Você está na página 1de 13

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

HUBUNGAN MEAN ARTERIAL PRESSURE DENGAN PERISTIWA KEMATIAN PADA


STROKE PERDARAHAN INTRASEREBRAL
Aria Chandra GTS*, Risono**, O.S. Hartanto**
*) Peserta PPDS-1 Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret /
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
**) Staf Pengajar Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta
***) Guru Besar Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Email : aryacandra10@gmail.com

Abstrak

Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan gangguan fungsi otak
akibat kematian sel-sel otak. Salah satu jenis stroke dengan tingkat kematian tertinggi dan
paling sulit ditangani adalah stroke perdarahan intraserebral (PIS). Peningkatan MAP yang
terjadi pasca stroke ditengarai memiliki korelasi dengan hasil outcome yang buruk. Oleh
sebab itu penatalaksanaan tekanan darah yang lebih agresif telah direkomendasikan oleh
AHA dan ASA. Peneliti ingin mengetahui hubungan mean arterial pressure dengan peristiwa
kematian pada pasien stroke PIS. Desain penelitian dengan kohort prospektif yang dilakukan
pada bulan Agustus – November 2014. Besar sampel 55 sampel. Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Stroke PIS ditetapkan berdasarkan klinis dan pemeriksaan CT
scan, kematian diukur berdasarkan data rekam medis lengkap. Analisis data menggunakan
Chi Square dan uji t memakai program SPSS dengan signifikan α = 0,05. Didapatkan hasil
penelitian pada peristiwa kematian pada stroke PIS berhubungan signifikan dengan MAP
tinggi dimana nilai p = < 0,05.
Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara mean arterial pressure dengan
peristiwa kematian pada stroke perdarahan intraserebral di RS Dr. Moewardi Surakarta.

Kata Kunci : Stroke, Mean Arterial Pressure, Perdarahan Intra serebral, Kematian

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENDAHULUAN tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam


Stroke adalah gangguan peredaran (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang paling
darah di otak yang menyebabkan gangguan rendah adalah Papua (3,8 per 1.000
fungsi otak akibat kematian sel-sel otak. Salah penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita
satu jenis stroke dengan tingkat kematian stroke, 6 diantaranya telah didignosis oleh
tertinggi dan paling sulit ditangani adalah tenaga kesehatan. Hal ini menunjukkan sekitar
stroke perdarahan intraserebral (PIS) 72,3% kasus stroke di masyarakat telah
(Misbach, 2011). Sekitar 40% dari pasien terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun
dengan perdarahan intraserebral meninggal angka kematian akibat stroke perdarahan
dalam 30 hari dan yang bertahan hidup intraserebral tetap tinggi. Data menunjukkan
sebagian besar memiliki hendaya yang berat. bahwa stroke perdarahan intraserebral
Saat kini belum ditemukan pengobatan yang menempati urutan pertama sebagai penyebab
dapat menurunkan tingkat kematian pasien kematian utama semua umur di Indonesia.
stroke akibat perdarahan intraserebral (Ariesen Stroke, bersama-sama hipertensi, penyakit
et al, 2005). jantung iskemik dan penyakit jantung lain,
Insiden stroke perdarahan intraserebral juga merupakan penyakit tidak menular
berkisar antara 10 sampai 20 kasus per penyebab kematian utama di Indonesia
100.000 penduduk dan meningkat seiring (Depkes, 2009).
dengan pertambahan umur pada populasi. Case fatality rate stroke perdarahan
Stroke perdarahan intraserebral lebih sering intraserebral dalam 1 bulan tinggi, bervariasi
dijumpai pada laki–laki daripada perempuan, 28-52% sebagian besar kematian terjadi dalam
terutama pada kelompok umur muda daripada beberapa hari setelah onset. Faktor-faktor yang
kelompok umur lebih dari 55 tahun. Terdapat berhubungan dengan outcome yang buruk
perbedaan yang signifikan antara insidensi terjadi bila perdarahan dalam parenkim otak
hipertensi dengan tingkat pendidikan yang dengan ukuran yang besar, penurunan
rendah, yang sangat mungkin disebabkan oleh kesadaran, peningkatan MAP (Mean Arterial
pemahaman yang rendah tentang aspek Pressure), perdarahan intraventrikuler yang
pencegahan primer serta akses yang kurang melebar, dan umur lebih tua. Meskipun operasi
dalam perawatan kesehatan. (Aiyagari et al, bedah untuk mengevakuasi hematoma sering
2012). dilakukan, masih tidak ada evidence based
Di Indonesia prevalensi stroke yang memuaskan untuk membuktikan manfaat
mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. operasi. Rekomendasi ASA dan AHA saat ini
commit tomenjadi
Daerah yang memiliki prevalensi stroke user pedoman dalam manajemen stroke

