Você está na página 1de 3

Tulisan Anne Avantie, Designer Katolik Ternama di Tanah Air.

Gereja Bukan Fashion Show

HIDUPKATOLIK.com - Tentu ada banyak pertimbangan seorang perempuan memilih cara


berbusana, salah satunya ‘mencuri’ perhatian orang. Namun, gereja bukan tempat yang
pantas untuk menerapkan tujuan tersebut!

Miris melihat penampilan para perempuan modis datang ke gereja dan merayakan Ekaristi.
Kerap kali dijumpai, mereka terkesan bebas dalam berbusana. Sehingga, setiap orang bisa
sesuka hati mengenakan pakaian apa pun, termasuk di tempat yang lazim kita sebut sebagai
Rumah Tuhan yang suci.

Perkembangan trend dunia mode tidak bisa dibendung. Beraneka ragam trend mode dengan
mudah masuk dan menjelajah ke berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Namun,
pengertian trend tidak berarti sebuah kebebasan yang layak dikenakan di manapun. Ada
batasan yang memagari penampilan, khususnya untuk kaum perempuan yang merupakan
ujung tombak berbusana.

Etika Berbusana
Etika berbusana dimulai dari rumah. Sadar atau tidak, sebuah rumah tangga sangat
terpengaruh dari cara seorang ibu berbusana. Ibu adalah ‘cermin keluarga’. Ia sangat
menentukan pilihan karakter setiap pribadi dalam menampilkan diri dan keluarganya di
tengah publik. Misalkan, jika kita melihat seorang remaja putri berpakaian tidak sopan ke
gereja, kerap kita bertanya, “Siapa ibu putri tersebut?” Nah, kalau yang melakukan hal serupa
adalah ibu-ibu, siapa yang kita salahkan?

Trend berbusana memberikan pengetahuan serta pemahaman tentang tata cara dan membeli
busana yang tepat untuk dipakai pada suatu kesempatan. Tentu ada banyak pertimbangan
seorang perempuan memilih cara berbusana. Salah satunya, ‘mencuri’ perhatian orang.
Namun, gereja bukan tempat yang pantas untuk menerapkan tujuan tersebut!

Di tengah gempuran aneka mode, mulai dari yang sopan sampai modern –bahkan eksotis–
perempuan masa kini pun berebut posisi. Ada harapan yang ingin ditonjolkan sesuai
keinginan. Namun, harapan tersebut tidak dibarengi dengan etika. Sehingga, bukan
mendongkrak pamornya, tetapi justru merendahkan martabatnya sendiri.

Perempuan adalah makhluk Tuhan yang terindah. Dia menciptakan perempuan dengan lekuk
tubuh memukau. Menjadi perempuan adalah soal kelahiran, tetapi menjadi seorang
perempuan bijaksana dan beretika adalah pilihan. Masih sangat banyak pilihan berbusana
yang bisa menjadi cermin diri seorang perempuan yang sopan, bermoral, dan tahu diri. Cara
berbusana kita saat beribadah adalah sebuah penghormatan untuk Tuhan.

Tidak Tegas
Hingga kini, (belum semua) Gereja Katolik Indonesia membuat tata tertib berbusana yang
sopan saat mengikuti Ekaristi. Aturan tersebut rasanya belum ada di sejumlah paroki. Alhasil,
tata tertib berbusana belum tegas diterapkan. Ketidakjelasan dan ketidaktegasan ini lantas
berlarut-larut hingga menimbulkan kesan gereja tak ada bedanya seperti arena fashion show.
Tidak bermaksud menyudutkan siapa pun, memang belum semua umat sadar, mengerti, dan
memahami hal ini tanpa ada aturan baku. Oleh karena itu, setiap paroki harus membuat
aturan jelas dan tegas sebagai sarana menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan
kesadaran berbusana setiap umat. Sehingga, tidak tampak lagi pemandangan paha, punggung,
dan dada di tempat yang kita sakralkan.

Kadangkala umat yang tampil seronok di gereja adalah kelas atas, mapan, mengerti mode,
dan memiliki kedudukan terhormat dalam masyarakat atau umat. Orang yang memiliki materi
atau ekonomi terbatas dan ‘pas-pasan’ tentu memiliki pilihan yang minim. Namun, orang
yang berkelimpahan akan memiliki begitu banyak pilihan. Aneka ragam pilihan trend mode
justru membuat kaum perempuan dari kalangan mapan terjebak dalam mode yang salah.
Perempuan pun terjebak dalam trend mode yang salah tempat.

Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) sebagai wadah pergerakan perempuan Katolik
perlu membangun kesadaran untuk kaumnya. Masalah busana di gereja jangan lagi
dipandang sebelah mata. Sebab hari demi hari semakin memberi pemandangan yang tidak
baik. Meski penertiban berbusana cukup terlambat, tetapi usaha itu lebih baik daripada tidak
dilakukan sama sekali.

Anne Avantie

Você também pode gostar