Você está na página 1de 11

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian.

Cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurology atau menurunnya kesadaran
tanpa menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer, 2002).

Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak ada
kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi
(Mansjoer, 2000).

Cedera kepala ringan adalah cedera kepala tertutup yang ditandai dengan hilangnya
kesadaran sementara (Corwin, 2000)

Jadi cedera kepala ringan adalah cedera karena tekanan atau kejatuhan benda tumpul
yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi neurology sementara atau menurunya
kesadaran sementara, mengeluh pusing nyeri kepala tanpa adanya kerusakan lainnya.

B. Etiologi

Menurut Cholik Harun Rosjidi & Saiful Nurhidayat, (2009 : 49) etiologi cedera
kepala adalah :

1. Kecelakaan lalu lintas.


2. Jatuh.
3. Pukulan.
4. Kejatuhan benda.
5. Kecelakaan kerja atau industri.
6. Cedera lahir.
7. Luka tembak.
C. Patofisiologi

Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan


pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan
biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler,
patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan
cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang
terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampat kerusakan
jaringan otat. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer,
misalnya akibat dari hipoksemia,iskemia dan perdarahan. Perdarahan cerebral
menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma, berkumpulnya antara
periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma akibat berkumpulnya darah
pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah
berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala
terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi
menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto,
2007).

D. Manifestasi Klinik.

Tanda-tanda dari terjadinya cedera kepala ringan adalah : Pingsan tidak lebih dari 10
menit, tanda-tanda vital dalam batas normal atau menurun, setelah sadar timbul nyeri,
pusing, muntah, GCS 13-15, tidak terdapat kelainan neurologis.

Gejala lain cedera kepala ringan adalah : Pada pernafasan secara progresif menjadi
abnormal, respon pupil mungkin lenyap atau progresif memburuk, nyeri kepala dapat
timbul segera atau bertahap seiring dengan tekanan intrakranial, dapat timbul muntah-
muntah akibat tekanan intrakranial, perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada
berbicara serta gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat. (Corwin, 2000).
E. Komplikasi.

Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari cedera Kepala antara lain :

1. Hemoragik.
2. Infeksi.
3. Edema.
4. Pneumonia.
5. Kejang.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien cedera kepala ditentukan atas dasar beratnya cedera dan
dilakukan menurut prioritas, yang ideal penatalaksanaan tersebut dilakukan oleh tim yang
terdiri dari perawat yang terlatih dan dokter spesialis saraf dan bedah saraf, radiologi,
anastesi, dan rehabilitasi medik. Klien dengan cedera kepala harus dipantau terus dari
tempat kecelakaan, selama transportasi : di ruang gawat darurat, unit radiology, ruang
perawatan dan unit ICU sebab sewaktu-waktu dapat berubah akibat aspirasi, hipotensi,
kejang dan sebagainya. Menurut prioritas tindakan pada cedera kepala ditentukan
berdasarkan beratnya cedera yang didasarkan atas kesadaran pada saat diperiksa.
1. Klien dalam keadaan sadar ( GCS : 15 )
a. Cedera kepala simpleks ( simple head injury ).

Klien mengalami cedera kepala tanpa diikuti dengan gangguan kesadaran,


amnesia maupun gangguan kesadaran lainya. Pada klien demikian dilakukan
perawatan luka, periksa radiologi hanya atas indikasi, kepada kelurga diminta
untuk mengobservasi kesadaran.

b. Kesadaran terganggu sesaat.

Klien mengalami penurunan kesadaran sesaat setelah cedera kepala dan saat
diperiksa sudah sadar kembali, maka dilakukan pemeriksaan foto kepala dan
penatalaksanaan selanjutnya seperti cedera kepala simpleks.
2. Klien dengan kesadaran menurun.