2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perdarahan intraserebral, dimana manajemen Association mengenai manajemen perdarahan


tekanan darah untuk menjaga angka yang intraserebral spontan merekomendasikan agar
optimal, dinilai sebagai cara yang paling mencapai target tekanan darah 160/90 mm Hg
efektif untuk menurunkan angka morbiditas atau Mean arterial pressure (MAP/tekanan
dan mortalitas (Asch et al, 2010). darah arteri rerata) sebesar 110 mm Hg secara
Peningkatan sering terjadi pada MAP bersamaan untuk menjaga tekanan perfusi otak
setelah terjadi stroke perdarahan intraserebral, dalam kisaran 60-80 mm Hg. Studi klinis
dan hal ini berkorelasi dengan hasil outcome untuk menentukan efektivitas penurunan
yang buruk (Ohwaki et al, 2004). tekanan darah terhadap penurunan risiko
Diagnosis lebih awal, penatalaksanaan perluasan hematoma sedang dilakukan. Kedua
tekanan darah lebih agresif, berbagai teknik pendekatan tersebut masih dalam penelitian
bedah, dan penatalaksanaan peningkatan lebih lanjut (Davis et al, 2006).
tekanan intrakranial dapat menurunkan angka Penelitian di China melaporkan bahwa
kematian dan kecacatan. (Ralph et al, 2013). kasus kematian lebih tinggi untuk stroke
Menurut penelitian Davis et al yang perdarahan daripada stroke iskemik, tetapi
diterbitkan dalam Journal Neurology pada sebaliknya untuk disabilitas pada stroke
tahun 2006, dalam waktu 3 jam paska onset, iskemik. Pada pasien stroke perdarahan,
pada 70% lebih pasien stroke perdarahan outcome buruk semakin meningkat seiring
intraserebral ditemukan perluasan hematoma dengan tingginya tekanan darah sistolik dan
di otak dan meningkat secara bertahap sampai diastolik pada waktu masuk rumah sakit ( Jade
72 jam. Volume hematoma pada jaringan et al, 2010). Penelitian kohort terhadap 379
parenkim otak adalah indikator penting dalam pasien perdarahan intraserebral spontan di
penanganan perdarahan intraserebral. Para Finlandia yang tidak menjalani pembedahan
ilmuwan menghubungkan perluasan memberikan hasil bahwa tekanan darah arteri
hematoma dengan tingkat mortalitas yang rerata pada waktu masuk merupakan prediktor
tinggi dan hasil terapi yang buruk. Mereka independen kematian yang lebih awal, dan
kemudian berasumsi bahwa dengan mencegah penelitian di Taiwan menyebutkan bahwa
perluasan hematoma akan dapat memperbaiki indeks massa tubuh yang rendah dan
outcome. Terapi yang sudah ada yaitu dengan keberadaan perdarahan intraventrikel
upaya menurunkan tekanan darah dianggap berhubungan dengan outcome yang buruk
sebagai pendekatan yang tepat dan lebih pasien perdarahan intraserebral (Tetri et al,
mudah untuk meminimalisir
perluasan 2009).
hematoma. Panduan dari American Heart commit to user

3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Masih belum jelas apakah tekanan kali, umur 30 – 70 tahun, onset serangan
darah yang tinggi adalah suatu phenomena stroke perdarahan intraserebral sampai dengan
perdarahan intraserebral yang berat atau faktor masuk RSDM ≤ 24 jam, data rekam medis
risiko independen lain, untuk hasil outcome yang lengkap, bersedia mengikuti penelitian
yang buruk. Tekanan darah tinggi dalam 24 ini
jam pertama setelah perdarahan intraserebral Kriteria eksklusi antara lain hasil CT
juga telah dihubungkan dengan hasil outcome scan ada iskemik otak, infark hemoragik, PIS
yang buruk bahkan kematian. Dengan dengan multi infark lakuner, pasien pulang
demikian, terdapat kekhawatiran secara klinis atas permintaan sendiri, Pasien mengalami
bahwa tekanan darah sangat tinggi dapat pembedahan.
berperan dalam perluasan hematoma awal, Protokol Penelitian
sementara itu, penurunan tekanan darah terlalu Data pada penelitian ini diambil dari
agresif dapat mengganggu perfusi aliran darah rekam medik subyek. Subyek penelitian ini
pada daerah otak perihematoma. Saat ini harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
belum ada penelitian berbasis rumah sakit dimasukkan dalam penelitian secara berurutan.
mengenai hubungan tekanan darah arteri rerata Pengumpulan data dimulai dari pengumpulan
pada fase akut dengan kematian pada pasien data pasien dengan gejala klinik stroke
stroke perdarahan intraserebral di Surakarta. perdarahan intraserebral yang masuk ke
Untuk itu perlu dilakukan penelitian ini. instalasi gawat darurat, diberikan penjelasan
METODOLOGI dan diminta persetujuan mengikuti penelitian
dan mengisi informed consent. Dilakukan
Subyek Penelitian
anamnesis, pemeriksaan fisik dan CT scan
Penelitian ini merupakan kohort
kepala polos, bila hasil CT scan didapatkan
prospektif untuk mengetahui hubungan antara
lesi atau gambaran perdarahan pada jaringan
kematian dengan stroke perdarahan
otak dan tidak pada intraventrikuler, maka
intraserebral.
dianggap menderita stroke perdarahan
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat
intraserebral, sedangkan bila hasil CT scan
inap intensif bagian saraf di RSUD dr.
tidak didapatkan lesi perdarahan, maka
Moewardi Surakarta di mulai bulan Agustus
dianggap bukan stroke perdarahan
sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.
intraserebral, data yang diperlukan dalam
Dengan kriteria insklusi antara lain
penelitian baik varibel bebas ataupun
semua pasien stroke perdarahan intraserebral
tergantung diambil dari rekam medik subyek
spontan yang berjenis kelamin
laki-laki
commit topenelitian
user yang telah dipilih, data yang didapat
maupun perempuan dengan serangan pertama
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kemudian dimasukkan dalam kriteria, setelah Angka trombosit 0,000*


