Kedua adalah antara 75
dan 84 tahun, dimana 64% adalah wanita. Kebanyakan kasus CTS bersifat
idiopatik, Sebagian dari insiden CTS disebabkan oleh perubahan patologis
dalam struktur yang melewati terowongan karpal atau jaringan yang
membentuk dindingnya. Pada akhirnya, sebagian besar kasus CTS terkait
dengan patologi pada gerakan pergelangan tangan.
CTS idiopatik terjadi lebih sering pada wanita (65%-80%) dan antara umur
40-60) tahun:50-60% kasus adalah bilateral [6]
Karakteristik keluhan bilateral meningkat frekuensinya mengikuti du rasi
gejala.[7]
CTS idopatik berhubungan dengan hipertropi dari membran sinovial flexor
tendon yang disebabkan oleh degenerasi jaringan ikat, dengan sklerosis
vaskular, edema dan fragmentasi kolagen. [8]
Jenis Kelamin
Umur
Faktor genetik dan antropometrik (ukuran terowongan karpal) .
Kegemukan
Merokok
Konsumsi alkohol berlebih
Aktivitas berulang, getaran dan temperatur dingin
Tenosynovial hypertrophy;
Peradangan tenosinovitis: peradangan rematik [16] lupus dan infeksi
Tenosinovitis Metabolik: diabetes mellitus [21] (abnormalitas pergantian
kolagen), amyloidosis primer dan sekunder (hemodialysis kronik dengan
pengendapan beta-2-microglobulin),[22] gout[23] and chondrocalcinosis; [24]
Abnormalitas distribusi cairan : Kehamilan [25][26] 0.34% to 25% dari kasus,
khususnya pada trimester ke tiga, dengan tanda-tanda defisit yang sering
terjadi pada 37-85% kasus; hypothyroidism [27] and gagal ginjal kronis
(arteriovenous fistula). [22]
Otot abnormal: otot palmar dalam [28] posisi intratunnel otot tubuh dari
fleksor superfisial [29] atau perpanjangan proksimal dari otot tubuh otot
lumbrical [30]
Hipertrofi arteri persisten saraf medianus
Intratunnel tumor: lipoma, synovial cyst, synovial sarcoma atau tumor saraf
(schwannoma, neurofibroma or lipofibroma);
Hematoma: hemophilia [31] antikoagulan [32] atau trauma[33]
Obesitas[34]
Tekanan didalam terowongan karpal meningkat selama ekstensi wrist dan flexi
[35] , ekstensi dan fleksi wrist berulang bersamaan dengan fleksi jari-jari dan
supinasi dari lengan bawah, dapat meningkatkan kompresi. [36] Kerusakan pada
badan otot dari superficial dan bagian dalam otot flexor jari-jari, saat ekstensi
wrist dan jari-jari ditemukan pada 50% kasus. [37]
Tidak ada peningkatan prevalensi CTS pada penggunaan komputer lebih dari 15
jam perminggu yang telah di observasi. Kecenderungan peningkatan prevalensi
kejadian meningkat pada penggunaan komputer lebih dari 20 jam per minggu [38]
Paparan Getaran
Paparan getaran pada CTS adalah faktor predisposisi yanng lebih rendah. Getaran
terus menerus dapat menyebabkan cidera myelin dan axon sehingga menimbulkan
edema intraneural dan penyempitan mikrosirkulasi . [27][10]
CTS Akut
Etiologi:
Trauma : pergeseran karena patah tulang distal radius atau dislokasi wrist
Infeksi;
Pendarahan karena overdosis antikoagulan pada kasus hemofilia;
Injeksi bertekanan tinggi
Trombosis akut pada arteri nervus medianus
Luka Bakar.
Presentasi Klinis
Kejadian CTS umumnya terjadi secara bertahap dengan kesemutan dan rasa baal
pada distribusi saraf medianus pada tangan yang terdampak. [41] [42] [43]
Pasien bisa merasakan gejala yang bertambah saat menggenggam handphone atau
setir mobil juga pada saat malam hari atau saat pagi hari. [42] [43] Banyak pasien
yang mengeluh peningkatan gejala saat menggetarkan atau menjentikkan tangan
mereka.