Cedera kepala ringan atau minor head injury ( GCS : 13-15). Kesadaran
disorientasi atau not abay comand tanpa disertai defisit fokal serebral. Setelah
pemeriksaan fisik dilakukan perawatan luka, dilakukan foto kepala, CT Scan Kepala
dilakukan jika dicurigai adanya hematoma intrakranial, misalnya ada interval lusid,
pada follow up kesadaran semakin menurun atau timbul lateralisasi, observasi
kesadaran, pupil, gejala fokal serebral disamping tanda-tanda vital. Klien cedera
kepala biasanya disertai dengan cedera multipel fraktur, oleh karena itu selain
disamping kelainan serebral juga bisa disertai dengan kelainan sistemik ( Corwin,
2000).
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Klien
Nama : Ny.A
Tempat/Tanggal Lahir : Manado, 20 Juni 1989
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan : D3
Pekerjaaan : Karyawan Swasta
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Jl.Dr Sumeru
No. CM : 1234
Tanggal Masuk RS : 4 April 2012
Tanggal Pengkajian : 4 April 2012
Diagnosa Medis : Cedera Kepala Ringan
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny.I
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 55 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaaan : IRT
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : Jl.Dr Sumeru
Hubungan : Ibu
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Sanglah dalam keadaan sadar dengan keluhan nyeri
kepala setelah kecelakaan lalu lintas. Pasien sedang berjalan kaki kemudian ditabrak
motor dari samping, pasien jatuh membentur aspal.Riwayat pingsan (+), riwayat
muntah (+), luka pada kepala bagian kanan (+). Setelah dilakukan pemeriksaan, CT
Scan dan pengobatan, klien dirawat di Ruang Ratna untuk observasi selanjutnya.
c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Klien tidak pernah mengalami penyakit yang berat seperti diabetes melitus, jantung,
asma atau hipertensi, hanya flu dan demam biasa. Dan tidak pernah dirawat dirumah
sakit.
 Alergi
Tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, benda, atau obat-obatan lain.
 Kebiasaan
Pasien tidak merokok, meminum alcohol, ataupun meminum
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kluarga klien tidak pernah mengalami penyakit yang berat seperti melitus, jantung,
asma atau hipertensi
3. Riwayat Biopsikososialspiritual
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Bila mengalami sakit biasanya klien berobat ke Puskesmas atau bidan. Bila sakit
ringan seperti masuk angin kadang – kadang klien membuat jamu sendiri. Klien
tidak pernah berobat ke dukun atau pengobatan alternatif lainnya. Klien mengatakan
kesehatan adalah hal yang penting dan ingin cepat sembuh agar bisa bekerja lagi.
b. Pola nutrisi
 Sebelum MRS klien biasa makan 3 kali sehari, minum 6-8 gelas sehari.
 Sejak MRS klien mengatakan tidak bisa makan dan minum karena mual-mual
dan muntah.
c. Pola eliminasi
 Sebelum MRS klien biasa BAB 1 kali sehari, BAK 7 – 8 kali sehari ( ± 1200-
1500 cc).
 Sejak MRS di Ruang Ratna klien sudah BAK 2 kali dengan jumlah ± 200 cc
setiap kali BAK menggunakan pispot di atas tempat tidur.
d. Pola aktivitas

