Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seperti yang kita ketahui Agama Islam mempunyai lima rukun Islam
yang salah satunya ialah puasa, yang mana puasa termasuk rukun Islam yang
keempat. Karena puasa itu termasuk rukun Islam jadi, semua umat Islam
wajib melaksanakannya namun pada kenyatannya banyak umat Islam yang
tidak melaksanakannya, karena apa? Itu semua karena mereka tidak
mengetahui manfaat dan hikmah puasa. Bahkan, umat muslim juga masih
banyak yang tidak mengetahui pengertian puasa dan bagaimana menjalankan
puasa dengan baik dan benar.
Banyak orang-orang yang melaksanakan puasa hanya sekedar
melaksanakan, tanpa mengetahui syarat sahnya puasa dan hal-hal yang
membatalkan puasa. Hasilnya pada saat mereka berpuasa mereka hanyalah
mendapatkan rasa lapar saja. Sangatlah rugi bagi kita jika sudah berpuasa
tetapi tidak mendapatkan pahala. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
akan membahas tentang apa itu puasa, hikmah puasa, dan tata cara
pelaksanaan puasa, rukun dan juga syarat puasa.

B. BATASAN MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH


Agar pembahasan pada makalah ini tidak menjadi terlalu jauh maka kami
membatasi pembahasannya, adapun batasan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Pembahasan tentang pengertian, dalil, hikmah pensyari’atan puasa dan
penentuan awal ramadhan.
2. Pembahasan tentang tata cara pelaksanaan puasa, rukun, syarat, sunnah
dan hal-hal yang membatalkan puasa.
3. Pembahasan tentang i’tikaf.
4. Pembahasan tentang puasa-puasa sunat

1
BAB II
ISI

A. PUASA
1. Pengertian Puasa
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri
dan menurut syara’ (ajaran agama), puasa adalah menahan diri dari segala
yang membatalkannya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari
karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata dan disertai niat dan syarat
“tertentu”.
Puasa adalah ibadah pokok yang di tetapkan sebagian salah satu rukun
Islam atau rukun Islam yang keempat. Puasa dalam bahasa arab secara arti
kata bermakna menahan dan diam dalam segala bentuknya, termasuk
menahan atau diam dari berbicara.
Dan secara terminology (istilah) para ulama mengartikan puasa adalah
menahan diri dari segala makan, minum dan berhubungan seksual mulai
dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan. Kaum muslimin diwajibkan puasa Ramadhan yang lamanya
sebulan yang dilaksanakan setiap harinya dari terbit fajar pagi hingga
terbenam matahari.
Kata kedua adalah Ramadhan. Kata ini berasal dari kata ar-Ramadh
yaitu batu yang panas karena panas teriknya matahari.1 Ibnu manzhur
mengatakan: “Ramadhan adalah salah satu nama bulan yang telah dikenal”.
Al-Fairuz Abadi menambahkan bahwa bulan Ramadhan dinamakan
demikian karena ia membakar dosa-dosa.2 Demikian pengertian puasa
Ramadhan secara bahasa.

1
Kamus Al-Muhith huruf: ( ‫(رمض‬
2
Matn Al-Lughah huruf: ( ‫(رمض‬

2
2. Dalil Tentang Puasa
Firman Allah Ta’ala,

َ۰َ‫َم ْنَق ْب ِل ُك ْمَلعلَّ ُك ْمَتت َّ َقُ ْون‬


ِ ‫َالصيا ُمَكماَ ُكتِبَعليَالَّ ِذيْن‬
ِ ‫يَاأيُّهاَالَّ ِذيْنَآمنُ ْواَ ُك ِتبَعل ْي ُك ُم‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar
kamu bertaqwa.” (QS. Surah Al-Baqarah 183).

Sabda Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam,

َ٬‫صَل َِة‬
َّ ‫ َوإِق ِام َال‬٬ِ‫للا‬
َ َ ‫س ْو ُل‬ ْ ‫بُنِي َاْ ِإل‬
َ َ ‫َشهاد ِة َأ ْن َآلاِله َا ََِّّل‬:َ ‫سَل ُم َعليَخ ْم ٍس‬
ُ ‫ َوأنَّ َ ُمح َّمدًاَر‬٬ُ‫للا‬
َِ ‫َوحجَِا ْلب ْي‬٬َ‫َوص ْو ِمَرمضان‬٬‫َالزكا َِة‬
۰‫ت‬ َّ ‫اء‬ِ ‫وإِيْت‬

“Didirikan Islam atas lima sendi: Mengakui bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa
Ramadhan dan naik haji ke Baitullah.” (H.R Bukhari dan Muslim dari
Ibnu Umar).

Sabda Nabi Shallallahu ‘alayhi wa sallam,

‫غ ِف َر لَهُ َما تَقَد ََّم ِم ْن ذَ ْن ِب ِه‬


ُ ‫سابًا‬ ْ ‫ضانَ ِإي َمانًا َو‬
َ ِ‫احت‬ َ ‫ام َر َم‬
َ ‫ص‬َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan mengharap
pahala (keridhoan) Allah, maka diampuni dosa dosanya yang terdahulu.”
(HR. Bukhari)

Berdasarkan ketetapan Al-Qur’an, ketetapan Hadits tersebut, puasa


diwajibkan atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas umat yang
terdahulu. Ayat itu menerangkan bahwa orang yang berada di tempat
dalam keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia berpuasa.
Seluruh Ulama Islam sepakat menetapkan bahwa puasa, salah satu eukun
Islam yang lima karena itu puasa di bulan Ramadhan adalah wajib
dikerjakan.

3
3. Hikmah Tentang Pensyariatan Puasa
Diantara hikmah dan manfaat ibadah puasa adalah:3
a. Puasa adalah sarana menggapai ketakwaan.
b. Puasa adalah sarana mensyukuri nikmat.
c. Puasa melatih diri untuk mengekang jiwa, melembutkan hati dan
mengendalikan syahwat.
d. Puasa memfokuskan hati untuk berdzikir dan berfikir tentang
keagungan dan kebesaran Allah.
e. Puasa menjadikan orang yang kaya semakin memahami besarnya
nikmat Allah kepadanya.
f. Puasa memunculkan sifat kasih saying dan lemah lembut terhadap
orang-orang miskin.
g. Puasa menyempitkan jalan peredaran setan dalam darah manusia.
h. Puasa melatih kesabaran dan meraih pahala kesabaran tersebut,
karena dalam puasa terdapat tiga macam esabaran sekaligus, yaitu
sabar menghadapi kesulitan, sabar dalam menjalankan perintah
Allah dan sabar dalam menjauhi larangan-Nya.
i. Puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan.
j. Hikmah puasa terbesar adalah penghambaan kepada Allah
Tabaroka wa Ta’ala dan peneledanan kepada Rasulullah
shallallahu’alayhi wa sallam.

4. Penentuan Awal Ramadhan


a. Hisab adalah perhitungan secara sistematis dan astronomis untuk
menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal
bulan pada kalender Hijriyah
b. Rukyat (Melihat Hilal) adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal,
yakni penampakan bulan sabit yang Nampak pertama kali setelah
terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang
atau dengan alat bantu optik seperti teleskop

3
Kitab Ash-Shiyaamu Fil Islam, hal 27-30

4
 Rukyat yaitu bulan yang muncul setelah terbenam matahari
pada tanggal 29 sya’ban.
 Menggenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari (ketika
bulan tidak terlihat).
Dalilnya,
َ َ ‫علَ ْي ُك ْم فَأ َ ْك ِملُوا ِعدَّة‬
َ‫ش ْع َبانَ ثَالَثِين‬ َ ‫ي‬ ُ ‫صو ُموا ِل ُرؤْ يَتِ ِه َوأ َ ْف ِط ُروا ِل ُرؤْ يَتِ ِه فَإ ِ ْن‬
َ ِ‫غب‬ ُ
“Berpuasalah karena kalian telah melihat bulan dan berbukalah
(berhari raya) karena kalian telah melihatnya, apabila kalian
terhalangi melihatnya maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban
menjadi 30 hari.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

5. Tata Cara Pelaksanaan Puasa


a. Niat
Sebelum melaksanakan puasa, kita wajib berniat terlebih
dahulu. Puasa kita niatkan sebelum terbit fajar, berdasrkan hadits
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam,
ُ‫ام لَه‬ ِ َ‫ام قَ ْب َل ْالفَجْ ِر فَال‬
َ َ‫صي‬ ِ ِ‫َم ْن لَ ْم يُجْ َمع‬
َ َ‫الصي‬

“Barangsiapa yang tidak niat untuk melakukan puasa sebelum


fajar, maka tidak ada puasa baginya.”4

b. Waktu Puasa
Puasa dimulai dari terbitnya fajar hingga hilangnya siang
dengan datangnya malam, dengan kata lain hilangnya bundaran
matahari di ufuk.
Dalilnya:
َ ِ‫ث ِإلَى ن‬
‫سائِ ُكم‬ ُ َ‫الرف‬ ِ َ‫أ ُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَة‬
َّ ‫الص َي ِام‬
“Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur
(berjima’) dengan isteri-isterimu.” (QS. Al-Baqarah 187).