Saat gangguan semakin meningkat, rasa kesemutan dan baal dapat menetap dan
pasien biasanya mengeluh adanya sensasi nyeri seperti terbakar; [42]. Gejala
akhirnya adalah kelemahan dan artropi pada otot tenar.
4. Diagnosis Banding
Kondisi lain yang harus diperhatikan saat mendiagnosis CTS antara lain :
Electromyogram (EMG) mengukur arus listrik yang dihasilkan dari otot yang
diinervasi oleh nervus medianus. Test ini dapat menentukan apakah ada otot yang
rusak sekaligus mengesampingkan kondisi lain. [46][47]
2. Disability of Hand and Shoulder (DASH) Questionnaire [50] [51] [53] [54]
a. Phalen’s test
b. Tinel’s sign
Cheng et al. [66] mengenalkan test ini pada tahun 2008 sebagai
metode yang diimprovisasi untuk mendiagnosa CTS dengan gejala lain. Tes
ini dilakukan dengan pasien berdiri menghadap pemeriksa dengan lengan
adduksi, fleksi elbow dan tangan terulur dengan wrist pada posisi netral.
Pasien harus menahan gerakan eksternal rotasi yang pemeriksa lakukan
dengan mendorong kedua lengan bawah pasien. Pemeriksa menggores
nervus medianus pada terowongan karpal dan test diulangi. Hasil positif
jika pasien tidak mampu menahan dorongan pemeriksa setelah goresan
pada nervus medianus. [66]
Ada dua metode untuk mengurangi tekanan pada CTS yaitu Open
Carpal Tunnel Release (OCTR) dan Endoscopic Carpal Tunnel Release
(ECTR). Pada OCTR irisan 2 cm dilakukan pada kulit, palmar facia untuk
mengakses dan melonggarkan transverse carpal ligament. ECTR dilakukan
untuk meminimalisir irisan kulit saat melonggarkan transverse ligament.
Pada operasi ini dokter bedah dapat menggunakan kamera untuk melihat
kondisi terowongan karpal.
9. Manajemen Fisioterapi
Pasien dengan gejala ringan hingga sedang tidak perlu segera
dioperasi tetapi dapat secara efektif ditangani dengan fisioterapi [74] [75]
Fisioterapi biasanya terdiri dari modifikasi kegiatan dan tempat kerja
(modifikasi ergonomis) [74] [75 ], edukasi pasien, mobilisasi tulang karpal dan
mobilisasi saraf [76] , ultrasound [67] [68] [76], terapi medan elektromagnetik [67]
[68] dan splinting. [77]
Penting untuk disampaikan bahwa, secara umum, bukti efektivitas
intervensi latihan dan mobilisasi adalah terbatas dan kualitasnya sangat rendah.
Fisioterapis harus selalu memberi tahu pasien tentang bukti yang terbatas
tentang keefektifan dan keamanan serta ketersediaan opsi bedah jika diperlukan.
[76]
gejala mereka intermittent dan tidak cepat memburuk atau jika etiologi CTS
mereka sangat sugestif kemungkinan remisi seperti pada contoh kehamilan
terkait CTS
pasien diberitahu tentang kurangnya bukti yang kuat untuk efektivitas dan
keamanan modalitas terapeutik yang digunakan oleh fisioterapis
Penanganan fisioterapi harus dihentikan saat hasilnya tidak efektif,
rekomendasi sesuai evidence base setelah menghentikan terapi harus
disampaikan.
Gejala CTS biasanya meningkat dalam jangka panjang meskipun dengan
pengobatan konservatif. Intervensi bedah untuk pasien yang tepat telah terbukti
aman dan lebih efektif daripada intervensi konservatif, Dokter harus menyadari
bahwa kesemutan konstan atau mati rasa dikaitkan dengan kompresi saraf median
yang signifikan. Durasi yang lama dari gejala-gejala tersebut dapat menyebabkan
perubahan yang tidak dapat diperbaiki dalam struktur internalnya, mempengaruhi
efektivitas operasi dan meninggalkan individu dengan gejala kronis dan atrofi otot
dari eminensia thenar. Pasien harus dibimbing oleh dokter umum mereka untuk
mendiskusikan pilihan perawatan bedah bila diperlukan dan diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA