Você está na página 1de 24

Tugas Analisis Laporan Keuangan

“Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Kinerja Usaha Laundry di Kota Padang”

Oleh
“Kelompok III”

Aulia Rahmi S (1510521014)


Vicka Berlian Ocktaveantari (1510521040)
Neng Deswina (1510521042)
Yurida Yenice (1510521043)
Widya (1510522054)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Penelitianyang berjudul “Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Kinerja Usaha
Laundry di Kota Padang”.
Penelitian ini disusun dalam rangka untuk mengerjakan tugas akhir kelompok dalam mata
pelajaran Analisis Laporan Keuangan. Dalam penyusunan penelitian ini, penulis mendapat banyak
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dosen Sary Surya, sebagai pengampu mata kuliah Analisis Laporan Keuangan
Manajemen Universitas Andalas yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
membuat penelitian ini.
2. Bapak/ Ibu narasumber yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi/
menjawab pertanyaan yang berkaitan tentang literasi keuangan.
3. Orang tua, yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
4. Teman-teman, yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menuju kesempurnaan
penelitian ini. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dalam dunia usaha dan bagi
masyarakat umum.

Padang, November 2017

Penulis,
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................................

Latar Belakang....................................................................................................................... 1
I. Tujuan ......................................................................................................................... 5
II. Literatur Review
2.1 Pengertian Literasi Keuangan............................................................................... 5
2.2 Instrument Literasi Keuangan .............................................................................. 6
2.3 Pentingnya Literasi Keuangan .............................................................................. 6
III. Hasil dan Pembahasan
3.1 Profil Responden .................................................................................................. 7
3.2 Deskripsi Hasil Survey
3.2.1 Tingkat Literasi Masing Masing Responden............................................... 7
3.2.2 Pengukuran Literasi Keungan Berdasarkan Indikator ................................ 10
3.2.3 Tingkat Literasi Berdasarkan Gender ......................................................... 10
3.2.4 Pengelolaan Keungan................................................................................. 11
3.3 Pembahasan .......................................................................................................... 13
IV. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 13
4.2 Saran..................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka....................................................................................................................... 15
Lampiran ............................................................................................................................... 16
LATAR BELAKANG

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian penting dari
perekonomian suatu bangsa dan daerah tak terkecuali di Indonesia. UMKM merupakan salah satu
faktor penggerak perekonomian Indonesia. Sejak krisis moneter ditahun 1997-1998 hampir 80%
usaha yang dikategorikan besar mengalami kebangkrutan dan hanya UMKM dapat bertahan dalam
krisis tersebut dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang dimilikinya. Bagi sebagian
kalangan UMKM dianggap sebagai sektor usaha yang tahan banting sehingga mampu bertahan
dalam kondisi apapun.
Pengembangan UMKM merupakan upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui
pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan
kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Oleh sebab itu, dipelukan
pengembangan UMKM yang optimal karena keberadaan UMKM memberikan kontribusi besar
terhadap pembangunan ekonomi negara indonesia. Juga UMKM merupakan salah satu rencana
pemerintah untuk mengatasi pengangguran yang terjadi di tiap tahunnya
Berdasarkan hasil riset data yang dilakukan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil menengah
pada tahun 2014, terdapat sekitar 57,8 juta pelaku UMKM di Indonesia. Dan diperkirakan pada
tahun 2017 sekitar 59 juta unit. Persentase peningkatan sekitar 9.8% dari tahun 2014. Peningkatan
ini akan berdampak terhadap perekonomian negara Indonesia, karena mampu menampung
penyerapan tenaga kerja sekitar 51.7%-97.2%.
Perkembangan potensi UMKM di Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam
penyaluran kredit kepada pelaku UMKM. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan jumlah UMKM
Indonesia tyang diterbitkan tahun 2014, dari sebanyak 56 juta UMKM, baru 2.1 juta yang mengenal
Bank. Namun saat ini menurut Bank Indonesia, setiap tahunnya kredit terhadap UMKM mengalami
peningkatan. Walaupun pada tahun 2015, sekitar 60%-70% dari seluruh UMKM belum memiliki
akses dan pembiayaan melalui UMKM.
Dari kasus diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan masyarakat tentang
keuangan relatif sangat rendah, yang dibuktikan berdasarkan hasil survey yang menyatakan
keengganan masyarakat menggunakan jasa keuangan seperti bank dan non bank. Hal ini tercermin
pula pada inklusi keuangan diluar keuangan perbankan yang masih relatif rendah. Untuk itu
diperlukan berbagai produk dan jasa mikro yang sesuai dengan kebutuhan dan daya beli masyarakat
menengah kebawah.

1
Perkembangan UMKM di Provinsi Sumatra Barat, UMKM juga memiliki jumlah yang cukup
tinggi, berikut merupakan data jumlah UMKM di Provinsi Sumatra Barat pada tahun 2015 sebagai
berikut:
TABEL 1.1 JUMLAH UMKM PROVINSI SUMATERA BARAT
JUMLAH USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
No Kabupaten/Kota Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Total
(Unit) (Unit) Menengah (Unit)
(Unit)
1 Lima Puluh Kota 271 4973 43679 48923
2 Solok Selatan 40 913 8952 9905
3 Pasaman 69 3121 25351 28541
4 Tanah Datar 285 5772 37556 43613
5 Pasaman Barat 258 5712 26391 32369
6 Pesisir Selatan 101 5489 38497 44087
7 Solok 247 4426 35437 40110
8 Padang Pariaman 292 4574 37474 42340
9 Agam 301 4635 42561 47497
10 Sijunjung 99 3595 19785 23479
11 DharmasRaya 84 2906 12789 15787
12 Kep Mentawai 25 246 2924 3195
13 Kota Padang 950 39403 35883 76636
14 Kota Sawahlunto 110 2106 8923 11139
15 Padang Panjang 105 2549 6769 9423
16 Bukit Tinggi 681 8714 18953 28348
17 Payakumbuh 396 4954 13895 19245
18 Kota Solok 257 2951 8712 920
19 Kota Pariaman 305 2623 9401 12329
Jumlah 4876 109662 433940 548478
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sumatra Barat, tahun 2015

Berdasarkan pada tabel 1.1 memperlihatkan bahwa pada tahun 2015 menunjukkan
pertumbuhan jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Provinsi Sumatra Barat di dominasi oleh
Kota Padang. Kurang lebih ada sekitar 76.236 unit usaha UMKM di Kota Padang sedangkan jumlah
seluruh pertumbuhan UMKM di Provinsi Sumatra Barat mencapai 548.478 usaha.

2
Berikut ini merupakan data jumlah pertumbuhan UMKM yang tersebar di kota Padang dari
tahun 2011 sampai tahun 2015.
TABEL 1.2 JUMLAH PELAKU UMKM KOTA PADANG
TAHUN 2011-2015
Tahun Menengah Kecil Mikro Jumlah
2011 12036 25333 714 38083
2012 12260 25606 558 38424
2013 12580 25690 500 38770
2014 34620 38634 808 74062
2015 35883 39403 950 76236
Sumber: Diolah dari data tahunan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Padang Tahun 2015

Berdasarkan pada tabel 1.2 terlihat bahwa jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
di Kota Padang mengalami peningkatan mulai dari tahun 2011 sampai 2015, terutama pada tahun
2015 yang mana peningkatan UMKM di Kota Padang lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya, hal ini
memperlihatkan peran pemerintah sudah mulai serius dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat.
Data yang telah didapatkan bahwa UMKM memiliki banyak bidang industri seperti industri
produk, industri jasa, dan digital start-up, pertanian dan peternakan. Berikut kami tampilkan tabel
rekapitulasi data UMKM di Kota Padang.

TABEL 1.3 REKAPITULASI DATA UMKM POTENSIAL KOTA PADANG TAHUN 2015
No Kecamatan Kuliner IMR IKT Waserda Jasa PKL Pertanian Perkebunan
1 Padang Barat 320 371 73 6716 905 1044 - -
2 Padang 732 229 42 2228 1.66 428 148 18
Timur
3 Padang 574 226 63 2259 1.78 612 10 24
Selatan
4 Koto Tangah 304 332 89 2258 1.14 676 1212 98
5 Lubuk 777 128 117 2821 2.08 715 205 79
Begalung
6 Pauh 200 100 48 781 731 39 1574 -
7 Lubuk 297 191 190 3226 1.02 527 720 105
Kilangan

3
8 Kuranji 526 294 133 2894 1.47 528 3271 1504
9 Padang 369 156 61 2059 1.83 529 81 24
Utara
10 Nanggalo 452 203 134 2546 3.02 377 513 71
11 Bungus Teluk 258 228 508 721 728 70 1293 768
Kabung
Total 4809 2448 1008 28509 1639 5675 9027 2691