Tinggi(n,%) 20(36,4) 4(7,3)
Bronkhopneumonia 0,000*
semua data dari seluruh sampel penelitian Ya(n,%) 17(30,9) 4(7,3)
Atrial fibrilasi 0,000*
terkumpul kemudian dilakukan pengolahan Ya(n,%) 16(26,1) 7(12,7)
Keterangan: *p < 0,05 bermakna secara statistik, frekuensi
data. (persentase %).
Pada tabel 1 menunjukkan subyek
Data yang diperoleh, ditabulasi dan
penelitian yang paling banyak adalah
dianalisis, untuk mengetahui hubungan MAP
perempuan sebanyak 31 orang, dengan
dengan peristiwa kematian pada stroke
kematian sebanyak 12 orang (21,8%), dan
perdarahan intraserebral dengan Analisis
yang tidak mengalami kematian sebanyak 19
Multivariat Regresi Logistik dengan tingkat
orang (34,5%). Kategori umur subyek
kepercayaan 95 %. Perbedaan yang signifikan
penelitian didapatkan yang paling banyak
bila p < 0.05. Semua analisis statistik
berkisar umur 51 – 70 tahun, yang mengalami
menggunakan SPSS 17.
kematian sebanyak 19 orang (40,0%), tidak
HASIL
mengalami kematian sebanyak 3 orang (5,5%).
Penelitian dilakukan terhadap pasien Tabel 2. Faktor prognostik outcome kematian pada stroke perdarahan
intraserebral berdasarkan MAP di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
stroke perdarahan intraserebral yang Kategori Outcome Value
Kematian Kematian (P)
(n=23) (-)
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Waktu (n=32)
MAP(n,%) 0,000*
pengambilan sampel dari bulan Agustus 2014 < 130mmHg 1(1,8) 26(47,3)
≥ 130mmHg 22(40,0) 6(10,9)
sampai bulan November 2014 di ruang intensif * Bermakna secara statistik p < 0,05

bangsal rawat inap neurologi RSUD Dr.


Pada tabel 2. Subyek penelitian dengan
Moewardi Surakarta. Berdasarkan perhitungan
kategori MAP yang mengalami kematian
besar sampel dibutuhkan subyek penelitian
dengan jumlah total sebanyak 23 orang
sebanyak 55 responden.
Tabel 3. Karakteristik umum subyek penelitian di RSUD
(41,8%), dan tidak mengalami kematian
Dr.Moewardi Surakarta.
Kategori Outcome Value sebanyak 32 orang (58,2%) dengan
(P)
Kematian Kematian (-) menggunakan uji chi square di peroleh nila p
(n=23) (n=32)