Dan turun pula Firman Allah Ta’ala,

‫ض ِمنَ ْال َخي ِْط ْاْلَس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر‬ ُ ‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْي‬
ُ َ‫ط ْاْل َ ْبي‬
“Dan makan minumlah sehingga terang kepadamu benang putih
dari benang hitam yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah 187).5
4
HR. Abu Daud 2454, Ibnu Majah 1933, Al-Baihaqi 4/202.

5
c. Sahur
Hendaknya sebelum melaksanakan ibadah puasa, kita
makan sahur terlebih dahulu. Kita disunnah untuk mengakhirkan
makan sahur sesaat menjelang tibanya waktu subuh.

Dalilnya adalah hadits Anas bin Malik,


“Kami makan sahur bersama Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam kemudian beliau shalat” Aku tanyakan (kata Anas),
“Berapa lama jarak antara adzan dan sahur?” Zaid menjawab,
“Kira-kira 50 ayat membaca Al-Qur’an” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).

Makan sahur adalah Barokah.


Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

ُّ ‫س َّح ُر ْوا فَإ ِ َّن فِي ال‬


‫س ُح ْو ِر بَ َر َكة‬ َ َ‫ت‬

“Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada keberkahan”


(HR. Bukhari dan Muslim).

d. Berbuka Puasa
Ketika matahari telah terbenam dan malam hari pun telah
tiba, kita sudah diperbolehkan untuk makan dan minum. Bahkan
kita dianjurkan untuk menyegerakan berbuka puasa.
Dalilnya, Sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam

ْ ‫ع َّجلُ ْوا ْال ِف‬


‫ط َر‬ ُ َّ‫الَ َيزَ ا ُل الن‬
َ ‫اس ِب َخي ٍْر َما‬
“Senantiasa manusia berada di dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka puasa” (HR. Bukhori dan Muslim).

6. Rukun Puasa
a. Niat
Niat yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam
matahari hingga sebelum fajar shadiq. Artinya pada malam
harinya, dalam hati telah tergerak (berniat), bahwa besok harinya
akan mengerjakan puasa wajib ramadhan.

5
HR. Bukhari 4/911

6
b. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari
terbit fajar hingga terbenam matahari.
Firman Allah,
‫ض ِمنَ ْال َخي ِْط ْاْلَس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر‬ ُ ‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْي‬
ُ َ‫ط ْاْل َ ْبي‬
‫ام إِلَى اللَّ ْي ِل‬ ِّ ِ ‫ث ُ َّم أَتِ ُّموا‬
َ َ‫الصي‬
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (dating) malam.” (QS. Al-Baqarah 187).
Yang dimaksud dari ayat adalah , terangnya siang dan gelapnya
malam dan bukan yang dimaksud benang secara hakiki.

7. Syarat Sah Puasa


a. Tetap dalam Islam sepanjang hari
b. Suci dari Haid, Nifas dan Wiladah
c. Tamyiz
d. Berpuasa pada waktunya

8. Syarat-Syarat Wajib Puasa


a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Suci dari Haid dan Nifas bagi perempuan
e. Mukim, tidak wajib atas orang musafir
f. Sanggup berpuasa

9. Sunnah Puasa
a. Menyegerakan berbuka apabila telah nyata dan yakin bahwa
matahari sudah terbenam
b. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis atau dengan air.
c. Berdoa sewaktu berbuka.
d. Mengakhirkan makan sahur.
e. Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa.

7
f. Memperbanyak sedekah.
g. Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya.

10. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa


a. Makan dan minum dengan sengaja
Firman Allah Ta’ala,
‫ض ِمنَ ْال َخي ِْط ْاْلَس َْو ِد ِمنَ ْالفَجْ ِر‬ ُ ‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْي‬
ُ َ‫ط ْاْل َ ْبي‬
‫ام ِإلَى اللَّ ْي ِل‬ ِ ‫ث ُ َّم أَتِ ُّموا‬
َ َ‫الصي‬
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam.” (QS. Al-Baqarah 187).

Maka bisa dipahami bahwa puasa dalah menahan diri dari


makan dan minum. Apabila orang yang berpusaa makan dan
minum berarti ia telah berbuka, terlebih jika hal ini dilakukan
dengan sengaja. Karena orang yang berpuasa,apabila melakukan
hal tersebut karena lupa atu terpaksa, maka puasanya tidak batal.

Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,


“Apabila lupa, lalu ia makan dan minum, hendaklah ia
menyempurnakan puasanya. Sesungguhnya Allah Ta’ala telah
memberi makan dan minum kepadanya.”6
b. Muntah Secara Sengaja
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
ِ ‫ضا ٌء َوإِ ِن ا ْستَقَا َء فَ ْليَ ْق‬
‫ض‬ َ َ‫علَ ْي ِه ق‬ َ ‫صائِ ٌم فَلَي‬
َ ‫ْس‬ َ ‫َم ْن ذَ َر‬
َ ‫عهُ قَ ْى ٌء َو ُه َو‬
“Barangsiapa yang muntah tidak sengaja, maka ia tidak perlu
mengqadha’ dan barangsiapa yang muntah dengan sengaja, maka
ia harus mengqadha’(puasanya).”7
c. Haid dan Nifas
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
6
HR. Al-Bukhari (4/135) dan Muslim (1155)
7
HR. Abu Daud (2/310), At-Tirmidzi (3/79), Ibnu Majah (1/536).

8
‫ان‬
ِ ‫ص‬َ ‫ قَا َل « فَذَلِكَ ِم ْن نُ ْق‬. ‫ قُ ْلنَ بَلَى‬. » ‫ص ْم‬
ُ َ ‫ص ِل َولَ ْم ت‬
َ ُ ‫ت لَ ْم ت‬ َ ‫أَلَي‬
َ ‫ْس ِإذَا َحا‬
ْ ‫ض‬
‫دِينِ َها‬
“Bukankah ketika ia haid, ia tidak sholat dan tidak puasa? Mereka
menjawab, ‘benar.’ Beliau bersabda, itulah kekurangan
agamanya.”
d. Infus Makanan
Yakni memasukkan zat-zat makanan ke dalam usus dengan tujuan
sebagai pengganti makan kepada orang yang sakit. Ini termasuk
perkara yang membatalkan puasa; karena infus itu adalah
memasukkan zat makanan ke dalam tubuh.
e. Jima (Berhubungan Badan)
Asy-Syaukani berkata,
“Tidak ada perbedaan di kalangan ulama bahwa jima’
membatalkan puasa, apabila terjadi secara sengaja. Apabila
terjadi karena lupa, sebagian ulama mengkategorikannya
termasuk orang yang makan dan minum karena lupa.”8

B. I’TIKAF
1. Pengertian I’tikaf
I’tikaf yaitu menekuni atas sesuatu. Karenanya dikatakan bagi
orang yang menekuni masjid dan melaksakan ibadah di dalamnya mu’takif
dan a’kif.9
Ada juga yang mendefenisikan I’tikaf dengan,
‫ت ْالعَا ِديَّ ِة‬ َ ‫ْس النَّ ْف ِس‬
َ َّ ‫ع ْن الت‬
ِ ‫ص ُّرفَا‬ ُ ‫َحب‬
“Menahan diri dari berbagai kegiatan yang rutin dikerjakan”10

2. Disyaria’atkannya I’tikaf
Firman Allah Ta’ala,
ُّ ‫طائِفِينَ َو ْال َعا ِكفِينَ َو‬
ُّ ‫الر َّكعِ ال‬
‫س ُجو ِد‬ َّ ‫ي ِلل‬ َ ‫ِيم َو ِإ ْس َما ِعي َل أ َ ْن‬
َ ِ‫ط ِه َرا َب ْيت‬ َ ‫ع ِه ْدنَا ِإلَى ِإب َْراه‬
َ ‫َو‬

8
Ad-Darari Al-Mudhiyyah (2/22).
9
Zaad Al-Ma’aad (2/82/87).
10
Al Misbah al Munir (2/424)

9
“Dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah
rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, I’tikaf, ruku’ dan yang sujud.”
(Al-Baqarah 125).

Disunnahkan dibulan Ramadhan dan di bulan lainnya sepanjang tahun.