Perikanan Perternakan Nelayan Total


- - 243 9429
12 49 1 5552
4 11 486 6053
145 300 509 7060
24 74 123 7387
176 20 - 3669
66 169 - 6513
216 1383 - 12349
2 28 385 5532
32 91 27 7471
46 120 931 5221
723 2245 2705 76236
Sumber: Data Dinas Koperasi dan UMKM Kota Padang, Tahun 2015
Penjelasan :
IMR = industry makanan ringan
IKT = industry kerajinan tangan
Waserd = warung serba ada
PKL = pedagang kaki lima
Industri jasa telah menyumbang sebesar 1639 unit dari total keseluruhan usaha yaitu 76.236
unit jenis usaha yang didapatkan dari hasil data Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2015. Salah satu
bidangnya jenis jasa yaitu usaha Laundry, pada tahun 2017 jumlah UMKM industri jasa laundry yang
tercatat menurut sumber google sebesar 101 unit. Namun hal ini belum mencakup jumlah
keseluruhan yang tersedia di kota Padang. Berkembangnya usaha laundry ini diakibatkan oleh
kesibukan masyarakat perkotaan yang ingin praktis dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

4
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan bahwa tingkat literasi
keungan masyarakat kota padang sangat rendah, hal ini disebakan kurangnya informasi keuangan,
dan tata cara pengelolaan keuangan. Penelitian ini dilakukan dengan menarik keseluruhan UMKM
yang berada dikota Padang. Namun, kami ingin mengambil sample literasi keuangan dalam sektor
jasa UMKM yaitu Laundry. Penelitian ini mengambil 10 responden yang tersebar diseluruh kota
Padang. Penelitian ini dilakukan dengan menguji tingkat pemahaman keuangan, dan pengelolaan
keuangan usaha responden.

I. TUJUAN
1. Mengetahui finansial literasi
2. Pengetahuan keuangan
3. Hubungan finansial literasi dengan pengetahuan keuangan

II. LITERATUR REVIEW

2.1 Pengertian Literasi Keuangan

Pengertian literasi keuangan, dalam Vitt et al. (2000) adalah kemampuan seseorang untuk
membaca, menganalisis, mengelola dan berkomunikasi tentang kondisi keuangan pribadi yang akan
mempengaruhi kesejahteraan material individu. Menurut Bhushan and Medury (2013) adalah
kemampuan individu untuk membuat penilaian informasi dan mengambil keputusan yang efektif
tentang penggunaan dan pengelolaan uang.
Pengertian literasi keuangan, dalam ANZ Bank (2011) adalah kemampuan untuk membuat
penilaian informasi dan membuat keputusan yang efektif mengenai penggunaan dan pengelolaan
uang. Literasi keuangan adalah kombinasi dari kemampuan individu, pengetahuan, sikap dan
akhirnya perilaku individu yang berhubungan dengan uang. Menurut Lusardi (2012) menyatakan
literasi keuangan terdiri dari sejumlah kemampuan dan pengetahuan mengenai keuangan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mampu mengelola atau menggunakan sejumlah uang untuk
meningkatkan taraf hidup. Literasi keuangan sangat terkait dengan perilaku, kebiasaan dan
pengaruh dari faktor eksternal.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan adalah
pengetahuan individu tentang keuangan dan kemampuan individu untuk membuat keputusan
keuangan yang efektif.

5
Chen and Volpe (1998) mengkategorikan literasi keuangan menjadi tiga kelompok, yaitu 1) <
60% yang berarti individu memiliki pengetahuan tentang keuangan yang rendah 2) 60%–79%, yang
berarti individu memiliki pengetahuan tentang keuangan yang sedang dan 3) > 80% yang
menunjukkan bahwa individu memiliki pengetahuan keuangan yang tinggi. Pengkategorian ini
didasarkan pada presentase jawaban responden yang benar dari sejumlah per-tanyaan yang
digunakan untuk mengukur literasi keuangan.

2.2 Instrument Literasi Keuangan

Menurut Lausardi (2008a san 2008b) domain lietrasi keuangan yaitu tentang konsep konsep
keuangan dasar seperti, 1) kerja bunga berganda, 2) perbedaan antara nilai nominal dan nyata, 3)
dasar dasar diversifikasi risiko. Remund (2010) menjelaskan lima domain dari literasi keuangan yakni
1) Pengetahuan tentang konsep keuangan 2) Kemampuan untuk ber-komunikasi tentang konsep
keuangan 3) Kemampuan untuk mengelola keuangan pribadi 4) Kemampuan dalam membuat
keputusan keuangan 5) Keyakinan untuk membuat perencanaan keuangan masa depan.
Penelitan yang dilakukan oleh Dewi (2014) Literasi keuangan memiliki instrument 1)
rekening tabungan digaransi pemerintah 2) bunga sederhana 3) bunga majemuk 4) perhtungan
tingkat bunga pinjaman 4) inflansi 6) discount 7) Time value of money 8) money illusion. Dan
penelitian kami kali ini dalam menentukan literasi keuangan masyarakat dengan menggunakan 1)
basic literasi 2) kredit dan hutang 3) tabungan dan investasi 4) manajemen risiko.

2.3 Pentingnya Literasi Keuangan

Masalah keuangan dalam kehidupan bisa mempengaruhi masyarakat terutama dalam hal
bagaimana mereka harus mencapai presepsi yang dibutuhkan, mengembangkan kemampuan merka
dalam area tersebut dan memahami dampaknya terhadap keputusan keuangan individu, orang lain,
dan lingkungannya (Remund 2010). Hal ini yang kemudian menciptakan kebutuhan akan terciptanya
konsumen yang melek financial bagi pelaku bisnis.
Peningkatan literasi keungan memiliki dampak positif pada pribadi dan kehidupan
masyarakat dan bisnis yang dijalani karena dapat membantu mengurangi tekaan sosial dan
psikologis, meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam kehidupan pribadi. Menurut Fox er, al
(2005), diduga pengetahuan keuangan dapat mengurangi stres, penyakit, sengketa keuangan,
penyalahgunaan anak-anak, dan konflik antar keluarga. Orang-orang dewasa dan keluarga dengan
pengetahuan keuangan dan kesejahteraan yang lebih tinggi lebih sedikit mengalami depresi,

6
menunjukan perilaku kurang agresif dalam masyarakat dan anti sosial serta memiliki kepercayaan
diri yang lebih tinggi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Profil Responden

Tabel 1.4 Profil Responden


No Keterangan Jumlah Tingkat Pendidikan Umur
S1 SMU <SMU 25-35 35-45 <45
1 Pria 6 2 4 4 2
2 Wanita 5 4 2 1 1
Total 10 2 8 6 3 1

Dari hasil penelitian yang kami lakukan, kami memperoleh data jenis kelamin pemilik/
pengelola usaha sebanyak 6 orang pria dan 5 orang wanita. Tngkat pendidikan responden pria yang
berpendidikan S1 sebanyak 2 orang yang dalam persentasenya 20%, dan SMA 4 orang dalam
persentasenya 40%. Sedangkan responden perempuan hanya ada tamat SMA sebnyak 40% atau
sejumlah 4 orang.
Dari segi umur, kami memperoleh jumlah responden perempuan yang memiliki umur 25-35
sebanyak 2 orang, jumlah perempuan yang berumur 35-45 sebanyak 2 orang dan responden yang
memiliki umur >45 sebanyak 1 orang. sedangkan jumlah responden pria yang memiliki umur 25-35
sebanyak 4 orang, dan responden yang memiliki umur 35-45 sebanyak 1 orang.
Dan dari kuesioner yang kami peroleh dari status pernikahannya,semuanya sudah menikah
kecuali satu orang. Jadi tingkat orang yang sudah menikah mendapatkan nilai persentase 90% dan
lajang hanya 10%.

3.2 Deskripsi Hasil Survey

3.2.1 Tingkat Literasi Masing Masing Responden

1. Responden 1 (GM laundry)

Tingkat pengetahuan keuangan dari responden 1 masih kurang, terbukti dari 13 pertanyaan yang
diajukan responden 1 hanya bisa menjawab 2 yang benar. Dari hasil penelitian responden 1 hanya
mencacatat arus kas masuk saja sedangkan kas keluar tidak dicatat, sehingga tidak diketahui berapa

7
kas keluar serta bukti transaksi atau kwitansi dari kas keluar juga tidak di simpan.Responden 1 juga
tidak menganggarkan kas keluar usahanya, sehingga kas keluar jadi lebih besar, dan karena kas
keluar tidak dicatat, responden 1 bisa jadi memakai uang kas dari usahanya untuk keperluan pribadi
dan akibat dari kas keluar tidak dicatat maka laba dari usaha yang dikelola tidak diketahui secara
pasti.

2. Responden 2 (3 Dara laundry)

Pertanyaan literasi keuangan pada responden 2 ini hanya menjawab 1 yang benar dari 13
pengetahuan dasar keuangan yang diajukan, ini berarti pengetahuannya lebih sedikit dari responden
1 dan masih kurang, namun walaupun mempunyai pengetahuan yang kurang tentang pengetahuan
dasar keuangan, responden 2 cukup baik dalam menerapkan ilmu literasi keuangan. Hal itu terlihat
dari responden 2 sering melakukan pencatatan kas masuk, kas keluar dan juga menganggarkan
pengeluaran kas dari usaha yang dikelola.

3. Responden 3 (She Love Laudry)

Responden 3 memiliki pengetahuan yang juga cukup baik tentang pengetahuan dasar
keuangan dibandingkan dengan responden 1 dan 2, hal ini terlihat dari 13 pertanyaan yang diajukan
responden 3 bisa menjawab 5 yang benar. Namun dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai
pengetahuan dasar keuangan tidak membuat responden 3 cukup baik dalam menerapkan ilmu
literasi keuangan ini, ini terbukti bahwa responden 3 tidak melakukan pencatatan kas masuk, kas
keluar dan juga tidak menganggarkan kas keluar.