Jenis kelamin 0,595 value sebesar 0,000 (<0,05). Dari hasil


Laki-laki(n,%) 11(20,0) 13(23,6)
Perempuan(n,%) 12(21,8) 19(34,5) tersebut maka Ho dinyatakan ditolak yang
Umur
30 – 50 tahun(n,%) 6(10,9) 27(49,1) 0,000* berarti ada hubungan yang signifikan antara
51 – 70 tahun(n,%) 19(40,0) 3(5,5)
Perdarahan ventrikel 0,000* MAP dengan peristiwa kematian pada stroke
Ya(n,%) 19(34,5) 5(9,1)
GCS 0,000*
< 8(n,%) 6(10,9) 24(43,6) PIS di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Volume perdarahan 0,000*
< 30 cc(%) 6(10,9) 27(49,1) Dasar pengujian ini adalah apabila uji
Letak perdarahan 0,140
Supratentorial(n,%) 20(36,4) 28(50,9) univariat pada variabel-variabel tersebut
Infratentorial (n,%)
Oedem/midline shift
5(9,1) 2(3,6)
commit to user
0,003*
Ya(n,%) 18(32,7) 12(21,8)
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mempunyai nilai p < 0,05 lalu dilanjutkan Surakarta di mulai bulan Agustus sampai
dengan uji multivariat regresi logistik. November 2014.
Tabel 3. Multivariat regresi logistik untuk mengetahui faktor risiko Karakteristik umum subyek penelitian
pada stroke perdarahan intraserebral di RSUD Dr.Moewardi
Surakarta.
Faktor Risiko RR 95% CI Value yang paling banyak adalah perempuan
(Exp(B)) (P)
MAP 22,702 1,157-445,604 0,040
sebanyak 31 orang, dengan kematian sebanyak
Umur 2,974 0,130-68,174 0,495
Perdarahan ventrikel 6,658 0,122-364,029 0,353 12 orang (21,8%), dan yang tidak mengalami
GCS 0,581 0.016-20,562 0,766
Volume perdarahan 0,895 0,023-34,876 0,953 kematian sebanyak 19 orang (34,5%).
Odem/midline shift 1,888 0,130-27,416 0,642
Angka trombosit 2,357 0,086-64,466 0,612 Sedangkan untuk pengaruh terhadap peristiwa
Bronkhopneumonia 0,618 0,032-11,910 0,750
Atrial fibrilasi 1,624 0,107-24,587 0,727
* Bermakna secara statistik p < 0,05
kematian pada stroke PIS tidak memiliki
Dari Tabel 3, tabel diatas diketahui hubungan yang bermakna. Hal ini sesuai
bahwa variabel – variabel yang merupakan penelitian di China oleh Zhou et al, 2014 yang
hasil akhir analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
mempunyai 1 variabel yang terpilih yang antara jenis kelamin perempuan dan laki – laki
benar – benar memiliki hubungan bermakna dalam periode 3, 6 dan 12 bulan terhadap
dengan kematian pada stroke PIS. Menurut outcome pada stroke PIS.
Dahlan (2013), bahwa untuk mengetahui Dalam kategori umur ada perbedaan
variabel prediktor mana yang berpengaruh antar umur 30-50 tahun dengan umur 51 – 70
secara signifikan terhadap model dilakukan tahun pada kematian stroke PIS mempunyai
resiko relatif (RR). Sehingga nilai terbesar dari nilai p = 0,000, proporsi umur 50 – 70 tahun
RR merupakan variabel dominan yang (34,5%) lebih tinggi dibanding dengan umur
signifikan adalah MAP. Hasil uji statistik 30 – 50 tahun (10,9%). Hal ini sesuai dengan
menunjukkan bahwa nilai exp B MAP = beberapa penelitian, salah satunya (Qureshi et
22,702 (dibulatkan menjadi 22,7) artinya al, 2010), dimana kasus kematian tertinggi
bahwa MAP mempunyai pengaruh 22,7 kali ditemukan pada pasien berumur yang lebih
lebih besar dalam peristiwa kematian pada tua. Data hasil tersebut menunjukkan bahwa
stroke PIS di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. pasien mengalami suatu hendaya yang
DISKUSI menyebabkan keterbatasan dalam aktivitas
Telah dilakukan penelitian pendekatan harian pasien, dalam penelitian besarnya
kohort prospektif pada 55 pasien stroke pasien yang masih dapat hidup mandiri hanya
perdarahan intraserebral untuk melihat sebesar 12% - 39%.
hubungan mean arterial pressure dengan Untuk melihat faktor – faktor yang
peristiwa kematian di ruang intensif bangsal mempengaruhi outcome pada pasien stroke
commit to(PIS)
rawat inap neurologi di RSUD dr. Moewardi user maka dilakukan analisis univariat pada