Dan I’tikaf yang paling utama di akhir Ramadhan, hal ini berdasarkan
sunnah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam berikut,
َّ ُ‫ضانَ َحتَّى ت ََوفَّاه‬
، ُ‫َّللا‬ ِ ‫ف ْال َع ْش َر اْل َ َو‬
َ ‫اخ َر ِم ْن َر َم‬ ُ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – َكانَ يَ ْعت َ ِك‬َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬
‫ف‬َ ‫ث ُ َّم ا ْعت َ َك‬
‫أ َ ْز َوا ُجهُ ِم ْن بَ ْع ِد ِه‬
“Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari bulan
Ramadhan hingga Allah Ta’ala mewafatkan beliau.”11

3. Syarat-Syarat I’tikaf.
a. Tidak disyaria’atkan melakukan I’tikaf selain di masjid, berdasarkan
Firman Allah Ta’ala,

‫اج ِد‬
ِ ‫س‬َ ‫عا ِكفُونَ فِي ْال َم‬
َ ‫َوال تُبَا ِش ُرو ُه َّن َوأ َ ْنت ُ ْم‬
“(Tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf
dalam masjid.” (Al-Baqarah 187).
b. Yang dimaksud dengan “masjid-masjid” di dalam ayat ini tidak berlaku
umum, karena telah diriwayatkan didalam sunnah yang shahih tentang
batasan atau maksud dari masjid tersebut. Yaitu sabda Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam, “Tidak ada I’tikaf selain di tiga masjid”.12
c. Disunnahkan bagi yang beri’tikaf hendaknya berpuasa.

4. Yang Boleh Dilakukan Bagi Yang Beri’tikaf.


a. Orang yang beri’tikaf boleh keluar masjid untuk keperluannya
b. Boleh berwudhu di dalam masjid

11
HR. Al-Bukhari (4/226) dan Muslim (1173)
12
Al-Inshaaf fi Ahkam Al-I’tikaaf

10
c. Boleh mendirikan kemah kecil di belakang masjid tempat ia
beri’tikaf.
d. Boleh menggelar karpet atau tempat tidur di dalam kemahnya.

C. PUASA-PUASA SUNNAH

Puasa merupakan salah satu amalan yang dicintai oleh Allah Ta’ala
yang mana Allah menjanjikan keutamaan dan manfaat besar bagi yang
mengamalkannya. Diantara ganjaran puasa disebutkan dalam hadits
berikut, “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan
dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus
kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa.
Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan
membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan
karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan
ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi” (HR.
Muslim no. 1151).

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam juga bersabda,

ً ‫س ْب ِعيْنَ خ َِريْفا‬
َ ‫َار‬ َ ُ‫ َوجْ َهه‬،‫ ِبذَلِكَ ال َي ْو ِم‬،ُ‫عدَ هللا‬
ِ ‫ع ِن الن‬ َ ‫ع ْبدٌ يَ ْو ًما فِي‬
َ ‫ إال َبا‬.‫سبِ ْي ِل هللا‬ َ ‫ص ْو ُم‬
ُ ‫ال َي‬
Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah kecuali Allah
akan menjauhkan wajahnya dari api neraka (dengan puasa itu) sejauh 70
tahun jarak perjalanan.” (HR. Bukhari Muslim dan yang lainnya)

Berikut ini adalah beberapa jenis puasa yang dianjurkan di dalam


Islam di luar puasa yang wajib (Puasa Ramadhan) berdasarkan dalil-dalil
yang syar’i, semoga kita diberi kemudahan untuk mengamalkannya
berdasarkan ilmu dan terhindar dari perkara-perkara yang menyelisihi
syariat Allah subhanahu wa ta’ala sehingga kita dapat memperoleh

11
berbagai keutamaan dari apa-apa yang dijanjikan Allah subhanahu wa
ta’ala.

Puasa-puasa Sunnah yang Dituntunkan Dalam Islam

1. Puasa 6 hari pada bulan Syawwal

Dari Abu Ayyub Al-Anshory bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda,

ِ ‫ َكانَ َك‬.‫ ث ُ َّم أَتْبَعَهُ ِستًّا ِم ْن ش ََّوال‬. َ‫ضان‬


‫صيَ ِام الدَّ ْه ِر‬ َ ‫ام َر َم‬
َ ‫ص‬َ ‫َم ْن‬
“Barang siapa berpuasa Ramadhan, kemudian melanjutkan dengan
berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka seperti ia berpuasa
sepanjang tahun.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫سنَ ِة‬
َّ ‫صيَا ُم ال‬ َ ِ‫صيَا ُم ِست َّ ِة أ َي ٍَّام بَ ْعدَهُ ب‬
ِ َ‫ فَذَلِك‬،‫ش ْهرين‬ ِ ‫ َو‬،‫ضانَ بعَ ْشرةِ أ َ ْش ُه ٍر‬
َ ‫ش ْه ِر َر َم‬
َ ‫صيَا ُم‬
ِ
“Puasa pada bulan Ramadhan seperti berpuasa sepuluh bulan , dan
puasa enam hari setelahnya seperti berpuasa selama dua bulan, maka
yang demikian itu (jika dilakukan) seperti puasa setahun.” (Hadits shahih
Riwayat Ahmad).