4. Responden 4 (Majhika Laundry)

Responden 4 penerapantentang literasi keuangan yang kurang, ini terbukti bahwa


responden 4 selalu malakukan pencatatan kas masuk, kas keluar, dan menganggarkan kas keluar.
Responden masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang literasi keuangan telihat bahwa
responden 4 hanya bisa menjawab 5 pertanyaan yang benar dari 13 pertanyaan tentang
pengetahuan dasar keuangan yang diajukan.

5. Responden 5 (Tiara Laundry)

Pengetahuan tentang litarasi keuangan dari responden 5 kurang baik. Terbukti dari 13
pertanyaan mengenai kemampuan dasar keuangan yang diajukan, responden 5 hanya bisa

8
menjawab 3 pertanyaan dengan benar, namun dalam penerapan keuangan responden 5 memiliki
kemampuan yang cukup baik dikarenakan responden 5 sering mencatat kas masuk, kas keluar dan
melalukan penganggaran kas keluar, tapi responden 5 tidak selalu melakukan hal tersebut.

6. Responden 6 (Juragan Loundry)

Pengetahuan tingkat literasi keuangan oleh juragan laundry juga tidak baik dimana ia hanya
mampu menjawab 5 pertanyaan dari 13 pertanyaan yang diberikan. Sebaiknya para pengusaha
laundry mempunyai pengetahuan yang dasar mengenai literasi keuangannya supaya nantinya dapat
memperlancar usahanya. Dalam mencatat kas masuk juragan laundry ataupun kas keluar ada, tetapi
tidak lengkap. Dan dalam menggunakan keuangan juragan laundry tidak bisa memisahkan keperluan
pribadi dan usahanya.

7. Responden 7 (Ikra Loundry)

Ikra laundry mempunyai pengetahuan literasi keuangan yang tidak baik, terbukti dari 7
jawaban yang benar dari 13 pertanyaan. Dalam laporan keuangan ikra laundry tidak memiliki
laporan keuangannya. Tetapi pengeluaran masuk dan keluar ikra laundry ada membuat laporannya.
Dan dalam pendapatannya keuntungan ikra laundry lebih tinggi tahun ini dari pada tahun kamaren.

8. Responden 8 (Aw laundry)

Pengetahuan tentang literasi keuangan dari responden 8 tidak baik, dimana pemilik hanya
mampu menjawab 2 pertanyaan dari 13 pertanyaan yang diberikan penyaji yang mana seharusnya
pemilik mengetahui mengenai literasi keuangan yang nantinya dapat diterapkan dengan baik dalam
pencatatan kas usaha. AW laundry memiliki laporan keuangan, dalam pencatatan kas masuk dank as
keluar AW laundry memiliki pencatatan. AW laundry tidak pandai mengeloalanya keunangannya.

9. 9 (Abipina Laundry)

Pengetahuan tentang literasi keuangan dari responden 8 sudah baik, dimana ia dapat
menjawab 9 pertanyaan dari 13 pertanyaan yang diberikan oleh penyaji dalam bentuk kuisoner dan
diharapkan dengan pengetahuan tersebut pemilik juga dapat menerapkan pengetahuan tersebut
dengan baik. Laporan keuangannya Abipina laundry ada, tetapi tidak lengkap, Albipina juga memiliki
kas masuk dan kas keluar

9
10. Responden 10 (Keluarga Laundry)

Pengetahuan tentang literasi keuangan dari responden 8 tidak baik, dimana pemilik hanya
mampu menjawab 7 pertanyaan dari 13 pertanyaan yang diberikan penyaji. Dan dalam pengisian
kuiesioner yang kami berikan laundry keluarga ini tidak tahu dalam menjawabnya.

3.2.2 Pengukuran Literasi Keungan Berdasarkan Indikator

Tabel 1.5 Tabel Rekap Pengukuran Tingkat Literasi Keuangan

No Indikator Nomor Responden jumlah Rata-rata


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 Basic Finance 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 3 30%

3 Basic Finance 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 4 40%

4 Basic Finance 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 3 30%

5 Basic Finance 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 5 50%

6 Literasi 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80%
Keuangan

7 Likuiditas 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 10%

8 Bunga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
Sederhana

9 Bunga 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 20%
Majemuk

10 Inflasi 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 3 30%
11 Time Value 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3 30%
of Money

12 Discount 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 3 30%
13 Money 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 20%
Illusion

