Você está na página 1de 8

Step 7

1. Mengapa pasien mengeluh sesak, lemah, dan demam ?


Sesak nafas :
timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronkitis kronik yang
terjadi serta seberapa jauh timbulnya kolaps paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi
sebagai akibat infeksi berulang (ISPA), yang bisanya menimbulkan fibrosis paru dan
emfisema yag menimbulkan sesak nafas tadi. Kadang kadang ditemukan pula suara mengi
akibat adanya obstruksi bronkus. Mengi dapat lokal ataupun tersebar tergantung pada
distribusi kelainannya

Demam :
bronkiektasis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering mengalami infeksi berulang
pada bronkus maupun pada paru, sehingga timbul demam berulang
BUKU AJAR IPD JILID 3 EDISI V

Lemah :
Kontraksi otot yang kuat dan lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai
kelelahan otot. Sebagian besar kelelahan otot itu diakibatkan oleh ketibakmampuan
proses kontraksi dan metabolisme serabut-serabut otot untuk terus memberikan
hasil kerja yang sama. Tapi percobaan2 juga telah menunjukkan bahwa transmisi
sinyal saraf melalui taut neuromuskular dapat berkurang setidaknya dlm jumlah kecil
setelah aktivitas otot yang lama dan intensif, sehingga mengurangi kontraksi otot
lebih lanjut. Hambatan aliran darah yang menuju otot yang sedang berkontraksi
menyebebkan kelelahan otot yang hampir sempurna selama 2menit karena
kehilangan suplai makanan, terutama kehilangan oksigen.
BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN. GUYTON & HALL. EDISI 11

2. Mengapa keluhan pasien tidak kunjung mereda walau diberi obat ?


 Karena pajanan berulang dan lama (kronis) dari paparan bahan kimia (asap rokok dan
udara di pabrik kimia dimana pasiena bekerja) pasien sukar sembuh meski sudah
diobati.
 Kemungkinan (jika mucus diperiksa ada bakteri) harusnya bukan diberi obat batuk,
tapi antibiotik sesuai bakteri yang mengganggu sistem pernapasan.
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009)

3. Mengapa pasien batuk di pagi hari dan bertambah berat dengan perubahan posisi ?
Batuk pada bronkiektasis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan
frekuens mirip seperti bronkitis kronik, jumlah sputus bervariasi, umumnya jumlahnya
banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur.
Kalau tidak ada infeksi sekunder sputumnya mukoid, sedangkan jika ada infeksi sekunder
sputumnya purulen, dapat memberikan bau mulut yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi
sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau busuk. Pada kasus
yang ringan, pasien dapat tanpa batuk atau hanya timbul batuk apabila terjadi infeksi
sekunder. Pada kasus yang sdudah berat, misalnya pada saccular type bronchlectesis,
sputum jumlahnya banyak sekali, purulen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak
terpisah menjadi 3 lapisan : a) lapisan teratas agak keruh, terdiri atas mukus, b) lapisan
tengah jernih, terdiri atas salivah (ludah), c) lapisan terbawah keruh, terdiri atas nanah dan
jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak (cellular debris)
BUKU AJAR IPD JILID 3 EDISI V

Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai
segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.. Mengingat kelainan pada paru bisa
terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai posisidisesuaikan dengan kelainan
parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar1 jam sebelum sarapan pagi dan
sekitar 1 jam sebelumtidur pada malam hari.Postural drainase (PD) dapat dilakukan untuk mencegah
terkumpulnya sekret dalam salurannafas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak
terjadi atelektasis. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila disertai

dengan clappingdan vibrating.

4. Bagaimana mekanisme batuk berdahak ?


- Fase 1 (Inspirasi), paru2 memasukan kurang lebih 2,5 liter udara, oesofagus dan pita
suara menutup, sehingga udara terjerat dalam paru2
- Fase 2 (Kompresi), otot perut berkontraksi, so diafragma naik dan mnekan paru2, diikuti
pula dengan kontraksiintercosta internus. yang pada akhirnya akan menyebabkan
tekanan pada paru2 meningkat hingga 100mm/hg.
- Fase 3 (Ekspirasi), Spontan oesofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak keluar
dari paru2.
Buku fisiologi kedokteran, Guyton and Hall
MEKANISME BATUK

Benda asing : bakteri,


virus, jamur, dll

FASE
Mengiritasi dari IRITASI
serabut afferens dr
FASE INSPIRASI
n.glosofaringeus dari
trakea/ bronkus/ faring

Glotis secara refleks terbuka lebar


akibat konstriksi otot abduktor FASE KOMPRESI
cartilago arytenoidea.

