Você está na página 1de 20

ISLAM DAN NASIONALISMEN

GLOBALISASI DAN TANTANGAN


IDENTINTAS NASIONAL

DISUSUN OLEH

NAMA : NADYA FAHIRA


NIM : 1605902010054
MK : PPKN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilal’amin, banyak nikmat yang Allah berikan,


tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah
Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-
Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul:
“Islam dan Nasionalisme, Globalisasi dan Tantangan Identintas
Nasional“.
Dalam penyusunannya, saya memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada: Kedua orang tua dan Dosen Pembimbing yang telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan
sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik
lagi. Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Meulaboh, 27 Oktober 2018


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


Sulastomo
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
,(2009)
.Rekan
BAB I PENDAHULUAN Medis
dan
A. Latar Belakang ....................................................................... Kinerja1
B. Rumusan Masalah ................................................................... Puskesma2
s, Cermin
C. Manfaat dan Tujuan ................................................................ dunia 2
BAB II PEMBAHASAN Ke
dokteran
2.1. Islam Dan Nasionalisme ........................................................... 1
2.2. Globalisasi dan Tantangan Identintas Nasional ........................ Sula 3
stom
A. Pengertian Identintas Nasional............................................... o,(2 3
B. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional .......................... 007) 4
.
C. Faktor Pembentukan Identitas Bersama ................................. Refo 5
D. Identitas Nasional Indonesia .................................................. rma 6
si
E. Globalisasi .............................................................................. Per 9
F. Keterkaitan Identitas Nasional dan Globalisasi ..................... uma 10
hsak
BAB III PENUTUP itan
A. Kesimpulan ............................................................................ Indo 12
nesi
B. Saran ....................................................................................... a,12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... Bagi 13
an
Pen
yusu
nan
Pro
gra
m
dan
Lap
ora
n
Ditj
en
Pel
aya
nan
Me
dik,
De
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri, manusia senantiasa membutuhkan orang lain pada akhirnya manusia
hidup secara berkelompok –kelompok. Aristoles seorang filsuf yunani
mengatakan manusia adalah zoon politicon , yang artinya manusia adalah
makhluk yang berkelompok.
Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu
organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup
kelompok tersebut. Di mulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan
besar. Pada mulanya manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya
mereka membentuk kelompok yang lebih besar lagi seperti suku, masyarakat, dan
bangsa, kemudian manusia hidup bernegara. Mereka membentuk negara sebagai
persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi yang di bentuk oleh
kelompok manusia yang memiliki cita cita bersatu , hidup dalam daerah tertentu,
dan mempunyai pemerintahan yang sama.
Negara dan bangsa memiliki pengertian yang berbeda, apabila negara
adalah organisasi kekuasaan dari persekutuan hidup manusia maka bangsa lebih
menunjuk pada persekutuan hidup manusia itu sendiri. Didunia ini masih ada
bangsa yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang yang telah yang
bernegara yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat menyatakan
dirinya sebagai satu bangsa yang belum bernegara. Demikian pula orang-orang
yang telah bernegara yang pada mulanya berasal dari banyak bangsa dapat
menyatakan dirinya sebagai satu bangsa, baik bangsa maupun negara tersebut
dengan bangsa maupun negara memiliki ciri khas yang membedakan bangsa atau
negara tersebut dengan bangsa atau negara lain di dunia. Ciri khas sebuah bangsa
merupakan identitas dari bangsa yang bersangkutan. Ciri khas yang di miliki
negara juga merupakan identitas dari negara yang bersangkutan. Identitas-
identitas yang di sepakati dan di terima oleh bangsa menjadi identitas nasional
bangsa .

B. Rumusan Masalah
 Apa pengertian identitas nasional ?
 Apa saja unsur-unsur pembentuk identitas nasional ?
 Apa faktor pembentukan identitas bersama ?
 Bagaimana dengan identitas nasional Indonesia ?
 Apa itu globalisasi ?
 Apa keterkaitan identitas nasional dengan globalisasi ?