Catatan:

 Puasa Syawal tidak boleh dilakukan pada hari yang dilarang


berpuasa di dalamnya, yakni pada hari Idul Fitri.
 Puasa tersebut tidak disyaratkan harus berurutan, sebagaimana
kemutlakan hadits –hadits di atas, akan tetapi lebih utama
bersegera dalam kebaikan.
 Jika ada kewajiban mengqodo’ puasa Ramadhan maka dianjurkan
mendahulukan qodo baru kemudian berpuasa Syawal 6 hari
sebagaimana hadits dari Abu Ayyub Al-Anshori di atas.

2. Puasa pada hari Arafah bagi yang tidak sedang melaksanakan


ibadah haji

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ ‫ َوال‬.ُ‫سنَةَ الَّتِي قَ ْبلَه‬


ُ‫سنَةَ التِي بَ ْعدَه‬ َّ ‫علَى هللاِ أ َ ْن يُ َك ِف َر ال‬ ُ ‫ع َرفَةَ أحْ تَس‬
َ ‫ِب‬ َ ‫صيَام ُيَ ْو ِم‬
ِ

12
“Puasa pada hari Arofah, aku berharap kepada Allah agar mengampuni
dosa-dosa setahun yang telah lalu dan setahun yang akan datang.” (HR.
Muslim.

Catatan:

 Adapun bagi orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, maka


yang lebih utama adalah tidak berpuasa pada hari Arofah
sebagaimana yang diamalkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan para shahabatnya.

3. Puasa pada hari Asyura’ (10 Muharrom) dan sehari sebelumnya

Dari Abu Qotadah bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

ُ‫سنَةَ الَّتِي قَ ْبلَه‬


َّ ‫علَى هللاِ أ َ ْن يُ َك ِف َر ال‬ ُ ‫ أَحْ تَس‬،‫ورا َء‬
َ ‫ِب‬ َ ‫ش‬ُ ‫عا‬
َ ‫صيَا ُم يَ ْو ِم‬
ِ ‫َو‬
“Puasa pada hari ‘Asyuro’, aku berharap kepada Allah agar
mengampuni dosa-dosa setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ َ ‫لَئِ ْن بَ ِقيْتُ ِإلَى قَا ِب ٍل ْل‬


‫ص ْو َم َّن الت َا ِس َع‬
“Sungguh jika aku masih hidup sampai tahun depan aku akan berpuasa
pada hari yang kesembilan.” (HR. Muslim)

Catatan:

 Adapun berpuasa pada hari yang ke sebelas maka dalilnya sangat


lemah, sehingga tidak bisa dijadikan sandaran.

4. Memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata:

‫ َو َما‬، َ‫ضان‬
َ ‫ش ْه ٍر ِإال َر َم‬
َ ‫ام‬ ِ ‫سلَّ َم اِ ْست َ ْك َم َل‬
َ َ‫صي‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو َل هللا‬ ُ ‫فَ َما َرأَيْتُ َر‬
َ‫ش ْعبَان‬ ِ ‫رأ َ ْيتُهُ أ َ ْكث َ َر‬.
َ ‫صيَا ًما ِم ْنهُ فِي‬ َ
“Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan tidaklah
saya melihat beliau memperbanyak puasa dalam suatu bulan seperti
banyaknya beliau berpuasa pada bulan sya’ban.” (HR. Bukhari)

Catatan:

13
 Adapun mengkhususkan puasa atau amalan lainnya pada nisfu
sya’ban (pertengahan sya’ban), maka hal ini tidak ada
tuntunannya dalam syariat, karena dalil-dalil yang ada sangat
lemah dan bahkan ada yang maudhu (palsu).

Hendaknya tidak berpuasa pada hari syak (hari yang meragukan


apakah sudah masuk ramadhan atau belum), yakni sehari atau dua hari
pada akhir Sya’ban, kecuali bagi seseorang yang kebetulan bertepatan
dengan puasa yang biasa dilakukannya dari puasa-pusa sunnah yang
disyariatkan semisal puasa dawud atau puasa senin kamis.