10
14 Kredit/Debit 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2 20%

15 Investasi 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 3 30%
16 Asuransi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10%

Dari Tabel 1.5 Tabel Rekap Pengukuran Tingkat Literasi Keuangan dapat disimpulkan bahwa
persentase(%) pengetahuan dasar keuangan jawaban dari responden sangat rendah dengan 62,5%
menjawab salah dan 37,5% menjawab benar. Pada indikator literasi keuangan banyak yang
mengetahui jawabannya, dengan jumlah jawaban benar sebanyak 80%. Likuiditas hanya dijawab
oleh satu orang saja yang benar dengan tingkat nilai 10%. Bunga majemuk hanya dijawaab oleh dua
dua orang yang benar, yaitu 20%, inflansi 30%, pengetahuan time value of money dijawab oleh tiga
orang yang benar sebesar 30%, discount sebanyak 30%, money ilution dijawab dua orang yang benar
yitu 20%, kredit dan debit 20%, investasi hanya tiga orang yang benar yaitu 30%, dan asuransi hanya
10%.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa tingkat kemampuan pengetahuan responden tentang
keuangan sangat rendah yang dibuktikan dengan rata rata penilaian yang hanya menuunjukan
28.67%.

3.2.3 Tingkat Literasi Berdasarkan Gender

Tabel 1.6 Jumlah Responden Berdasarkan Gender


No Keterangan Jumlah Persentase

1 Pria 6 60%
2 Wanita 4 40%
Total 10 100%

Dari 10 sampel laundry yang kelompok kami berikan, jumlah responden laki laki sebanyak 6
orang, dan responden wanita 4 orang. Terdapat perbedaan literasi keuangan antara pria dan wanita.
Yang mana pengetahuan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Dan untuk membuat
laporan keuangan, responden wanita lebih bisa mengelola laporan keuangan, dan penggunaannya
dengan memisahkan kebutuhan pribadi dan kebutuhan usaha.

3.2.4 Tingkat Literasi Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 1.7 Pendidikan Terakhir

11
No Keterangan Jumlah Tingkat Pendidikan Persentase
S1 SMU <SMU S1 SMU <SMU
1 Pria 6 2 4 20% 4
40%
2 Wanita 5 4 4
40%
Total 10 2 8 2 8
20% 80%

Dari 10 responden yang mana responden rata-rata memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK
kecuali responden 1 dan 6 yang memiliki pendidikan terakhir S1. Berdasarkan Penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa pendidikan tidak menjamin bahwa orang tersebut memiliki
pengetahuan yang baik, buktinya responden 1 dan 6 tidak menjadi responden yang menjawab
pertanyaan tentang literasi keuangan dengan jumlah jawaban yang benar terbanyak, responden 1
hanya menjawab 5 pertanyaan dengan benar, sedangkan responden 6 hanya menjawab hanya
menjawab 4 pertanyaan dari 13 petanyaan tentang literasi keuangan yang di ajukan, sedangkan
responden yang menjawab pertanyaan dengan benar dengan jumlah tertinggi yaitu responden 9
yang mana memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK.

3.2.5 Pengelolan Keuangan

1. Responden 1 (GM laundry)

Responden 1 hanya mencacata kas masuk saja sedangkan kas keluar tidak dicatat, sehingga
tidak diketahui berapa kas keluar serta bukti transaksi atau kwitansi dari kas keluar disimpan namun
tidak lengkap, responden 1 juga jarang menganggarkan kas keluar usahanya, akibat dari kas keluar
tidak dicatat maka laba dari usaha yang dikelola tidak diketahui secara pasti dan tidak menyimpan
bukti transaksi kas masuk maupun kas keluar secara lengkap.

2. Responden 2 (3 Dara laundry)

Responden 2 cukup baik dalam melakukan pengelolaan keuangan, itu terlihat atau terbukti
bahwa responden 2 melakukan pencatatan kas masuk, kas keluar dan juga sering menganggarkan
pengeluaran kas dari usaha yang dikelola. Responden 2 juga selalu menyimpan kwitansi pembayaran
atau menjadi bukti dari pengeluaran kas dan kas masuk secara lengkap.

3. Responden 3 (She Love Laudry)

12
Responden 3 tidak bagus dalam mengelola keuangan, ini terbukti bahwa responden 3 tidak
melakukan pencatatan kas masuk, kas keluar namun responden 3 sering menganggarkan kas keluar
dan ada memyimpan kwitansi penerimaan dan pengeluaran kas namun tidak lengkap.