C. Manfaat dan Tujuan


 Mengetahui pengertian identitas nasional
 Mengetahui unsur-unsur pembentuk identitas nasional
 Mengetahui faktor pembentukan identitas bersama
 Mengetahui tentang identitas nasional Indonesia
 Mengetahui tentang Globalisasi
 Mengetahui keterkaitan antara identitas nasional dengan globalisasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Nasionalisme Dalam Perspektif Islam


Islam bagi pemeluknya bukan saja menjadi agama - dalam
pengertian studi Barat - namun ia juga sistem yang melingkupi seluruh
aspek kehidupan manusia. Dalam bukunya, Marcel Boisard (1980:183)
menilai bahwa universalitas Islam sebagai agama dan sistem sosial dapat
dibuktikan dari empat segi: segi metafisik, segi agama, segi sosiologis, dan
segi politik. Sebagai keimanan terhadap keesaan Tuhan yang dituangkan
dalam keyakinan yang sangat kuat, Islam adalah ideologi universal yang
tidak bisa disamakan dengan ideologi dan agama apapun. Di samping aspek
fundamental ini, konsepsi Islam tentang manusia membantu kepada
universalitas manusia. Manusia adalah makhluk merdeka dan bertanggung
jawab. Namun, dia tidak terpencil karena dia hidup di lingkungan sosial dan
dia akan menerima akibat dari setiap perbuatannya. Konsepsi ganda Islam
tentang individu sesuai dengan konsep universalitas yang diterima oleh
filsafat Barat modern. Islam juga mengajarkan universalitas moral.
Merupakan fakta yang tidak diragukan bahwa ajaran Islam dapat memasuki
dan berkembang di daerah geografis dan lingkungan kultural yang berbeda-
beda. Wahyu Ilahi ditujukan kepada semua manusia agar mereka memeluk
Islam dan ditujukan - pada tingkat lain - secara khusus kepada kaum
beriman untuk mematuhi aturan-aturannya. Mematuhi ajaran yang
diberikan oleh Nabi Muhammad saw. berarti memutuskan hubungan
dengan orde sosial kesukuan dan mengidentifikasikan dirinya dengan
kesatuan baru (Dault, 2005:160). Namun afiliasi dan loyalitas kepada
komunitas yang berdasarkan keimanan tidak berarti bahwa Islam melarang
ikatan-ikatan lain selain ikatan berdasar keimanan. Alih-alih, Islam
menganjurkan bentuk-bentuk ikatan lain, seperti ikatan keluarga, selama
tidak bertentangan dengan Islam (Umari dalam Dault, 2005:162).
Studi tentang hubungan Islam dan nasionalisme bermula dari
kawasan Timur Tengah. Seperti di Indonesia, sejumlah pelajar Timur
Tengah yang belajar di Eropa kembali dengan membawa konsep
nasionalisme yang dipelajari di Barat. Konsep Barat tentang patria (tanah
air) memengaruhi kata wathan dalam bahasa Arab dengan memberi
pengertian politik padanya. Mereka percaya bahwa kemajuan yang dicapai
Eropa dipengaruhi oleh kuatnya patriotisme individu dan masyarakat
terhadap negara. Hal ini tergambar dari pernyataan Al-Tahtawi, seorang
teoritisi nasionalisme Arab berpengaruh, bahwa “Patriotisme adalah sumber
kemajuan dan kekuatan, sarana untuk mengatasi jarak antara wilayah Islam
dengan Eropa” (Azra dalam Dault, 2005:186). Perkembangan pemikiran
nasionalisme sekuler berdampak pada tatanan politik umat Islam. Bentuk
negara-bangsa - yang diadopsi dari Barat - dijadikan sebagai satu-satunya
bentuk pemerintahan yang sah dalam pergaulan internasional. Kenyataan
ini berdampak pada terpecah-belahnya dunia Islam menjadi banyak negara-
bangsa yang tidak lagi berdasar pada ajaran Islam yang baku. Basis
material negara-bangsa yang hanya berpatok pada etnisitas, kultur, bahasa,
dan wilayah dan mengabaikan kategori religius (keimanan).
Absennya keimanan dari rumusan nasionalisme menimbulkan kritik
dari sebagian tokoh Islam. Mereka meyakini bahwa hal ini menyebabkan
lemahnya kesatuan dunia Islam. Ali Muhammad Naqvi, misalnya,
menyatakan bahwa Islam tidak sesuai dengan nasionalisme karena
keduanya berlawanan secara ideologis. Kriteria nasional sebagai basis
bangunan komunitas ditolak Al-Quran, karena ia hanya bersifat nasional-
lokal sementara Islam mempunyai tujuan universal. Alasan lain adalah
spirit sekuler dalam nasionalisme yang menghendaki pemisahan tegas
antara agama dan politik (Naqvi dalam Dault, 2005:188).
Kritik yang dilontarkan memosisikan Islam vis a vis nasionalisme.
Namun dalam konteks Indonesia, sila-sila dalam Pancasila - sebagai
ideologi negara - tidak satupun yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Bahkan Kuntowijoyo (1997:85) berpendapat bahwa Pancasila adalah
obyektifikasi Islam. Meskipun dia mengingatkan bahwa Islam adalah
agama dan Pancasila adalah ideologi. Bagi Kunto, ideologi dan agama
dibedakan berdasarkan motif. Ideologi tanpa agama dapat berjalan karena