Dimulai dengan tertutupnya


Udara masuk kedalam paru glottis akibat kontraksi otot
banyak  memperkuat terjadinya adduktor cartilago aritenoidea
fase ekspirasi (slm 0,2dtk) tekanan intratoraks
meninggi

FASE EKSPIRASI

Glottis terbuka secara tiba-


tiba akibat kontraksi otot
ekspirasi  pengeluaran
udara disertai pengeluaran
benda asing dengan
kec.tinggi

Suara batuk berbeda-beda


akibat getaran sekret dan
pita suara dalam sal.napas

5. Jelaskan 3 lapisan membentuk dahak ?

3 lapisan :
a) lapisan teratas agak keruh, terdiri atas mukus,
b) lapisan tengah jernih, terdiri atas salivah (ludah),
c) lapisan terbawah keruh, terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak
(cellular debris)
BUKU AJAR IPD JILID 3 EDISI V

6. Mengapa ditemukan honey comb appearance ?

Gambaran foto dada pasien bronkiektasis posisi berdiri sangat bervariasi, tergantung berat
ringannya kelianan serta letak kelainannya. Gambaran radiologi yang khas biasanya
menunjukkan kista-kista kecil dengan fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon
(honey comb appearance) pada daerah yang terkena. Ditemukan pada 13%kasus. Kadang-
kadang gambaran radiologis paru pada bronkiektasis menunjukkan adanya bercak-bercak
pneumonia, fibrosis atau kolaps (atelektasis), bahkan kadang-kadang gambaran seperti pada
paru normal (pada 7%kasus). Gambaran bronkiektasis akan lebih jelas pada bronkogram.
BUKU AJAR IPD JILID 3 EDISI V

7. Apa Dx dan DD serta cara penegakkan dx nya ?


Dx : bronkiektasis
DD :
- Bronkitis kronik
- Tuberkulosis paru ( penyakit ini dapat disertai kelinan anatomis paru berupa
brpnkiektasis)
- Abses paru ( terutama bila ada hubungan dengan bronkus besar)
- Penyakit paru penyebab hemoptisis, misal: karsinoma paru, adenoma paru
- Fistula bronkopleural dengan emplema

Dapat ditegakkan apabila telah ditemukan adanya dilatasi dan nekrosis dinding bronkus
dengan prosedur pemeriksaan bronkografi, melihat bronkogram yang didapatkan dan CT
scan .
Proses diagnostik meliputi :
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisis
c. Pemeriksaan penunjang, terutama pemeriksaan radiologik (bronkografi) dan CT scan
paru
BUKU AJAR IPD JILID 3 EDISI V

8. Bagaimana etiologi dari skenario ?


Sampai sekarang belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus bronkiektasis ii
terjadi karena kongenital atau didapat.
 Kelainan kongenital :
Sejak individu dalam kandungan. Faktor gen atau faktor pertumbuhan dan
perkembangan fetus sangat berperan penting. Dan kelainan ini mempunyai ciri :
- Bronkiektasis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru
- Bronkiektasis kongenital sering menyertai penyakit-penyakit kongenital lainnya, misal :
mucoviscidosis, sindrom kartagener, hipo atau agamaglobulinemia, bronkiektasis pada
anak kembar satu telur, bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan kongenital
berikut: tidak adanya tulang rawan bronkus, pjb, kifiskoliosis kongenital.
 Kelianan didapat :
- Infeksi: bronkiektasis terjadi ketika seseorang anak menderita pneumonia yang sering
kambuh dan berlangsung lama. Pneumoia ini umumnya merupakan komplikasi pertusis
maupun influenza yang diderita sesama anak, tuberkulosis paru
- Obstruksi bronkus: dapat disebsbkan oleh berbagai macam, misalnya : korpus alienum,
karsinoma bronkus ata ekanan dari luar lainnya terhadap bronkus. Tetapi menurut
penelitian adanya indeksi dan obstruksi bronkus tidak selalu nyata (otomatis)
menimbulkan bronkiektasis. Diduga mungkin adanya faktor instrinsik yang belum
diketahui yang ikut berperan dalam bronkiektasis.
BUKU AJAR IPD JILID 3 EDISI V

9. Apa komplikasi dari keluhan ?


Bronkitis kronik
Pneumania dengan atau tanpa atelektasis
Pleuritis
Efusi pleura atau empiema (jarang)
Abses metastasis di otak
Hemoptisis
Sinusitis
Kor pulmonal kronik (KPK)
Kegagalan pernafasan
Amiloidosis
BUKU AJAR IPD JILID 3 EDISI V

10. Bagaimana tatalaksananya ?


Terdiri atas 2
Pengobatan konservatif
Pengobatan pembedahan

BUKU AJAR IPD JILID 3 EDISI V

1. Bagaimana PF dan PP untuk diagnosis ?


Jawab :
PF
1) Inspeksi  gerakan paru yang sakit tertinggal
2) Palpasi  gerakan paru yang sakit tertinggal dan fremitus raba meningkat
3) Perkusi  sisi paru yang sakit redup
4) Auskultasi  suara napas bronchovesicular sampai bronchial kadang disertai ronchi
basah

PP

1) Px lab
 Hb  turun (menunjukkan ada infeksi kronik)
 Sputum  ditemukan infeksi sekunder bakteri dan curiga jika sputum pada hari-hari
sebelumnya warnanya putih jernih yang berubah menjadi kuning atau hijau
 Infeksi  lekositosis (menunjukkan adanya infeksi supuratif)

2) Px faal paru (spirometry)


Adanya obstruksi dan retriksi
3) Bronkografi
Nampak kelainan bronkus yang ektasis atau menyempit di beberapa tempat

4) Bronkhoskopi
Untuk mengetahui bila ada benda asing atau suatu tumor di dalam bronkus

5) Foto thorax (proyeksi PA dan lateral)


Adanya gambaran honey comb appearance (sarang lebah)

Sumber : Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi VI halaman 1687

Você também pode gostar