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

setiap faktor resiko. Hasil bermakna dari 48 jam pertama merupakan faktor yang
analisis ini akan dilanjutkan dengan analisis berhubungan dengan perburukan neurologis
multivariat dengan regresi logistik. Pada pada PIS.
penelitian ini variabel yang dianggap Penelitian di Pakistan menunjukkan
mempengaruhi outcome (yang mengalami bahwa GCS ≤ 8 merupakan prediktor klinis
kematian pada 72 jam pasca onset dari PIS) penting bagi kematian dalam 30 hari.
adalah MAP pada saat masuk rumah sakit, Hubungan kematian dengan terjadinya
umur, perdarahan ventrikel, GCS, volume hematom pada fase akut adalah bila volume
perdarahan, letak perdarahan, oedem/ midline perdarahan ≥ 30 cc (Gupta et al, 2014).
shift saat masuk rumah sakit. Selain itu Volume 30 cc juga berhubungan dengan
dihitung juga pada faktor – faktor ekstrakranial kematian 17% dalam satu bulan pertama
adalah angka trombosit, bronkhopneumonia, (Qureshi et al, 2010). Beberapa deskripsi
fibrilasi atrial. Didapatkan MAP pasien yang keparahan penyakit yang berhubungan dengan
mengalami kematian sebanyak 22 orang kematian pada fase akut yaitu GCS awal
(40,0%) lebih tinggi daripada pasien yang masuk rumah sakit, perdarahan ventrikel,
tidak mengalami kematian sebanyak 6 orang volume perdarahan dan pembesaran oedem/
(10,9%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian midline shift.
sebelumnya yang menyebutkan bahwa 30% - Volume perdarahan pada penelitian ini
52% kematian terjadi pada 30 hari. Kematian juga bermakna berhubungan dengan kematian
yang berhubungan dengan PIS yang biasanya dalam 72 jam setelah onset yang didapatkan
terjadi dalam tiga hari pertama setelah pada pasien PIS dengan volume ≥ 30 cc
perdarahan spontan yang terkait dengan MAP sebesar 17 orang (30,9%). Hal ini sesuai
tinggi. Hal ini karena perluasan hematom, dengan penelitian Davis et al tahun 2006.
yang merupakan respon dari refleks hipertensi Menurut Broderick et al 2007, kematian 1
sistemik akibat peningkatan tekanan bulan setelah onset diprediksi dengan baik
intrakranial. Jika tekanan intrakranial terus oleh skor GCS dan volume perdarahan. Suatu
meningkat akan terjadi gangguan pusat penelitian menyebutkan GCS < 9 dan volume
vasomotor yang mengakibatkan kematian perdarahan > 60 cc mempunyai angka
dalam beberapa jam (Maso and Silva, 2013). kematian 90%. Sebaliknya pasien dengan skor
Perdarahan ventrikel berhubungan GCS > 9 dan volume perdarahan < 30 cc
dengan perluasan hematom (Mayer and adalah 17% (Qureshi et al, 2009).
Rincon, 2005). Perluasan hematom perdarahan Faktor ekstrakranial juga didapatkan
commit tobermakna
ventrikel dan tekanan sistolik yang tinggi pada user berhubungan dengan kematian
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam 72 jam setelah onset yang didapatkan gangguan sawar darah otak (SDO), odema
pada pasien stroke PIS antara lain angka interstisiel, dan peningkatan tekanan
trombosit (36,4%), bronchopneumonia intrakranial. Hal ini akan mengakibatkan
(30,9%) dan fibrilasi atrial (26,1%). Menurut perubahan jaringan dan gangguan jaringan
Gofir 2009, Stroke PIS disertai dengan lokal, pembengkakan pembuluh darah
fibrilasi atrial, bronchopneumonia dan sekunder terhadap aliran darah venosa yang
trombositosis memiliki resiko meningkatkan terhambat, serta terjadi koagulopati lokal yang
morbiditas dan mortalitas 3 kali daripada mengakibatkan pelepasan tromboplastin
pasien tanpa gejala tersebut. Thrombus jaringan (Ohwaki et al, 2004).
intrakardial terbentuk bila terdapat kelainan Setelah dilakukan analisis univariat
pada katup atau dinding rongga jantung, terhadap faktor – faktor yang berpengaruh
thrombus ini terbentuk bila terjadi gangguan terhadap outcome pada PIS, didapatkan 9
irama jantung sehingga terjadi keadaan relatif variabel yang bermakna. Variabel tersebut
statis pada atrium seperti pada fibrilasi atrial, adalah MAP, umur, perdarahan ventrikel, skor
bronkopnemunia didapatkan sekitar 7-20% GCS, volume perdarahan, oedem/ midline
menyebabkan disfagia dan aspirasi, sedangkan shift, angka trombosit, bronkhopneumonia,
thrombositosis (gangguan hematologi) dapat dan fibrilasi atrial. Tahap selanjutnya
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat dilakukan analisis multivariat dengan metode
menimbulkan edema dan hematoma pada statistik regresi logistik.
jaringan sekitarnya sehingga dapat Analisis Tabel 3 menunjukkan bahwa
menimbulkan luasnya hematoma pada stroke variabel kematian selain MAP, umur,
PIS mengakibatkan peningkatan morbiditas perdarahan ventrikel, odem/ midline shift,
dan mortalitas (Ariesen et al, 2005; Davis et al angka trombosit dan fibrilasi atrial
2006; Gupta et al 2014). menunjukkan nilai RR lebih dari 1, sehingga
Tabel 2 menunjukkan bahwa hubungan dapat diartikan bahwa variabel tersebut
kematian bermakna dalam penelitian ini merupakan variabel faktor risiko mortalitas
adalah variabel MAP. Penelitian lain pada pasien stroke PIS. Namun dalam
menyebutkan bila MAP > 130 mmHg dan penelitian ini faktor risiko yang ditunjukkan
tekanan darah sistolik ≥ 200 mmHg tidak bermakna (p > 0,05), sehingga variabel-
merupakan faktor resiko terjadinya kematian variabel tersebut tidak dapat berdiri sendiri
(Misbach et al, 2011). dalam memprediksi mortalitas pada stroke
Bila tekanan darah melebihi batas perdarahan intraserebral. Pada penelitian ini
commit tovariabel-variabel
otoregulasi (MAP > 150 mmHg) dapat terjadi user GCS, volume perdarahan,
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan bronkopneumonia bukan merupakan sistolik yang tinggi dan tekanan nadi
faktor risiko terhadap mortalitas pada pasien berhubungan dengan outcome yang buruk
stroke PIS, hal ini karena nilai RR kurang dari (Caplan, 2009). Volume perdarahan dan
1 dan secara statistik juga tidak bermakna (p > perluasan hematoma dikatakan berhubungan
0,05). Berdasarkan hasil analisis regresi dengan perburukan atau outcome yang buruk
logistik tersebut dapat disimpulkan bahwa pada PIS (Davis et al, 2006).
faktor risiko yang diduga merupakan Mekanisme hipertensi pada stroke akut
parameter mortalitas stroke PIS dalam telah dijelaskan oleh Sudoyo et al tahun 2009.
penelitian ini tidak dapat berdiri sendiri. Mekanisme itu merupakan respon dari
Namun dibutuhkan beberapa faktor risiko kerusakan atau kompresi area spesifik di otak
yang saling mendukung untuk menentukan yang mengatur aktivitas sistem saraf otonom.
ketepatan prediktor mortalitas pasien stroke Selain itu refleks cushing dan stressor karena
PIS dan hasil dari penelitian ini menunjukkan masuk rumah sakit juga memicu
bahwa nilai exp B (RR) MAP = 22,702 ketidakseimbangan sistem tubuh yang akan
(dibulatkan menjadi 22,7) artinya bahwa MAP mengaktivasi jalur adrenomeduler simpatis,
mempunyai pengaruh 22,7 kali lebih besar peningkatan konsentrasi katekolamin dan
dalam peristiwa kematian pada stroke PIS di sitokin inflamasi, yang semuanya berperan
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. dalam mekanisme terjadinya hipertensi.
Penyebab utama kematian pada PIS Penelitian berdasarkan gambaran CT
menurut Greenberg (2010) adalah herniasi scan otak menunjukkan bahwa perluasan
yang terjadi pada 1 minggu pertama. Jadi hematoma awal terjadi pada 18% - 38%,
faktor – faktor yang berhubungan dengan pasien yang diperiksa dengan CT scan dalam 3
proses herniasi berkontribusi terhadap jam setelah onset. Penemuan ini berhubungan
kematian. Proses herniasi berhubungan dengan dengan perburukan kondisi neurologis awal
proses peningkatan tekanan intrakranial, dan peningkatan resiko outcome yang buruk
karena besarnya volume perdarahan, dan (Mayer and Rincon, 2005). Penelitian lain
perluasan hematoma. Tekanan darah yang menunjukkan bahwa peningkatan tekanan
meningkat pada awal onset stroke PIS darah meningkatkan resiko perluasan
berkontribusi pada perkembangan hematoma. hematom. Upaya penurunan tekanan darah
Tiga perkiraan terpenting untuk sistolik < 150 mmHg dengan demikian
outcome PIS adalah ukuran perdarahan, lokasi mencegah resiko tersebut (Ohwaki et al,
perdarahan, dan pembesaran
hematoma. 2004).
commit to user
Disebutkan juga bahwa MAP, tekanan darah
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tekanan darah sistolik ≥ 200 mmHg neuropsikologisnya sering lebih buruk