dalam diri manusia terdapat apa yang disebut Immanuel Kant sebagai
categorical imperative, seperti nilai-nilai disiplin, setia kawan,
kedermawanan, dan nilai etika yang lain. Dalam agama terdapat sistem
dosa-pahala, surga-neraka, dan halal-haram yang semuanya berdasar
keimanan dan kemudian menggiring seseorang untuk bertindak sesuai
dengan kategori-kategori yang dia yakini. Categorical imperative - sebagai
sistem sekuler - juga memiliki sanksi yang bersifat personal, berupa rasa
bersalah, dan sanksi institusional yang terwujud dalam hukum formal.
Pancasila menggabungkan konsep tentang kekuasaan (ketuhanan
dan kedaulatan rakyat), konsep tentang proses (kemanusiaan dan
kebangsaan), dan konsep tentang tujuan (keadilan sosial). Keunikan
Pancasila adalah bahwa kekuasaan diletakkan di bawah Tuhan dan rakyat -
teodemokrasi. Istilah ini tersusun dari dua istilah: teokrasi dan demokrasi.
Teokrasi (teosentrisme) - dengan menghilangkan konotasi negatif ala Barat
- bagi umat Islam sama dengan istilah tawhid, yaitu menjadikan Tuhan
sebagai pusat. Ini berarti bahwa kekuasaan Tuhan ada di atas kekuasaan
negara. Dalam pelaksanaannya kekuasaan dilaksanakan dengan
memerhatikan prinsip-prinsip agama, seperti syura dan keadilan. Sementara
demokrasi adalah sistem kekuasaan dengan kedaulatan berada sepenuhnya
di tangan rakyat, tanpa harus terikat pada hukum-hukum Tuhan. Dengan
demikian, teodemokrasi adalah konsep tentang kekuasaan negara yang
dibatasi oleh hukum Tuhan di satu sisi dan oleh rakyat di sisi lain. Dapat
pula dirumuskan bahwa ia adalah kekuasaan yang dimiliki oleh rakyat
dengan keyakinan bahwa sumber kekuasaan adalah Tuhan. Sebelum konsep
demokrasi dikenal, tanggung jawab kekuasaan dilaksanakan hanya kepada
Tuhan, sehingga sering disalahgunakan. Dalam sejarah Jawa misalnya,
seorang raja memakai gelar khalifatullah dan dalam sistem kesadaran
rakyat kekuasaan raja dianggap sebagai kekuasaan Tuhan yang tidak bisa di
ganggu gugat. Hal ini yang kemudian memberi konotasi negatif terhadap
sistem teokrasi dalam kajian politik di Barat (Kuntowijoyo, 1997:62;
Burhan dan Muhammad (eds.), 2001:29). Diagram berikut memperjelas
perbedaan ketiga sistem kekuasaan di atas:
1. Teodemokrasi
2. Demokrasi
3. Teokrasi
Nasionalisme Indonesia yang berbentuk negara-bangsa dan
menggunakan demokrasi sebagai sistem politik tidak bertentangan dengan
Islam sepanjang ia tidak melanggar batasan-batasan yang telah ditetapkan
dalam agama. Abul A’la Maududi (2004:54) menyatakan bahwa setiap
individu dalam masyarakat Islam memiliki hak dan kekuasaan sebagai
khalifah Allah dan dalam hal ini semua individu adalah sama. Institusi yang
menangani urusan negara dibentuk sesuai dengan kehendak individu-
individu dalam masyarakat. Pendapat mereka menentukan bentuk,
pemimpin, dan segala sesuatu yang terkait dengan pemerintahan sesuai
prinsip-prinsip Islam. Dalam hal ini, sistem politik Islam merupakan
demokrasi yang sebenarnya.
2.2. Globalisasi dan Tantangan Identintas Nasional
A. Pengertian Identitas Nasional
Istilah identitas nasional dapat di samakan dengan identitas kebangsaan
secara etimologis, identitas berasal dari kata “identitas “ dan “nasional “ . kata
identitas berasal dari bahasa inggris identity yang memiliki pengertian harfiah :
kiri ,tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok atau sesuatu
sehingga membedakan dengan yang lain dengan demikian, identitas berarti ciri-
ciri,tanda-tanda atau jati diri yang di miliki seseorang, kelompok,masyarakat
bahkan suatu bangsa sehingga dengan identitas itu bisa membedakannya dengan
yang lain. Kata “nasional”merujuk pada konsep kebangsaan. Nasional menunjuk
pada konsep kebangsaan nasional menunjuk pada kelompok- kelompok
persekutuaan hidup manusia dari sekadar pengelompokan berdasarkan ras, agama,
budaya, bahasa, dan sebagainya oleh karena itu, identitas nasional lebih merujuk
pada idenrtitas bangsa dalam pengertian politik (political unity).
Secara umum beberapa unsur yang terkandung dalam identitas nasional antara
lain :
1. Pola perilaku
Adalah gambaran pola perilaku yang terwujud dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Lambang-lambang
Adalah sesuatu yang menggambarkan tujuan dan fungsi Negara.
3. Alat-alat perlengkapan
Adalah sejumlah perangkat atau alat-alat perlengkapan yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang berupa bangunan, peralatan dan teknologi.
4. Tujuan yang ingin dicapai
Yang bersumber dari tujuan yang bersifat dinamis dan tidak tetap, seperti
budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu.

B. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Nasional


Salah satu identitas bangsa Indonesia adalah dikenal sebagai sebuah
bangsa yang majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat dari sisi sejarah,
kebudayaan, suku bangsa, agama, dan bahasa.
1. Sejarah
Menurut catatan sejarah, sebelum menjadi sebuah Negara, bangsa
Indonesia pernah mengalami masa kejayaan yang gemilang. Dua kerajaan
Nusantara, Majapahit dan Sriwijaya. Kebesaran dua kerajaan nusantara
tersebut telah membekas pada semangat perjuangan Bangsa Indonesia
pada abad-abad berikutnya. Semangat juang bangsa Indonesia dalam
mengusir penjajah, menurut banyak ahli, telah menjadi ciri khas tersendiri
bagi bangsa Indonesia yang kemudian menjadi salah satu unsur
pembentuk identitas nasional Indonesia.
2. Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentukan identitas nasional
meliputi yiga unsur, yaitu akal budi, peradaban, dan pengetahuan.
3. Suku bangsa
Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Kemajemukan
alamiah bangsa Indonesia dapat dilihat pada keberadaan lebih dari ribuan
kelompok suku, beragam bahasa, budaya, dan ribuan kepulauan.
4. Agama
Keanekaragaman agama merupakan identitas lain dari kemajemukan
alamiah Indonesia. Dengan kata lain, keragaman agama dan keyakinan di
Indonesia tidak hanya dijamin oleh konstitusi Negara, tetapi juga
merupakan suatu rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang harus tetap
dipelihara dan disyukuri bangsa Indonesia.
5. Bahasa
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang
penting. Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan
bahasa Indonesia (bahasa yang digunakan bahasa Melayu) sebagai bahasa
penghubung berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan
Nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.
C. Faktor Pembentukan Identitas Bersama
Proses pembentukan bangsa negara membutuhkan identitas- identitas untuk
menyatukan masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor- faktor yang di
perkuakan menjadi identitas bersama suatu bangsa, meliputi primordial, sakral,
tokoh, bhineka tunggal ika, sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan
(Ramlan Surbakti,i999)
a.Primordial
Faktor- faktor primordial ini meliputi : ikatan kekerabatan (darah dan keluarga
), kesamaan suku bangsa, daerah asal ( homelan), bahasa, dan adat istiadat. Faktor
primordial merupakan identitas yang menyatukan masyarakat sehingga mereka
dapat membentuk bangsa negara. Contoh, bangsa yahudi membentuk negara
israel.
b.Sakral
Sakral dapat berupa kesamaan agama yang di peluk masyarakat atau ideologi
primer yang di akui oleh masyarakat yang bersangkutan.
Agama dan ideologi merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa
negara. Faktor sakral ikut menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru.
Faktor agama katolik mampu membentuk beberapa negara di amerika latin negara
uni sofyet di ikat oleh kesamaan ideologi komunis.
c.Tokoh
Pemimpinan dari para tokoh yang di segani dan di hormati oleh masyarakat
dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa
negara di anggap sebagai menyambut lidah rakyat, pemersatu rakyat, dan simbol
persatuan bangsa yang bersangkutan. Beberapa contoh , misalnya mahatma
ghandi di india, tito di yugoslavia, Nelson Mandella Di Afrika Selatan, Dan
Soekarno Di Indonesia.
d.Bhineka Tunggal Ika
Prinsip bhineka tunggal ika pada dasarnya adalah kesediaan warga bangsa
untuk bersatu dalam perbedaan (unity in divercity). Yang di sebut bersatu dalam
perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang di sebut
negara dan pemerintahnya, tanpa menghilangkan keterikatan pada suku bangsa,
adat, ras, dan agamanya. Mereka sepakat untuk hidup bersama di bawah satu
bangsa meskipun berbeda latar belakang.
e.Sejarah
Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentaang pengalaman masa
lalu, seperti sama- sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan
solidaritas tetapi juga melahirkan tekat dan tujuan yang sama antara anggota
masyarakat itu.
f.Perkembangan ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisas) akan melahirkan spesialisasi
pekerjaan dan profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi
mutu dan variasi kebutuhan masyarakat , semakin saling bergantung dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan anggota
masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan
persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang terjadi karena perkembangan
ekonomi oleh emile dherkime di sebut solidaritas organis, faktor ini berlaku di
masyarakat industri maju seperti amerika utara dan eropa barat.
g.Kelembagaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa berupa lembaga-
lembaga pemerintahan yang politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi,
angkatan bersenjata, pengadilan dan partai politik . lembaga- lembaga itu
melayani dan mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul dan
golonganya dalam masyarakat. Kerja dan prilaku lembaga politik dapat
mempersatukan orang sebagai satu bangsa.
D. Identitas Nasional Indonesia
Identitas nasional indonesia menunjuk pada identitas – identitas yang
sifatnya nasional. Pada uraian sebelumnya identitas nasional bersifat buatan, dan
sekunder. Bersifat buatan oleh karenanya identitas nasional di buat, di bentuk dan
di sepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara.
Bersifat sekunder oleh karena identitas nasional lahir belakangan bila di
bandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang telah di miliki warga
bangsa itu secara askriptif. Jauh sebelum mereka memiliki identitas nasional itu,
warga bangsa telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.
Proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu dan
perjuangan panjang di antara warga bangsa negara yang bersangkutan.
Hal ini di sebabkan identitas nasional adalah hasil kesepakatan masyarakat
bangsa itu. Dapat terjadi sekelompok warga bangsa tidak setuju dengan identiotas
nasional yang hendak di ajukan oleh kelompok bangsa lainya. Setiap kelompok
bangsa di dalam negara umumnya
menginginkan identitasnya di jadikan atau tingkat sebagai identitas nasional yang
tentu saja belum tentu di terima oleh kelompok bangsa lain. Inilah yang
menyebabkan sebuah negara bangsa yang baru merdeka mengalami pertikaian
intern yang berlarut larut demi untuk saling mengangkat identitas kesukubangsaan
menjadi identitas nasional. Contoh kasus negara sri lanka yang di liputi pertikaian
terus menerus antara bangsa sinhala dan tamil sejak negara itu merdeka.
Setelah bangsa indonesia bernegara, mulai di bentuk dan di sepakati apa
apa yang dapat menjadi identitas nasional indonesia. Bisa di katakan bangsa
indonesia relatif berhasil dalam membentuk identitas nasionalnya kecuali pada
saat proses pembentukan ideologi pancasila sebagai identitas nasional yang
membutuhkan perjuangan dan pengorbanan di antara warga bangsa.
Beberapa bentuk identitas nasional indonesia, adalah sebagai berikut.
1. Bahasa nasional atau persatuan yaitu bahasa indonesia , bahasa indonesia berawal
dari rumpun bahasa melayu yang di pergunakan sebagai bahasa pergaulan yang
kemudian di angkat seagai bahasa persatuan pada tanggal 28 oktober 1928.
Bangsa indonesia sepakat bahwa bahasa indonesia merupakan bahasa nasional
sekaligus sebagai identitas nasional indonesia.
2. Bendera negara yaitu sang merah putih, warna merah berarti berani dan putih
berarti suci, lambang merah putih sudah di kenal pada masa kerajaan di indonesia
yang kemudian di angkat sebagai bendera negara, bendera warna merah putih di
kibarkan pertama kali pada tanggal 17 agustus 1945, namun telah di tunjukkan
pada peristiwa sumpah pemuda
3. Lagu kebangsaan yaitu indonesia raya, indonesia raya sebagai lagu kebangsaan
kebangsaan yang pada tanggal 28 oktober 1928 di nyanyikan untuk pertama kali
sebagai lagu kebangsaan negara.
4. Lambang negara yaitu garuda pancasila, garuda adalah burung khas indonesia
yang di jadikan lambang negara
5. Semboyan negara yaitu bhineka tunggal ika, bhineka tunggal ika artinya berbeda
beda tetapi tetap satu jua. Menunjukan kenyataan bahwa bangsa kita heterogen,
namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yaitu bangsa indonesia.
6. Dasar falsafah negara yaitu pancasila, berisi lima dasar yang di jadikan sebagai
dasar filsafat dan ideologi dari negara indonesia. Pancasila merupakan identitas
nasional yang berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi nasional
indonesia.