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum x
Mandi x
Toileting x
Berpakaian x
Mobilisasi di tempat tidur x
Berpindah x
Ambulasi ROM x
Ket :
0: mandiri
1: alat bantu
2: dibantu orang lain
3: dibantu orang lain dan alat
4: tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
 Sebelum MRS klien biasa tidur 6-7 jam sehari dan tidak biasa tidur siang.
 Sejak MRS klien mengatakan sering terbangun karena mual dan sakit kepala
serta situasi rumah sakit yang ramai.
f. Pola kognitif-perseptual
Klien mampu berkomunikasi dengan suara yang pelan tetapi jelas. Klien
mengatakan penglihatan cukup jelas tetapi tidak bisa membuka mata lama-lama
karena masih mengeluh pusingdan mual. Klien mengeluh telinga kiri terasa penuh
berisi cairan sehingga pendengaran agak terganggu. Tampak otore keluar dari
telinga kiri. Klien juga mengeluh sakit kepala seperti berdenyut-denyut terutama di
bagian kanan dan kadang-kadang disertai pusing-pusing. Klien tampak meringis
terutama saat bergerak. Skala nyeri 4-5 (sedang).
g. Pola persepsi diri
Klien mampu menyebutkan identitas diri dan orang di sebelahnya.
h. Pola seksual dan reproduksi
Klien sudah tiga tahun menikah tetapi belum dikaruniai anak. Menstruasi teratur
setiap 28 -30 hari sekali. Klien tidak memakai alat kontrasepsi.
i. Pola peran-hubungan
Saat ini klien ditunggu oleh suaminya dan hubungan mereka terlihat baik. Keluarga
besar klien ada di Jawa. Di Bali klien punya beberapa famili dan teman-teman yang
sudah datang menjenguk klien tadi pagi.
j. Manajemen koping strees
Bila mempunyai masalah klien mengatakan biasa bercerita dan minta pendapat dari
suami dan teman-teman. Suami mengatakan klien cukup terbuka terhadap masalah
yang dialaminya
k. Pola spiritual/nilai
Klien dan suami beragama Islam dan biasa sholat setiap hari. Setelah MRS klien
hanya berdoa dari tempat tidur.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Tingkat kesadaran : Komposmentis
GCS: 14 (verbal : 5 psikomotor : 5 mata: 4)
c. Tanda-tanda vital :
TD :115/70 mmHg
Nadi :92 x/mnt
RR :22 x/mnt
S:36,8 0 C
d. Keadaan fisik (IPPA)
 Kepala dan leher
Inspeksi: Luka robek yang sudah dihecting pada regio parietal dextra (+)
sepanjang 5 cm tanpa perdarahan aktif. Brill hematome (-). Battle sign (-).
Rhinore (-). Tampak otore warna kuning bercampur sedikit darah keluar dari
telinga kiri. Jejas di daerah wajah dan leher (-). Pupil isokor dengan refleks +/+.
Anemis (-). Deviasi trakea (-)
Palpasi: Cephal hematome pada regio parietal dextra (+). Nyeri tekan (+).
Krepitasi (-). Nyeri tekan pada leher (-).
 Dada
Inspeksi: Gerak dada simetris. Retraksi otot bantu nafas (-). Jejas (-)
Palpasi: Bentuk simetris. Benjolan (-). Krepitasi (-). Nyeri tekan (-)
Perkusi: Suara sonor kanan kiri sama
Auskultasi: Paru-paru: Suara nafas vesikuler, ronchi-/-, wheezing -/-
Jantung: S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)
 Payudara dan ketiak
Inspeksi : Bentuk simetris, jejas (-)
Palpasi : Massa/benjolan (-)
 Abdomen
Inspeksi: Distensi (-). Jejas (-)
Palpasi: Hepar tak teraba
Auskultasi: Bising usus kuat. Peristaltik 8-10 x/mnt.
 Genitalia
Inspeksi: Bentuk normal. Jejas (-). Hematome (-)
 Integumen
Inspeksi: Warna kulit sawo matang. Kebersihan cukup. Kelainan pada kulit (-).
 Ekremitas
 Atas
Pada daerah siku dan lengan bawah nampak luka lecet sepanjang ± 3 cm
tanpa perdarahan aktif. ROM bebas/normal. Krepitasi (-). Sianosis (-) .
Akral hangat. Kekuatan motorik 555 │ 555
555 │ 555
 Bawah
Jejas(-). ROM bebas/normal. Krepitasi (-). Sianosis (-). Akral hangat.
kekuatan motorik 555 │ 555

555 │ 555
5. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1DS DS: Trauma pada kepala Nyeri
 Pasien mengatakan ↓
sakit kepala Kerusakan seluler
berdenyut-denyut ↓
pada regio parietal Pelepasan histamin,
sinistra, kadang- bradikinin,dan kalium di
kadang disertai nosiseptor
pusing. ↓
DO : Impuls saraf menyebar di
 Luka robek pada sepanjang serabut saraf
regio parietal dextra perifer aferen
sepanjang 5 cm ↓
dengan nyeri tekan Serabut A&C melokalisir
(+). sumber nyeri dan
 Chepal hematome mendeteksi intensitas nyeri
pada regio parietal ↓
dextra Nyeri terutama di daerah

 Skala nyeri 4-5 ( trauma

sedang )
 Tampak meringis
terutama saat
bergerak
 N :92 x/mnt TD:
115/70 mmHg

2 DS : Trauma pada kepala Nausea


 Pasien mengeluh ↓
mual-mual dan tidak Rangsangan pada pusat
nafsu makan muntah di medula

DO : Mual-muntah
 Muntah (+) berisi sisa
makanan
 Porsi makan tidak
habis

B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ( trauma pada kepala) ditandai
dengan mengeluh sakit kepala,luka robek pada regio parietal, tampak meringis saat
bergerak, skala nyeri 4-5(sedang)
2. Nausea berhubungan dengan faktor fisik ( peningkatan TIK ) ditandai dengan
mengeluh mual, muntah 4 kali sejak MRS, tidak mau makan.

Você também pode gostar