dan MAP > 130 mmHg merupakan faktor (Ohwaki et al, 2004).
resiko perluasan hematoma (Broderick et al, MAP terbukti berperan dalam
2007). Volume hematoma sebagai perkiraan memperkirakan kematian dalam 72 jam pasca
tunggal terkuat kematian dalam 30 hari setelah onset secara univariat dan multivariat serta
PIS (Jauch et al, 2006). terdapat variabel – variabel yang
Peningkatan tekanan darah akan mempengaruhi terbukti secara independen
mempertahankan tekanan perfusi otak, tetapi bermakna. Hal tersebut membuktikan bahwa
akan menyebabkan peningkatan tekanan meski MAP tidak secara langsung
intrakranial. Isi tengkorak dalam keadaan mempengaruhi outcome kematian, tetapi MAP
normal adalah darah (4%), liquor (10%), dan mempengaruhi variabel independen
parenkim otak (86%). Cairan serebrospinal menyebabkan kematian dalam 72 jam pasca
dibentuk dengan kecepatan konstan, 80% atau onset.
lebih diproduksi di pleksus khoroideus sisanya MAP disini bukan merupakan
oleh parenkim otak. Tekanan intrakranial penyebab secara langsung kematian, tetapi
normal adalah 5 – 15 mmHg. Tekanan ini bisa memperkirakan adanya volume
tidak selalu konstan tergantung dari pulsasi perdarahan yang besar, perdarahan
arteri, respirasi dan batuk. Peningkatan salah intraventrikel dan penurunan derajat
satu komponen otak akan dikompensasi oleh kesadaran, yang kesemuanya itu berkontribusi
penurunan volume lainnya. Bila batas terhadap timbulnya peningkatan tekanan
kompensasi dilewati maka sedikit penambahan intrakranial kemudian bisa berkembang
volume darah akan menyebabkan kenaikan menjadi herniasi yang merupakan penyebab
tekanan intrakkranial. Bila tekanan intrakranial kematian utama pada PIS (Greenberg, 2010).
meningkat secara cepat yang terlihat pada PIS, Tekanan darah merupakan variabel
maka akan terjadi perubahan sistemik prognosis yang paling mudah dilakukan pada
(ekstrakranial) seperti hipertensi, gangguan awal onset. Pengukurannya tidak tergantung
jantung dan iramanya, hipoksemia arterial, dan pada kondisi pasien disamping itu tidak
edema pulmo neurogenik. Bradikardi hanya memerlukan alat yang rumit dan bisa
terjadi sebentar saja dan yang paling sering dilakukan kapan saja dan dimana saja oleh
terjadi adalah takikardi dan atau aritmia dokter atau perawat.
kordis. Suatu peningkatan tekanan intrakranial Keterbatasan penelitian
dihubungkan dengan peningkatan mortalitas Kematian merupakan subyek yang
apabila pasien selamat, keadaancommit tobanyak
user terjadi pada awal onset merupakan