7. Konstitusi ( hukum dasar )negara yaitu UUD 1945, merupakan hukum dasar
tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan perundangan dan di
jadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.
8. Bentuk negara kesatuan republik indonesia yang berkedaulatan rakyat , bentuk
negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem
politik yang di gunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat) . saat ini
identitas negara kesatuan republik indonesia yang berkedaulatan rakyat di sepakati
untuk tidak ada perubahan .
9. Konsepsi wawasan nusantara, sebagai cara pandang bangsa indonesia mengenai
diri dan lingkungannya yang serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk
mencapai tujuan nssdional.
10. Kebudayaan daerah yang telah di terima sebagai kebudayaan nasional berbagai
kebudayaan dari kelompok – kelompok bangsa di indonesia yang memiliki cita
rasa tinggi, dapat di nikmati dan di terima oleh masyarakat luas merupakan
kebudayaan nasional . kebudayaan nasional pada dasarnya adalah puncak –
puncak dari kebudayaan daerah .
Tumbuh dan di sepakati beberapa identitas nasional indonesia itu
sesungguhnya telah di
awali dengan adanya kesadaran politik bangsa indonesia sebelum bernegara.
Hal demikian sesuai dengan ciri dari pembentukan negara – negara model
mutakhir . kesadaran politik itu adalah tumbuhnya tumbuhnya semangat
nasionalisme (semangat kebangsaan ) sebagai gerakan menentang penjajahan dan
mewujudkan negara – negara indonesia. Dengan demikian, nasionalisme yang
tumbuh kuat dalam diri bangsa indonesia turut mempermudah terbentuknya
identitas nasional.
E. Globalisasi
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja
(working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada
yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses
alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat
satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-
eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya
yang menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak dan elektronik.
Khususnya, globalisasi terbentuk oleh adanya kemajuan di bidang komunikasi
dunia.
Globalisasi terjadi melalui berbagai saluran, di antaranya:
a. lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan;
b. lembaga keagamaan;
c. indutri internasional dan lembaga perdagangan;
d. wisata mancanegara;
e. saluran komunikasi dan telekomunikasi internasional;
f. lembaga internasional yang mengatur peraturan internasional; dan
g. lembaga kenegaraan seperti hubungan diplomatik dan konsuler.
Globalisasi berpengaruh pada hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Ada
masyarakat yang dapat menerima adanya globalisasi, seperti generasi muda,
penduduk dengan status sosial yang tinggi, dan masyarakat kota. Namun, ada pula
masyarakat yang sulit menerima atau bahkan menolak globalisasi seperti
masyarakat di daerah terpencil, generasi tua yang kehidupannya stagnan, dan
masyarakat yang belum siap baik fisik maupun mental.
Unsur globalisasi yang sukar diterima masyarakat adalah sebagai berikut.
a. Teknologi yang rumit dan mahal.
b. Unsur budaya luar yang bersifat ideologi dan religi.
c. Unsur budaya yang sukar disesuaikan dengan kondisi masyarakat.
Unsur globalisasi yang mudah diterima masyarakat adalah sebagai berikut.
a. Unsur yang mudah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat.
b. Teknologi tepat guna, teknologi yang langsung dapat diterima oleh masyarakat.
c. Pendidikan formal di sekolah.
Modernisasi dan globalisasi membawa dampak positif ataupun negatif terhadap
perubahan Sosial dan budaya suatu masyarakat.
F. Keterkaitan Identitas Nasional dan Globalisasi
Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya
yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa
dengan ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan
bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya. Diletakkan dalam konteks Indonesia,
maka Identitas Nasional itu merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang sudah
tumbuh dan berkembang sebelum masuknya agama-agama besar di bumi
nusantara ini dalam berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang kemudian
dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan Nasional dengan