4. Responden 4 (Majhika Laundry)

Responden 4 cukup baik dalam mengelola keuangan , ini terbukti bahwa responden 4 selalu
malakukan pencatatan kas masuk, kas keluar, dan menganggarkan kas keluar, serta memiliki laporan
keuangan yang lengkap serta menyimpan bukti transaksi kas masuk ataupun keluar secara lengkap.

5. Responden 5 (Tiara Laundry)

Dalam mengelola keuangan responden 5 sudah cukup bagus ini terlihat bahwa responden 5
memiliki laporan keuangan yang lengkap, mencatat kas masuk, kas keluar, menyimpan bukti
transaksi penerimaan kas secara lengkap, namun bukti transaksi kas keluar tidak lengkap dan hanya
kadang-kadang melalukan penganggaran kas keluar.

6. Responden 6 (Juragan Loundry)

Responden 6 memiliki laporan keuangan namun tidak lengkap, tapi responden 6 memiliki
tenaga khusus untuk pembukuan mencatat kas masuk dan keluar, namun tidak menyimpan bukti
transaksi penerimaan kas maupun pengeluaran kas secara lengkap, dan juga jarang melakukan
anggaran keuangan.

7. Responden 7 (Ikra Laundry)

Responden 7 tidak memiliki laporan keuangan, namun mencatar transaksi kas masuk, kas
keluar tapi tidak menyimpan bukti transaksi kas masuk dan keluar secara lengkap dan juga jarang
melakukan anggaran keuangan.

8. Responden 8(Aw Laundry)

Responden 8 memiliki laporan keuangan yang lengkap, mempunyai bukti kas masuk dan
keluar, selalu menganggarkan keuangan namun tidak ada menyimpan bukti transaksi kas masuk
maupun keluar.

13
9. Responden 9(Abipina Laundry)

Responden 8 memiliki laporan keuangan namun tidak lengkap, memiliki tenaga khusus
untuk pembukuan, dan juga mencatat kas masuk maupun kas keluar, serta menyimpan bukti
transaksi kas masuk maupun kas keluar namun tidak secara lengkap.

10. Responden 10 (keluarga Laundry)

Responden 10 memiliki laporan keuangan yang lengkap, mencatat traksaksi kas masuk dan
kas keluar, menyimpan bukti transaksi pengeluaran dan kas masuk tapi tidak lengkap, serta selalu
menganggarkan keuangan.

3.3 Pembahasan

Dari hasil survey yang kami dapatkan bahwa tingkat literasi keuangan masing masing idividu
sangat rendah, yang mana penilaian dari masing masing indikator soal jawaban yang diperoleh tidak
sampai 50%. Dan kebanyakan dari masing masing responden tidak mampu mengelola keuangan
bisnis yang dijalankannya, dibuktikan dengan sedikitnya pencatatan uang kas masuk, kas keluar,
tidak tersedianya angggaran kebutuhan keuangan bisnis dan usaha, dan masih mencampur adukan
antara uang hasil bisnis dan uang untuk kebutuhan pribadi.
Selanjutnya, masing masing responden umumnya lebih suka meminjam ke Bank. Karena
kenyamanan peminjaman yang ditawarkan oleh bank dibandingkan dengan peminjaman tempat
lainnya. Dan untuk laba yang diperoleh, responden lebih suka menabung dan membeli peralatan dan
perlengkapan untuk kebutuhan usaha.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang kelompok kami lakukan pemilik usaha memiliki
pengetahuan Tingkat literasi keuangan dari pemilik usaha relative rendah terutama mengenai
konsep manajemen resiko. Berdasarkan analisa dari kelompok kami, maka pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa tingkat literasi keuangan yang rendah pada responden dikarenakan pengetahuan
responden yang masih kurang bahkan sangat kurang mengenai pengetahuan dasar keuangan
dikarenakan pendidikan responden rata-rata masih rendah yaitu hanya sampai SMA. Karena

14
pendidikan yang masih rendah maka dari itu perlu adanya edukasi kepada pemilik usaha terutama
edukasi mengenai risiko dari setiap keputusan yang diambil dalam agar kedepannya ia dapat
menghitung dan mengaggarkan laba yang ingin diperolehnya dan juga dapat mengestimasikan
perubahan yang berdampak terhadap usaha dan juga perbankan dalam hal pinjaman bank. Jika
pemilik usaha sudah mengetahui konsep dasar keuangan perbankan maka diharapkan pemilik usaha
mampu menyusun laporan keuangan serta mengelola keuangan dengan baik.
Pemilik usaha umumnya telah melakukan pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran kas
namun masih ada yang belum melakukan hal tersebut dan juga pemilik usaha belum melakukan
dokumentasi atas kwitansi dengan baik, pemilik usaha juga belum menggunakan anggaran sebagai
bahan evaluasi usaha. Tingkat literasi yang rendah mempengaruhi pemilik usaha dalam mengelola
keuangan usaha dengan kemampuan yang hanya sebatas pada pencatatan tetapi belum dilakukan
dokumentasi yang baik untuk penerimaan dan pengeluaran.