10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keterbatasan pada penelitian ini. MAP sendiri yang ditemukan diantaranya, sampel yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor baik serebral minimal terbatas pada bangsal Bagian Saraf
maupun sistemik, secara langsung dan tidak RSDM Surakarta, sehingga belum
langsung. Kematian juga bisa terjadi karena menggambarkan populasi secara keseluruhan
kedua faktor tersebut. Faktor – faktor serta waktu yang terbatas dan menyeragamkan
ekstrakranial bisa berpengaruh pada kematian waktu pengambilan sampel. Untuk
dalam fase yang berbeda dari faktor serebral. memaksimalkan hasil yang didapatkan perlu
KESIMPULAN DAN SARAN dilakukan penelitian yang lebih lanjut dan
Simpulan sampel yang lebih banyak serta waktu yang
Secara statistik didapatkan faktor cukup. Serta dapat mengendalikan faktor-
prognostik yang bermakna pada penelitian ini faktor perancu yang dapat membiaskan hasil
yaitu MAP, perdarahan ventrikel, letak penelitian.
perdarahan, odem/midline shift, angka DAFTAR PUSTAKA
trombosit dan fibrilasi atrial, namun tidak Aiyagari V, Diringer Mn. 2012. Fever
Control And Its Impact On
dapat berdiri sendiri dalam memprediksi
Outcomes: What Is The
mortalitas pada stroke PIS. Dibutuhkan Evidence?Journal of The
Neurological Sciences, 261, 39-46.
beberapa faktor risiko yang saling mendukung
untuk menentukan ketepatan prediktor Ariesen, M.J., Algra, A., Van Der Worp,
H.P. And Rinkel, G.J.E. 2005.
mortalitas pasien stroke perdarahan
Applicability And Relevance Of
intraserebral secara univariat. Models That Predict Short Term
Outcome After Intracerebral
Terdapat hubungan yang signifikan
Hemorrhage. J.Neurol Neurosurg
antara MAP dengan peristiwa kematian pada Psychiatry.76 : 839-844.
stroke perdarahan intraserebral di RS Dr.
Asch C, Luitse M, Rinkel G, Tweel I,
Moewardi Surakarta. Algra A, Klijn C. 2010. Incidence,
Case Fatality, And Functional
Saran
Outcome Of Intracerebral
Untuk klinisi : MAP hendaknya selalu Haemorrhage Over Time,
According To Age, Sex, and
menjadi perhatian pada awal penanganan
Ethnic Origin: A Systematic
pasien PIS dan menjadi pertimbangan dalam Review and Meta-Analysis.
Diunduh dari :
pemberian informasi kepada pasien atau
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
keluarganya tentang besarnya resiko outcome ed/20056489. (1 Juni 2014).
kematian pada fase akut
Broderick JP, Diringer MN, Hill MD, Brun
Untuk peneliti : Penelitian ini adalah NC, Mayer SA, Steiner T,
mini research, sehingga banyak kelemahan commit to user Skolnick Be, Davis SM. 2007.
Determinants of Intracerebral
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hemorrhage Growth: An Neurosurgery. 7Th Ed. New York.