acuan Pancasila dan roh Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah
pengembangannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan perkataan
lain, dapat dikatakan bahwa hakikat identitas asional kita sebagai bangsa di dalam
hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam berbagai
penataan kehidupan kita dalam arti luas, misalnya dalam Pembukaan beserta
UUD kita, sistem pemerintahan yang diterapkan, nilai-nilai etik, moral, tradisi,
bahasa, mitos, ideologi, dan lain sebagainya yang secara normatif diterapkan di
dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional maupun internasional. Perlu
dikemukaikan bahwa nilai-nilai budaya yang tercermin sebagai Identitas Nasional
tadi bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan
dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka-cenderung terus menerus bersemi
sejalan dengan hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya. Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas nasional juga
sesuatu yang terbuka, dinamis, dan dialektis untuk ditafsir dengan diberi makna
baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang
dalam masyarakat. Krisis multidimensi yang kini sedang melanda masyarakat kita
menyadarkan bahwa pelestarian budaya sebagai upaya untuk mengembangkan
Identitas Nasional kita telah ditegaskan sebagai komitmen konstitusional
sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri negara kita dalam Pembukaan,
khususnya dalam Pasal 32 UUD 1945 beserta penjelasannya, yaitu : “Pemerintah
memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia “ yang diberi penjelasan : ”
Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budaya
rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat ebagi puncak-
puncak kebudayaan di daerah-daerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai
kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab,
budaya dan persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan
asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa
sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia “.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat
khas dan membedakannya dengan bangsa lain. Kekhasan yang melekat pada
sebuah bangsa banyak dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional”. Namun
demikian, proses pembentukan identitas nasional bukan sesuatu yang sudah
selesai, tetapi sesuatu yang terus berkembang dan kontekstual mengiki\uti
perkembangan zaman. Globalisasi berpengaruh pada hampir semua aspek
kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang dapat menerima adanya globalisasi,
seperti generasi muda, penduduk dengan status sosial yang tinggi, dan masyarakat
kota. Namun, ada pula masyarakat yang sulit menerima atau bahkan menolak
globalisasi seperti masyarakat di daerah terpencil, generasi tua yang kehidupannya
stagnan, dan masyarakat yang belum siap baik fisik maupun mental.
B. Saran
Sebagai bangsa yang masih dalam tahap berkembang kita memang tidak suka
dengan globalisasi tetapi kita tidak bisa menghindarinya.Globalisasi harus kita
jalani ibarat kitamenaklukan seekor kuda liar kita yang berhasil menunggangi
kuda tersebut atau kuda tersebut yang malah menunggangi kita. Mampu tidaknya
kita menjawab tantangan globalisasi adalah bagaimana kita bisa memahami dan
malaksanakan Pancasila dalam setiap kita berpikir dan bertindak.
Persoalan utama Indonesia dalam mengarungi lautan Global ini adalah masih
banyaknya kemiskinan, kebodohan dan kesenjangan sosial yang masih lebar. Dari
beberapa persoalan diatas apabila kita mampu memaknai kembali Pancasila dan
kemudian dimulai dari diri kita masing-masing untuk bisa menjalankan dalam
kehidupan sehari-hari, maka globalisasi akan dapat kita arungi dan keutuhan
NKRI masih bisa terjaga.
Daftar Pustaka

1.
Winarto,S.Pd.,M.Si, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Bumi
Aksara, Jakarta , 2008, hal.29-31
2
.http://robi-learning.blogspot.com/2012/03/identitas-nasional-dan-
globalisasi.html
3
.Winarto,S.Pd.,M.Si, ibid, hal.32-35
4
.http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/pengertian-globalisasi.html

5
.http://ipdn-artikelgratis.blogspot.com/2008 /09/ketrekaitan-identitas-nasional-
dengan.html

Você também pode gostar