4.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang kelompok kami lakukan, maka peneliti memberikan saran yang
diharapkan dapat berguna untuk pemilik usaha, antara lain:
1. Pelaku usaha sebaiknya mencatat setiap transaksi uang masuk dan keluar dari usaha yang
dijalankan agar dapat menyusun anggaran dengan tepat dan menyusun laporan laba rugi
agar dapat digunakan untuk menghitung pengembalian dari jasa yang ditawarkan, tujuan
lainnya yaitu untuk meningkatkan usaha yang dijalankan.
2. Pelaku usaha sebaiknya tidak menggunakan uang hasil usaha untuk keperluan pribadi,
tujuannya yaitu untuk menmeperluas usahnyanya.
3. Kepada pemerintah dalam meningkatkan tingkat literasi keuangan kepada masyarakat
sebaiknya gencar mengadakan pelatihan untuk meningkatkan pelatihan keuangan dalam
rangka meningkatkan literasi keuangan agar dapat mengelola dan merencanakan anggaran
keuangan usaha dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Aribawa, Dwitya. 2016. Pengaruh Literasi Keungan Terhadap Kinerja dan Keberlangsungan UMKM di
Jawa Tengah. Siasat Bisnis Vol 20 no. 1 Januari

Badan Pusat Satistik (bps.go.id/Jumlah-umkm)

Dewi, Briwani. 2015. Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan Pemilik Usaha Terhadap Pengelolaan
Keuangan, Studi Kasus: UMKM Depok. Juurnal Vokasi Indonesia. Vol 3

Jumlah UMKM Indonesia Tahun 2017 mengalami Peningkatan. Fakultas Ekonomi Universitas
Abdurrahman Saleh Situbondo

Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menegah Repblik Indonesia

Margetha, Farah. Arief, Reza. 2015. Tingkat Literasi Keuangan Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi.
JMK, Vol 17

Maut, Susnaningsing, dkk. 2014. Analisis Tingkat Literasi Keuangan dan Dampaknya Terhadap
Keputusan Pinjaman Pribadi. Economics dan Business Research Festival

Suharto, Liliek. 2016. Perkembangan Jumlah UMKM di Indonesia Tahun 2017.


www.lisubisnis/2016/12/perkembangan-jumlah-umkm-di-indonesia.html/
LAMPIRAN

PEMBAGIAN TUGAS
KATA PENGANTAR YUSRIDA
LATAR BELAKANG VICKA DAN WIDYA
TUJUAN WIDYA
LITERATUR REVIEW VICKA
PROFIL RESPONDEN YUSRIDA
DESKRIPSI HASIL SURVEY
A. TINGKAT LITERASI MASING MASING AULIA dan YUSRIDA
REPONDEN
B. PENGUKURAN LITERASI BERDASARKAN WIDYA
IDNIKATOR
C. TINGKAT LITERASI BERDASARKAN AULIA
GENDER
D. TINGKAT LITERASI BERDASARKAN YUSRIDA DAN NENG
PENDIDIKAN TERAKHIR
E. PENGELOLAAN KEUANGAN NENG DAN WIDYA
PEMBAHASAN VICKA
KESIMPULAN NENG DAN AULIA
SARAN NENG DAN AULIA
REVIEWER SEMUA ANGGOTA
PPT VICKA DAN AULIA

16
Gambar 1.1 Saat Vicka mengunjungi Tiara Laundry

Gambar 1.2 Saat Vicka Mengunjungi Majikha Laundry

Gambar 1.3 Saat Neng Deswina Mengunjungi HW Laundry

17
Gambar 1.4 Saat Neng Deswina menunjungi Laundry Keluarga

Gambar 1.5 Saat Widya Mengunjungi GM Laundry

Gambar 1.6 Saat Widya mengunjungi Abipina Laundry

18
Gambar 1.7 Saat Yusrida mengunjungi She Laundry

Gambar 1.8 Saat Yusrida mengunjungi Tiga Dara Laundry

Gambar 1.9 Saat Aulia mengunjungi Ikra Laundry

19
Gambar 1.10 Saat Aulia mengunjungi Juragan laundry

Data Mentah Isian Kuisioner

Pertanyaan/ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Responde
1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0
2 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
3 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0
4 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
5 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0
6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
7 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
10 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0
11 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
12 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0
13 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0
14 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0
15 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0
16 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

I untuk jawaban Benar


0 untuk jawaban salah dan tidak tahu

20

Você também pode gostar