Exploratory Analysis. Stroke, 38, Thieme, P.824.
1072–5. Diunduh dari :
http://www.google.co.id.bvm=bv.6 Jauch, E. C, Lindsell C. J, Adeoye O,
9411363,d.c2E. ( 1 Juni 2014). Khoury J, Barsan W, Broderick
J,Brott T. 2006. Lack Of Evidence
Davis S, Broderic J, Hennrici M, Brun N, For An Association
Diringer M, Mayer S, Begtrup K, Betweenhemodynamic Variabels
Steiner T. 2006. Hematoma And Hematoma Growth in
Growth is Determinant of Spontaneous Intracerebral
Mortality and Poor Outcome After Hemorrhage. Stroke; A Journal of
Intraserebral Hemorrhage. AAN Cerebral Circulation, 37(8), 2061–
Interprises, 66, 1175-1181. 2065.

Dahlan S. 2013. Deskriptif, Bivariate, Dan Jade W. Emma L. Heeley, Wang J,


Multivariat Dilengkapi Aplikasi Yining Huang Y, Lawrence K,
Dengan Menggunakakan SPSS Zhengyi L, Heritier S, Craig S.
Dalam Statistik Untuk Kedokteran 2010. Comparison of Recovery
Dan Kesehatann. 5Ed. Seri Patterns and Prognostic Indicators
Evidence Based Medicine 1. For Ischemic and Hemorrhagic
Jakarta. Salemba Medika. Stroke In China. Diunduh dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubm
Dahlan S. 2013. Besar Sampel Dan Cara ed/20651267. (1 Juni 2014).
Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran Dan Maso A, Silva Y. 2013. Blood Pressure
Kesehatan. 3Ed. Seri Evidence Levels And Haematoma Growth in
Based Medicine 2. Jakarta. Patients With Intraserebral
Salemba Medika. Hemorrhage : A Retrospective
Observational Study. Universitat
Departemen Kesehatan. 2009. Survey De Girona.
Kesehatan Nasional.
Laporan.Depkes RI Jakarta. Mayer S A, And Rincon F. 2005.
Treatment Of Intracerebral
Gofir A. 2011. Stroke Perdarahan Dalam Haemorrhage. Lancet Neurol. New
Manajemen Stroke. Yogyakarta: York.
Pustaka Cendekia Press.
Misbach J. 2011. Stroke Aspek Diagnosis,
Gupta M, Verma F, Parihar A, Garg R, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta:
Singh M, Malhotra H. 2014. Balai Penerbit FKUI.
Perihematomal Edema As
Perkiraan of Outcome in Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Suroto,
Spontaneous Intraserebral Harris S, Nurimba N, Islam S,
Hemorrhage. Journal of Bustami M, Rasyid Al. 2011.
Neurosciense in Rural Practice, 5, Guideline Stroke. Poksi Stroke
48-54. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI).
Greenberg M. 2010 Intraserebral Jakarta.
Hemorrhage.. Handbook of
commit to user

12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ohwaki K, Yano E, Nagashima H, Hirata http://www.biomedcentral.com/14


M, Nagatomi T, Tamura A. 2004. 71-2377/14/172 (1 Desember
Blood Pressure Management in 2014)
Acute Intraserebral Hemorrhage:
Relationship Between Elevated
Blood Pressure and Hematoma
Enlargement. Stroke, 35, 1364-
1367. Diunduh dari :
http://stroke.ahajournals.org/conte
nt/35/6/1364.long. (1 Juni 2014).

Qureshi AI, Mandelow AD, Hanley DF.


2009. Intraserebral Harmorrhage.
Lancet, 373, 1632-1644.

Qureshi AI, Tuhrim S, Broderick Jp, Batjer


H, Hondo H, Hanley Df. 2010.
Spontaneous Intraserebral
Haemorrhage. New Eng Jour of
Med, 344, 1450-60.

Ralph L, Scoot E, Joseph P, Louis R,


Culebras A. 2013. An Updated
Definition of Stroke For The 21st
Century. AHA/ASA Expert
Consensus Document. Aan.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,


Simadibrata M, Setiati S. 2009.
Hipertensi. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Tetri S, Juvela S Saloheimo P, Pyhtinen J,


Hillbom M. 2009. Hypertension
and Diabetes As Prediktors Of
Early Death After Spontaneous
Intraserebral Hemorrhage. Journal
Neurosurg, 110, 411-417.

Zhou J, Zhang Y, Arima H, Zhao Y, Zheng


D, Tian Y et al. 2014. Sex
Differences in Clinical
Characteristics and Outcome After
Intracerebral Haemorrhage :
Results From A 12-Month
Prospective Stroke Registry in
Nanjing, China. BMC Neurology. commit to user
Diunduh dari :
13

Você também pode gostar