5. Memperbanyak Puasa Pada Bulan Muharrom

Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ ‫صالة‬ َ ‫صال ِة َب ْعدَ الفَ ِر ْي‬


َ ‫ض ِة‬ َ ‫ش ْه ُر هللاِ ْال ُم َح َّر ُم َو أ ْف‬
َّ ‫ض ُل ال‬ َ ، َ‫ضان‬ ِ ‫ض ُل‬
َ ‫ َب ْعدَ َر َم‬،‫الص َي ِام‬ َ ‫أ ْف‬
‫اللَ ْي ِل‬
“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada
bulan Allah yakni bulan Muharrom, dan shalat yang paling utama
setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim)

6. Puasa Hari Senin dan Kamis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ع َم ِلي َوأَنَا‬
‫صا ِئ ٌم‬ َ ‫ض اْل َ ْع َما ُل َي ْو َم االثْنَي ِْن َو ْالخ َِمي ِْس فَأ ُ ِحبُّ أ َ ْن يُ ْع َر‬
َ ‫ض‬ ُ ‫ت ُ ْع َر‬

“Amal-amal ditampakkan pada hari senin dan kamis, maka aku suka jika
ditampakkan amalku dan aku dalam keadaan berpuasa.” (Shahih,
riwayat An-Nasa’i)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa


pada hari senin, beliau bersabda

َ ‫ َويَ ْو ٌم بُ ِعثْتُ (أ َ ْو أ َ ْن ِز َل‬.‫)ذَاكَ يَ ْو ٌم ُو ِلدْتُ فِ ْي ِه‬


َّ َ‫عل‬
‫ي فِ ْي ِه‬
“Ia adalah hari ketika aku dilahirkan dan hari ketika aku diutus (atau
diturunkan (wahyu) kepadaku ).” (HR. Muslim)

14
7. Puasa 3 hari setiap bulan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata,

َ ‫ص َي ِام ثَالث َ ِة أَي ٍَّام ِم ْن ُك ِل‬


‫ َو َر ْك َعت َى‬،‫ش ْه ٍر‬ ِ :ٍ‫سلَّ َم بِثَالث‬ َ ُ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫صانِى َخ ِل ْي ِلى‬ َ ‫ْأو‬
َ ‫تر قَ ْب َل أ َ ْن أَن‬
‫َام‬ َ ‫ َوأ َ ْن أ َ ْو‬،‫ض َحى‬ُ ‫ال‬
“Kekasihku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Mewasiatkan
kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat shalat
dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari Muslim)

Lebih dianjurkan untuk berpuasa pada hari baidh yakni tanggal 13, 14
dan 15 bulan Islam (Qomariyah). Berdasarkan perkataan salah seorang
sahabat radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

ِ ‫ش ْهر ِثَالثَةَ أَي َِّام البَي‬


َ َ ‫ ث‬:‫ْض‬
‫الث‬ ُ َ‫سلَّ َم أ َ ْن ن‬
َّ ‫ص ْو َم ِمنَ ال‬ َ ُ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ُ ‫أ َ َم َرنَا َر‬
َ ‫ع ْش َرة‬ َ ‫س‬ َ ‫ َوخ َْم‬، َ ‫ع ْش َرة‬َ ‫ َو أ َ ْربَ َع‬،َ ‫ع ْش َرة‬
َ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk
berpuasa pada tiga hari ‘baidh’: tanggal 13, 14 dan 15.” (Hadits Hasan,
dikeluarkan oleh An-nasa’i dan yang lainnya)

8. Berpuasa Sehari dan Berbuka Sehari (Puasa Dawud ‘alaihis salam)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ف‬
َ ‫ص‬ َ ِ‫صالةِ ِإلَى هللا‬
ْ ِ‫ َكانَ يَنَا ُم ن‬:َ‫صالة ُ دَ ُاود‬ َّ ‫ َوأ َحبُّ ال‬،َ‫ص َيا ُم دَ ُاود‬ِ ِ‫الص َي ِام إلى هللا‬ ِ ُّ‫أ َحب‬
‫ص ْو ُم يَ ْو ًما (متفق عليه‬ُ َ‫ َو َكانَ يُ ْف ِط ُر يَ ْو ًما َوي‬،ُ‫سه‬ ُ ‫ َويَقُو ُم ثُلُثَهُ َويَنَا ُم‬،‫)الليل‬
َ ُ‫سد‬
“Puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan shalat
yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Dawud, adalah beliau
biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur
pada seperenamnya, adalah beliau berbuka sehari dan berpuasa sehari.”
(Muttafaqun ‘alaihi)

Beberapa Hal yang Terkait Dengan Puasa Sunnah.

 Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan,
dan minum serta tidak melakukan hal-hal yang membatalkan
puasa, berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan
sebelum fajar.

15
 Seseorang yang berpuasa sunnah diperbolehkan membatalkan
puasanya jika ia menghendaki, dan tidak ada qodho atasnya.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata:

ْ ‫( ه َْل ِع ْندَ ُك ْم ش‬:َ‫سلَّ َم ذَاتَ يَ ْو ٍم فَقَال‬


‫َي ٌء‬ َ ُ ‫صلَّى هللا‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َّ ‫ع َل‬
ُ ‫ي َر‬ َ ‫دَ َخ َل‬
ُ ‫ يَا َر‬:‫ فَقُ ْلنَا‬.‫ ث ُ َّم أَت َانَا يَ ْو ًما آخَر‬، ) ‫صائِ ٌم‬
ِ‫س ْو َل هللا‬ َ ‫ ( فَإِنِى إِذًا‬:َ‫ قَال‬.‫ ال‬:‫؟ ) فَقُ ْلنَا‬
‫ (رواه مسلم‬.َ‫صائِ ًما ) فَأ َ َكل‬ َ ُ‫ص َبحْ ت‬ ْ َ ‫ فَلَقَ ْد أ‬،‫ ( أَرين ْي ِه‬:َ‫ فَقَال‬. ‫ْس‬ ٌ ‫ِي لَنَا َحي‬َ ‫)أ ُ ْهد‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari datang
kepadaku kemudian berkata: “Apakah engkau memiliki sesuatu
(dari makanan)?”, kemudian kami berkata: “tidak”, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau begitu saya
berpuasa”, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
datang pada hari yang lain kemudian kami katakan: “Wahai
Rasulullah sesungguhnya kami dihadiahi haisun (kurma yang
dicampur minyak dan susu yang dihaluskan), maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bawalah kemari,
sesungguhnya aku tadi berpuasa”, kemudian beliau
memakannya” (HR. Muslim)

 Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya


bersamanya kecuali dengan seijin suaminya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ص ْو ُم ْال َم ْرأَة ُ َوبَ ْعلُ َها شَا ِهد ٌ إِال بِإ ِ ْذ ِن ِه‬
ُ َ ‫ال ت‬
“Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya
menyaksikannya kecuali dengan seizinnya.” (HR. Bukhari
Muslim).

16
KESIMPULAN

Puasa adalah terjemahan dari kata Shyam atau yang berarti menahan diri,
sedangkan menurut syara’, puasa ialah menahan diri dari segala yang
membatalkannya dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala semata-mata dan disertai niat dan syarat “tertentu”.
Menurut istilah yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya,
satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat
dan beberapa syarat. puasa adalah ibadah pokok yang di tetapkan sebagian salah
satu rukun Islam atau rukun Islam yang keempat.
Berdasarkan ketetapan Alquran surat Al-Baqarah ayat 183 dan ketetapan
hadis yang telah disebutkan diatas, puasa diwajibkan atas umat Islam sebagaimana
diwajibkan atas umat yang terdahulu. Ayat itu menerangkan bahwa orang yang
berada di tempat dalam keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia
berpuasa. Seluruh Ulama Islam sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu
rukun Islam yang lima, karena itu puasa di bulan Ramadhan adalah wajib
dikerjakan.
Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik
laki-laki maupun perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal,
baligh (dewasa), tidak dalam musafir (perjalanan) dan sanggup berpuasa.
Puasa Ramadhan lamanya sebulan yaitu 29 atau 30 hari, yang dimulai
setiap harinya sejak terbit pagi hingga terbenam matahari.

17
SARAN

1. Marilah kita selalu menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan


menjauhi segala laranganNya. Dan berpuasalah dengan hati yang ikhlas
supaya amal ibadah kita diterima disisi Allah Tabaroka wa Ta’ala
2. Wajib atas kita Selalu percaya tanpa ada keraguan terhadap firman Allah
Ta’ala dan Hadist Shahih serta sunnah dari Nabi Muhammad Shallallahu
‘alayhi wa sallam yang telah terjamin kebenarannya.
3. Sebagai umat islam marilah kita selalu mencari informasi atau pun ilmu
tentang Puasa ini agar pengetahuan dan ilmu kita selalu bertambah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dr. M. Faiz Almath. 1991. 1100 Hadits Terpilih. Jakarta: Gema Insani.

Prof. DR. Tgk. M. Hasbi ash-Shiddieqy. 2009. Pedoman Puasa, Semarang.

Syaikh Salim, Syaikh Ali Hasan. 2011. Puasa Bersama Nabi. Jakarta: Team
Darus Sunnah.

https://muslim.or.id/6745-fiqih-ringkas-itikaf-1.html

https://almanhaj.or.id/1093-niat-puasa.html

https://muslim.or.id/4097-syarat-dan-rukun-puasa.html

https://muslim.or.id/294-puasa-sunnah.html

19

Você também pode gostar